• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Keluarga dalam Pengelolaan Sampah di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perilaku Keluarga dalam Pengelolaan Sampah di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku Keluarga dalam Pengelolaan Sampah di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)

AINUL FITRIAH NPM. 12070237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Family Behavior In Waste Management in Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat. Sociology Education Of Studied Program STKIP PGRI Padang West Sumatera, 2016.

Oleh :

Ainul Fitriah1, Nilda Elfemi2, Mira Yanti3

*The Sosiology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera.

** The Sosiology Staff of Sosiology education of STKIP PGRI West Sumatera.

ABSTRACT

One family behaviors in waste management that every family in Jorong Brastagi collecting and disposing of garbage into the river, ditch, collect garbage in garbage management personnel, and families who throw garbage in landfills belong to villages. One of the factors that caused the family to throw garbage into rivers and streams that family habits throw garbage in rivers and streams, and economic factors of the family as well as the low awareness of family environment. Every family should have been disposing of waste in landfills. The formulation of the problem in this study are (1) how the behavior of families in waste management, (2) whether there are changes in family behavior after no waste management rules. The purpose of this study is (1) to describe how the behavior of families in waste management, (2) describe the behavior of the family after their waste management rules.

The theory used in this research is the theory of Behavioral Socyologi by B.F. Skinner. This study used a qualitative approach with descriptive type. Selection technique is done by purposive sampling with the number of informants as many as 25 people. Methods of data collection in this study using a non-participant observation, in-depth interviews and document study. The data analysis of this research is based on interactive model by Milles and Huberman.

The results of research in the field can be concluded that the behavior of families in waste management in Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading subdistrict Valley Crossing West Pasaman namely (1) the behavior of families in waste management consists of: a. families who throw garbage into rivers, b. families who throw garbage into the ditch, (2) family behavior after the regulation of waste management of villages, namely: 1) families who collect garbage at the concierge waste management, 2) families who throw garbage in rivers, ditches, (3) family who throw garbage in landfills.

Keywords: family behaviors, waste management.

1Mahasiswa Program StudiPendidikanSosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Pembimbing I, Staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II, Staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

ABSTRAK

AINUL FITRIAH (NPM: 12070237). Skripsi: Perilaku Keluarga Dalam Pengelolaan Sampah Di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat. Program Studi Pendidikan Sosiologi, Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Padang, 2016.

Salah satu perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah yaitu setiap keluarga di Jorong Brastagi mengumpulkan dan membuang sampah ke sungai, parit, mengumpulkan sampah pada petugas pengelola sampah, dan keluarga yang membuang sampah pada tempat pembuangan sampah milik nagari. Salah satu faktor yang menyebabkan keluarga membuang sampah ke sungai dan parit yaitu kebiasaan keluarga membuang sampah di sungai dan parit dan faktor ekonomi dari keluarga serta rendahnya kesadaran keluarga terhadap lingkungan. Seharusnya setiap keluarga membuang sampah pada tempat pembuangan sampah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah, (2) apakah ada perubahan perilaku keluarga sesudah ada aturan pengelolaan sampah. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bagaimana perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah, (2) mendeskripsikan perilaku keluarga sesudah adanya aturan pengelolaan sampah.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Behavioral Socyologi menurut B.F. Skinner. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Teknik pemilihan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu dengan jumlah informan sebanyak 25 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Analisis data penelitian ini dilakukan berdasarkan model interaktif menurut Milles dan Huberman.

Hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat yaitu (1) perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah terdiri dari: a.

keluarga yang membuang sampah ke sungai, b. keluarga yang membuang sampah ke parit, (2) perilaku keluarga sesudah adanya peraturan pengelolaan sampah dari nagari yaitu: 1) keluarga yang mengumpulkan sampah pada petugas pengelola sampah, 2) keluarga yang membuang sampah di sungai, parit, (3) keluarga yang membuang sampah pada tempat pembuangan sampah.

Kata kunci: perilaku keluarga, pengelolaan sampah.

(5)

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, pemukiman terus berkembang dan pengaruhnya terhadap lingkungan sangat besar. Daerah pemukiman yang bertambah luas maka akan mengakibatkan sampah berserakan dimana-mana, persediaan air yang sehat tidak dapat memenuhi kebutuhan dan akibatnya wabah penyakit menyerang masyarakat (Soerjani, 1987:121).

Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitarnya baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2002: 35).

