• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA BATU DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA PETIK APEL DI DESA TULUNGREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA BATU DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA PETIK APEL DI DESA TULUNGREJO"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DINA

BATU DALAM PE

JUR

FAKULTA

UNIVERS

AS PARIWISATA DAN KEBUDAYAA

ENGEMBANGAN DESA WISATA PE

DI DESA TULUNGREJO

SKRIPSI

Oleh :

YUTARI AMALIA PUTRI 201110050311073

RUSAN ILMU PEMERINTAHAN

AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLIT

RSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

AN KOTA

ETIK APEL

(2)

STRATEGI DINA

BATU DALAM PE

Disusun sebagai

JUR

FAKULTA

UNIVERS

AS PARIWISATA DAN KEBUDAYAA

ENGEMBANGAN DESA WISATA PE

DI DESA TULUNGREJO

SKRIPSI

ai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarj Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Oleh :

YUTARI AMALIA PUTRI 201110050311073

RUSAN ILMU PEMERINTAHAN

AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLIT

RSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

AN KOTA

ETIK APEL

rjanaan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 4 Februari 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : Kajur Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Krisno Hadi, MA :

2. Yana S. Hijri, S.IP, M.IP :

3. Drs. Jainuri, M.Si :

4. Salahudin, S.IP, M.Si :

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi

ini saya ajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Malang untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu Ilmu Pemerintahan. Selain itu juga untuk memberikan wacana dan

pengetahuan baru kepada pembaca mengenai strategi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa

Tulungrejo.

Penulis menyadari bahwa menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari perhatian,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jainuri, M.Si, selaku Pembimbing I yang dengan sabar

membimbing, memberikan saran dan masukan dari awal hingga akhir penulisan

skripsi ini.

2. Bapak Salahudin, S.IP, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

saran, masukan, dan nasehat-nasehat dalam penyususnan skripsi ini.

3. Ibu Hevi Kurnia Hardini, S.IP. MA.Gov, Ketua jurusan Ilmu Pemerintahan

yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan untuk ilmu, bimbingan dan

(5)

vii

5. Kepada part time jurusan Ilmu Pemerintahan dan karyawan TU Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas

bantuannya selama ini.

6. Kepada keluarga (Ayah, Ibu, dan kakak) yang telah memberikan dukungan

semangat, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Hendra Rofira Kunata, yang telah memberikan motivasi, semangat,

dukungan, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

8. Teman seperjuangan sekaligus teman terbaikku, Erza Yuniantika yang selalu

memberikan semangat untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada mbak Ulin Nafi’ah dan Arifta Safitri, terimakasih kalian telah

menginspirasiku untuk dapat mengejar gelar sarjana dalam 3,5 tahun.

10. Teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan 2011: Yudi Darmasyarah, Taufiq Al

Ayyubi, Nehru Prayogo, Sayid Karim, Ferry Ferdaus, Septian Rosman Arief,

Yanuar Fikri, Riyanda Barmawi, Jumiati Paspol Malindo, Unike Ayu Agustina,

Novia Suhastini, Luluk Zaidah,Iffah Muthmainah, Novia Suhastini serta

teman-teman seangkatanku yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih

telah memberikan motivasi, pengalaman dan bantuan selama masa studi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

bantuan, dukungan, pengalaman dan doa yang telah diberikan.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka lkukan

kepada penulis dengan kebaikan yang sempurna. Penulisanskripsi ini tentunya juga

(6)

viii

mengaharap saran dan kritik yang bisa membangun. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semia pihak. AMIN

Penulis

(7)

ix

1. Pariwisata sebagai sistem ……….. 21

2. Pariwisata sebagai industry ………. 22

3. Pariwisata terhadap investasi ……….. 23

B.Strategi Pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat….. 24

C.Pengelolaan Pariwisata……….. 25

1. Reformasi birokrasi pariwisata ……… 26

2. Kemitraan publik dan swasta ………27

D.Pengelolaan Sumber Daya Berbasis Komunitas …………... 28

(8)

x

F. Pengembangan Desa Wisata ………. 31

G.Pengelolaan Desa Wisata ……….. 33

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A.Gambaran Umum Kota Batu ………. 35

B.Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu C.Gambaran Umum Desa Tulungrejo ……….. 42

BAB IV : ANALISIS DATA A.Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa Tulungrejo 1. Penyediaan Sarana Prasarana ……… 43

2. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata ………. 47

3. Peningkatan SDM pengelola desa wisata ………. 49

B.Keterlibatan Stakeholder dalam pengelolaan desa wisata……54

1. Keterlibatan masyarakat setempat ………. 54

a. Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan …….. 58

b. Partisipasi masyarakat dalam tahap implementasi……...59

c. Partisipasi masyarakat dalam tahap pengawasan……… 60

2. Keterlibatan pihak swasta……… 62

3. Keterlibatan pemerintah daerah……….. 63

4. Kemitraan kepemilikan lokal ………. 64

5. Promosi ……….. 66

C. Pengembangan Desa Wisata………. 68

D. Faktor pendukung dan penghambat ………. 74

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 79

B. Saran ………. 80

DAFTAR PUSTAKA ……….. 82

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

A. LAMPIRAN I

Keputusan Walikota Batu No. 180/90/KEP/422.012/2010 tentang

pembentukan tim Pembina dan kepengurusan kelompok sadar wisata

desa/kelurahan Kota Batu.

B. LAMPIRAN II

Keputusan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu No.

188/430/2/KEP/422.109/2010 tentang penunjuk kepengurusan kelompok

sadar wisata tingkat kota di Kota Wisata Batu Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu.

C. LAMPIRAN III

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

4.1 Rest area Desa Tulungrejo……… 44

4.2 Bus pariwisata parkir di badan jalan……… 45

4.3 Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di area wisata petik apel………. 46

4.4 Kelompok Sadar Wisata Desa Tulungrejo……… 48

4.5 Workshop Kelompok Sadar Wisata………. 50

4.6 Pelatihan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu beserta paguyuban supir angkutan wisata……… 53

4.7 Wawancara dengan Bapak Mulyo Adji……… 62

4.8 Homestay di tengah-tengah perkebunan apel……….... 65

4.9 Website Kota Batu dan Website Desa Tulungrejo……… 66

4.10 Lokasi wisata petik apel………... 69

4.11 Wisata petik apel besama Kementerian Industri………. 70

4.12 Wisata petik apel bersama Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)……. 70

(11)

82

DAFTAR PUSTAKA Buku

Agnes , Sunartiningsih, 2004, Strategi Pemberdayaan Mansyarakat, Jakarta, Bumi Aksara.

Andiani, Dini, 2007, Pengembangan Ekowisata yang Berbasis Masyarakat, Jakarta, Rajawali Press.

Buddy, Prasadja, 1980, Pembangunan desa dan masalah kepemimpinannya, Jakarta, Bumi Aksara.

Damanik, Weber, 2006, Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset.

Koentjaraningrat, 1993, Metode-Metode Penelitian, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka.

Pitana, I Gde, 2009, Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta, CV Andi.

Prasiasa, Desa Putu Oka, 2013, Destinasi Pariwisata berbasis masyarakat, Jakarta, Salemba Humanika.

Sangadji, Etta Mamang, 2010, Metodologi Penelitian, Yogyakarta, CV Andi.

Sasatrayuda S, Gumelar, 2010, Concept Resort And Leisure Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Desa Wisata, Jakarta, Bumi Aksara.

Sedarmayanti, 2014, Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri Pariwisata, Bandung, Refika Aditama.

Siola, Fransiskus Xaverius, 1968, Pembangunan dan Pengembangan Desa Terpadu Dalam Negara Berkembang Usaha Nasional, Surabaya, Sinar Grafika

Sunaryo, Bambang, 2013, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Yogyakarta, Gava Media.

Wearing, 2001, Development of Community Based Tourism, Yogyakarta, Bumi Aksara.

(12)

83

Yusuf, 2011, Langkah Kreatif Tata Kelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Jakarta, Salemba Empat.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.105/UM.001/MKP/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kebudayan Dan Pariwisata Tahun

2010-2014, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014

Surya, Dita, 2014, Pemkot Batu Target Bentuk Tiga Desa Wisata pada 2014, diakses

pada tanggal 9 Oktober 2014

<http://surabaya.tribunnews.com/2014/01/14/pemkot-batu-target-benttuk-tiga-desa-wisata-pada-2014>

