• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan Penyusunan Strategi Pengembangan Desa Wanagiri Sebagai Desa Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendampingan Penyusunan Strategi Pengembangan Desa Wanagiri Sebagai Desa Wisata"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pendampingan Penyusunan Strategi Pengembangan Desa Wanagiri

Sebagai Desa Wisata

Alexander Korinus Marantika1, Ni Nyoman Dian Martini2, Ketut Srie Marhaeni Julyasih3,

Nyoman Wijana4

1234Staf Jurusan Biologi, Perikanan dan Kelautan, FMIPA, Undiksha

Abstract

The objectives of this community service activity are to: (1) produce a strategic design for developing a tourism village by using the forest ecosystem as its supporting component. (2) produce a work program to utilize forest ecosystems to support the development of tourism villages. The target audience in this activity is community components such as the tourism awareness group (PokDarwis), with a total of 10 participants. The approach used to solve existing problems and to achieve the stated goals is the Total Ergonomic Approach (PET). The method used in this activity is the method of discussion, information, FGD, exercises and field assistance. The results of this community service are that there are 8 strategies produced in the development of tourist villages in Wanagiri, including (a) involving the community, (b) developing a tourism village program, (c) forming community institutions or organizations, (d) conducting tourism-based village promotions community, (e) Mentoring to the community, (f) Increasing the capacity of community human resources, (g) Building coordination between the Government, and (h) Providing counseling. (2) A three-year work program has been produced.

Keywords: Strategy, Forest Ecosystem, Total Ergonomics, Tourism Village, Wanagiri

Abstrak

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk: (1) menghasilkan rancangan strategi pengembangan desa wisata dengan menggunakan ekosistem hutan sebagai komponen penunjangnya. (2) mengahasilkan program kerja untuk memanfaatkan ekosistem hutan sebagai penunjang pengembangan desa wisata. Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah komponen masyarakat seperti kelompok sadar wisata (PokDarwis), dengan total peserta sebanyak 10 orang. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada dan untuk mencapai tujuan yang dicanangkan adalah Pendekatan Ergonomi Total (PET). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode diskusi, informasi, FGD, latihan dan pendampingan lapangan. Hasil pengabdian masyarakat ini adalah Ada 8 strategi yang dihasilkan dalam pengembangan desa wisata di Wanagiri, di antaranya (a) melibatkan masyarakat, (b) mengembangkan program desa wisata, (c) membentuk lembaga atau organisasi masyarakat, (d) melakukan Promosi desa wisata berbasis masyarakat, (e) Pendampingan kepada masyarakat, (f) Peningkatan kemampuan SDM masyarakat, (g) Membangun koordinasi antara Pemerintah, dan (h) Memberikan penyuluhan. (2) Telah dihasilkannya program kerja selama tiga tahun.

Kata Kunci: Strategi, Ekosistem Hutan, Ergonomi Total, Desa Wisata, Wanagiri.

PENDAHULUAN

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa definisi wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya Tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan, berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya1. Salah satu yang

dijadikan daya tarik wisata di dunia ini adalah pulau Bali. Bali merupakan tujuan wisata dunia dengan andalan wisata budayanya. Di samping itu didukung oleh kondisi alam yang sangat indah dan eksotik. Banyak kendala yang dialami dalam proses pengembangan wisata di kabupaten Buleleng, di antaranya adalah jarak yang cukup jauh dari bandara, jalan dari badung ke Buleleng yang berkelok, dan promosi belum optimal.

Mulai tahun 2013 salah satu desa yang ada di Buleleng yakni desa Wanagiri, mulai mengembangkan diri sebagai salah satu obyek wisata. Daya tarik wisata yang dihandalkan adalah keindahan danau Buyan dan danau

(2)

Tamblingan. Kini di desa-desa lain juga ikut mengembangkan diri dalam dunia wisata dengan inovasi desa wisata. Banyak obyek wisata yang dikembangkan saat ini di Buleleng di antaranya wisata pantai, wisata danau, wisata air terjun, wisata budaya (pura), dan wisata alam. Promosi saat ini telah banyak dilakukan seperti diselenggarakannya festival. Festival yang diselenggarakan oleh kabupaten, juga diikuti penyelenggaraannya oleh masing-masing kecamatan, bahkan di beberapa desa. Hal ini dimaksudkan sebagai promosi wisata untuk menarik kunjungan para wisatawan maanca negara maupun domestik.

