• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA SAMBIROTO MENUJU DESA WISATA BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN DESA SAMBIROTO MENUJU DESA WISATA BERKELANJUTAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

47

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA SAMBIROTO MENUJU DESA WISATA BERKELANJUTAN

Sri Yuliani1, Yosafat Winarto2, Ana Hardiana2, Amin Sumadyo2

1Program Studi Arsitektur, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta, Indonesia

2RG Arsitektur Berkelanjutan, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta, Indonesia sriyuliani71@staff.uns.ac.id1

ABSTRAK

Pengembangan desa wisata memerlukan pertimbangan multi aspek untuk mengoptimalisasikan potensi dan mengendalikan dampak pasca operasional kegiatan wisata. Optimalisasi potensi mencakup ekplorasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia dengan orientasi pemberdayaan secara berkelanjutan. Untuk itu, penelitian mengarah pada penyusunan strategi pengelolaan sumber daya alam dan manusia dengan konsep arsitektur berkelanjutan. Penelitian menggunakan metode case study, dengan penggalian data melalui teknik survei lapangan, melakukan wawancara dan penggalian informasi secara komunal dalam kegiatan focus group discussion. Lokasi penelitian di Desa Sambiroto Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, sebagai sampel desa yang berpeluang untuk dikembangkan ke arah desa wisata. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi pengembangan dapat dilakukan melalui tiga sektor, yaitu sosial dan budaya lokal, pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat serta konservasi alam dan lingkungan sekitar.

Kata kunci: arsitektur berkelanjutan; master plan desa wisata; strategi pengembangan desa

ABSTRACT

The development of a tourist village requires multi-aspect considerations to optimize the potential and control the post-operational impact of tourism activities. Optimization of potential includes the exploration of natural resources and human resources with an orientation to sustainable empowerment.

Therefore, the research leads to the formulation of strategies for managing natural and human resources with the concept of sustainable architecture. The research uses the case study method, by extracting data through field survey techniques, conducting interviews and extracting information communally in focus group discussion activities. The research location is in Sambiroto Village, Pracimantoro sub-district, Wonogiri district, as a sample of villages that have the opportunity to be developed into a tourist village. The results of the study conclude that the development strategy can be carried out through three sectors, namely social and local culture, economic development and welfare of the local community and conservation of nature and the surrounding environment.

Keywords: sustainable architecture; tourism village master plan; village development strategy PENDAHULUAN

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) mengadopsi Sustainable Development Goals (SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Orientasi membangun dalam konsep TPB di

Indonesia diwujudkan dengan program prioritas pembangunan desa wisata (SDGs Sustainable Development Goals, 2022) di beberapa propinsi dan alokasi dana prioritas pembangunan untuk desa, bertujuan menguatkan kemandirian ekonomi melalui pengembangan potensi desa wisata.

Desa Sambiroto di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah merupakan desa yang terletak dekat dengan pusat kota kecamatan Pracimantoro pada akses jalan utama propinsi. Desa Sambiroto memiliki potensi utama berupa sumber mata air melimpah yang sudah mulai diupayakan

(2)

48 masyarakat menjadi unggulan wisata desa.

Sumber mata air di Desa Sambiroto memiliki ketersediaan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Masyarakat desa Sambiroto pada saat ini sudah berinisiatif membangun fasilitas rekreasi sesuai dengan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber mata air yang melimpah. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah pengembangan fasilitas rekreasi yang dirasakan sendiri oleh masyarakat belum optimal dan pembangunan belum berorientasi pada pembangunan desa wisata berkelanjutan. Untuk itu strategi pengembangan desa dapat mengimplementasikan konsep arsitektur berkelanjutan dalam penyusunan masterplan kawasan wisata desa agar bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan konservasi lingkungan di masa yang akan datang.

Penelitian strategi pengembangan ini bermanfaat untuk panduan pengembangan desa mitra, sehingga mempunyai arah pembangunan yang lebih mendasar pada keperluan dan optimalisasi potensi desa melalui konsep membangun desa berkelanjutan.

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa teori terkait dalam penelitian ini relevan dengan pembahasan pembangunan berkelanjutan, pariwisata, desa wisata, dan strategi pengembangan desa berbasis arsitektur berkelanjutan.

