• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Wisata Gampong Suka Tani Berbasis Partisipasi Masyarakat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Perencanaan Lanskap Wisata Gampong Suka Tani Berbasis Partisipasi Masyarakat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Lanskap Wisata Gampong Suka Tani Berbasis Partisipasi Masyarakat

Pratitou Arafat1*, Fahmi Aulia2, Muhammad Heru Edytia3, Rizalul Akbar4

1,2,3Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Syiah Kula Banda Aceh, Indonesia

4Pemerintahan Gampong Suka Tani, Aceh Besar, Indonesia

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 13 Mei 2023 Disetujui: 19 Mei 2023

Abstract

Gampong Suka Tani is a village in Jantho, Aceh Besar. This village has the potential for tourism development because it has several natural tourist attractions, such as rivers and hills, and the potential for historical tourist attractions related to the Aceh conflict theme in the past. The tourism landscape planning for Suka Tani village is conducted using the general landscape planning method, which consists of a site survey, data collection, research, analysis, concept, and planning stages combined with a participatory approach that provides access for residents in data collection and planning stages through participatory mapping and Focus Group Discussion (FGD). The results of the landscape planning are three major tourism themes represented in the zoning plan, space program, site plan, and tourism facilities in Suka Tani village.

Keywords: tourism landscape, tourism landscape planning, tourism village, gampong suka tani

Abstrak

Gampong Suka Tani merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar. Desa ini memiliki potensi pengembangan wisata karena memiliki beberapa atraksi wisata alam seperti sungai dan bukit, selain potensi atraksi wisata sejarah terkait dengan konflik damai Aceh. Perencanaan lanskap wisata desa Suka Tani dilakukan dengan metode perencanaan lanskap umum yang terdiri dari tahapan survei, pengumpulan data, riset, analisis, konsep, dan perencanaan yang dipadukan dengan pendekatan partisipatif yang memberi akses besar bagi warga setempat dari tahap pengumpulan data serta perencanaan lewat pemetaan partisipatif dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil dari perencanaan lanskap adalah tiga tema besar wisata yang direpresentasikan pada perencanaan zonasi kawasan, program ruang, site plan serta fasilitas wisata pada desa Suka Tani.

Kata Kunci: lanskap wisata, perencanaan lanskap wisata, desa wisata, gampong suka tani

1. Pendahuluan

Desa Suka Tani merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar.

Desa ini mempunyai potensi pengembangan wisata karena memiliki beberapa atraksi wisata alam seperti sungai dan bukit. Di samping itu, Suka Tani juga memiliki sejarah sebagai desa bekas transmigrasi di era 80-an yang telah ditinggalkan sejak masa konflik. Desa ini juga telah diproyeksikan oleh pemerintah Aceh sebagai salah satu kawasan wisata baru di Aceh Besar [1]

Desa wisata merupakan suatu desa yang memiliki daya tarik alami atau daya tarik yang sengaja dibangun untuk menarik kunjungan wisatawan karena ketersediaan potensi alam dan budayanya [2]. Desa wisata merupakan salah satu kriteria dari destinasi wisata berkelanjutan [3] yang menjadi amanat dan arahan pariwisata di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pengembangan desa wisata sejalan dengan visi dan misi desa Suka Tani untuk mengembangkan potensi desa secara berkelanjutan. Komitmen pengembangan desa wisata yang telah dilakukan pemerintah Suka Tani adalah pengalokasian dana desa untuk kepentingan pembangunan wisata, pembentukan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG), serta pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang bertugas sebagai pengelola wisata di Suka Tani.

Dalam rencana pengembangan kawasan desa wisata diperlukan suatu perencanaan lanskap yang mendukung rencana kegiatan wisata yang akan dikembangkan. Perencanaan lanskap diartikan sebagai suatu kegiatan pengambilan keputusan jangka panjang dalam penataan spasial kawasan untuk mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, indah, dan berkelanjutan sebagai pemecahan masalah dalam pemenuhan kebutuhan keinginan manusia dalam upaya mencapai kenyamanan dan kesejahteraan [4].