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan,

diakses pada tanggal 9 Oktober 2014

<http://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.html>

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik, dibutuhkan dari

sektor publik adanya perubahan baik dalam cara berfikir maupun bertindak, terutama

dengan meninggalkan paradigma lama yang berupa suatu bangunan penyelenggaraan

pemerintahan yang sentralistik dan berwawasan lokus tunggal yang berupa birokrasi

pemerintahan (government bureaucracy). Pemahaman lebih jauh menegnai

penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik (good governance) mengacu pada

pemahaman bahwa bukan hanya apa yang dilakuka oleh lembaga Pemerintah saja

yang harus baik, akan tetapi keseluruhan stakeholders atau pemangku kepentingan

dalam penyelenggaraan urusan yang terkait dengan masalah kepentingan publik harus

juga mempunyai kapasitas yang memadai.1

Keberadaan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan

kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

1

Seperti yang dikemukakan oleh Mahathir dan Ishihara (1995) bahwa dalam rangka mewujudkan

good gavernance memerlukan terciptanya kondisi ideal dari ketiga pemangku kepentingan, sebagai berikut :

a). Pihak Pemerintah harus mempunyai kemampuan untuk mewadai proses politik atau pengambilan keputusan mengenai norma dan kebijakan yang selanjutnya bisa diimplementasikan dalam bentuk regulasi dalam proses birokrasi pemerintahan.

b). Pihak industry atau usaha swasta harus mempunyai kemampuan untuk selalu meningkatkan persediaan modal, membuka kegiatan baru, dan menawarkan kesempatan berusaha baru untuk masyarakat luas.

(14)

2 undangan. Dengan adanya keleluasaan daerah untuk mengatur segala aspek

kehidupan yang ada di daerah seiring dengan pemenuhan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat, maka pemerintah daerah sebagai pengelola daerah sangat dituntut untuk

memiliki daya inovasi, kreasi, dan kreatifitas dalam mengembangkan potensi daerah

tersebut. Pengembangan dan pemanfaatan potensi tersebut dapat berasal dari sumber

daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan daerah lain

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah setempat melalui

pengembangan potensi di setiap masing-masing daerah tersebut.

Dengan pemberian kewenangan yang sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah

Daerah, maka Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu harus berfikir lebih

inovatif untuk dapat mengembangkan semua potensi yang ada di daerah tersebut.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar bagi

pemerintah daerah dan masyarakat di Kota Batu. Sesuai dengan Peraturan Daerah No

1 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Batu berusaha untuk selalu mengembangkan potensi wisata yang dengan

melibatkan masyarakat.2 Salah satu pengembangan wisata yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu saat ini adalah pembentukan dan

pengembangan desa wisata. Pengembangan desa wisata ini bertujuan untuk

menyajikan keindahan alam yang ada dengan menonjolkan ciri kelokalan budaya

setempat. Di dalam desa wisata menawarkan kegiatan berwisata yang menekankan

2

(15)

3 pada unsur-unsur pengalaman dan betuk wisata aktif yang melibatkan wisatawan

dapat berhubunan langsung dengan masyarakat setempat.

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah di dalam

berbagai hal, seperti pariwisata berkelanjutan, pengembangan, desa wisata, dan

ekowisata, yang merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang

berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata

bukan di daerah perkotaan. Upaya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan

harus melibatkan partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu produk

wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setempat. Keaslian akan

memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsur-unsur keaslian

produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keunikan, ciri khas daerah dan

kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualias hiduo masyarakatnya

secara khusus berkaitan dengan perilaku, keramahan, dan kesungguhan penduduk

yang tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut.

Pengembangan desa wisata merupakan model atau suatu konsep untuk

memaksimalkan potensi yang ada di desa tersebut dan pemberdayaan masyarakat

yang berbasis pada kearifan lokal. 3 Dalam pengembangan desa wisata harus

memperhatikan kemampuan dan tingkat penerimaan masyarakat setempat yang akan

dikembangkan menjadi desa wisata. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

masyarakat dalam pengembangan desa wista secara mandiri dan lebih kreatif,

3

(16)

4 menentukan jenis dan tingkat pemberdayaan masyarakat secara tepat. Dalam hal ini

pengembangan desa wisata memiliki dampak yang sangat besar untuk meningkatkan

pendapatan daerah.

