1
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BUDAYA DI DESA SETANGGOR KECAMATAN PRAYA BARAT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Oleh
EZZA SOPIAN HILMANSYAH 170503034
JURUSAN PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2021
2
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BUDAYA DI DESA SETANGGOR KECAMATAN PRAYA BARAT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh
EZZA SOPIAN HILMANSYAH 170503034
JURUSAN PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2021
3
4
5
6
7
HALAMAN MOTTO
Berwisata tidak hanya soal bersenang-senang tetapi lebih dari itu berwisata juga adalah upaya manusia dalam mencintai alam dan menghargai maha karya dari Allah SWT.1
1 Ezza sopian hilmansyah, Penulis Skripsi
8
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati saya persembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Ibu dan Bapakku tersayang yang telah melahirkan dan membesarkanku serta tiada henti-hentinya dalam mengalirkan Do’a keselamatan, kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupku, memberikanku kasih sayang, dukungan, motivasi, dan perjuangan serta pengorbanan yang luar biasa dan tiada henti selama ini bahkan sampai detik ini. Semoga semua itu dibalas dan dicatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT.
2. Saudara-saudariku tercinta yang selalu memberikanku kasih sayang, semangat, Do’a dan motivasi dalam menjalankan hidup ini sehingga bisa kuat dan tegar sampai hari ini.
3. Semua keluarga besarku, dari Ibu dan Bapak terimakasih untuk segala dukungan, Do’a, motivasi dan kasih sayang yang diberikan kepadaku sampai saat ini.
4. Huratul Aini dan Sahabat-sahabatiku tercinta, Rayon Al- farabi, Keluarga Besar PMII UIN Mataram, dan untuk sahabatku di Squad Koplek Muhamad Taupan, Lalu Khairul Ambia, Lalu Septian Arif, Wardahani Rahayu, Wiwin, Miftahul Jannah, Dini, Khairul Rizwan, Arman, Dedi dan untuk semua teman-teman seperjuanganku Kelas A PWS angkatan 2017. Terimakasih untuk kebersamaan dan canda tawakalian. Terimakasih untuk segala kasih sayang, persahabatan yang tulus yang senantiasa mendukung memberikan saran dan masukan untuk terus berjuang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Semua guru-guruku dan dosen-dosenku yang telah mengajariku, membagi ilmunya, mendidikku dengan sabar sehingga bisa menuntaskan pendidikan di kampus UIN Mataram tercinta, semoga amal Ilmu yang bapak/ibu dosen berikan bisa bermanfaat dan semua amal kebaikan bapak/ibu dosen UIN Mataram dicatat dan diterima sebagai amal ibadah disisi ALLAH S.W.T. Amin yaa Rabbal’alamin.
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Desa wisata Budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah” dapat diselesaikan oleh penulis walaupun masih banyak kekurangan.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada:
1. Bapak Sanurdi, M.Si. Selaku pembimbing I dan Bapak Restu Fahdiyansyah, M.S.A. Selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Muhamad Johari, M.S.I selaku Ketua Jurusan Pariwisata Syariah yang dengan sabar dan ikhlas memberikan bimbingan serta fasilitas sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Bapak Riduan Mas’ud, M.Ag. dan segenap staf akademik yang telah memberikan bantuan selama penulis menempuh studi di UIN Mataram.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Islam yang telah ikhlas membimbing dan memberikan ilmu tanpa mengenal lelah.
5. Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
6. Sahabat-sahabatku, semua mahasiswa PWS yang telah memberikan informasi, motivasi, serta do‟anya sehingga penulis Skripsi dapat diselesaikan walaupun banyak kekurangan.
10
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, atas nama pribadi sangat menantikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, terutama dari Dosen Pembimbing, Dosen FEBI UIN Mataram dan pihak lainnya demi sempurnanya Skripsi ini.
Akhirnya, harapan penulis semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin
Wallahul Muawaffiq Ila Aqwamit Tharieq Wassalamualaikum Wr.Wb
Mataram,____________2021 Penulis,
Ezza Sopian Hilmansyah
11
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BUDAYA DI DESA SETANGGOR KECAMATAN PRAYA BARAT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH EZZA SOPIAN HILMANSYAH
170503034 ABSTRAK
Penelitian ini terkait dengan sektor pariwisata, yakni membahas tentang Strategi Pengembangan Desa Wisata Budaya Di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana Strategi Pengembangan Yang dilakukan oleh pemerintah Desa Setanggor bersama lembaga-lembaga yang terlibat langsung dalam pengelolaan Desa Wisata Setanggor Sebagai Daerah Tujuan Desa Wisata Budaya serta apa sajakah faktor penghambat di dalam proses pengembangannya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan masalah dan mencari data-data secara langsung di lapangan agar mendapat data primer dan skunder. Teknik yang di gunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Pada teknik wawancara peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur yang mana peneliti bebas menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan tatap muka dan tanya jawab secara langsung dengan pihak informen atau subyek untuk memperoleh data.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa strategi yang telah diterapkan baik oleh pemerintah maupun pihak terkait dalam rangka pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa Setanggor yakni membentuk pengurus tetap, menyediakan sarana dan prasarana dengan melakukan pembenahan terhadap Attraction, Accessibility, Amenitas, Ancillary Service, melakukan promosi melalui media sosial dalam rangka mengenalkan serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, melakukan pelatihan pemandu wisata dan melakukan koordinasi bersama sektor pendukung baik pemerintah daerah maupun masyarakat itu sendiri. Dalam upaya mengembangan destinasi Desa Wisata sebagai Daerah Tujuan Wisata budaya ada bebeapa faktor penghambat di antaranya keterbatasan dana yang diperuntukkan untuk pembangunan pariwisata dari pemerintah, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), minimnya fasilitas, akessibitas yang masih belum layak, minimnya keterlibatan masyarakat dan wabah pandemi Covid-19.