Berdasarkan SK Gubernur Bali No. 2017/03-L/HK/2005 tanggal 30 Oktober 2015 desa Wanagiri diberikan Hak pengelolaan Hutan Desa (HPHD). Dengan mengacu pada SK Gubernur tersebut, desa Wanagiri mengelola hutan seluas 250 ha. Di sisi lain berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng Nomor 430/405/HK/2017, tentang Desa Wisata di Kabupaten Buleleng, desa Wanagiri ditetapkan sebagai desa wisata. Dengan menggunakan kedua SK tersebut, desa Wanagiri selanjutnya merancang program untuk memanfaatkan hutan sebagai penunjang obyek wisata. Dengan menggunakan data hasil-hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan lingkungan hidup sebagai obyek wisata, telah banyak lingkungan hidup itu sendiri mengalami degradasi dan penurunan kualitas lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, agar tidak terjadi degradasi lingkungan hidup khususnya ekosistem hutan, maka dipandang perlu untuk dilakukan pengabdian kepada masyarakat dalam aspek penyusunan strategi dan program pengembangan desa wisata.

Ada beberapa kawasan hutan yang ada di daerah wewidangan desa adat Wanagiri, di antaranya adalah (1) di hutan Pucak Wanagiri (di sekitar kuliner Puncak/sebelah timur desa Wanagiri), (2) di lokasi air terjun Banyumala, (3) Air Terjun Banyuwana Amertha, (4) Air Terjun Pucak Manik, dan (5) Air Terjun Cemara. Keempat air terjun ini masih sangat alami dengan airnya yang sangat jernih, dan lingkungan yang sangat sejuk dan segar.

Sementara ini belum ada data hasil penelitian yang terkait dengan komposisi spesies vegetasi hutan yang ada di daerah wewidangan desa adat Wanagiri. Modal kekuatan yang ada pada wewidangan desa Wanagiri tersebut sebagai penggerak utama dalam menyusun strategi pengembangan desa wisata di Wanagiri. (1) Belum adanya strategi yang disusun untuk mengembangkan desa Wnagiri sebagai desa wisata. (2) Belum adanya program kerja yang tersusun secara sistematis dan terarah untuk mengembangkan desa wisata dengan ekosistem hutan sebagai komponen penunjangnya. (3)Belum ada data base yang dapat digunakan sebagai suatu acuan dari berbagai komponen wisata yang dapat dikembangkan dalam menunjang desa wisata. (4) Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pelibatan partisipasi untuk memberikan kontribusi pengembangan desa wisata.

Ada bebearap permasalahan yang telah pernah dilakukan oleh tim pengabdi yang lain seperti pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok darwis dengan memberika pembalajaran bahasa inggris, manajmen pariwisata dan lain. Sedangkan terkait dengan penyusunan strategi dan program kerja pengmabnganbelum diberikan.

Di samping itu ada kekuatan yang dimiliki, ada kelemahan yang dapat diidentifikasi di desa tersebut. Demikian pula dengan peluang dan tantangan yang ada telah pula dijadikan dasar untuk menyusun strategi pengembangan desa wisata. Dengan kata lain dalam penyusunan strategi pengembangan desa wisata diawali dengan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, Threat).

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk: (1) menghasilkan rancangan strategi pengembangan desa wisata dengan menggunakan ekosistem hutan sebagai komponen penunjangnya. (2) mengahasilkan program kerja untuk memanfaatkan ekosistem hutan sebagai penunjang pengembangan desa wisata.