Teori pembangunan berkelanjutan sebagaimana diadopsi dari maklumat Sustainable Development Goals (SDGs) memuat 17 aspek pembangunan diterapkan di Indonesia dengan terminologi empat pilar pembangunan (https://sdgs.bappenas.go.id/dokumen/) yakni pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan serta hukum dan tata kelola. Berdasarkan TPB di Indonesia inilah, maka pembangunan sebaiknya memperhatikan keberlanjutan baik sosial, ekonomi, lingkungan, hukum dan tata kelola.

Untuk itu pengembangan desa, dalam hal ini terkait dengan obyek penelitian, yakni Desa Sambiroto, perlu mempertimbangkan dampak yang akan mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, hukum dan tata lingkungan.

Sebagaimana fokus penelitian berlatar belakang ilmu arsitektur, maka penelitian lebih berorientasi pada strategi pengembangan yang dapat mendukung sosial, ekonomi dan lingkungan.

Namun demikian, hal-hal terkait regulasi dan kebijakan pembangunan desa akan menjadi dasar

pertimbangan dalam melakukan keputusan penyusunan.

D. Iliev telah menganalisis evolusi wisata (terutama wisata religi) meliputi bagaimana konsep, paradigma, dan praktik yang ada terkait dengan wisata telah berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah: analisis sejarah, perbandingan, pelingkupan, sintesis, dan mengidentifikasi kesenjangan penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa konsep wisata secara bertahap berubah dan meningkat selama bertahun-tahun, serta melalui fase segmentasi, penciptaan konsep baru, dan pengembangan identitas baru. Pertumbuhan intensif pariwisata di pasar global, struktur yang kompleks, dan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang dinamis memerlukan pendekatan postmodern dan multidisipliner serta analisis mendalam tentang pengembangan arah pariwisata. Perkembangan pariwisata menjadi tumpang tindih secara parsial antar elemen, hingga memunculkan pariwisata alternatif (Iliev 2020). Tidak dapat dipungkiri, bahwa menurut Iliev, perkembangan pariwisata akan memberi dampak besar, sehingga sangat mempengaruhi identitas lokal, digantikan dengan identitas yang semu atau bahkan dipaksakan untuk hadir dan memberikan warna kelokalan.

Penelitian sebelumnya oleh V Wells dkk (Wells et al. 2015) menyampaikan bahwa intervensi perkembangan pariwisata akan mempengaruhi perilaku masyarakat, karena pergeseran orientasi.

Orientasi yang dimaksud adalah perubahan kesadaran yang awalnya menghargai lingkungan, menjadi berkurang karena mengutamakan kepuasan capaian ekonomi semata. Di sisi lain, penelitian pariwisata yang dihubungkan dengan budaya masyarakat oleh Haigh dkk (Haigh 2020;

Ram et al. 2021) menemukan bahwa perencana pariwisata, telah mengeksotisisasi dan meminggirkan komunitas lokal dengan mengorbankan pengembangan ekonomi yang terdiversifikasi. Hal ini akhirnya memunculkan dilema kebijakan yang meluas ke obyek kebijakan.

Sehingga dari temuan beberapa penelitian tersebut, perlu kecermatan dalam mengelola dan mengembangkan pariwisata, dengan mendasarkan pada prinsip yang kuat dari sebuah obyek pariwisata.

Di sisi lain, terkait dengan teori strategi pengembangan desa berbasis arsitektur berkelanjutan, setidaknya mempertimbangkan lingkungan ekologis dan budaya yang orisinil sebagai pendukung unsur keberlanjutan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Yuliani

(3)