Perencanaan tata ruang menjadi salah satu hal yang penting dalam pengembangan desa wisata di samping penyiapan visi dan misi, pengemasan paket, penyiapan kelembagaan, serta pemasaran [5]. Perencanaan

(2)

lanskap desa wisata dapat menjadi arahan dalam pembangunan fisik desa wisata dalam beberapa tahun ke depan. Perencanaan lanskap desa wisata menjadi faktor penting untuk menambah daya tarik kawasan [6].

Sementara itu pelibatan masyarakat lewat perencanaan partisipatif dalam merencanakan kawasannya menjadi hal penting untuk dilakukan untuk mendukung keberlanjutan perencanaan hingga tahap pelaksanaan sehingga tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai [7]. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan lanskap desa wisata Suka Tani di dengan pelibatan masyarakat dalam proses perencanaannya.

2. Metode Penelitian

Perencanaan Lanskap dilakukan di Desa Suka Tani yang berlokasi di Kota Jantho, Aceh Besar.

Penelitian perencanaan lanskap ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2023. Lokasi perencanaan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Perencanaan Sumber: Diolah kembali dari Citra Esri (2023)

Perencanaan lanskap wisata dilakukan dengan metode umum perancangan lanskap yang terdiri dari pengumpulan data dan riset tapak, analisis sintesis, penyusunan konsep, dan tahapan perencanaan [8]. Pengumpulan data dilakukan dengan survei tapak dan observasi yang dilengkapi dengan Focus Group Discussion (FGD) serta pemetaan partisipatif dengan perwakilan warga Suka Tani (terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, imam desa, perwakilan pokdarwis, dan perwakilan masyarakat) untuk menjaring rencana kolektif kampung terkait wisata dan data potensi serta isu terkait lanskap di kawasan. Pemetaan partisipatif oleh perwakilan warga yang sama dilakukan di atas peta kawasan yang telah dicetak untuk memberikan kesempatan bagi warga untuk mengidentifikasi secara spasial potensi-potensi pada kawasan dan menyampaikan ide terhadap pengembangan wisata desa Suka Tani. Hasil dari FGD yang didukung dengan pengamatan lapang kemudian disintesis menjadi rencana lanskap yang terdiri dari zonasi dan perencanaan tapak di kawasan.

Gambar 2. Proses Pemetaan Partisipatif dengan Warga Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

(3)

3. Hasil dan Pembahasan Data dan Analisis

Gampong Suka Tani terletak di mukim Jantho, Kecamatan Kota Jantho Aceh Besar, dengan luas 7,88 km2. Pada sebelah utara, desa Suka Tani berbatasan dengan kecamatan Seulimum, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan perbukitan Jalin, sedangkan pada sebelah barat berbatasan dengan desa Jalin yang dibatasi oleh sungai Krueng Jalin. Berdasarkan rencana tata ruang Aceh Besar, pola ruang kawasan Suka Tani Jantho, diperuntukkan untuk transmigrasi, pertanian lahan kering, hutan rakyat dan sebagian kecil hortikultura, dan pemukiman pedesaan [9] .

Jumlah penduduk yang mendiami Suka Tani adalah 119 jiwa dengan 29 kepala keluarga [10] yang jumlahnya jauh berkurang dari masa transmigrasi pada awal 90-an, sebanyak 200 kepala keluarga. Sebagian besar kawasan yang dibuka pada era transmigrasi untuk pemukiman dan area bercocok tanam sudah kembali ditumbuhi oleh semak belukar dan ditinggalkan, pemukiman pedesaan sekarang hanya berada di dekat pusat desa.

Kawasan yang direncanakan untuk pariwisata sebagian besar berlokasi pada sisi barat desa yang berdekatan dengan sungai Krueng Jalin. Pada Gambar 3 dapat dilihat potensi lanskap pada lokasi yang terdiri dari potensi alam berupa sungai dan bukit, lanskap pedesaan, dan lanskap bekas pemukiman transmigrasi. Sungai Krueng Jalin dan Bukit Jalin telah lebih dahulu dikenal oleh wisatawan [11] dan kembali di branding dan dipromosikan sebagai destinasi wisata di Aceh Besar [1] [12] dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Aceh Besar, kawasan Jalin termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Aceh besar dengan tema Ekowisata Petualangan Jantho dengan arahan pengembangan penataan kawasan Sport Tourism Jalin [13].