(3)

Masyarakat Desa Dinas Sadar Wisata BUMDES Usaha Wisata PEMKAB DAN BKSDA METODE

Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah komponen masyarakat seperti kelompok sadar wisata (PokDarwis), dengan total peserta sebanyak 10 orang. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada dan untuk mencapai tujuan yang dicanangkan adalah Pendekatan Ergonomi Total (PET). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode diskusi, informasi, FGD, latihan dan pendampingan lapangan. Luaran kegiatan ini berupa artikel yang dimuat dalam jurnal nasional dan makalah yang diseminarkan pada seminar nasional serta video kegiatan PkM. Untuk mengevaluasi keberhasilan dari kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara (1) melihat dari daftar hadir jumlah peserta, (2) kuesioner, (3) Lembar Observasi, (4) Keterampilan yang dimiliki khalayak sasaran, (5) aktivitas peserta, dan (6) tersusunnya dokumen strategi dan program kerja pengembangan desa wisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan

Terkait dengan data strategi pengembangan desa Wanagiri sebagai desa wisata, berikut disampaikan data yang terkait dengan hal tersebut. Sumber daya manusia dalam pngembangan desa wisata adalah sangat penting (Sastrayuda, 2010). Tingkat pendidikan masyarakat desa Wanagiri dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Diagram Jumlah Tingkat Pendidikan di Desa Wanagiri Tahun 2017

Sebagmana desa wisata yang ada di Bali, pengembangan desa wisata di kabupaten Buleleng dilandasi oleh SK Bupati Buleleng

nomor430/405/HK/2017. Berdasarkan SK Bupati tersebut, desa Wanagiri termasuk salah satu di dalamnya. Dalam mengembangkan desa wisata di desa Wanagiri, beberapa instansi terlibat di dalamnya yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Bapeda, Dinas Pertanian, Badan Konservasi Sumber Daya Alam, dan Kantor Agama.

Untuk masyarakat setempat,

organisasi yang terlibat meliputi Desa adat, Desa Dinas, Kelompok Usaha, Kelompok Sadar Wisata (Darwis), Bumdes, Badan Pengawas Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

Gambar 1. Diagram Kelembagaan Desa Wanagiri

Deskripsi singkat dari haldi atas disampaikan sebagai berikut.

Peran dan Kewenangan Pemerintah, yaitu (1) melakukan pembinaan kualitas produk dan kemasan kerajinan dan kuliner khas desa sebagai unsur kenangan wisata; (2) melakukan penataan dan konservasi lingkungan fisik kawasan yang menjadi ciri khas desa wisata; (3) melakukan

perbaikan/pengadaan infrastruktur

persampahan dan sanitasi; (4) melakukan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta pesona; (5) melakukan pembuatan informasi dan fasilitas kepariwisataan; (6) melakukan perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian dan landscape desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona; dan (7) dukungan pemberdayaan terhadap kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam pelestarian lingkungan pariwisata (kawasan Hutan, dan sawah).

1 Tamat SD / Sederajat 2 Tidak / Belum Sekolah 3 SLTP/Sederajat 4 SLTA / Sederajat 5 Belum Tamat Sd/Sederajat 6 Diploma IV/ Strata I 7 Diploma I / II 8 Akademi/ Diploma III/S. Muda

(4)

Peran dan Kewenangan Swasta (Investor, Perguruan Tinggi, LSM, pelaku pariwisata lainnya), yaitu (1) melakukan promosi terintegrasi antar pengelola objek wisata untuk menggerakkan kunjungan wisatawan antar objek wisata; (2) pembuatan dan pemasaran paket-paket wisata yang kompetitif yang terjangkau masyarakat; (3) pelatihan kewirausahaan, pelatihan keterampilan individual terkait usaha di bidang pariwisata (pelatihan bahasa Inggris, pelatihan hospitality, pelatihan mengenal budaya, dan karakteristik wisatawan dalam dan luar negeri); (4) pengembangan kelompok usaha bersama masyarakat; dan (5) menjalankan bisnis perhotelan, restoran, suvenir, dan lain-lain.