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Desa Wisata Budaya.
12
DAFTAR ISI
HALAMAN MOTTO ... 1
HALAMAN PERSEMBAHAN ... 8
KATA PENGANTAR ... 9
DAFTAR ISI ... 12
BAB I PENDAHULUAN ... 13
A. Latar Belakang Masalah ... 13
B. Rumusan Masalah ... 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1. Tujuan penelitian ... 16
2. Manfaat penelitian ... 17
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 17
E. Talaah Pustaka ... 18
F.Kerangka Teori ... 23
G. Metode Penelitian ... 29
1. Pendekatan Penelitian Kualitatif ... 30
2. Kehadiran peneliti ... 30
3. Data dan sumber data ... 31
4. Teknik pengumpulan data ... 31
5. Proses analisis data ... 35
6. Keabsaan Data ... 36
H. Sistematika Pembahasan... 39
BAB IIPAPARAN DAN TEMUAN ... 41
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 41
B. Strategi pengembangan wisata Desa Setanggor ... 45
C. Kendala atau penghambat perkembangan wisata di Desa Setanggor . 50 BAB IIIPEMBAHASAN ... 53
A. Analisis Strategi Pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa Stanggor Kecamatan Praya Barat Lombok Tengah ... 53
B. Analisis Kendala atau Penghambat Pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa Setanggor Kecamatan Paraya Barat Lombok Tengah 57 BAB IV PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
13 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki berjuta keindahan dari laut dan darat. Oleh sebab itu Indonesia mendapat julukan surganya wisata. Kekayaan alam Indonesia merupakan modal besar artinya kekayaan alam dapat dijadikan tempat pariwisata yang nantinya akan dapat merubah sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah di Indonesia. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.
Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi masuk tak terkendali merasuki kebudayaan nasional yang merupakan jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah dari Sabang sampai Merauke.2
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Pariwisata menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
2 Nahak Hildigardis, Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi, Jurnal Kebudayaan, Vol. 5, No. 3, April 2012, Hlm 5-7.
14
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, penguasa pemerintah dan pemerintah daerah.3
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU No. 10 tahun 1990 pasal 1). Kabupaten Lombok Tengah memiliki banyak wisata yang menarik untuk di kunjungi salah satunya desa wisata Setanggor yang terletak di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah.
Secara umum pariwsata dikelompokan dalam tiga pilar utama, yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah. Masyarakat yang di maksud adalah masyarakat yang umum yang ada pada destinasi wisata sebagai pemilik dari berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata.
Termasuk kedalam kelompok masyarakat ini juga tokoh-tokoh masyarakat, intelektual, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan medis masa, swasta dalam hal ini merupkan asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok pemerintah adalah sebagai wilayah administrasi mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya. Penyelenggaraan system pariwisata dapat berjalan dengan sempurna bila komponen-komponen tersebut saling kerjasama, seperti kewajiban pemertintah adalah bersama-sama merencanakan, membangun, mengorganisasikan memlihara dan mengawasi dalam sektor yang mendukung kegiatan pariwisata.
Dalam mengembangkan desa wisata ada beberapa unsur yang harus diterapkan di desa tersebut yaitu unsur 4A dalam pariwisata dan community involvement atau keterlibatan masyarakat. 4A yang dimaksud adalah adanya Atraksi sebagai daya Tarik utama desa wisata;
Aksebilitas yang dapat diartikan sebagai beragam hal yang berkaitan dengan akses wisatawan ketika hendak berkunjung ke desa wisata;
Amenitas meliputi serangakian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wistawan, Anciliary Service Layanan tambahan sebagai tersedianya
3 Yustisia Kristiana, Kunci Sukses Pemandu Wisata, (Yogyakarta:
DEEPUBLISH, 2018), Hlm. 1.
15
sarana dan fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga mendukung terselenggaranya kegiatan berwisata. 4
Wisatawan yang masuk ke Desa wisata akan dapat menikmati alam pedesaan yang masih bersih dan merasakan hidup dalam suasana Desa dengan sejumlah adat istiadatnya. Selain menikmati keindahan alam pedesaan yang bersih dan asri. Wisatawan juga dapat menikmati atraksi seni budaya, adat istiadat dan lingkungan alam sekitar yang disediakan oleh masyarakat setempat, dan inilah yang menjadi pendorong masyarakat Desa Setanggor lebih tepatnya di NTB Lombok Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah pada tahun 2016 untuk membangun destinasi wisata yang berbasis budaya dan juga di dukung oleh pemerintah serta beberapa masyarakatnya yang juga sangat antusias untuk dapat menjadikan Desa Setanggor menjadi salah satu Desa wisata yang menarik.5 Alamnya yang asri dan penduduk yang ramah menjadi salah satu aset utama yang mereka miliki. Terlebih lagi dengan adanya budaya kesenian yang melatar belakangi keberadaan Desa ini.
Semenjak terbangunya Desa Wisata budaya yang ada di Desa Setanggor pada tahun 2016 cukup memberikan dampak atau pengaruh yang luas bagi masyarakat baik itu dampak positif maupun negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, baik itu dari segi kondisi ekonomi, sosial dan budaya, khususnya masyarakat yang berada sekitar kawasan wisata tersebut.6
Pengelolaan Desa Wisata Setanggor, Kec. Praya Barat, Kab.
Lombok Tengah, ini meliputi aspek pemerintahan, swasta, maupun masyarakat guna untuk melestarikan potensi wisata yang melimpah yang dimiliki Desa Wisata Setanggor, baik dari bidang pertanian, peternakan, alam, maupun seni/budaya yang dikemas menjadi sebuah konsep Desa Wisata budaya yang bertujuan untuk dapat mencapai kesejahteraan bagi Desa dan masyarakatnya dengan mengkaitkan tata
4 Indah Widowati, Grand Desain Pengembangan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal, Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Desember 2019, Hlm. 188-200.