Secara makro, pembukaan pintu tol Jantho membuka akses lebih cepat ke daerah wisata di Jantho termasuk ke kawasan Suka Tani. Hal ini dapat mendorong kunjungan ke Desa Wisata Suka Tani. Namun peningkatan sarana pendukung lain perlu ditingkatkan seperti jaringan internet yang sinyalnya masih lemah di sekitar kawasan.

Gambar 3. Inventarisasi Kawasan Perencanaan Sumber: Diolah kembali dari Citra Esri (2023)

Berdasarkan hasil FGD dan pemetaan partisipatif didapatkan beberapa informasi potensi dari perwakilan warga desa Suka Tani. Beberapa catatan penting pada yang disampaikan pada FGD dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Potensi desa Suka Tani berdasarkan FGD

Potensi terkait Wisata di Suka Tani Lokasi 1. Suka Tani merupakan desa yang dibentuk untuk kepentingan transmigrasi pada akhir

tahun 80’an namun kemudian ditinggalkan ketika konflik Aceh terjadi. Bekas kawasan pemukiman transmigrasi 2. Sungai Krueng Jalin yang membelah desa Suka Tani dan desa Jalin telah dikenal dan

menjadi pilihan wisatawan dari sekitar Jantho untuk berenang dan piknik. Pengunjung yang biasanya keluarga atau kelompok kecil umumnya datang pada akhir pekan.

Sempadan Sungai

3. Beberapa komunitas pesepeda gunung menjadikan bukit Jalin sebagai area untuk melakukan aktivitas sepeda gunung.

Bukit 4. Terdapat jalur pendakian ke perbukitan Jalin dari desa Suka Tani. Terdapat beberapa

view point sepanjang jalur pendakian yang banyak diminati pengunjung. Beberapa pendaki berkemah di bukit.

Bukit

5. Sungai dan Bukit Jalin telah dijadikan area Pekan Olah Raga Aceh (PORA) 2018 untuk cabang olahraga arung jeram dan sepeda gunung

Sungai, bukit 6. Dalam beberapa tahun terakhir banyak komunitas dan institusi yang berkoordinasi

dengan pihak desa untuk penyelenggaraan kegiatan camping bersama, family gathering, atau acara lainnya di dekat sungai. Pihak desa sering diminta untuk mengorganisasi makan siang jika ada kegiatan tersebut. Biasanya menu andalan yang disajikan adalah ikan kerling dari sungai setempat.

Sempadan sungai

7. Banyak cerita yang dapat dipetik pelajarannya dari masa eksodus besar-besaran warga transmigran di Suka Tani pada saat konflik.

Pemukiman transmigrasi 8. Ada beberapa fitur lanskap menarik di sekitar sungai, yaitu kebun kopi, hutan kecil,

serta area terbuka pinggir sungai (pantai)

Sungai 9. Pemerintah desa memiliki beberapa rencana dan komitmen untuk mengembangkan

kawasan wisata dengan membangun lapangan untuk berkemah, pembangunan kedai- kedai untuk usaha warga desa, penambahan fasilitas umum seperti musholla dan toilet

Dekat Sungai

10. Beberapa ide warga desa untuk pengembangan kegiatan wisata di Suka Tani antara lain penyediaan tempat bermalam di desa dan penyediaan ATV

Di sekitar desa Sumber: Analisis Penulis (2023)

Dari hasil FGD ini dapat dilihat terdapat beberapa tema wisata yang menjadi daya tarik utama desa Suka Tani, yaitu sungai, petualangan bukit, dan sejarah. Masing-masing tema memiliki keunggulan dan potensi pengembangan atraksi kegiatan wisata. Dari pemetaan partisipatif, warga desa juga menunjukkan lokasi dari setiap atraksi tersebut sehingga memudahkan dalam penentuan zonasi setiap tema. Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dapat membantu dalam pembagian zona yang lebih akurat dan sesuai dengan pola eksisting lanskap serta keinginan masyarakat setempat [14]. Secara spesifik potensi pengembangan lanskap wisata pada ketiga tema dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengembangan Atraksi Kegiatan Tiga Tema di Suka Tani

Sungai Petualangan Bukit Sejarah

1. Pengembangan sungai Krueng Jalin untuk rekreasi dan olah raga air seperti mandi, berenang, arung jeram, tubing

2. Pemanfaatan area sempadan sungai yang luas dan memiliki keragaman lanskap (kebun kopi, area terbuka, kawasan dengan tegakan pepohonan) untuk ragam kegiatan wisata 3. Potensi ikan lokal kerling dapat

dimanfaatkan warga sebagai daya tarik kuliner khas lokal.

