• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISISPELAKSANAANPENGELOLAANLIMBAH PADAT(SAMPAH)DIRUMAHSAKITUMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISISPELAKSANAANPENGELOLAANLIMBAH PADAT(SAMPAH)DIRUMAHSAKITUMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN2016"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT ( SAMPAH ) DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Oleh : Desi Sapta Utami Siregar

NIM : 14030016P

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES AUFA ROYHAN

PADANGSIDIMPUAN

2016

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT ( SAMPAH ) DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

Disusun Oleh : Desi Sapta Utami Siregar

NIM : 14030016P

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES AUFA ROYHAN

PADANGSIDIMPUAN

2016

(3)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT ( SAMPAH ) DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

HALAMAN PENGESAHAN ( Hasil Skripsi)

Skripsi ini telah dipertahankan dan disetujui untuk dihadapan tim penguji program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan

Padangsidimpuan, 25 Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

(Nurul Rahmah Siregar, SKM,M.Kes) ( Yuli Arisyah Siregar, SKM)

Penguji I Penguji II

( Alprida Harahap, SKM, M.Kes) ( Soleman Jufri, SKM, M.Sc)

Ketua Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan

( Drs. H. Guntur Imsaruddin, M.Kes)

(4)

IDENTITAS PENULIS

Nama : Desi Sapta Utami Siregar

NIM : 14030016P

Tempat/Tgl Lahir : Padangsidimpuan / 16 Juli 1984

Alamat : Jl. H. Umar Kel. Kayuombun Padangsidimpuan Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 142436 Lulus Tahun 1997

2. SMP Negeri 4 Padangsidimpuan Lulus Tahun 2000 3. SMU Negeri 1 Padangsidimpuan Lulus Tahun 2002 4. Universitas Sumatera Utara Fakultas MIPA Lulus Tahun 2005

Jurusan KIMIA ANALIS

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah rahmad dan hidayah NYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat ( Sampah) di Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

Dalam ProsPenyusunan Skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada yang terhormat :

1. Drs. H. Guntur Imsaruddin, M.Kes, selaku Ketua Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian.

2. Ns. Sukri Herianto Ritonga, M. Kep selaku Pembantu Ketua I Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

3. Dady Hidayah Damanik, S.Kep, M.Kes selaku Pembantu Ketua II Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

4. Enda Mora Dalimunthe, SKM, M. Kes selaku Pembantu Ketua III Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

5. Nurul Rahmah Siregar, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan masyarakat Stikes Aufa Royhan padangsidimpuan dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

(6)

untuk belajar meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian dan telah meluangkan waktu untuk membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Yuli Arisyah Siregar, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan meyelesaikan skripsi ini.

7. Alprida Harahap, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

8. Soleman Jufri, SKM, M.Sc, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

9. dr. H. Aminuddin selaku Direktur RSUD Kota Padangsidimpuan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

11. Suami dan anak- anak ku tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan Skripsi

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, segala kritik, saran dan evaluasi sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Padangsidimpuan, Agustus 2016

Peneliti

(7)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu unit yang memproduksi sampah medis dan non medis dari hasil kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit. Pencampuran limbah medis dan non medis akan memperbesar masalah pengelolaan sampah rumah sakit.

Jenis penelitian ini adalah survai deskriptif . Tujuannya untuk mendapatkan gambaran sistem pengelolaan sampah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dalam Perihal pelaksanaan dan kondisi faktor-faktor penunjang yang meliputi ketenagaan, fasilitas/ peralatan, peraturan/kebijakan dan pembiayaaan.

Pengangkutan sampah dilakukan melalui lintasan yang juga dilalui pengunjung rumah sakit dengan peralatan yang kurang memenuhi syarat untuk mengangkut rata-rata volume sampah yang dihasilkan setiap hari sebanyak ± 0.905 m3. Proses pengelolaan akhir sampah sampah medis diolah/ dimusnahkan dengn menggunakan Incenerator pihak rumah sakit bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Padangsidimpuan dan apabila terjadi penumpukan akan dilakukan pembakaran secara manual. Secara kualitas dan kuantitas tenaga pengelola sampah sudah cukup baik. Namun peralatan dan fasilitas yang digunakan masih belum memadai.

Kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan disarankan agar membuat kebijakan/peraturan tentang landasan kerja pengelolaan sampah yang memuat ketentuan umum, pertanggungjawaban adminsitrasi, dan pembiayaaan. Peningkatkan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas/peralatan pengelolaan sampah sesuai dengan Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit di Indonesia agar tetap dapat mengoptimalkan kinerja pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Kata Kunci : Limbah Padat, Rumah Sakit

(8)

ABSTRACT

The hospital is one of unit that produce medical and non medical waste from the results of activities in hospital. Mixing of medical and non medical waste will be enlarge the problem of hospital waste management.