5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:
Rafika Aditama, 2017), Hlm. 42.
6 Dokumentasi, Desa Setanggor, Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah.
16
kelola pemerintahan desa wisata dengan dampaknya terhadap kualitas hidup masyarakat.7
Pengembangan kepariwisataan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan, bahwa secara umum diperlukannya suatu perencanaan dalam pengembangan pariwisata atau daerah tujuan pariwisata yaitu perlunya perencanaan dalam pengembangan daerah tujuan pariwisata, supaya kemajuan dan perkembangan pariwisata di daerah tujuan pariwisata sesuai dengan tujuan atau harapan yang diinginkan dalam mencapai sasaran, baik dari aspek ekonomi, sosial budaya serta lingkungan alam (ekologi).8
Berdasarkan hal di atas, maka perlu sekiranya untuk dilakukan sebuah studi penelitian mengenai strategi pengembangan Desa Wisata.budaya Tentunya dengan harapan adanya studi penelitian ini, pemerintah Desa dan Mayarakat dapat mengembangkan potensi desa menjadi lebih baik. Hal inilah yang menjadi ketertarikan dari pihak peneliti untuk melakukan studi penelitian dengan mengangkat judul
“Strategi Pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Bagaimanakah Strategi Pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa Setanggor?
2.Apa saja faktor penghambat pengembangan Desa Wisata Budaya di Desa setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok tengah
?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut
a. Untuk mengetahui apa saja strategi pengembangan Desa wisata budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
7 Observasi, Tanggal, 8 Maret 2021.
8Mohamad Ridwan, Perencanaan Pengembangan Daerah Tujuan Pariwisata, (Yogyakarta: CV. BUDI UTAMA, 2019), Hlm. 15-16.
17
b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat pengembangan Desa wisata budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua a. Manfaat teoritis
1. Bagi peniliti lainya diharapkan penilitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan informasinya pada obyek kajian yang sama.
2. Bagi teman-teman yang melakukan penelitian terkait strategi penegembangan wisata, diaharapkan penelitian ini bisa menjadi acauan dalam penelitianya.
b. Manfaat praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana ataupun referensi. Dan mampu menimbulkan motivasi bagi penelitian berikutnya untuk meneliti ke tahap yang lebih lanjut tentang permasalahan yang ada.
2. Penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan bagi masyarakat desa setanggor, penelitian ini dapat dijadikam sebagai pertimbangn bagi masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya mengembangkan destinasi wisata.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1.Ruang lingkup penelitian
Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka peneliti membatasi luar lingkup penelitian ini, hanya berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan fokus masalah sebagaimana yang diuraikan diatas ya itu, bagaimana strategi pengembangan Desa wisata Budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
2. lokasi penelitian
Adapun tempat penelitian ini adalah di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barta Kabupaten Lombok Tengah, ini dilakukan pada bulan maret 2021 hingga bulan mei 2021.
18 E. Talaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan salah satu penulusuraan terhadap karya-karya atau studi terdahulu yang terkait, dimana fungsinya agar terhindar dari plagiasi, repitisi serta menjamin keaslian dan keabsahan pada penelitian yang dilakukan. Pada telaah pustaka ini peneliti akan mencoba mengangkat beberapa peneliti terdahulu yang mempunyai kaitan dengan penelitian sekarang yang akan peneliti lakukan:
1. Penelitian Binti Alfi Khoiriyah, dengan judul “Strategi Pengembangan Fasilitas Wisata Cemara Sewu Tulungagung untuk Menarik Wisatawan”, Jurusan Ekonomi Syariah, IAIN Tulungagung.9
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dirancang oleh wisata Cemara Sewu sudah bisa meningkatkan jumlah wisatawan selain itu upaya yang dilakukan pengeloa untuk mengembangkan fasilitas wisata yaitu dengan cara mengajukan proposal ke kepala dinas pariwisata, serta pengelola juga berusaha untuk menyediakan fasilitas sesuai dengan kemampuan mereka.
Faktor pendukung seperti akses jalan, panorama alam dan kebersihan. Yang merupakan termasuk ke dalam faktor penghambat yakni kurangnya kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga sumber daya alam yang ada di sekitar mereka yaitu destinasi wisata cemara sewu yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yakni sama-sama meneliti tentang strategi pengembangan obyek wisata dengan menggunakan metode yang sama yakni kualitatif. Sementara perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini tidak ditekankan pada peran masyarakat dalam mengembangkan sektor usahanya, melainkan bersifat objek wisata pribadi dan juga lokasi penelitian berbeda yakni penelitian dilakukan di Desa Setanggor Lombok Tengah.
9Binti Alfi Khoiriyah, Strategi Pengembangan Fasilitas Wisata Cemara Sewu Tulungagung untuk Menarik Wisatawan, (Skripsi, IAIN Tulungagung: 2018), Hlm. 85- 87.
19
2. Davin Muhammad Arsyad, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo, tentang “Strategi Pengembangan Wisata Syariah Melalui Media Sosial (Studi Kasus Wisata Watu Angkrik Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung)”.10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisata Watu Angkrik memiliki potensi yang sangat bagus sesuai dengan kondisi global yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat luas. Keadaan tersebut sangat berpotensi untuk memasarkan wisata tersebut menggunakan media sosial, terlebih di era modern ini manusia cenderung menggunkan media sosial sebagai sarana pencarian informasi.Dalam hal ini peran media sosial seperti web, Facebook, Instagram dan Twitter merupakan alat yang cocok untuk memasarkan Halal Tourism Watu Angkrik, sehingga mudah untuk dikenali oleh masyarakat luas.
Adapun teknik pengembangan menggunakan teknik pengembangan wisata menggunakan Carrying Capacity (daya dukung kawasan), Recreational Carrying Capacity (daya dukung rekreasi), Recreation Opportunity Spectrum, Visitor Impact Managemen Model, Visitor Experience and Resource Protection Model. Tujuan dari diadakannya penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi strategi pengembangan dan implementasi strategi pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan oleh pengelola wisata alam Watu Angkrik yang terdiri dari dimensi-dimensi dan memanfaatkan media sosial sebagai media untuk pengembangannya. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumen laporan, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik.
Persamaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian
yang akan dilakukan yakni pembahasan penelitian mengarah pada
10 Davin Muhammad Arsyad, Strategi Pengembangan Wisata Syariah Melalui Media Sosial, Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang: 2019.
20
strategi pengembangan pariwisata, metode yang digunakan sama (kualitaif). Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yakni peneliti memfokuskan penelitian terkait strategi pengembangan objek desa wisata di desa setanggor dengan berbasis budaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat
3. Novie Istoria Hidayah mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta tentang Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta”.11
Penelitian ini membahas terkait berbagai upaya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Jatimulyo dan mengetahui potensi serta apa saja kendala dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Jatimulyo membutuhkan bantuan modal, bantuan dari PNPM Mandiri Pariwisata, bantuan pembangunan prasarana, bantuan pendampingan, penguatan kelembagaan, dan penguatan kemitraan.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama membahas tentang obyek pariwisata, akan tetapi permasalahan yang diteliti berbeda.
Permasalahan yang dikaji pada penelitian relevan di atas adalah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan pada penelitian, ini yang dibahas yakni terkait Strategi Pengembangan objek desa wisata berbasis budaya. Siwi Harning Pambudi, Sunarto dan Prabang Setyono, “Strategi Pengembangan Agrowisata Dalam Mendukung pembangunan Pertanian” studi
11 Novie Istoria Hidayah, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo Girimulyo Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Yogyakarta, 2017.
21
kasus di Desa Wisata Kaligono (Dewi Kano) Kecamatan Kaligesing Kabupaten Puworejo.12
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas sesungguhnya bertujuan untuk mengetahui strategi dan dampak daripada pengembangan agrowisata di Desa Wisata Kaligono dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun hasil penelitian oleh peneliti terdahulu yakni masyarakat Dewi Kano mendukung dalam perencanaan pengembangan daerahnyasebagai kawasan agrowisata dilihat dari persepsi masyarakat yang cenderung setuju dalam upaya tersebut karena dapat memberikan dampak dari segi ekologi, sosial, ekonomi dan pengelolaan.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yakni memiliki fokus penelitian yang persis terkait strategi pengembangan Agrowisata namun cakupan peneliti lebih kecil yakni objek yang bersifat kepemilikan pribadi, tidak mencakup masyarakat secara keseluruhan melainkan hanya di dalam objek tersebut dan yang diuntungkan secara nyata bukanlah masyarakat tetapi owner dari desa wisata setanggor. Peneliti menggunakan metode yang sama yakni kualitatif.
4. Penelitian Ria Dwi Putri, Ardiansyah, Abdurrachman Arief dengan judul “Identifikasi Potensi Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Picung Ditinjau Dari Aspek Produk Wisata di Muara Ama Provinsi Bengkulu”.13
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi yang bisa dikembangkan di danau Picung adalah sebagai wisata alam dan rekreasi yang memiliki perbedaan keindahan dan keunikan dari objek wisata lainnya. Strategi pengembangan kawasan wisata alam danau Picung dengan peningkatan atraksi budaya, atraksi buatan dan atraksi alam serta amenitas yang memiliki potensi keaslian dan keunikan yang menarik serta peningkatan SDM di daerah sekitar
12 Siwi Harning Pambudi, dkk, Strategi Pengembangan Agrowisata dalam Mendukung Pembangunan Pertanian, Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 16 No.
2, Desember 2018: Hlm 180.
13 Ria Dwi Putri, dkk, Identifikasi Potensi Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Picung Ditinjau dari Aspek Produk Wisata di Muara Ama Provinsi Bengkulu”Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2 Juli 2019, Hlm. 93-98.
22
kawasan objek wisata dengan memberikan pembinaan dan pelatihan sehingga bisa meningkatkan kompetensi.
Perbedaan penelitian yang terdapat dengan peneliti yang sebelumnya yakni objek dari fokus dan lokasi penelitian berbeda, yakni peneliti membahas terkait Danau Picung sedangkan peneliti saat ini membahas tentang strategi pengembangan objek desa wisata berbasis budaya. Adapun persamaan penelitian dapat dilihat fokus permasalahan yang cenderung mendekati yakni sama-sama membahas pengembangan wisata alam serta metode yang digunakan yakni metode kualitatif. Persamaan lain yang didapatkan yakni fungsi dari dilakukannya pengembangan wisata alam yakni bertujuan untuk menjaga ekosistem alam.
5. Bambang Pramoto, dengan judul “ Pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) untuk pemetaan wisata alam dan budaya sebagai usaha perkembangan kabupaten sukoharjo”.14
Hasil penelitian berdasarkan penelitian didapat bahwa jumlah wisata alam dan budaya di kabupaten sukoharjo sebanyak 16 objek wisata yang tersebar di 10 kecamatan dengan rincian 10 objek wisata budaya dan 6 wisata alam peta persebaran objek wisata dapat dijadikan panduan dalam berwisata.
Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yakni sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan juga sama-sama meneliti pengembangan dalam pemetaan wisata alam dan budaya.
Sementara perbedaan penelitian ini yaitu lokasi penelitiannya dimana di penelitian ini peneliti mengambil lokasi di desa setanggor kec.praya barat kab.Lombok Tengah.
14 Bambang Pramoto, Pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) untuk pemetaan wisata alam dan budaya sebagai usaha perkembangan kabupaten sukoharjo, Skripsi, Universitas Yogyakarta, 2016, Hlm. 65.