1. Jalur trekking eksisting dan jalur sepeda gunung yang digunakan pada PORA 2018 dapat dikembangkan untuk kepentingan wisata 2. Penataan area stop point/

view point, serta jalur pendakian untuk

kenyamanan dan keamanan pengunjung

1. Pengembangan wisata sejarah dengan mengangkat tema terkait konflik-damai Aceh (dark tourism)

2. Peninggalan pemukiman transmigran era 80an sampai 90-an dapat dimanfaatkan dalam penrencanaan jalur interpretasi wisata

3. Warga desa yang menjadi saksi hidup sejarah dapat menjadi pemandu wisata sejarah Sumber:Analisis Penulis (2023)

Ketiga tema pengembangan wisata tersebut, disintesis menjadi pembagian zonasi makro pada perencanaan lanskap sesuai dengan kondisi fisik desa. Tiga zona tersebut adalah zona wisata sungai, zona wisata petualangan bukit, dan zona wisata sejarah (Gambar 4).

(5)

Gambar 4. Zona Makro Kawasan Sumber: Diolah kembali dari Citra Esri (2023)

Secara struktur ruang ketiga zonasi makro pada perencanaan ini direncanakan akan memiliki satu area penerimaan dan area informasi wisata yang dikelola oleh Pokdarwis Suka Tani yang berada pada area wisata sungai. Alur mobilisasi pengunjung yang direncanakan akan dimulai dari area penerimaan dan area informasi wisata, kemudian pengunjung dapat memilih paket wisata yang diinginkan dan menuju ke zona yang dipilih (wisata sungai, wisata petualangan bukit, maupun wisata sejarah). Secara praktis, struktur ini mempermudah pengelolaan kawasan wisata, seperti pengelolaan pengunjung, ticketing dan koordinasi pemilihan jenis wisata. Rencana alur kegiatan yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rencana Alur Kegiatan Wisata di Suka Tani Sumber:Analisis Pribadi (2023)

(6)

Wisata Sungai

Sungai Krueng Jalin yang mengalir di Suka Tani dan dimanfaatkan untuk wisata ini merupakan sungai dengan kedalaman kurang dari tiga meter. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no. 28 tahun 2015, sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul di kawasan perkotaan adalah minimal sebesar 10 meter [15]. Pada perencanaan ini sempadan sungai dijaga dengan tidak mendirikan bangunan permanen dan menjaganya agar tetap menjadi ruang terbuka hijau sampai jarak 20 meter. Selain untuk dataran banjir, sempadan yang direncanakan berfungsi untuk mengonservasi sungai dengan mengurangi laju erosi dinding sungai [16].

Penentuan ruang dan aktivitas pada kawasan sungai didasarkan pada potensi desa dan keinginan dari masyarakat Desa Suka Tani yang dijaring pada FGD (Tabel 1.). Adapun ruang dan aktivitas tersebut adalah ruang terbuka pada sempadan sungai untuk mengakomodasi kegiatan rekreasi air berupa area piknik pada sempadan sungai, area servis untuk meningkatkan pelayanan pada area wisata dengan penambahan beberapa fasilitas seperti mushola, toilet, dan kios-kios lokal serta pengalokasian ruang untuk area parkir.

Di samping itu juga dilakukan pengembangan ruang untuk atraksi-atraksi baru di dekat sungai sesuai dengan potensi lanskapnya, seperti kedai kopi pinggir hutan serta jungle track pada area hutan dekat sempadan. Ruang lain yang direncanakan adalah area untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan skala besar seperti perkemahan, acara-acara institusi seperti family gathering berupa sebuah lapangan multifungsi.