Peran masyarakat lokal, yaitu (1) menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata; (2) pelaku budaya, misalnya, kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata; dan (3) penyedia akomodasi dan jasa pemandu wisata, penyediaan tenaga kerja, produk makanan khas, kerajinan lokal, kesenian lokal, dan sebagainya.

Peran dan Kewenangan Badan Pengelola, yaitu (1) badan pengelola sebagai pengelola utama dan pengarah dalam perlindungan, perawatan, pelestarian guna mempertahankan fungsinya sebagai desa

wisata (cultural and natural heritage); (2) melakukan pengaturan yang diperlukan dalam rangka pengembangan Desa Wisata Wanagiri; (3) menyediakan dan mengoperasikan segala fasilitas untuk menunjang kegiatan usaha; (4) memberikan dan mecabut izin penempatan, menetapkan persyaratan-persyaratan, dan menetapkan serta melakukan pungutan segala usaha komersial di Desa Wisata Wanagiri; (5) menetapkan dan memungut biaya/retribusi dan pungutan lainnya atas pemanfaatan fasilitas yang tersedia dan hasil seluruhnya merupakan pendapatan badan pengelola; (6) melakukan perencanaan dalam bidang pengembangan atraksi/produk wisata, pengembangan fasilitas wisata; (8) melakukan pengorganisasian dalam bidang penguatan dan pengembangan kelembagaan; (9) melakukan pengarahan untuk peningkatan kompetensi pengelola objek wisata agar sesuai dengan tujuan

pengembangan desa wisata yang

berkelanjutan; dan (10) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap aktivitas kepariwisataan agar tercapainya tujuan

pengembangan desa wisata yang

berkelanjutan. untuk mendesain sendiri model pariwisata yang akan dikembangkan.

Untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk desa Wanagiri sebagai desa wisata, maka dilakukan Analisis SWOT. Analsis SWOT digunakan untuk menyusun strategi berdasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di Desa Wanagiri sebagai desa wisata. Matrik analisis SWOT disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks Analisis SWOT

Eksternal

Strength (S)

1. Daya tarik objek wisata yang menarik dan alami

2. Sikap masyarakat untuk ikut berpartisipasi sangat tinggi

3. Sudah ada organisasi kelompok sadar wisata (Darwis) sebagai pengelola wisata

4. Adanya objek wisata Danau Buyan dan Danau Tamblingan

5. Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung

Weakness (W)

1. Partisipasi masyarakat desa cenderung bersifat pasif

2. Latar Pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga menyebabkan pengelolaan wisata masih belum maksimal

3. Belum maksimalnya upaya promosi

(5)

Opportunity (O) 1. Adanya regulasi dari pemerintah yang mendorong perkembangan pariwisata di Desa Wanagiri 2. Adanya kepedulian dari Pemda Kabupaten, Pemda Provinsi, dan Pemerintah Pusat, serta BKSDA.

3. Pasar wisata yang masih terbuka luas

Strategi SO

1. Melibatkan masyarakat didalam pengembangan desa wisata mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan juga evaluasi (S1+S2+S3+S4+S5+O1+O2+O3)

2. Mengembangkan program desa wisata yang khas sesuai potensi alam dan budaya masyarakat (S1+S4+O1+O2+O3)

3. Membentuk lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat (S2+S3+S4+S5+O1)

4. Melakukan Promosi desa wisata berbasis masyarakat (S1+S2+O2+O3)

Srategi WO

1. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses (W1+W2+W3+W4+O1)

2. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat Desa Wanagiri dengan mengadakan pelatihan terutama di bidang pariwisata (W1+W2+W3+W4+O2+O3) Threat (T) 1. Kurangnya koordinasi antar SKPD, 2. Kurangnya koordinasi antar Pemerintah dengan masyarakat 3. Kurangnya koordinasi Desa Dinas dan Desa Adat

Strategi ST 1. Membangun koordinasi

antara Pemerintah,

Pemeriintah-masyarakat dan Desa Adat-Desa Dinas dengan peningkatan kapasitas lembaga desa wisata

(S2+S3+T1+T2+T3)

Strategi WT

1. Memberikan penyuluhan, pengarahan dan penjelasan kepada masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata, tentang pentingnya pariwisata atau manfaat pembangunan pariwisata bagi upaya menunjang pembangunan perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di

sekitarobyekwisata.