Rusaknya lingkungan bisa dilihat dari keadaan udara, seperti munculnya beragam polusi atau pencemaran udara, baik itu dihasilkan oleh industri-industri maupun emisi kendaraan bermotor. Jika sumber daya alam dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing secara individu maka lingkungan akan tetap terjaga dengan baik, hanya saja penggunaan sumber daya alam tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, akibatnya lingkungan rusak. Hal ini disebabkan karena jumlah populasi manusia meningkat dan meningkatnya konsumsi sumber daya alam (Susilo, 2012: 22-71).

Salah satu masalah lingkungan adalah masalah sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga atau pemakaian barang yang rusak atau yang bercacat (Alex, 2012: 180).

Faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah yaitu jumlah penduduk bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampah pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kegiatan kesejahteraan akan meningkatkan kegiatan

konstuksi dan pembaharuan bangunan- bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya jenis sampah. Dan kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam (Soemirat, 2011).

Sebagian besar keluarga di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat mengelola sampah dengan cara membakar atau membuang sampah kelahan kosong milik warga dan permasalahan timbul pada musim hujan, dimana sampah- sampah yang tidak dapat dibakar, sampah tersebut dibiarkan keluarga berserakan disekitar rumah termasuk di pekarangan rumah, dan sampah-sampah ini juga menutupi parit, sehingga pada musim hujan air masuk ke dalam rumah.

Sampah yang dibuang keluarga yaitu sampah dapur seperti plastik, botol, sayur- sayuran, dan lain-lain. Dilihat dari perilaku keluarga masih kurang pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan dari sampah..

Sampah yang berasal dari dapur yang dibuang disembarang tempat dan membuang sampah pada tanah kosong akan berdampak terhadap lingkungan, dimana lingkungan yang tidak bersih akan mengakibatkan banyaknya nyamuk, lalat, dan berdampak terhadap kesehatan keluarga. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran keluarga terhadap lingkungan.

Pengelolaan sampah umumnya di Jorong Brastagi antara sampah organik dan an- organik tidak dipisahkan oleh keluarga dan sampah tersebut langsung dibuang ke sungai (sumber: data primer hasil wawancara dengan keluarga yang membuang sampah).

Sejak tahun 2002 sampai 2016 ±6 ton sampah perhari dan diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara tanah milik Nagari yang luasnya ± 2Ha dengan menggunakan mobil truk. Dalam rangka menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan sehat, sejak tahun 2014 pemerintah Nagari membuat aturan tentang pengelolaan sampah (Kantor Wali Nagari) di Nagari Ujung Gading yaitu:

(6)

1. Dilarang membuang sampah ke sungai dan bandar agar tidak terjadi pencemaran lingkungan dan banjir

2. Diharapkan masyarakat untuk meletakkan sampah pada tong sampah untuk memudahkan petugas pengelola sampah Nagari Ujung Gading dalam mengangkut sampah rumah tangga ke tempat pembuangan sampah akhir.

3. Disampaikan kepada seluruh masyarakat yang sampahnya diangkut oleh petugas pengelola sampah untuk membayar biaya retribusi sampah sebesar Rp. 3000,- /minggu/rumah tangga

4. Sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melanggar aturan yaitu denda sebesar Rp. 5000,-

Sebelum adanya surat peraturan dari wali nagari tentang pengelolaan sampah di Jorong Brastagi keluarga membuang sampah ke sungai, bandar, dan lahan kosong milik warga karena tempat pembuangan sampah pada saat itu belum ada disediakan oleh Jorong Brastagi. Namun, setelah adanya aturan perda dari wali nagari pada awalnya keluarga menaati aturan tersebut membuang sampah pada Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan lama-kelamaan aturan tersebut tidak dijalankan masyarakat lagi. Sesudah adanya aturan yang ditetapkan oleh wali nagari seharusnya keluarga merubah perilakunya sebelum ada surat aturan pengelolaan sampah tersebut. Tujuan surat aturan pengelolaan sampah ditetapkan agar perilaku keluarga berubah dan teratur membuang sampah agar lingkungan terjaga dengan baik. Tetapi keluarga tetap membuang sampah sembarangan ke sungai, bandar dan parit walaupun tempat pembuangan sampah disediakan oleh wali nagari. Jadi pola perilaku keluarga tidak berubah kearah yang lebih baik walaupun sudah ada aturan yang diberikan kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

METODE PENELITIAN

Untuk menjelaskan perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah. Maka digunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menggunakan data-data kualitatif berupa absraksi kata-kata dan pertanyaan. Serta bisa dilakukan dengan mengamati secara langsung gejala sosial yang diteliti. Untuk mendukung dan memperkuat data kualitatif

diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data berupa cerita pendek. Data kualitatif amat bersifat subjektif, karena peneliti yang menggunakan data kualitatif sesungguhnya harus berusaha dapat mungkin untuk menghindari sikap subjektif yang dapat mengaburkan objektifitas data penelitian (Bungin, 2011:103).