Terkait rencana desa ke depan untuk menyediakan akomodasi bagi pengunjung yang ingin bermalam direncanakan area glamping yang akan diisi dengan beberapa pondok penginapan pinggir sungai.

Selain pembagian ruang, pengembangan sarana prasarana juga dibutuhkan untuk pengembangan wisata sungai di Krueng Jalin [17], sehingga masing-masing ruang perlu perencanaan fasilitas pada masing- masing ruang. Tabel 3 menunjukkan secara rinci rencana pembagian ruang, proyeksi aktivitas, serta fasilitas yang direncanakan untuk pengembangan wisata sungai di Suka Tani.

Tabel 3. Perencanaan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas pada Lanskap Wisata Sungai di Suka Tani

Ruang Aktivitas Fasilitas

Area penerimaan Impresi awal kawasan Ticketing

Berfoto

Landscaping (Welcome garden) Gerbang

Pos Tiket Papan Nama

Parkir Memarkir kendaraan

Pergantian moda yang disewakan (sepeda atau ATV)

Area parkir bus, kendaraan roda empat dan roda dua serta moda yang

disewakan Informasi wisata dan area

servis

Mencari informasi wisata dan memilih paket wisata

Menyewa peralatan wisata Membeli makanan dan minuman Membeli suvenir

Pos Informasi Wisata Toilet

Musholla

Kios Produk Lokal dan Cafe Gazebo

Area piknik bantaran sungai Piknik Mandi Sungai

Kursi dan Meja Toilet dan Ruang bilas

Area glamping Menginap Pondok

Lapangan multifungsi Ruang untuk acara massal Camping

Lapangan Sepak Bola Kampung (Sehari-hari)

Toilet Area terbuka

Area kebun kopi dan café Tur kebun kopi Minum kopi

Warung kopi Jungle Track (Hutan mini) Tur Tanaman Lokal Jalan setapak

Sumber: Analisis Penulis (2023)

Pada perencanaan sirkulasi, selain jalur pejalan kaki, di kawasan juga direncanakan jalur ATV sesuai dengan proyeksi tambahan atraksi yang disampaikan masyarakat dalam FGD. Jalur ini melewati beberapa jenis lanskap di kawasan seperti hutan mini dan sungai untuk memberi pengalaman yang beragam.

Secara spasial, zonasi wisata sungai dapat dilihat pada Gambar 6. Sementara rencana tapak (site plan) dan ilustrasi rencana kawasan dapat dilihat pada Gambar 7.

(7)

Gambar 6. Zonasi Kawasan Wisata Sungai Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023)

Gambar 7. Rencana Tapak Kawasan Wisata Sungai Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023)

(8)

Gambar 8. Rencana Kawasan Wisata Sungai Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023) Wisata Petualangan

Fokus pada perencanaan wisata petualangan bukit adalah penentuan jalur pendakian dan jalur sepeda gunung. Kedua jalur ini diidentifikasi dari jalur eksisting yang dipetakan oleh masyarakat ketika FGD berdasarkan jalur eksisting yang digunakan pengunjung selama ini. Pada jalur pendakian (trekking) terdapat dua titik stop point dengan pemandangan yang indah sebelum sampai puncak utama. Puncak bukit yang berbentuk memanjang dan secara lokal disebut Rhung Pawang Chik adalah tujuan utama dalam jalur pendakian ini. Sementara itu, untuk jalur sepeda yang direncanakan juga merupakan jalur yang telah digunakan pada Pekan Olah Raga Aceh (PORA) 2018. Jalur ini juga termasuk jalur naik untuk mobil pembawa sepeda ke atas bukit. Di samping penentuan jalur, juga direncanakan sebuah area berkemah dekat stop point kedua yang diidentifikasi masyarakat sebagai kawasan yang relatif datar dan telah banyak digunakan pendaki untuk berkemah. Rencana jalur pendakian, jalur sepeda gunung, stop point, dan area berkemah dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Rencana Kawasan Wisata Bukit Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023)

Terkait dengan isu keamanan dan kenyamanan pada area wisata petualangan bukit, juga direncanakan penambahan fasilitas berupa railing (pegangan) pada jalur pendakian dan stop point/ area pandang. Railing direncanakan untuk membantu pendaki terutama di tempat-tempat yang terjal dan

(9)

menantang. Railing direncanakan dibuat dari material alami seperti tiang kayu dan tali tambang ulir yang secara desain lebih menyatu dengan alam (Gambar 10). Penambahan penunjuk arah serta papan peringatan juga dibutuhkan dan direncanakan untuk menjamin keamanan [18].