Kota Batu merupakan salah satu kota yang mengembangkan konsep desa

wisata. Saat ini terdapat 12 desa wisata di Kota Batu yang dapat menjadi tujuan para

wisatawan domestic maupun asing, antara lain di Desa Tulungrejo, Desa Punten,

Desa Gunungsari, Desa Sidomulyo, dan sebagainya.4 Setiap desa wisata yang ada

tentu memiliki ciri khas masing-masing yang membedakan dengan desa wisata yang

lainnya. Setiap desa berkreatifitas untuk menonjolkan potensi keunikan yang ada di

desa tersebut, sehingga daya saing antara desa satu dengan desa yang lain dapat

dikategorikan bersaing dengan baik.

Salah satu desa wisata yang dapat dijadikan icon atau citra dari Kota Batu

adalah obyek wisata petik apel yang berada di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji.

Di Desa Tulungrejo sedikitnya terdapat 10 kelompok petani petik apel yang sudah

memiliki izin resmi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu. Akan tetapi,

dengan meningkatnya para pengunjung untuk berwisata petik apel maka banyak para

kelompok petani yang mencoba untuk merintis mengembangkan usaha petik apelnya

tersebut. Kelebihan obyek wisata petik apel ini menawarkan suasana alam yang ada

di pedesaan yang meningkatkan wisata akan nuansa alami. Para wisatawan yang

selama ini membeli buah apel di kios-kios pnggir jalan tanpa merasakan memetik dari

4

(17)

5 pohonnya sendiri, sekarang mereka dapat dengan mudah berwisata petik apel.

Wisatawan juga dapat memakan apel di dalam kebun apel dengan menikmati

pemandangan alam yang indah karena perkebunan apel dikelilingi oleh pegunungan

yang memiliki panorama asri. 5Dalam pengembangan desa wisata tentunya

masyarakat ikut berpartisipasi. Dengan adanya partisipasi masyarakat secara

langsung, maka akan dirasakan manfaatnya untuk usaha pemberdayaan masyarakat

setempat.

Akan tetapi, dalam mengembangkan desa wisata petik apel saat ini masih

banyak kendala-kendala yang dihadapi. Mulai dari belum memadainya infrastruktur

di desa petik apel, akses jalan yang masih sempit untuk dilalui kendaraan besar,

sumber daya manusia baik pengelola desa wisata petik apel yang masih rendah,

belum adanya kesiapan masyarakat dengan adanya desa wisata, serta kurangnya

sosialisasi yang perlu dilakukan terus menerus oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu. Maka dari itu, perlu adanya kerja sama yang baik antara

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dengan masyarakat Desa Tulungrejo.

Hal ini dikarenakan melalui desa wisata petik apel ini menjadi leading sector

yang dapat memacu pertumbuhan sector-sector lain seperti pada sector perhotelan,

sector transportasi umum, home industy, pengembangan home stay, dan lain

sebagainya. Dengan menerapan kebijakan pembangunan ekonomi lokal, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar

5

(18)

6 dalam pembangunan di daerahnya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

harus mempunyai strategi-strategi untuk lebih mengembangkan dan memajukan lagi

desa wisata sehingga dapat menciptakan peluang-peluang yang dapat dirasakan bagi

pemerintah daerah maupun masyarakat. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa perlu

adanya pengembangan desa wisata sangat penting di kota yang mulai berkembang

karena kegiatan tersebut dapat dijadikan suatu sumber penghasilan baru yang dapat

meningkatkan potensi ekonomi lokal, sehingga peneliti mengambil judul “Strategi

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam Pengembangan Desa

Wisata Petik Apel di Desa Tulungrejo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertayaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam

pengembangan desa wisata petik apel di Desa Tulungrejo ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa

Tulungrejo ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam

(19)

7 2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa

Tulungrejo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literature untuk pengembangan

keilmuan dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya mengenai

pengembangan desa wisata.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah, dapa dijadikan sebagai rekomendasi dalam perbaikan

strategi dalam mengembangkan kepariwisataan.

b. Bagi Masyarakat, memberikan informasi tentang pengembangan desa wisata

petik apel yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu,

serta masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam

mengembangkan desa wisata tersebut.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah penggambaran secara umum tentang konsep atau

istilah tertentu yang berkaitan dengan penelitian, yaitu :

(20)

8 Menurut Siagian (2004), mengatakan bahwa strategi adalah serangkaian

keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangkaian tujuan

organisasi tersebut. Sedangkan menurut Craig & Grant (1996), mengatakan bahwa

strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan

dan arah tindakan sert alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran

dan tujuan.6

2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan unsur pelaksana di bidang

pariwisata dan kebudayaan, dipimpin oleh ketua dinas yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah.7 Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah di bidang pariwisata

dan kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

menyelenggaran fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata dan kebudayaan.

b. Penyelenggaraan urusan pariwisata dan kebudayaan, serta penyelenggaraan

umum sesuai dengan lingkup tugas.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata dan kebudayaan.