23 F. Kerangka Teori
1. Desa wisata Budaya
a. Pengertian Desa wisata Budaya
Desa wisata merupakan pengembangan suatu wilayah desa yang pada dasarnya tidak merubah apa yang sudah ada akan tetapi lebih cenderung kepada pengembangan potensi desa yang ada dengan melakukan pemanfaatan kemampuan unsur- unsur yang ada di dalam desa yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala yang kecil menjadi rangkaian aktivitas atau kegiatan pariwisata dan mampu menyediakan serta memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik dari aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukung.15
Pada perda Nomor 3 Tahun 1991 pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan pariwisata budaya adalah untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata, mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan agama dan kebudayaan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan kegiatan kepariwisataan.16
b.Konsep Desa wisata Budaya
Setiap desa wisata tentunya memiliki konsep tersendiri hal tersebut dilihat dari adanya potensi di desa tersebut sehingga layak untuk dijadikan sebagai desa wisata. Pengelolaan suatu desa wisata sebagai objek wisata tidak hanya terbatas pada penetapannya sebagai desa wisata. Penetapan suatu desa sebagai desa wisata setidaknya didasarkan atas beberapa komponen potensial yang mendukung.17
15 A.J, Muljadi, 2012, Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hlm 12.
16 Arismayanti, Majalah Analisis Pariwisata, ( Denpasar: UNUD, 2009), Hlm.
21.
17 Anthonius Ibori, 2013, Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan Di Desa Tembuni Distrik Tembuni Kabupaten Teluk Bintuni, Jurnal
24
Menurut Priasukmana dan Mulyadin, penetapan suatu desa menjadi desa wisata harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya18
1. Memiliki akesebilitas yang baik, sehingga mempermudah wisatawan untuk berkunjung dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
2. Harus memiliki obyek-obyek menarik yang dapat berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.
3. Masyarakat serta aparatur desanya memberikan dukungan penuh terhadap desa wisata dan wisatawan yang berkunjung kedesanya.
4. Keamanan di desa tersebut terjamin.
5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang cukup memadai.
6. Memilki iklim yang sejuk atau dingin.
7. Memilki hubungan dengan obyek wisata lainnya yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Desa Wisata budaya berhubungan erat dengan daya tarik wisata budaya, berdasarkan pada rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional (RIPPARNAS) Pasal 14 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa daya tarik Desa wisata budaya adalah daya tarik berupa hasil olah cipta rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya dibedakan menjadi dua yaitu daya tarik wisata budaya yang bersifat berwujud dan daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak terwujud. 19
Pada dasarnya daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni daya Tarik wisata alami dan daya Tarik wisata buatan. Daya Tarik wisata alamiah adalah daya Tarik wisata ciptaan tuhan Yang Maha Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna, Sedangkan daya Tarik wisata buatan merupakan
18 Gumelar S. Sastrayuda, 2010, Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata, Jurnal
19 Maulida Dewi Pangestika, Perencanaan Pengembangan Wisata Budaya dan Religi di Provinsi Jawa Tengah, Universitas Negeri Semarang , (Skripsi, Semarang 2019), Hlm. 25-26.
25
hasil karya manusia yang terdiri dari peninggalan sejarah,seni Dan budaya. Adapun daya Tarik wisata laiinya yakni minat khusus yang merupakan suatu hal yang menjadi daya Tarik sesuai dengan minat dari wisatawan seperti berburu, mendaki gunung ,mempelajari seni dan budaya, industry dan kerajinan dan tempat pemberbelanjaan, Ziarah kubur dan laiinya.
c. Potensi Desa wisata Budaya
Desa wisata budaya memanfaatkan budaya sebagai potensi wisata dan budaya yang dapat dibedakan menjadi tiga wujud, yaitu gagasan, aktivitas dan artefak.
1) Gagasan (Wujud ideal)
Wujud idieal kebudyaan berupa kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau di sentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak pada kepala-kepala atau di alam pemikiran masyarakat. Jika masyarakat itu menyatakan gagasan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudyaan yang ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya penulis warga masyrakat tersebut.
2) Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas berupa wujud kebudyaan sebgai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering disebut dengan sistem sosial sistem sosial ini terdiri atas aktivias-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, dan bergaul dengan manusia lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari- hari, dan dapat diamati dan didokumentasi.
3) Artefak (Karya)
Artefak meupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan, sifatnya paling konkret di anatara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari
26
wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh wujud kebudayaan ideal mengatur dan member arah kepada tindakan (aktivias) dan karya (artefak) manusia dan keseluruhannya membentuk sebuah potensi wisata yang menarik.20
d. Dampak Desa wisata Budaya
1) Dampak positif Desa wisata budaya dapat dilihat pada hal- hal sebagai berikut:
a) Merupakan perangsang dalam pengembanggan desa wsiata dan usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan
b) Merupakan golongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian musik, upacara- upacara adat dan pakaian.
c) Memberikan dorongan terhadap masyarakat untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik d) Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan
dan masyarakat local. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan khsusnya dalam pengembanggan Desa wisata serta memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan yang handal
e) Memperluas lapangan kerja
f) Dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan 2) Dampak negative
a) Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
b) Timbulnya komersialisasi
c) Berkembangnya pola hidup konsumtif d) Terganggunya lingkungan
e) Semakin terbatasnya lahan pertanian
20 Ismayanti, Pengantar Pariwisata, (Jakarta: DEEFUBLISH, 2019), Hlm. 154- 153.
27
f) Pencernaan budaya dan terdesaknya masyarakat setempat.21
2. Strategi Pengembangan Desa wisata Budaya A. Strategi
Kata strategi merupakan kata sifat yang menjelaskan implementasi strategi. Secara umum, kita mendefenisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan serta memuat suatu rencana jangka panjang dalam mencapai tujuan.
Strategia dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana aksi untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara eksplisit mempertimbangkan organisasi yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi.
B. Pengembangan
Pengembangan berasal dari kata dasar “kembang”yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan “Pe.Danan” Sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses cara atau pembuatan secara bertahap.Jadi pengembangan merupakan suatu proses bertahap demi mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai agar sempurna.