49 dkk (Yuliani and Setyaningsih 2018; Yuliani,

Hardiman, and Setyowati 2020) diungkapkan bahwa pengembangan fasilitas komunal yang mewadahi aktivitas masyarakat secara umum, akan lebih bertahan dan berkelanjutan manakala desain dapat mengakomodasi kepentingan dan kehendak masyarakat secara luas, mulai anak- anak hingga masyarakat dengan keterbatasan aksesibilitas. Penelitian lain yang melakukan oleh Lee dkk (Lee, Jan, and Liu 2021) mengeksplorasi kerangka indikator keberlanjutan, mengevaluasi bobot indikator dan menilai kinerja menggunakan kasus resor ekologi hutan melalui tiga studi. Studi 1 mengeksplorasi indikator keberlanjutan untuk resor ekologi, studi 2 menghitung bobot relatif dari setiap indikator keberlanjutan, dan studi 3 mengevaluasi kinerja keberlanjutan resor ekologi hutan. Analisis tersebut mengungkapkan 89 indikator yang diklasifikasikan ke dalam enam kategori: pengelolaan lingkungan, pengelolaan ekonomi, pengelolaan sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengelolaan sumber daya manusia, dan kebijakan pemerintah. Temuan penelitian ini secara efektif mengembangkan kerangka indikator keberlanjutan untuk menilai pariwisata berkelanjutan yang memberikan referensi teoretis dan manajerial yang berharga, memperluas pengetahuan tentang pengembangan resor berkelanjutan. Penelitian Lee ini menguatkan temuan penelitian sebelumnya oleh Khazaee dkk (Khazaee Fadafan, Danehkar, and Pourebrahim 2018) bahwa pengembangan wilayah untuk tujuan pariwisata memberikan dampak terhadap beban lingkungan yang diterima pada wilayah tersebut. Namun demikian, pendekatan konsep pariwisata dengan wawasan lingkungan yang memadukan budaya lokal, di mana peran masyarakat ikut disertakan, pada akhirnya merupakan pendekatan pengembangan pariwisata yang lebih berkarakter sehingga konsep pariwisata mempunyai prospek keberlanjutan. Namun, konsep pengembangan pariwisata ini lebih dari sekadar pengembangan spasial pariwisata, bahkan mempertimbangkan pentingnya mengadopsi strategi perencanaan penggunaan lahan yang bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan. Penyertaan masyarakat dalam menjaga lingkungan pada daerah wisata tidak boleh diabaikan, karena unsur pelaku berbasis akar keberlanjutan adalah masyarakat lokal. Secara lebih lengkap Deddy dkk (Deddy dkk. 2022) merangkum hasil penelitian bahwa berdasarkan sintesis teori ekowisata, ada enam kriteria pengembangan ekowisata, yaitu lingkungan, partisipasi

masyarakat, pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan. Penelitian yang dilakukan Deddy dkk mengambil lokasi di Desa Peliatan Bali, untuk mengetahui pentingnya partisipasi masyarakat sebagai kriteria pengembangan ekowisata; mengetahui tingkat partisipasi masyarakat desa Peliatan dalam pengembangan ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria partisipasi masyarakat menempati urutan ketiga (sedikit lebih penting, dengan bobot 0,168) setelah standar lingkungan (bobot 0,281) dan sosial budaya (0,210). Warga Desa Peliatan berpartisipasi dalam setiap kegiatan di desanya (perencanaan, pengembangan, pengelolaan, pemantauan/evaluasi), yang sangat berperan penting dalam pengembangan ekowisata Desa Peliatan.

Berdasarkan beberapa teori yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya, maka prinsip dasar dalam menyusun strategi pengembangan desa wisata adalah daya dukung lingkungan, sosial dan budaya masyarakat termasuk kesadaran dan tingkat edukasi, kebijakan dan regulasi yang mengatur batas-batas pengembangan. Ketiga hal tersebut tentulah memerlukan sinergi dengan peran pemerintah baik skala lokal, regional hingga nasional dan dukungan institusi/lembaga serta hubungan harmonis pihak swasta dengan seluruh pemangku kepentingan.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode studi kasus (case study). Implementasi metode dalam penelitian menghadirkan kajian kasus dari teori dan obyek sejenis dengan karakter potensi yang memiliki kesesuaian. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan survei secara langsung di lapangan obyek penelitian, menggali informasi melalui wawancara dengan informan dan melakukan diskusi secara kelompok dalam focus group discussion dari lintas pemangku kepentingan.