Gambar 10. Perencanaan penambahan railing pada jalur pendakian dan stop point Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023)

Wisata Sejarah

Pada era 80-an, Indonesia memulai program transmigrasi dengan memindahkan penduduk dari pulau Jawa yang lebih padat ke pulau lain di Indonesia. Salah satu daerah tujuan transmigrasi tersebut adalah Aceh dimana desa Suka Tani Jantho menjadi salah satu kawasan baru yang dibuka untuk pemukiman transmigrasi. Para transmigran di Jantho kala itu berprofesi sebagai petani. Mereka dibagikan rumah dan lahan oleh pemerintah untuk digarap [19]. Namun konflik Aceh yang mulai memanas sejak awal 90-an dan mencapai puncaknya hingga 1998 membuat kondisi tidak kondusif sehingga memaksa para transmigran meninggalkan desa yang awalnya bernama Trans-Jalin ini. Dalam FGD, dua peserta yang telah menempati desa Suka Tani sejak awal menuturkan bahwa desa Suka Tani ditinggalkan dengan terburu-buru oleh transmigran saat situasi semakin tidak aman. Hanya beberapa penduduk lokal yang bertahan sehingga populasi desa menurun drastis. Kawasan ini kemudian menjadi kawasan yang kosong. Rumah, sawah dan ladang ditinggalkan dan kembali ditutupi semak belukar. Sementara itu, infrastruktur desa dari masa transmigrasi juga terbengkalai dan masih menjadi lanskap dominan yang dapat dilihat di Suka Tani hingga saat ini. Peninggalan-peninggalan ini menjadi pengingat akan sejarah yang pernah terjadi di Suka Tani

Dari hasil FGD, para pemuka desa menyatakan ada hal yang bisa dipelajari dari sejarah desa Suka Tani yaitu pengalaman konflik-damai Aceh yang menyadarkan mereka bahwa konflik hanya akan menyengsarakan masyarakat kecil. Narasi utama ini dapat dimanfaatkan sebagai salah bentuk wisata kelam (dark tourism) yang dapat dikemas untuk edukasi bagi masyarakat serta generasi selanjutnya terkait sejarah konflik Aceh. Wisata kelam (dark tourism) merupakan suatu istilah akademik yang berkaitan dengan tempat-tempat wisata yang memiliki signifikasi terhadap suatu kejadian di masa lalu yang menyakitkan dan traumatis seperti kematian, konflik, dan perang [20].

Dalam proses perencanaan, peserta FGD mengidentifikasi beberapa peninggalan dari masa transmigrasi di desa Suka Tani yang memiliki kesan visual dan latar belakang cerita yang kuat. Beberapa area tempat peninggalan-peninggalan tersebut masih dapat diakses dengan mudah sedangkan beberapa area sudah sulit untuk diakses dan dikunjungi. Peninggalan-peninggalan yang berada pada kawasan dengan akses yang mudah dan memiliki kesan yang kuat terkait desa yang ditinggalkan antara lain adalah bekas rumah transmigran, area jalan desa yang terbengkalai, serta fasilitas umum desa yang sudah ditinggalkan dan rusak seperti musholla (Gambar 11).

Gambar 11. Peninggalan Desa Transmigrasi di Suka Tani Sumber: Dokumentasi Penulis (2023)

(10)

Di samping ketiga peninggalan tersebut, peninggalan-peninggalan penting yang terdapat pada desa antara lain titik nol pembangunan desa transmigran, bangunan Sekolah Dasar, bekas posko militer, bekas pos jaga malam.