Dalam pengembangan suatu obyek wisata diperlukan suatu strategi yang dimana dapat digunakan untuk memajukan dan mempebaiki, meningkatkan suatu kondisi kepariwisataan dan daya Tarik suatu pariwisata sehingga menjadi daya Tarik untuk para wisatawan agar dapat berkunjung dan mempunyai tujuan untuk memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat di sekitar daerah wisata maupun pemerintah.
Kerangka pengembangan pariwisata terdiri dari komponen - komponen utama sebagai berikut:
a. Obyek daya tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan daya tarik berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial.
21 Sri Mulyeni, pengaruh Pariwisata Terhadap Kebudayaan,( Jakarta:
Bugai Treveler, 2017), Hlm. 15.
28
b. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup kemudahan sarana dan sistem transportasi.
c. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata.
d. Fasilitas umum (Ancillary Service) yang mendukung kegiatan pariwisata.
e. Kelembagaan (Institutions) yang memiliki kewenangan, tanggung jawab dan peran dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata.22
a. Attraction
Atraksi atau obyek daya tarik wisata (ODTW) merupakan komponen yang signifikan dalam menarik kedatangan wisatawan. Hal yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut dengan modal atau sumber kepariwisataan (tourism resources). Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu:
1) Natural Resources (alami) seperti gunung, danau, pantai dan bukit.
2) Atraksi wisata budaya seperti arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, seni dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan.
3) Atraksi buatan seperti acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi dan lain-lain.
Modal kepariwisataan menurut Suwena (2010: 89) dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di tempat modal wisata ditemukan (in situ) dan di luar tempatnya yang asli (ex situ). Atraksi wisata dibedakan lagi menjadi atraksi penahan dan atraksi penangkap wisatawan.23
b. Accessibility
22 Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), Hlm. 14.
23 Suwena, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, (Bali: Udayana University Press, 2013), Hlm. 15.
29
Aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai “segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait”.
Faktor-faktor yang penting dan terkait dengan aspek aksesibilitas wisata meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya.24 c. Amenities
Amenitas meliputi serangkaian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing) dan layanan lainnya”.25 Amenitas bukan merupakan daya tarik bagi wisatawan, namun dengan kurangnya amenitas akan menjadikan wisatawan menghindari destinasi tertentu.26
d. Ancillary Service
Ancillary service lebih kepada ketersediaan sarana dan fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga mendukung terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah sakit dan sebagainya.27 Ancillary service mencakup keberadaan berbagai organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta pemasaran kepariwisataan destinasi bersangkutan.28
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana
24 Ibid , Hlm. 16.
25 Sugiama, Ecotourism Pengembangan Pariwisata berbasis konservasi alam, (Bandung: Guardaya Intimarta, 2015), Hlm. 27.
26 Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Hlm. 19.
27 Ibid, Hlm. 20.
28 Ibid, Hlm. 30.
30
secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.29
1. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Setiap penelitian memeperlukan desain, yang menunjukan cara mengumpulan data, menganalisa data, dan memperoleh kesimpulan agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien dengna tujuan penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.30
Penelitian kualitatif juga sebagai penelitian yang mengasilkan data deskriptif yaitu kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.
Sehingga peneliti lebih mudah berhadapan dengan masyarakat banyak dan berhubungan langsung antar peneliti yang diteliti.31
Menurut Suparlan seperti dikutip patilima, kualitatif tisak dikenal adanya sampel, tetapi peneliti harus melakukan dengan teliti, mendalam, dan menyeluruh untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang berlaku umum, sehubungan dengan gejala-gejala yang ada pada kehidupan sosial masyarakat yang diteliti sebagai kasus itu sendiri.32
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian yaitu sebagai instrumen kunci untuk mengumpulan data, serta peneliti mengajukan beberapa pernyataan yang menyangkut isi dari
29Anto H. Bakar, Metode-Metode Filsapat, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1989), Hlm, 4.
30Lexi J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 6.
31Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2005) Hlm. 166.
32Patelima Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, Centakan Kedua, (Bandung, Penerbit Alfabeta, 2017), Hlm. 3.
31
penelitian dan peneliti juga langsung melibatkan diri di dalam kegiatan subjek dan semua hal yang berkaitan dengan subjek peneliti yang telah ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan jadwal penelitian. Sehingga peneliti mendapatkan data akurat, valid, dan dapat dipertanggung jawabkan dan dalam pengumpulan data peneliti berusaha mengumpulkan data yang diperoleh baik dari hasil interview (wawancara), observasi, dan metode dokumentasi.
Sebelum peneliti hadir dilapangan, peneliti memperoleh izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang bertanggung jawab sesuai prosedur yang berlaku. Peneliti hadir sebagai pewawancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan subjek.
3. Data dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian sehingga mendapat data cocok dengan situasi yang empiris dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan.33 Dan untuk keakuratan, kualitas, dan validitas informasinya di mana sumber data dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer diporoleh secara langsung dari lapangan melalui proses observasi, wawancara dan tindakan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari subjek penelitian yaitu Masyarakat.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diperlukan untuk mendukung dan melengkapi data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan agama berupa dokumen atau arsip, foto-foto maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang berguna untuk memperkuat bukti penelitian dan memperkuat data hasil penelitian secara non verbal.
4. Teknik pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh
33Saebani, “Metodelogi Penelitian”, (Bandung, Pustaka Setia, 2006), Hlm. 93.
32
benar-benar sesuai dengan judul yang ditentukan. Teknik pengumpulan data tergantung pada permasalahan yang akan dikaji, demikian pula dalam pemilihan permasalahan yang akan dikaji, peneliti hendaknya sudah memikirkan kemungkinan dapat dikumpulkannya data yang diperlukan.34
Dan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, angket, dokumentasi, dan gabungan dari keempatnya.35 Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang digunakan penelitian adalah:
a.Teknik observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian,36 jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti mengali data dengan cara terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi37.