6

Siagian (2004), mengatakan bahwa strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangkaian tujuan organisasi tersebut. Sedangkan Craig & Grant (1996), mengatakan bahwa strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan sert alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. <http://ryanhadiwijayaa.wordpress.com/2012/09/30/definisi-strategi-menurut-para-ahli/> diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.

7

(21)

9 3. Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan desa wisata merupakan model atau suatu konsep untuk

memaksimalkan poteni yang ada di desa tersebut dan pemberdayaan masyarakat yang

berbasis pada kearifan lokal. Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam

sebuah desa melalui sektor dengan menggunakan standar-standar khusus dalam

megontrol perkembangan dan menerapan aktivitas konservasi. Di dalam

pengembangan desa wisata terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan,

antara lain :

a. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di

dalam atau dekat desa.

b. Fasilitas-faslitas dan pelayanan dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa,

salah satu bisa bekerjasama atau individu yang memiliki.

c. Pengembangan desa wisata di dasarkan pada salah satu sifat budaya tradisional

yang melekat pada satu desa. Atau sifat atraksi yang dekat dengan alam

pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang

mengunjungi atraksi tersebut.8

Sedangkan menurut Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, desa wisata

adalah suatu bentuk perjalanan wisata yan dilakukan atas dasar minat dan motivasi

khusus wisatawan untuk melakukan kunjungan ke suatu obyek dan terlibat secara

fisik maupun emosional dalam kegiatan wisata spesifik yang terbentuk dalam

karakter obyek tersebut.

8

(22)

10

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pendefinisian variable secara operasional yang

berdasarkan sifat atau karakteristik terhadap suatu fenomena yang diamati dengan

menggunakan parameter yang jelas. Adapun variable yang akan didefinisikan secara

operasional adalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan

desa wisata petik apel.9

a. Penyediaan sarana dan prasaranan

Dengan adanya konsep pengembangan desa wisata petik apel, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu perlu memperhatikan infrastruktur

yang ada di desa tersebut. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan

desa wisata pemerintah daerah perlu memperbaiki infrastruktur yang saat ini

masih dapat dikatakan belum layak. Perbaikan insfrastruktur yang perlu

dilakukan yaitu perbaikan dan pembangunan jalan untuk mempermudah

akses menuju wisata petik apel, penerangan jalan, penambahan lahan parkir,

serta memperbaiki fasilitas angkutan umum. Hal ini perlu dilakukan guna

untuk meningkatkan daya ketertarikan wisatawan dan juga kenyamanan

wisatawan petik apel.

b. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

9

(23)

11 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dibentuk bertujuan untuk membantu

Pemerintah Daerah Kota Batu dalam mengelola desa menjadi desa wisata.

Selain mengelola Kelompok Sadar Wisata ini juga bertujuan untuk menarik

masyarakat sekitar desa wisata agar ikut berpartisipasi dalam pengembangan

desa wisata.

c. Peningkatan SDM pengelola desa wisata melalui beberapa langkah,yaitu:

(1). Workshop

Workshop dapat bertujuan untuk membina sekaligus mengelola

kepariwisataan dan juga memberikan pengetahuan kepada para

pengelola desa wisata bahwa dengan adanya desa wisata dapat

memberikan kontribusi bagi PAD dan juga memberikan kontribusi bagi

masyarakat setempat.

(2). Study Banding

Study Banding perlu dilakukan oleh pengelola desa wisata guna

meningkatkan dan mengembangkan desa wisata yang ada di desa

tersebut. Dengan melakukan studi banding pengelola dapat mengambil

hal-hal positif yang belum pernah diketahui sebelumnya yang mana

dapat diterapkan di desa wisata tersebut.