(W1+W2+W3+W4+T1+T2+T3)

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan maka diperoleh 8 (delapan) strategi pengembangan desa wisata Wanagiri yang direkomendasikan yaitu:

1. Melibatkan masyarakat dalam

pengembangan desa wisata mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen. Dalam tahap ini Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan pengambilan keputusan tentang pengembangan desa wisata berada ditangan masyarakat. (a) Partisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi. Penduduk sekitar menyediakan rumahnya sebagai tempat penginapan para pengunjung yang ingin bermalam di desa Wanagiri. Penyediaan lahan parkir kendaraan roda empat di Kantor Kepala Desa Wanagiri. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam penjualan berbagai usaha makanan dan minuman bagi para pengunjung, cinderamata, sebagai petugas penjaga parkir dan juga sebagai pemandu di daerah wisata di desa Wanagiri. (b) Dalam mengevaluasi program kegiatan yang berjalan

masyarakat dapat dibantu oleh Pemerintah. Partisipasi masyarakat. 2. Mengembangkan program desa wisata yang

khas sesuai potensi alam dan budaya masyarakat.

3. Membentuk lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat. Membentuk lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat. Pembentukan kelompok sadar wisata didasari oleh kebutuhan akan lembaga/ kelompok masyarakat sebagai pengelola wisata yang sebelumnya belum terbentukdi desa Wanagiri

(6)

4. Melakukan Promosi desa wisata berbasis masyarakat. (a) Promosi Media Cetak. Promosi dengan cara ini dilakukan dengan cara membuat spanduk, banner, iklan di koran, majalah, buku, sticker,

pamflet, flyer dan lain sebagainya. (b)

Promosi Media Elektronik. Media elektronik merupakan salah satu cara untuk mempormosikan desa wisata Wanagiri yaitu dengan menggunakan televisi dan juga radio. (c) Promosi Media Internet. Media internet yang digunakan adalah dengan membuat website. (d) Promosi Media lain. Dengan mengadakan atau menyelenggarakan acara atau pagelaran seni yang rutin diadakan dengan tujuan sebagai daya pikat kepada masyarakat untuk datang.

5. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses.

6. Peningkatan kemampuan SDM

masyarakat Desa Wanagiri dengan mengadakan pelatihan terutama di bidang pariwisata. (a) Program pelayanan prima usaha pariwisata. (b) Program pelatihan dan peningkatan seni budaya local. (c) Program pengelolaan air terjun, ekosistem hutan, tri mandala, daya dukung danau, sarana penunjang wisata (swing, selfie dan lain-lain). (d) Program pelatihan pengembangan usaha desa wisata. (e) Program pelatihan pengelolaan desa wisata. (f) Program pemeliharaan ketentraman, ketertiban masyarakat dan bencana alam. (g) Program pelatihan bahasa inggris, keterampilan kerajinan industri, pembibitan tanaman langka, tanaman kecantikan, manajemen usaha, dan lain-lain.

7. Membangun koordinasi antara Pemerintah, Pemeriintah-masyarakat dan Desa Adat-Desa Dinas dengan peningkatan kapasitas lembaga desa wisata.

8. Memberikan penyuluhan, pengarahan dan penjelasan kepada masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata, tentang pentingnya pariwisata atau

manfaat pembangunan pariwisata bagi

upaya menunjang pembangunan

perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata.

Untuk mewujudkan ke delapan strategi tersebut, diperlukan kerjasama antara Pemda kabupaten, Provinsi, Pusat, Perguruan Tinggi, Swasta dengan masyarakat setempat baik Desa Adat maupun Desa Dinas. Beberapa skema Dapat disampaikan di bawah ini.