Hasil dari identifikasi peninggalan-peninggalan ini kemudian disintesis untuk merencanakan jalur interpretasi yang menghubungkan beberapa peninggalan kunci dalam satu rangkaian narasi terkait tema wisata sejarah konflik-damai Aceh. Perencanaan jalur interpretasi bertujuan agar pengunjung mendapatkan pesan yang berupa serangkaian pengalaman serta pemahaman yang berhubungan dengan tema perjalanannya melalui perencanaan tata ruang dan tata sirkulasi [21]. Jalur interpretasi yang direncanakan pada desa Suka Tani berupa jalur loop (melingkar) yang bermula pada area servis wisata sungai (pos informasi) dan kembali ke titik yang sama. Secara operasional, pemandu lokal akan mengajak pengunjung atau grup tur berhenti pada setiap titik peninggalan di jalur interpretasi untuk menyampaikan narasi terkait sejarah. Jalur dan beberapa titik peninggalan sejarah di Suka Tani dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Peninggalan Desa Transmigrasi di Suka Tani Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023) Perencanaan Keseluruhan Kawasan

Secara keseluruhan perencanaan lanskap wisata desa Suka Tani yang mencakup ketiga potensi wisatanya yaitu wisata sungai, wisata petualangan bukit, dan wisata sejarah dapat dilihat pada Gambar 13.

Area wisata sungai menjadi pintu masuk utama ke kawasan dan mengubungkan ke kedua area wisata lainnya (wisata petualangan bukit dan wisata sejarah).

Gambar 12. Perencanaan Wisata Sukatani Sumber: Rekomendasi Desain Penulis (2023)

(11)

4. Kesimpulan

Perencanaan lanskap wisata dengan pendekatan partisipatif di desa Suka Tani Aceh Besar menyimpulkan tiga tema wisata utama yang dikembangkan yaitu wisata sungai, wisata petualangan bukit, dan wisata sejarah. Perencanaan lanskap wisata dilakukan dengan membagi zonasi, program ruang, serta arahan fasilitas untuk mengakomodasi berbagai atraksi wisata yang direncanakan.

Perencanaan lanskap wisata sungai meliputi pembagian zona yang terdiri dari area penerimaan, parkir, informasi wisata dan area servis, area piknik bantaran sungai, area glamping, lapangan multifungsi, dan hutan mini. Setiap zona memiliki arahan kegiatan yang menjadi atraksi yang ditawarkan kepada pengunjung. Zona wisata sungai menjadi pintu masuk untuk kedua zona wisata lainnya yaitu wisata sejarah dan petualangan bukit karena pada bagian ini dibangun pos informasi dan pelayanan wisata.

Perencanaan lanskap wisata petualangan bukit berupa penentuan jalur pendakian (trekking) dan stop point. Terdapat tiga stop point pada jalur pendakian yaitu dua stop point dengan pemandangan (view) dan satu puncak bukit Jalin. Perencanaan juga dilakukan dengan menambahkan beberapa elemen lanskap seperti railing pada jalur dan stop point/view point untuk keamanan pengunjung. Sedangkan untuk wisata sejarah direncanakan dengan tema dark tourism dengan mendesain sebuah jalur interpretasi yang melewati beberapa peninggalan era transmigrasi untuk menarasikan sejarah konflik-damai Aceh dari sudut pandang masyarakat lokal.

Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan mengakselerasi pengumpulan data dan proses perencanaan. Pelibatan masyarakat juga bermanfaat untuk memastikan hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan dan visi desa ke depan. Perencanaan lanskap wisata partisipatif juga merupakan suatu usaha untuk memastikan keberlanjutan dalam pembangunan wisata di kawasan desa Suka Tani.

5. Referensi

[1] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, “Desa Suka Tani Jantho Kekuatan Baru Pariwisata Di Aceh Besar,” https://disbudpar.acehprov.go.id/desa-suka-tani-jantho-kekuatan-baru-pariwisata- di-aceh-besar/, Nov. 02, 2022.

[2] Damanik, J., Rindrasih, E., Cemporaningsih, E., Marpaung, F., Raharjana, D. T., & Brahmantya, H., Membangun pariwisata dari bawah: catatan penelitian terhadap desa wisata penerima PNPM Mandiri Pariwisata. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2019.