Tipe penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011:54). Alasan memilih deskriptif terhadap pendekatan ini adalah karena peneliti ingin menggambarkan adanya bagaimana perilaku keluarga dalam pengelolaan sampah.

Pemilihan informan penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu Dimana peneliti secara sengaja menetapkan siapa yang menjadi informan, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Morissan, 2014:117). Digunakannya teknik purposive sampling karena mengingat banyaknya keluarga yang ada di Jorong Brastagi dan tidak memungkinkan semuanya dijadikan sebagai informan oleh sebab itu, penetapan keluarga sebagai informan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini mengambil lokasi di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat..

Alasan mengambil lokasi penelitian di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading karena Alasan memilih lokasi ini adalah karena kondisi lingkungan yang tidak bersih dan masih terdapat sampah berserakan di lingkungan setiap keluarga, padahal tempat pembuangan sampah sudah disediakan oleh wali nagari

.

Terdapat ada sembilan keluarga yang membuang sampah di sungai dan membuang sampah di parit sebanyak enam keluarga, mengumpulkan sampah pada petugas pengelola sampah sebanyak tiga keluarga, dan membuang sampah pada

(7)

tempat pembuangan sampah sebanyak satu keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah di Jorong Brastagi

Di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat keadaan lingkungan di Jorong Brastagi ini dari tahun ke tahun terlihat kotor dan terdapat banyak sampah yang berserakan dan terdapat tumpukan sampah di sekitar lingkungan keluarga. Karena masih banyak keluarga yang membuang sampah sembarangan seperti, membuang sampah ke sungai, parit dan membakar sampah. Sampah dibiarkan keluarga berserakan disekitar rumah sehingga pada musim hujan air masuk ke dalam rumah dan menyebabkan banjir.

Keadaan sungai di Jorong ini sangat kotor karena banyaknya keluarga yang berada di tepi sungai yang membuang sampah dan bukan hanya keluarga yang ditepi sungai tetapi keluarga yang berada jauh dari sungai membuang sampah ke sungai. Biasanya keluarga membuang sampah ke sungai pada malam hari. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan dari wali nagari bahwa tidak boleh membuang sampah ke sungai. Wali nagari berupaya untuk mengatasi masalah lingkungan dengan cara menunjuk beberapa petugas pengelola sampah untuk menjemput sampah setiap keluarga. Pada awalnya wali nagari memberikan sosialisasi kepada setiap keluarga bahwa akan ditunjuk beberapa orang petugas penjemput sampah dan pada awalnya setiap keluarga tidak dibebankan untuk membayar biaya kepada petugas pengelola sampah gratis tanpa pungutan biaya. Kemudian setelah tiga bulan dijalankan, wali nagari melihat upaya yang dijalankan berjalan dengan baik, dan wali nagari memberikan sosialisasi lagi kepada setiap keluarga untuk membayar uang kepada petugas pengelola sampah sekali dalam seminggu dengan biaya Rp.3000,00 setiap keluarga

.

Setelah dilakukan pengamatan beberapa bulan tidak semua keluarga yang sampahnya dijemput oleh petugas pengelola

sampah. Hal ini disebabkan karena keluarga tidak mau untuk membayar biaya setiap minggu kepada petugas pengelola sampah.

Alasan keluarga tidak mau untuk membayar biaya tersebut karena sebagian keluarga tidak memiliki biaya setiap minggunya untuk membayar biaya penjemputan sampah. Hal ini dapat dilihat lingkungan yang bersih masih jauh dari harapan, karena kepedulian dan kesadaran keluarga terhadap lingkungan rendah. Seperti masih terdapat sampah berupa sampah dapur yang dibuang di sembarang tempat yang akan menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan sampah yang berserakan disekitar lingkungan keluarga hal ini disebabkan oleh kesadaran keluarga yang rendah terhadap lingkungan.

Dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman maka wali nagari berupaya dengan menetapkan petugas pengelola sampah di Jorong Brastagi Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat untuk mengatasi masalah sampah. Dan wali nagari menunjuk beberapa orang untuk menjadi petugas pengelola sampah, tugasnya menjemput sampah keluarga setiap harinya. Petugas pengelola sampah diadakan oleh nagari sejak tahun 2013. Dan dari bulan Oktober-Desember 2013 setiap keluarga tidak membayar biaya kepada petugas pengelola sampah, dan pada bulan Januari 2014 setiap keluarga membayar Rp.3000,-. Biasanya petugas pengelola sampah menjemput sampah dua kali dalam sehari. Honor atau gaji petugas pengelola sampah hanya dari setiap keluarga yaitu 110.000/minggu dan honor tersebut tidak ada dari nagari. Karena pada awal diadakan penunjukan petugas pengelola sampah honor/gaji dari wali nagari selama 3 bulan. Dan pada bulan Januari gaji tersebut tidak dari wali nagari, gaji petugas sampah dari setiap keluarga yang sampahnya dijemput oleh petugas. Hal ini dilakukan wali nagari untuk mengurangi sampah. Agar keluarga tidak membuang sampah di sembarang tempat seperti di sungai, bandar, dan lain-lain.

B. Perilaku Keluarga dalam Pengelolaan Sampah

1. Membuang Sampah ke Sungai

Di Jorong Brastagi pada umumnya keluarga yang membuang sampah ke sungai

(8)

sebanyak 9 orang. Terutama keluarga yang berada di sekitar tepi sungai. Tetapi banyak juga keluarga yang jauh dari sungai membuang sampah ke sungai. Hal ini dipengaruhi oleh jarak rumah dan sungai dekat dan juga dipengaruhi dari kebiasaan keluarga yang membuang sampah sembarangan. Setiap tahunnya sungai di Jorong Brastagi ini terdapat banyak tumpukan sampah. setiap keluarga sudah biasa membuang sampah ke sungai walaupun sudah ada petugas yang menjemput sampah namun sebagian keluarga tidak mau sampahnya dijemput oleh petugas karena membuang sampah ke sungai tidak menggunakan biaya dan kalau sampah yang dijemput oleh petugas pengelola sampah membutuhkan modal.

Petugas pengelola sampah biasanya datang setiap hari. Jadi keluarga lebih memilih untuk membuang sampah ke sungai. Karena jarak rumah keluarga dengan sungai dekat sekitar 45 meter.

2. Membuang Sampah di Parit

Di Jorong Brastagi keluarga yang membuang sampah sebanyak enam keluarga yang membuang sampah ke parit, hal ini disebabkan karena kesadaran keluarga terhadap lingkungan rendah. Karena keluarga tidak menyadari pentingnya lingkungan yang bersih dan nyaman dan tidak memikirkan dampak yang timbulkan membuang sampah ke parit. Hal ini bisa dilihat dari perilaku keluarga yang membuang sampah di sembarang tempat seperti membuang sampah di parit. bahwa tidak ada kepedulian dan kesadaran keluarga terhadap kebersihan lingkungan. Dan partisipasi keluarga tidak ada karena petugas pengelola sampah sudah ada, namun setiap keluarga tidak ada yang mau sampah dapur dijemput oleh petugas mereka lebih memilih untuk membuang sampah ke parit.

C. Perubahan Perilaku Keluarga Sesudah Adanya Aturan tentang Pengelolaan Sampah

1. Keluarga yang membuang sampah kepada petugas pengelola sampah

Di Jorong Brastagi dapat dilihat bahwa keluarga yang mengumpulkan sampah kepada petugas pengelola sampah sebanyak tiga keluarga dibandingkan dengan keluarga yang membuang sampah ke parit dan sungai. Lebih banyak keluarga yang

membuang sampah di sembarang tempat.

sebelum adanya aturan peraturan pengelolaan sampah keluarga membuang sampah di sungai, dan parit. Namun setelah adanya aturan peraturan dari wali nagari tentang dilarangnya membuang sampah di sungai, parit, keluarga mulai mengumpulkan sampah kepada petugas pengelola sampah, bahwa keluarga di Jorong Brastagi keluarga di jorong ini sudah menyadari dan mentaati aturan yang dijalankan oleh wali nagari.

Karena mereka menyadari pentingnya kebersihan.

2. Membuang Sampah ke Sungai dan Parit

Perubahan perilaku sesudah adanya aturan tentang dilarangnya membuang sampah ke sungai dapat dikatakan bahwa perubahan perilaku keluarga tidak ada.