1. Bagan tentang pengembangan obyek wisata di Wanagiri. Vegetasi Hutan Pemerintah , Perguruan Tinggi, Swasta Pemandangan

Alam, Air Terjun

Desa Wisata Wanagiri

berbasis masyarakat Kuliner Khas Bali

Sarana Permainan (swing) Komunitas Lokal (Pokdarwis , Kelompok Usaha Wisata, dll) Sosial-Budaya (Pura dan Ritual)

Gambar 4. Diagram Pengembangan Desa Wisata di Desa Wanagiri.

(7)

B. Program Kerja

Program kerja yang dihasilkan dari kelompok Darwis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Program Kerja Hasil Diskusi Kelompok N

O

KEGIATAN Tahun I Tahun II Tahun III

1 Membentuk lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata

berbasis masyarakat. √

2 Membangun koordinasi antara Pemerintah dan juga kelompok masyarakat dengan

peningkatan kapasitas lembaga desa Adat dan Dinas. √ √ 3 Melakukan promosi desa wisata Wanagiri berbasis masyarakat √ √ √ 4 Peningkatan kemampuan SDM masyarakat dengan mengadakan pelatihan terutama

bidang pariwisata

√ √ √

Program pelayanan prima usaha pariwisata √ √ √ Program pelatihan budaya lokal dan peningkatan seni √

Program pengelolaan air terjun, ekosistem hutan, tri mandala, daya dukung danau, sarana penunjang wisata (swing, selfie dan lain-lain)

√ Program pelatihan pengembangan usaha desa wisata √

Program pelatihan pengelolaan desa wisata √ Program pemeliharaan ketentraman, ketertiban masyarakat dan bencana alam √

Program pelatihan bahasa inggris, keterampilan kerajinan industri, pembibitan tanaman langka, tanaman kecantikan, manajemen usaha, dan lain-lain.

√ √ √

5

Program Pengembangan Taman Gumi Banten √ √ √ 6Program Pengembangan Penerangan Lampu Taman di Sepanjang jalan

Wewidangan Desa √

Untuk keberhasilan lainnya, kuesioner yang diisi oleh peserta disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kuesioner yang Diisi oleh Peserta P2M

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Peserta

Ya Tidak

1 Apakah topik yang diberikan dalam kegiatan P2M ini sudah relevan dengan kebutuhan kelompok?

10 -

2 Apakah dalam penyajian materi ini

sudah jelas? 10 -

3 Adakah materi yang disajikan itu ada di luar program yang telah dimiliki oleh kelompok?

8 2

4 Apakah materi yang disajikan itu bisa diimplementasikan di masa mendatang?

10 -

5 Apakah materi yang disajikan itu bisa dimanfaatkan untuk pengembangan desa wisata?

10 -

6 Apakah materi yang diberikan itu ada hal-hal yang dipandang inovatif

10 -

7 Apakah materi yang diberikan itu mengikuti perkembangan pariwisata saat ini?

10 -

8 Perlukan materi ini diberikan lagi di masa mendatang?

9 1

(8)

Data kuesioner di atas diisi oleh 10 orang peserta P2M. Berdasar data di atas ada sebanyak 77 orang (96,25%) yang menyatakan bahwa topik materi yang diberikan relevan dengan kebutuhan kelompok, materi yang diberikan sangat jelas, sesuai dengan program yang mereka miliki, bersifat inovatif, dan dinyatakan pula bahwa materi ini masih diperlukan pada masa-masa mendatang. Yang lagi 3 orang (3,75%) memberikan saran bahwa pemberian materi ini perlu disertai dengan

contoh-contoh konkrit yang bisa

dikembangkan di masa mendatang. Hal yang bersifat inovatif yang bisa dikerjakan oleh kelompok.