(24)

12 Pelatihan dan penyuluhan harus dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan yang

terus menerus, maka pengelola desa wisata dapat mengelola area wisata

khususnya petik apel dengan baik. Selain itu pelatihan dapat bertujuan

untuk memberikan pengarahan dan pemahaman kepada pengelola desa

wisata, sehingga mereka menyadari apa yang harus dibenahi dan di

kembangkan di desa wisatanya.

2. Keterlibatan Stakeholder dalam pengelolaan desa wisata

a. Keterlibatan masyarakat setempat

Masyarakat harus terlibat secaa aktif dan produktif dalam pengembangan

desa wisata, karena Sumber Daya yang dijadikan wisata adalah milik

masyarakat setempat, jadi kunci dari keberhasilan desa wisata ini sebenarnya

ada di tangan masyarakat setempat.

(1). Partisipasi masyarakat dalam Tahap Perencanaan

(2). Partisipasi masyarakat dalam Tahap Implementasi

(3). Partisipasi masyarakat dalam Tahap Pengawasan

b. Keterlibatan Pihak Swasta

Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan desa wisata sangatlah

penting, adapun pihak swasta antara lain investor, jasa akomodasi restaurant,

(25)

13 c. Kemitraan kepemilikan Lokal

Pengembangan desa wisata harus mampu memberikan kesempatan alpangan

pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Usaha fasilitas

penunjang ini seperti pengembangan homestay dengan nuansa alami

perkebunan apel.

d. Promosi

Pengembangan desa wisata secara berkelanjutan membutuhkan

program-program promosi dan advokasi penggunaan lahan dan kegiatan yang

memperkauat karakter identitas budaya masyarakat setempat secara baik.

Kegiatan ini bertujuan mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas

yang memberikan kepuasan bagi pengunjung atau wisatawan.10

Adapun bentuk-bentuk promosi yang dilakukan, yaitu :

(1). Periklanan

(2). Event

3. Pengembangan Desa Wisata

a. Desa Wisata Petik Apel

Obyek wisata petik apel menawarkan suasana alam yang berada di pedesaan

dengan nuansa alami. Para wisatawan dapat dengan mudah berwisata petik

apel dengan menikmati pemandagan alam dan kesejukan udara di daerah

pegunungan. Dengan adanya pengembangan desa wisata, hal ini dapat

10

(26)

14 menambah atau membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

b. Kegiatan industri penunjang

Dalam pengembangan desa wisata ekonomi lokal merupakan salah satu

industry penghasil devisa. Pengembangan desa wisata dapa diarahkan

sebagai penghasil devisa, pariwisata dapat menampung dan meningkatkan

tenaga kerja, dapat diarahkan serta dimanfaatkan dengan membuka

industry-industri lainnya, seperti oleh-oleh khas daerah tersebut, handicraft,

agriculture, dan sebagainya.11

4. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel.

a. Faktor Pendukung

(1). Pemanfaatan kebun apel sebagai sajian dalam desa wisata

(2). Adanya perhatian dari pemerintah daerah khusunya Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan obyek wisata petik

apel menjadi alternatif wisata baru di Kota Batu.

(3). Pemanfaatan kelompok masyarakat setempat sebagai fasilitator pada

pengembangan desa wisata.

(4). Pemanfaatan tempat tinggal masyarakat setempat sebagai fasilitas

penginapan bagi wisatawan.

11

(27)

15 b. Faktor Penghambat

(1). Kurang lengkapnya sarana dan prasaranapendukung kegiatan desa

wisata.

(2). Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wsata.

(3). Kurangnya anggaran dari Pemerintah Daerah Kota Batu yang

dialokasikan untuk pengembangan desa wisata.

(4). Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

(5). Kurangnya kerjasama antara pihak pemerintah Desa Tulungrejo dengan

masyarakat setempat.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Dinama penelitian kualitatif menurut E.G. Carmines dan

R.A. Zeller (2006) dalam Eta Mamang Sangadji (2010:26) adalah penelitian yang

datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik

statistic. Penelitian yang sering menggunakan cara ini adalah studi kasus dan

historical”.