Secara skematik, metode penelitian disajikan pada gambar 1. Skema pada gambar 1, menguraikan secara detil, tahapan dan metode yang digunakan dalam penelitian, mulai dari tahap persiapan, studi literatur hingga tahap melakukan analisis data.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis swot dalam menentukan potensi dan kendala obyek penelitian, analisis isi terhadap kajian teoritikal yang digunakan sebagai studi kasus, dan analisis konseptual dalam menyusun strategi pengembangan yang diwujudkan dalam skema grafis pada master plan pengembangan Desa Sambiroto.

(4)

50

Gambar 1. Metode Penelitian

(Sumber: Tim Hibah Grup Riset Desa Sambiharjo, 2022)

Lokasi penelitian Desa Sambiroto berada di kecamatan Pracimantoro, kabupaten Wonogiri, merupakan desa yang terletak di perbatasan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti pada bagian yang ditandai garis tepi merah pada gambar 2.

Gambar 2. Wilayah penelitian Desa Sambiroto

Desa Sambiroto membentang di daerah beriklim tropis lembab dengan potensi alam sumber air, visual alam bercirikhas tanah karst, potensi ekonomi produksi tempe dan budaya gotong royong hingga kesenian tradisional.

HASIL DAN ANALISIS

Pengembangan Desa Sambiroto menjadi sebuah Desa Wisata pada kondisi saat ini hanya mengandalkan keberadaan sumber mata air Desa yang dikemas menjadi Taman Air Sokanandi.

Taman berada persis di depan Kantor Kepala Desa

Sambiroto. Banyak potensi desa yang belum diintegrasikan dalam sebuah perencanaan desa wisata secara menyeluruh. Permasalahan lain yang belum disadari masyarakat Desa Sambiroto adalah konservasi sumber daya mata air itu sendiri dan sumber daya alam yang ada. Perubahan Iklim dunia juga dapat berpotensi akan menurunkan ketersediaan sumber air pada mata air yang ada di desa, seperti pada gambar 4 dan 5.

Pada saat ini, pihak pemerintah kecamatan dan desa sudah mulai merasakan dampak pembangunan wisata desa yang tidak terencana dan dilakukan secara parsial. Taman air Sokanandi dirasa tidak mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang datang untuk berwisata. Hasil evaluasi para perangkat pemerintah Kecamatan Pracimantoro, Pemerintah Desa Sambiroto, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menyimpulkan bahwa perlunya perencanaan Desa Wisata Sambiroto yang berkelanjutan.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara dengan masyarakat sebagai informan maupun wawancara dengan pemangku kepentingan di lokasi Desa Sambiroto Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Tim peneliti melakukan koleksi data secara bersamaan dengan melibatkan pemangku kepentingan, pada gambar 3. Penggalian bahan penelitian menghasilkan beberapa data, yakni data statistik desa, profil kondisi sosial, budaya dan perekonomian masyarakat lokal, data spasial lingkungan kawasan Desa Sambiroto, dan pemetaan udara/aerial mapping.

Gambar 3. Koordinasi tim peneliti dengan pemangku kepentingan

Melalui analisis swot pada Desa Sambiroto, secara ringkas diperoleh hasil bahwa desa memiliki kekuatan potensi alam yang berkarakter lokal sehingga menjadi nilai kekhasan desa, sedangkan peluang dapat diperoleh dengan

(5)

51 optimalisasi posisi strategis dari letak geografis

desa yang berada di perbatasan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, gambar 2.

Peluang dan kekuatan yang dimiliki Desa Sambiroto menjadi potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata, namun perlu mencermati dampak-dampak yang menyertai kegiatan pariwisata, sebagaimana hasil penelitian (Iliev 2020; Haigh 2020; Wells et al. 2015) Analisis kelemahan desa dapat disimpulkan bahwa desa masih belum memiliki sarana dan prasarana yang dapat memfasilitasi terselenggaranya sebuah obyek pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini menjadi ancaman untuk pengembangan desa, bilamana dikomparasikan dengan desa lain di Kabupaten Wonogiri atau desa lain di Indonesia, sehingga upaya untuk menarik kunjungan wisatawan memerlukan usaha ekstra agar desa memiliki daya tarik.