[3] Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 9 TAHUN 2021 tentang Pedoman Destinasi Wisata Berkelanjutan. Indonesia, 2009.

[4] S. Nurisjah and Q. Pramukanto, “Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap,” Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2012.

[5] I Gede Ardika, Kepariwisataan Berkelanjutan; Rintis Jalan Lewat Komunitas. Bogor: PT. Kompas Media Nusantara, 2018.

[6] N. Parras, ; N., and R. Purwono, “Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Alam Pemandian Air Panas Tirta Sayaga, Kabupaten Bogor.” 2022.

[7] Kia, Zakia. "Ecotourism in Indonesia: Local community involvement and the affecting factors."

Journal of Governance and Public Policy 8.2 (2021): 93-105.

[8] John Ormsbee Simonds and Barry W Starke, Landscape Architecture : a Manual of Environmental Planning and Design, Fifth. New York: McGraw-Hill Education, 2013.

[9] Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar. 2013.

[10] Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar, “Kecamatan Kota Jantho Dalam Angka 2022,” Aceh Besar, 2022.

[11] Kumparan, “Pesona Krueng Jalin, Aceh Besar, Bekas Tempat Berlatih GAM dan Teroris,” 2020.

https://kumparan.com/acehkini/pesona-krueng-jalin-aceh-besar-bekas-tempat-berlatih-gam-dan- teroris-1sZipLJAEak (accessed May 16, 2023).

[12] Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, “Promosikan Wisata Alam Jantho, PJ Bupati Aceh Besar Gowes ke Krueng Jalin,” https://acehbesarkab.go.id/berita/kategori/pemerintahan/promosikan- wisata-alam-jantho-pj-bupati-aceh-besar-gowes-ke-krueng-jalin, 2022.

[13] Pemerintah Aceh Besar, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2020-2034. 2020.

[14] L. M. Eadens, S. K. Jacobson, T. V. Stein, J. J. Confer, L. Gape, and M. Sweeting, “Stakeholder mapping for recreation planning of a Bahamian National Park,” Soc Nat Resour, vol. 22, no. 2, pp.

111–127, 2009, doi: 10.1080/08941920802191696.

(12)

[15] Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau,” 2015.

[16] K. Fenny Aprillia, T. Lie, and C. Saputra, “Karakteristik desain ruang terbuka hijau pada sempadan sungai perkotaan,” ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, vol. 5, no. 2, pp. 235–244, Aug. 2020, doi:

10.30822/arteks.v5i2.394.

[17] F. Fachrurrazi, S. M. Saleh, and I. Izziah, “Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana Ekowisata Krueng Jalin Kota Jantho,” Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, vol. 5, no. 2, pp. 308–

317, Jul. 2022, doi: 10.24815/jarsp.v5i2.25480.

[18] N. Vinky Rahman, N. Ginting, S. Subhilhar, and N. Narisa, “Planning a tourism landscape in geosite area: Sipiso-piso waterfall,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Institute of Physics Publishing, Mar. 2018. doi: 10.1088/1755-1315/126/1/012196.

[19] Asal Basri, “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Transmigran Pemukiman Jantho,” Banda Aceh, 1988.

[20] R. Hartmann, J. Lennon, D. P. Reynolds, A. Rice, A. T. Rosenbaum, and P. R. Stone, “The history of dark tourism,” Journal of Tourism History, vol. 10, no. 3, pp. 269–295, Sep. 2018, doi:

10.1080/1755182X.2018.1545394.

[21] A. S. Putra, A. G. Sugiarta, and L. S. Yusiana, “Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Warisan Sejarah Budaya di Pusat Kota Denpasar,” E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika , vol. 2, no. 2, pp.

116–125, 2013, [Online]. Available: http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tujuan optimalisasi ekowisata di desa Sebente ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat desa yang bermukim di sekitar kawasan obyek wisata untuk

2, March 2023 e–ISSN 2614-6258 DESIGNING AND IMPLEMENTING ASYNCHRONOUS SPEAKING ASSESSMENT: ENGLISH TEACHERS’ CHALLENGES AND OPPORTUNITIES Dwi Rohmaniatu Silky1, Fauzi Miftakh2,