(28)

16 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang lebih menekankan

pada penelitian yang menghasilkan data deskrrptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang yang diamati.12

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif ada dua, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti sumber

penelitian. Data tersebut dapat berupa data (catatan) penelitian dari hasil

observasi dan data hasil wawancara langsung dengan subyek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang

sifatnya melengapi data primer seperti perda, perwali, buku, Koran dan

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Karena sebagai subyek yang

12

(29)

17 mampu memberikan inromasi, maka dalam penelitian harus memperhatikan

dalam menentukan informasi agar di dapatkan informasi yang lengkap dan

mendalam.13

a. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu.

b. Kepala Bagian Promosi dan SDM Kota Batu

c. Kepala Desa Tulungrejo

d. Ketua kelompok DARWIS Kota Batu

e. 5 masyarakat Desa Tulungrejo

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Batu. Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa Kota Batu merupakan daerah

pariwisata terbesar ke-2 di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Selain itu, lokasi

penelitian kedua bertempat di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Karena lokasi tersebut sangat strategis dala, melihat studi kasus yang terjadi dan

lokasi tersebut salah satu dari beberapa tempat wisata alam lainnya yang ditunjuk

langsung oleh Pemerintah Kota Batu.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data menjadi hal yang sangat penting untuk menjawab

permasalahan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan metode

pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu.

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

13

(30)

18 a. Observasi

Observasi dilakukan ditempat lagsung pada tempat instansi atau lembaga yang

memiliki kewenangan pengelolaan Desa Wisata. Instrumen yang digunakan

dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.14

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur, yaitu wawancara dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan

dengan wawancara terstruktur karena dalam melakukan wawancara dilakukan

secara ilmiah untuk menggali ide dan gagasan informan secara terbuka dan

tidak menggunakan pedoman wawancara.15

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan dengan melakukan studi literatur untuk

memperoleh data.

6. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (2007) dalam Iman Gunawan (2013:210), menyatakan bahwa

analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil

wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk

meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan

memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan. Miles & Huberman (1992)

14

Sopiah (2010:192) observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra sehingga tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata. Mendengarkan, mencium, mengecap, dan meraba termasuk bentuk observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.

15

(31)

19 mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data

penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan

dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut

dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data. Adapun tahapan analisa

menurut Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif

(Miles dan Huberman, 1992)

Sumber : Dr. Etta Mamang Sangadji, M. Si (2010)

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan data yang baru diperoleh dari hasil penelitian,

(32)

20 data lapangan yang masih belum beraturan dan belum dipilah-pilah yang akan

diolah di tahap kedua yaitu reduksi data.

b. Reduksi Data

Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama

penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisaikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

ditarik kesimpulan sementara.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data dilakukan agar lebih mempermudah bagi peneliti

untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu

dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data ke dalam suatu

bentuk kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut

kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk

ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk

kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

(33)

21 Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab focus

penelitian berdasarkan hasil analisis data.simpulan disajikan dalam bentuk

deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.kegiatan

pengumpulan data, reduksi data, paparan data, dan penarikan atau verifikasi

merupakan proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan

upaya yang berlanjut, berulang, dan terus menerus. Reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara

berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.16

16

Sangadji, Etta Mamang, 2010, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian,

Gambar

Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif  (Miles dan Huberman, 1992) Sumber : Dr

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi tingkat kecemasan remaja putri tentang haid pertama ( menarche ) di SMPN 13 Kota Jambi dominan pada skala sedang.

cita-cita, nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi; 2). Wakil gerakan koperasi Indonesia baik di dalam maupun luar negeri; dan 3). Mitra pemerintah dalam pembangunan koperasi

Faktor-faktor yang menghambat proses pengawasan terhadap penyelenggaraan dan penataan reklame adalah kurangnya partisipasi dari masyarakat dalam proses pengawasan,

Analisis pendapatan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Karawana Kecamatan

Dari apa yang diungkapkan oleh latalibe sangat jelas bahwa pesta adat Mappadendang bagi masyarakat Desa Pationgi selain bermakna rasa syukur terhadap tuhan atas

Dengan adanya website yang dapat memproses pengolahan data transaksi penjualan, maka dalam proses yang dilakukan akan semakin mudah dan cepat, tetapi tidak menutup

Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini seperti data pasien, data rekam medis pasien untuk menentukan attribut dalam pembuatan sistem, alur kerja pada Klinik dan

Perbedaan Frekuensi mikronukleus pada Kelompok Kontrol dan Sampel Uji normalitas Shapiro-wilk merupakan uji yang dilakukan pertama terhadap masing-masing kelompok