Adapun target dari observasi adalah terlibat secara langsung terkait dengan strategi pengembangan wisata Budaya di Desa Setangor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
b.Teknik wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun demikian teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan dengan cara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan
34Murti Sumarni, Salamah Wahyuni, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2006), Hlm. 85.
35Sugiyono, Metodologi Penelitian Pndidikan; Pendekatan Kualitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2006), Hlm. 193.
36Sutrisno Hadi, Metodelogi reserch jilid II, t.t., 74.
37Yulin Citriadin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Mataram, Kalangan Sendiri, 2007), Hlm. 65
33
memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telpon dan internet.38
Walaupun pada dasarnya penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara non terstruktur sehingga peneliti tidak perlu membuat pedoman wawancara yang akan dipakai ketika penelitian. Namun, agar tidak menghilangkan kesan ilmiah dalam penelitian ini, dipandang perlu untuk membuat sebuah rancangan serta target data yang ingin peneliti peroleh dari masing-masing informen.
Dalam melakukan penelitian, peneliti hanya menggunakan garis besarnya saja, dan peneliti sendiri menjabarkan pada saat melakukan wawancara pada subjek penelitian, sehingga peneliti tidak menyusun pernyataan yang terstruktur. Sedangkan wawancara menurut Moleong adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang melibatkan dua pihak, yaitu wawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.39 Dari penjelasan teknik wawancara diatas dapat dipahami wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan menyediakan informasi yang diperlukan dalam peneliti yaitu dari masyarakat Desa Setangor tentang Pengembangan wisata budaya di Desa Setangor
c. Teknik dokumentasi
Dokumentasi merupakan bahan tertulis maupun film, dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.40 Metode dokumentasi ini juga merupakan tahapan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
38Ibid, Hlm. 69.
39Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2018), Hlm, 88.
40Ibid, Hlm, 217.
34
catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.41
Adapun data yang dikumpulkan melalui metode dokumentasi adalah data tentang gambaran umum lokasi dan data kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objek yang akan diteliti.
Sedangkan dokumentasi menurut Ridjal yang dimaksud dengan dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyakut persoalan pribadi, dan memerlukan interprestasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa masa lalu tersebut.
Dokumentasi menurut Sugiyono adalah catatan-catatan peristiwa yang telah lalu, yang biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang.42
Wawancara dilakukan kepada lima orang narasumber berdasarkan kualifikasi subjek penelitian wawancara dilakukan secara terstruktur serta wawancara tidak terstruktur untuk memperoleh informasi terkait hal lain yang melingkupi atau masih berkaitan dengan strategi pengembangan wisata Budaya di Desa Setangor, sehingga akan diperoleh informasi yang luas dan komprehensif terkait Peran, Praktek wisata, Pembinaan serta apa strategi pengembangan wisata budaya di Desa Setanggor dipersepsikan oleh masyarakat sehingga melahirkan sikap-sikap positif dalam kehidupan sosial budaya.
d. Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, katagori, dan satuan aturan dasar, dikarenakan data tersebut masih bersifat bertebaran, sehingga peneliti diwajibkan mengklasifikasikan ke dalam katagori tertentu untuk mendapatkan pemaknaan terhadap data.43
41Ibid, Hlm, 274.
42Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Alfebeta, Bandung, 2018), Hlm, 94.
43Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, Kencana, 2006), Hlm, 196.
35
Untuk mengelompokkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi penulisan menggunakan analisis data yang ditampilkan secara deskriptif berupa ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat dan pisahkan menurut katagori yang ada untuk mendapatkan kesimpulan yang jelas dan rinci, prinsipnya teknik-teknik analisis data menggunakan analisis induktif.
5. Proses analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, setelah dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersama dengan pengumpulan data.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman sebagai berikut.44
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan dalam hal-hal yang penting, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti mereduksi data dengan memilih data-data hasil observasi, wawancara dan mengelompokkan berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang diungkap.
b. Display (Penyajian Data)
Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan dan mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
44Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta CV, 2012), Hlm, 91-95
36
c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakannya masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan berupa kesimpulan yang kredibel.45
Dalam penelitian ini, kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah rangkaian pengumpulan data selesai dilakukan. Setelah data reduksi kemudian di display meggunakan deskripsi naratif, kemudian ditarik satu tema dalam bentuk kesimpulan yang berupa deskripsi atau temuan yang bersifat umum untuk keperluan pengembangan lebih lanjut terkait strategi pengembangan wisata Budaya di Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
6. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan. Dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia nyata sesuai dengan sebenarnya terjadi.
Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan teknik pemeriksaan. Supaya diperoleh temuan-temuan dan informasi yang absah dapat digunakan dengan teknik-teknik seperti, perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat, triangulasi, kecukupan refrensi, pengecekan anggota, dan auditing.46 Namun dalam penelitian ini teknik pemeriksaan yang digunakan peneliti adalah: kecukupan refrensi, ketekunan pengamatan, pengecekan anggota.
45Ibid, Hlm. 99
46Lexi Moleong, metode penelitian , (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011) Hlm, 175.
37 a. Ketekunan pengamatan
Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian sosial yang bersifat kualitatif, pengamatan menjadi teknik utama dan memilki peran yang sangat signifikan. Melalui pengamatan, sorang peneliti bisa memahami keadaan objek, mempelajari stuasinya, menjelaskan dan menafsirkan menjadi sebuah data penelitian.47
Sebagi sebuah teknik pengumpulan data, hasil pengamatan sangat bergantung pada seorang pengamat (peneliti), baik yang bersifat internal (psikologi) maupun eksternal (situasi dan kondisi yang diamati). Karena itu, teknik pengamatan mesti dilakukan dengan lebih tekun, guna mengasilkan data yang benar dan akurat.