Sebelum adanya aturan tentang dilarangnya membuang sampah ke sungai keluarga sudah membuang sampah ke sungai. Dan setelah adanya aturan dari wali nagari bahwa tidak boleh membuang sampah ke sungai ataupun ke parit. Namun, keluarga tetap membuang sampah ke sungai dan parit, akan tetapi pada awalnya keluarga menaati aturan dilarangnya membuang sampah ke sungai, karena pada awalnya keluarga merasa untuk takut melanggar aturan tersebut, karena aturan tersebut belum begitu lama dikeluarkan oleh wali nagari, namun aturan itu hanya berjalan sementara di taati oleh setiap keluarga.Dan pada akhirnya keluarga tetap membuang sampah ke sungai

.

3. Membuang Sampah Pada Tempat Pembuangan Sampah

Di Jorong Brastagi hanya satu keluarga yang membuang sampah pada tempat pembuangan sampah. Karena keluarga ini menyadari pentingnya kebersihan dan kenyamanan. Sampah dikumpulkan berupa sampah dapur dan antara sampah basah dan kering digabungkan. Keluarga ini membuang sampah satu kali dalam dua hari karena jarak rumah dan tempat pembuangan sampah jauh sekitar 1 km. Jadi tidak sempat untuk setiap harinya membuang sampah pada tempat pembuangan sampah.

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Di Jorong Brastagi Nagari Ujung Gading pada umumnya keluarga membuang sampah ke sungai, parit terutama keluarga yang berada di sekitar tepi sungai. Dan tidak hanya keluarga yang berada yang ditepi sungai yang membuang sampah ke sungai.

tetapi yang berada jauh dari sungai tetap membuang sampah di sungai. Di Jorong Brastagi masih banyak keluarga yang membuang sampah ke sungai dan parit, hal ini disebabkan karena kesadaran keluarga terhadap lingkungan rendah. Karena keluarga tidak menyadari pentingnya lingkungan yang bersih dan nyaman dan tidak memikirkan dampak yang timbulkan membuang sampah ke parit. Faktor yang mempengaruhi keluarga membuang sampah yaitu kebiasaan keluarga dan rendahnya kesadaran dan kepedulian keluarga terhadap lingkungan.

Sebelum adanya surat peraturan dari Wali Nagari tentang pengelolaan sampah di Jorong Brastagi keluarga membuang sampah ke sungai, parit/ lahan kosong milik warga karena tempat pembuangan sampah pada saat itu belum ada disediakan oleh Nagari.

Namun, setelah adanya aturan pengelolaan sampah dari wali Nagari pada awalnya setiap keluarga menaati aturan tersebut membuang sampah pada tempat pembuangan sampah (TPS) dan lama- kelamaan aturan tersebut tidak dijalankan keluarga lagi. Di Nagari Ujung Gading pengelolaan sampah yaitu dengan cara sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ketempat pemrosesan akhir sampah. Dan antara sampah organik dan anorganik tidak dipisahkan langsung dibuang pada tempat pembuangan sampah.

Saran

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah perlu memberikan sarana dan parasana tempat pembuangan sampah dan tempat pengeolahan sampah kepada keluarga/masyarakat agar permasalahan mengenai sampah dapat diatasi. Dan pemerintah perlu memberikan sanksi terhadap setiap keluarga yang membuang sampah di sembarang tempat.

2. Bagi Keluarga (Masyarakat)

Diharapkan pada masyarakat di Nagari Ujung Gading agar tidak membuang sampah di sembarang tempat seperti,di sungai, parit. Dan keluarga untuk membuang sampah ketempat pembuangan sampah yang telah disediakan. Setiap keluarga harus bersedia sampahnya dijemput oleh petugas pengelola sampah dan setiap minggunya keluarga harus membayar retribusi atau biaya menjemput sampah kepada petugas pengelola sampah. Dan keluarga lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.

3.Saran untuk peneliti selanjutnya Dapat meneliti dampak dari keluarga yang tidak mengelola sampah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alex. 2012. Sukses mengolah sampah organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Bungin, Hasan.2011. Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Rajawali Pers

Morissan. 2014. Metode Penelitian Survei.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor:

Ghali Indonesia

Soerjani. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press).

Susilo Rachmad. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soemirat Juli, 2011. Kesehatan lingkungan.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suyono, Budiman. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta:

Perpustakaan Nasional.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah Rumah Tangga Ke Sungai Di Desa Pamarangan Kanan Kabupaten Tabalong Tahun 2019.. UPAYA

Pengolahan sampah anorganik untuk peningkatan nilai tambah ekonomi keluarga dalam pengelolaan hasil penjualan sampah anorganik rumah tangga melalui bank sampah.. Penghasilan diperoleh