Pembahasan

Kuesioner yang diberikan kepada peserta P2M menunjukkan hal sebagai bukti keikutserta mereka dengan aktivitas yang aktif. Saat pemberian materi dan pendampingan secara langsung di lapangan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, karena partisipasi mereka dalam melaksanakan dan mengerjakan penyusunan strategi dan program kerja sangat aktif.

Dari kuesioner yang diisi oleh peserta P2M menyatakan bahwa secara keseluruhan mereka menyatakan kegiatan P2M ini memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan maupun keterampilan mereka. Kegiatan P2M ini sudah menyentuh keperluan yang diinginkan oleh peserta. Hal ini menyangkut pemberian keterampilan pembuatan strategi dan program kerja, di mana keterampilan semacam ini belum pernah dia pelajari, dan dari sisi kebutuhan, hal ini sangat diperlukan untuk keperluan kegiatan pengembangan wisata di masa mendatang. Ada sebanyak 96,25% yang menyatakan bahwa topik materi yang diberikan relevan dengan kebutuhan kelompok, materi yang diberikan sangat jelas, sesuai dengan program yang mereka miliki, bersifat inovatif, dan dinyatakan pula bahwa materi ini masih diperlukan pada masa-masa mendatang. Yang lagi 3,75% memberikan saran bahwa pemberian materi ini perlu disertai dengan

contoh-contoh konkrit yang bisa

dikembangkan di masa mendatang. Hal yang bersifat inovatif yang bisa dikerjakan oleh kelompok.

Semua kondisi di atas sangat relevan dengan konsep dari desa wisata seperti definisi yang disampaikan oleh Soemarno (2010) yaitu Desa Wisata merupakan Suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya

Untuk suksesnya pembangunan desa wisata, perlu ditempuh upaya-upaya, sebagai berikut: (1) Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pelaksanaan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya, serta di bidang-bidang kepariwisataan. Pendidikan diperlukan untuk tenaga-tenaga yang akan dipekerjakan dalam kegiatan manajerial. (2) Kemitraan. Pola kemitraan atau kerjasama dapat saling menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan para pengusaha pariwisata di kota atau pihak Pembina desa wisata dalam hal ini pihak dinas pariwisata daerah. Bidang-bidang usaha yang bisa dikerjasamakan, antara lain seperti: bidang akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain. (3) Kegiatan Pemerintahan di Desa. Kegiatan dalam rangka desa wisata yang dilakukan oleh pemerintah desa, antara lain seperti: Rapat-rapat dinas, pameran pembangunan, dan upacara-upacara hari-hari besar diselenggarakan di desa wisata. (4) Promosi. Desa wisata harus sering dipromosikan melalui berbagai media, oleh karena itu desa atau kabupaten harus sering mengundang wartawan dari media cetak

(9)

maupun elektronik untuk kegiatan hal tersebut. (5) Festival / Pertandingan. Secara rutin di desa wisata perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik wisatawan atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata tersebut, misalnya mengadakan festival kesenian, pertandingan olah raga, dan lain sebagainya. (6) Membina Organisasi Warga. Penduduk desa biasanya banyak yang merantau di tempat lain. (7) Kerjasama dengan Universitas. Universitas-Universitas di Indonesia mensyaratkan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), Praktek Kerja Lapangan

(PKL) bagi mahasiswa yang akan

menyelesaikan studinya.

SIMPULAN

Dari hasil pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan: (1) Ada 8 strategi yang dihasilkan dalam pengembangan desa wisata di Wanagiri, di antaranya (a) melibatkan masyarakat, (b) mengembangkan program desa wisata, (c) membentuk lembaga atau organisasi masyarakat, (d) melakukan Promosi desa wisata berbasis masyarakat, (e) Pendampingan kepada masyarakat, (f) Peningkatan kemampuan SDM masyarakat, (g) Membangun koordinasi antara Pemerintah, dan (h) Memberikan penyuluhan. (2) Telah dihasilkannya program kerja selama tiga tahun. Dari simpulan tersebuta ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu (1) Agar masyarakat konsisten melaksanakan strategi pengembangan desa wisata yang tersusun bersama. (Program kerja yang telah tersusun dapat dijalankan sebagai mana jadwal yag telah ditetapkan. Bila terjadi perubahan, agar dilakukan musyawarah bersama masyarakat dan stakeholder terkait.