Gambar 4. Gerbang Masuk Wisata Air Soka Nandi (Sumber: Tim Hibah Grup Riset Desa Sambiharjo, 2022)

Gambar 5. Kolam Utama Wisata Air Soka Nandi

Penyusunan strategi pemgembangan mempertimbangkan empat pilar dengan fokus pada tiga pilar yakni pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada sektor ekonomi, analisis konten yang dilakukan pada pengamatan secara mendalam diperoleh hasil bahwa produk industri olahan rumah tangga untuk memproduksi tempe berbungkus daun, menjadi peluang untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan kekuatan masyarakat yang berusaha keras untuk mengembangkan produk tempe, pada gambar 6.

Upaya pengembangan produk tempe diwadahi

pada zona produksi tempe berupa bangunan untuk workshop, aktivitas eksibisi dan edukasi seperti gambar 7, diperjelas dalam penataan rencana master plan pada gambar 8.

Aspek pembangunan lingkungan memperhatikan potensi alam yakni sumber air, pada gambar 4 dan 5, yang tidak hanya memiliki sumber alam untuk kehidupan, namun juga memiliki nilai historis yang tentunya menjadi potensi daya tarik wisata. Apalagi secara sosial dan budaya, masyarakat sangat antusias bersemangat mengeksplorasi potensi ini dalam bentuk cerita rakyat yang bermakna. Potensi dan peran masyarakat ini menjadi kunci keberhasilan pengembangan desa berkelanjutan (Lee, Jan, and Liu 2021; Yuliani and Setyaningsih 2018; Yuliani, Hardiman, and Setyowati 2020; Khazaee Fadafan, Danehkar, and Pourebrahim 2018; Deddy et al.

2022). Wadah aktivitas ini dikembangkan dari penggalian eksisting pada gambar 6 dan direspon dengan strategi gambar 7. Sumber alam lain yakni view sebuah pemandangan sawah yang menarik dan mempunyai nilai healing berpeluang untuk obyek wisata kekinian yang diwadahi pada rencana pengembangan gambar 6 dan gambar 7.

Gambar 6. Kondisi eksisting lokasi penelitian

(6)

52

Gambar 7. Konsep pengembangan gagasan

Penelitian menghasilkan strategi pengembangan ruang desa yang disajikan secara grafis dalam bentuk master plan, pada gambar 8.

Hasil penelitian berupa dokumen penataan ruang, bangunan dan lingkungan desa wisata berkelanjutan berbasis SDGs (Sustainable Development Goals) bagi percepatan pembangunan desa wisata berkelanjutan di Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 8. Strategi pengembangan dalam bentuk master plan Desa Sambiroto

Strategi penyusunan masterplan mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang dipertimbangkan pada saat analisis. Kegiatan tersebut meliputi area utama wisata yakni wisata alam sumber mata air berupa pemandian, sendang, kolam; wisata alam pemandangan berupa lapangan, saung, outbond dan cottage. Selain itu juga dilengkapi dengan area penunjang dan servis seperti gedung

pertemuan, area UMKM, area jajan makan dan minum serta area parkir yang tetap dikemas secara menarik.

KESIMPULAN

Perencanaan berkelanjutan Desa Sambiroto menitikberatkan pada tiga sektor, yaitu sosial dan budaya lokal, pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat serta konservasi alam dan lingkungan sekitar. Strategi pengembangan sosial dan budaya lokal melalui perencanaan ruang-ruang dan balai publik yang dapat digunakan sebagai sarana sosial dan berkesenian bagi masyarakat. Ruang dan balai publik juga dapat digunakan sebagai ruang atraksi para pengunjung wisata. Selain itu, terdapat juga Museum Tempe sebagai sarana edukasi dan informasi mengenai kekhasan tempe bungkus Sambiroto yang selama ini menjadi industri andalan masyarakat. Pada sektor pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan mempertimbangkan potensi ekonomi masyarakat dengan penyediaan lokasi penjualan bagi pengembangan dan tumbuhnya UMKM di desa Sambiroto. Masyarakat desa melalui BUMDes dan Pokdarwis akan terlibat penuh pada perencanaan, pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang direncanakan bersama.