Denga kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan ruangan lingkup dan waktu (untuk memastikan kelengkapan data), maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalam (isi dan kebenaran data). Dengan teknik ini hendaknya seorang peneliti dapat mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara bersinambungan terhadap faktor- faktor yang menonjol.
b. Pengecekan sejawat
Pengecekan teman sejawat dilakukan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi bersama rekan-rekan sejawat. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan teman-teman sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me- review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
Dengan kata lain, pengecekan teman sejawat dilakukan untuk mendapat evaluasi, masukan dan saran terhadap apa
47Ibrahim, Metodologi penelitian Kualitatif , (Alfebeta, Bandung, 2018), Hlm, 123-124.
38
yang telah dihasilkan oleh seorang peneliti, termasuk dari aspek metodologinya. Dari evaluasi, masukan dan saran inilah pada akhirnya peneliti melengkapi datanya jika dipandang masih kurang, membetulkan jika dianggap keliru, menyempurnakannya jika dipandang kurang tepat, dan sebagainya.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek keabsahan data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain. Triangulasi yang dipergunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode, triangulasi sumber data dilakukan untuk mendapatkan informasi atau sumber yang lain berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.
c) Membandingkan persepsi orang dengan pendapat dan pandangan orang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan triangulasi data dilakukan dengan menggunakan berbagai tehnik pengumpulan data yang ditunjuk untuk memperoleh informasi yang serupa.
Triangulasi metode dilakukan secara bersama dalam suatu kegiatan wawancara dengan para responden. Sedangkan triangulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan teori yang terkait secara lansung dengan data penelitian.
d. Kecukupan Referensi
Dalam hal kecukupan refrensi yang dimaksud adalah kelengkapan refrensi yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini baik berupa catatan atau hasil penemuan.
Kecukupan refrensi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara menghimpun sebanyak mungkin sumber dukungan dalam penelitian, baik sumber manusianya (berupa narasumber data di lapangan) maupun sumber bahan rujukan yang relevan berupa buku-
39
buku kepustakaan, laporan penelitian dan karya-karya ilmiah lainnya.
e. Pengecekan anggota
Teknik berikut yang dapat digunakan dalam memeriksa keabsahan data penelitian adalah pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data, baik tim peneliti (interviewer, observer, enumerator, atau surveyor), maupun subjek yang diteliti (narasumber dan atau informan).
Pengecekan dimaksud meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan.
Artinya, dengan teknik ini peneliti dapat membuat suatu ikhtisar sementara hasil penelitiannya, kemudian minta tanggapan balik dari para narasumber atau anggota yang lainnya mengenai ikhtisar tersebut.
f. Auditing
Auditing sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dipilih menjadi dua, yakni audit kepastian (confirmability auditing) dan audit kebergantungan (dependability auditing). Teknik auditing adalah sesunguhnya adalah konsep di dunia bisnis, khususnya bidang fiskal yang digunakan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data, baik menyakut proses maupun hasil atau keluaran.
Dengan demikian, proses auditing dalam pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan tahapan pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat di audit, kesepakatan formal, dan penentuan keabsahan data.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan penulisnya mengacu pada pedoman penulisan skripsi UIN Mataram. Penulisan skripsi ini menggunakan bahasa indonesia yang baik, baik tentang struktur kalimat maupun kata.
Pada BAB I, Poin penting yang peneliti buat dalam Bab I ini merupakan proposal yang menjadi acuan penting dalam pembuatan skripsi. Sebagai pendahuluan sebuah penelitian kualitatif. Pada bab ini peneliti merencanakan dan menyiapkan strategi-strategi penelitian
40
yang benar demi mendapatkan hasil yang terbaik ketika meneliti.
Proposal pada bagian ini dijelaskan mulai dari judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan hingga rencana jadwal kegiatan.
Pada BAB II, yang berisi paparan data dari penelitian yang ditemukan di lapangan. Dalam hal ini peneliti akan mencoba menggambarkan secara singkat tentang lokasi penelitian dan temuan- temuan dalam melakukan peneltian dan tanggapan dari beberapa responden mengenai pembahasan dari penelitian ini.
Pada BAB III, berisi tentang pembahasan dari penelitian ini yang termasuk didalamnya temuan penelitian yang telah dipaparkan di bab II.
Pada BAB IV, berisi penutup yang membuat kesimpulan dan saran-saran dalm penelitian ini.
41 BAB II
PAPARAN DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah singkat desa setangor
Sebelum Desa Setanggor menjadi wilayah Desa, asal Desa setangor merupakan bagian wilayah darek sebagai Desa induk, yaitu salah satu wilayah Keliang yang di namakan Keliang padek, nama ini di ambil dari nama salah satu Dasan yang berbatasan langsung dengan wilayah Desa Penujak. Wilayah keliang pedek dan wilayah keliang tanak rarang di persiapkan menjadi Desa berkembang dan menurut nara sumber yaitu H. Lalu Adil wilayah kekeliang dan wilyah keliang tanak ini menjadi satu Desa yang di namai Desa Setanggor pada tahun 1969 dan menjadi penjabat kepala Desa Setanggor pertama yaitu H. Lalu Adnan.48
2. Letak Geografis Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah
Penelitian ini dilakukan di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah. Sebelah utara Desa Setanggor dibatasi oleh Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, sebelah selatan dibatasi oleh Desa Tanak raring, Kecamatan Praya Barat, sebelah timur dibatasi oleh Desa Penujak dan Bonder, Kecamatan Praya Barat, dan sebelah barat dibatasi juga oleh Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya. Penduduk di Desa Setanggor ini berjumlah 4.255 jiwa yang terdiri dari 2.093 jiwa berjen is kelamin laki-laki dan 2.162 jiwa berjenis kelamin perempuan.49
48Ma’ruf sejarah singkat Desa setanggor, 12 mei 2021
49 Profil Desa Setanggor data,25 juli 2022