DAFTAR RUJUKAN

Adiputra. N. Sutjana, D.P. Widana K, Manuaba A, O Neill. (1977). Participatory Ergonomics in Agriculture. Case Study in Batunya Village Bali, Indonesia. In Khalid, H.M. editor. Proceeding of 5th

SEAES Confrence, 6-7 Nov.

Kualalumpur : IEA Press : IEA Press. p. 463-467.

Berdesa.Com. (2015). Merumuskan Strategi Pengembangan Desa Wisata. Diakses dari

http://www.berdesa.com/merumuskan -strategi-pengembangan-desa-wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Buleleng. (2009). Direktori Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, Restoran dan Bar, Kabuapten Buleleng Tahun 2009. Singaraja: Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Manuaba, A. (1999). Penerapan Pendekatan

Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Makalah disampaikan pada seminar nasional ergonomi reevaluasi

Penerapan ergonomi dalam

Membangkitkan Kinerja Industri, Surabaya tanggal 23 Nopember 1999.

Manuaba, A. (2005). Total Ergonomics Enhancing Productivity, Product Quality and Customer Satisfication. Makalah disampaikan pada Quality Enhancement of Manufacture and Hospitality System, Yogyakarta tanggal 30 April 2005.

Profil Desa Wanagiri Tahun 2017

Sidiq, Ade Jafar & Risna Resnawaty. (2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa Barat. Prosiding KS: Riset & PkM Volume: 4 Nomor: 1 Hal: 1 - 140 Issn: 2442-4480.

Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan

Pembangunan Destinasi

PariwisataKonsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama.

Susfenti, N. Erna Marlia. (2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism-Cbt) Di Desa Sukajadi

Kecamatan Carita.

https://www.google.com/search?client

=firefox-b-d&q=pengembangan+desa+wisata Wijana, Nyoman dan Putu Indah rahmawati.

(2019). Analisis Kualitas Lingkungan dan Daya Dukung Lingkungan Desa Wanagiri sebagai

(10)

Desa Wisata. Laporan Hasil Penelitian. Undiksha. Tidak Diterbitkan.

Wijana, Nyoman. (2008. Pembelajaran Sains Melalui Pendekatan Ergonomi

Mengurangi Keluhan

Muskuloskeletal, Kebosanan Dan

Kelelahan Serta Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Sd 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Disertasi. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambar  1.  Diagram  Kelembagaan  Desa Wanagiri
Tabel 1. Matriks Analisis SWOT
Gambar 3. Struktur Organisasi
Gambar 4. Diagram Pengembangan Desa  Wisata di Desa Wanagiri.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa Tulungrejo 1.. Pembentukan Kelompok Sadar

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul Pengembangan Desa Plumbon sebagai Desa Wisata berbasis Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu cara

Pengembangan desa wisata berbasis masyarakat merupakan kegiatan pembangunan desa yang sepenuhnya melibatkan masyarakat lokal sebagai pemegang kepentingan.. Secara

Diterbitkan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas PGRI Banyuwangi. Pengembangan Program Desa Wisata dan Ekowisata Berbasis

Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan desa wisata melalui program-program antara lain: Pengembangkan dan Peningkatkan daya saing produk dan usaha pariwisata,

Strategi yang akan dilakukan adalah Melibatkan masyarakat dalam pengembangan obyek wisata dengan membangun komunikasi yang baik dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam setiap

Gambar 4 Video Profil Desa Wisata Lopati Puncak kegiatan dari pengabdian masyarakat di desa wisata Lopati ini adalah seminar pemasaran digital dan pengemasan desain produk UMKM yang

Pengembangan daya tarik wisata juga didukung dengan pengetahuan masyarakat lokal tentang pengelanan digital marketing untuk memperkenalkan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Desa