Model strategi pengembangan desa wisata yang disajikan secara grafis dalam rencana masterplan ini dapat bermanfaat untuk konsep membangun desa wisata di daerah lain dengan mempertimbangkan kekuatan, potensi, kendala dan hambatan yang perlu dianalisis dengan cermat mengakar dari kondisi sosial, ekonomi, lingkungan yang selaras dengan regulasi maupun tata kelola desa setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Deddy, Km, Endra Prasandya, Wina Satria, and Ni Wayan Nurwasih. 2022. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Ekowisata Di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud Community Participation in Ecotourism Development in Peliatan Village, Ubud District” 20: 1–10.

https://doi.org/10.20961/arst.v20i1.55885.

Haigh, Matthew. 2020. “Cultural Tourism Policy in Developing Regions: The Case of Sarawak, Malaysia.” Tourism Management

81 (May): 104166.

https://doi.org/10.1016/j.tourman.2020.104 166.

(7)

53 Iliev, Dejan. 2020. “The Evolution of Religious

Tourism: Concept, Segmentation and Development of New Identities.” Journal of Hospitality and Tourism Management 45

(July): 131–40.

https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2020.07.012.

Khazaee Fadafan, Fatemeh, Afshin Danehkar, and Sharareh Pourebrahim. 2018. “Developing a Non-Compensatory Approach to Identify Suitable Zones for Intensive Tourism in an Environmentally Sensitive Landscape.”

Ecological Indicators 87 (October 2017):

152–66.

https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2017.11.06 6.

Lee, Tsung Hung, Fen Hauh Jan, and Jui Tu Liu.

2021. “Developing an Indicator Framework for Assessing Sustainable Tourism:

Evidence from a Taiwan Ecological Resort.”

Ecological Indicators 125: 107596.

https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2021.1075 96.

Ram, Gema, Javier Garc, Manuel Arcila-garrido, and Juan Adolfo Chica-ruiz. 2021. “A Tourism Potential Index for Cultural Heritage Management through the Ecosystem Services Approach.”

SDGs Sustainable Development Goals. 2022.

http://apps.who.int/bookorders.

Wells, Victoria K., Danae Manika, Diana Gregory-Smith, Babak Taheri, and Clair McCowlen. 2015. “Heritage Tourism, CSR and the Role of Employee Environmental Behaviour.” Tourism Management 48: 399–

413.

https://doi.org/10.1016/j.tourman.2014.12.0 15.

Yuliani, Sri, Gagoek Hardiman, and Erni Setyowati. 2020. “Green ‐ Roof: The Role of Community in the Substitution of Green ‐ Space toward Sustainable Development.”

Sustainability (Switzerland), no. 12, 1429.

https://doi.org/10.3390/su12041429.

Yuliani, Sri, and Wiwik Setyaningsih. 2018. “The Community Role in Green Area Sustainability as a Model of Energy- Efficient Buildings in the Humid Tropical Region.” In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. IOP Publishing.

https://doi.org/10.1088/1755- 1315/213/1/012010.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Strategi Komunikasi Untuk Pengembangan Kawasan Desa Wisata (Studi Kasus Implementasi Strategi Komunikasi

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa Tulungrejo 1.. Pembentukan Kelompok Sadar

Strategi pengembangan desa wisata pendidikan di Desa Cibodas melalui enam strategi yaitu (a) peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengemabagan desa wisata mulai dari

Desa Wisata Sangurejo merupakan objek wisata yang baru dirintis yang memerlukan strategi pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis rumusan strategi

Dari hasil pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan: (1) Ada 8 strategi yang dihasilkan dalam pengembangan desa wisata di Wanagiri, di antaranya (a) melibatkan

Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan desa wisata melalui program-program antara lain: Pengembangkan dan Peningkatkan daya saing produk dan usaha pariwisata,

Strategi pengembangan daya tarik wisata untuk mendukung promosi pemasaran dalam jangka pendek berdasarkan analisis SWOT pada desa wisata Puspoardi adalah strategi

Dengan demikian, strategi Community Based Tourism bermanfaat bagi pengembangan wisata di Pulau Pari dengan menawarkan konsep kepemilikan sumber daya, pengelolaan serta kontrol sehinggat