This research was descriptive study. The purpose of this research was to get the description of waste management system at Regional Public Hospital Padangsidimpuan based on implementation and condition of determinant factors such as human resource, facilities/ equipments, budgeting and regulation for waste management at Padangsidimpuan District Public Hospital.

Transportation of waste done through the trajectory travered the visitor hospital with equipment that was less qualified to transport the average volume of waste produced everyday as much as ± 0,905 m3. To for hospital waste final disposal waste the hospital was cooperating with the Cleanliness

To the regional Public Hospital Padangsidimpuan suggested for makes rules responsible and budgeting. The encourage and repair of facilities/ equipment at managing wste that suitable with the standart of environmental health assessment for hospital waste management can optimize that performance of managing waste Regional Public Hospital Padangsidimpuan.

Keywords: Solid Waste, Hospital

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDU……….….………..…..i

HALAMAN PENGESAHAN……..………..………...iii

IDENTITAS PENULIS ……….…..………....…iv

KATA PENGANTAR………...…..………...v

ABSTRAK………...……….vii

ABSTRAC……….……….…………..viii

DAFTAR ISI………...………....….ix

DAFTAR TABEL……….xi

DAFTAR SKEMA………...…………..………...…………...xii

DAFTAR LAMPIRAN……….…...………..………….xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang…………..………...1

1.2 Perumusan Masalah………..……….5

1.3 Tujuan Penelitian………...5

1.4 Manfaat Penelitian………....6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori………...……….……7

2.2 Kerangka Konsep……….33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain dan Metode Penelitian………..……..34

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………..………...34

3.3 Objek Penelitian………..………34

3.4 Alat Pengumpul Data………..……....35

3.5 Prosedur Pengumpulan Data………...36

3.6 Defenisi Operasional………..……36

3.7 Analisis Data………...37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan……38

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan……….38

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan...39

4.2 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan……...………..….……41

4.3 Faktor Pendukung Pengelolaan Sampah………...……….….46

4.3.1 Ketenagaan………..…46

4.3.2 Fasilitas / Peralatan……….46

4.3.3 Peraturan dan Kebijakan……….48

4.3.4 Pembiayaan……….…………48

4.3.5 Karakteristik Sampah……….………….49

4.4. Sistem Pengelolaan Sampah RSUD Kota Padangsidimpu….….…..51

(10)

4.4.1 Tahap penampungan sampah……….…….51

4.4.2 Tahap pengumpulan dan Pengangkutan sampah…….…….53

4.4.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ……….54

4.5 Hasil Pengelolaan Limbah Padat ( sampah ) di RSUD Kota Padangsidimpuan………. …..55

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Faktor Pendukung Pengelolaan Sampah……….…...57

5.1.1 Ketenagaan……...………57

5.1.2 Peralatan / Fasilitas……….……….57

5.1.3 Peraturan / Kebijakan………..58

5.1.4 Pembiayaan………..59

5.1.5 Karakteristik sampah( Sumber, jenis dan Volume sampah…..59

5.2 Sistem Pengelolaan Sampah…...……….………61

5.3 Evaluasi Pengelolaan Sampah RSUD Kota Pada Padangsidimpuan.65 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………..…………..……….67

6.2 Saran………..……….68

DAFTAR PUSTAKA………..……xiv LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang berasal dari Rumah Sakit……...15 Tabel 2. Jenis Wadah dan label limbah padat sesuai kategori….……..………..26 Tabel 3. Jadwal Penelitian…..………..………34 Tabel 4. Distribusi tenaga pegawai RSUD Kota Padangsidimpuan..…...………44 Tabel 5. Distribusi Fasilitas/ Peralatan Pengelolaan Sampah RSUD

Kota Padangsidimpuan……….……….………..…….

…..46

Tabel 6. Sumber sampah dan jenis sampah yang dihasilkan di RSUD

Kota Padangsidimpuan…..………

….49

Tabel 7. Volume sampah yang dihasilkan di RSUD Kota Padangsidimpuan….50 Tabel 8. Penampungan sampah di RSUD Kota Padangsidimpuan……….51 Tabel 9. Pengangkutan sampah di RSUD Kota Padangsidimpuan...…….…….53 Tabel 10. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah di RSUD

Kota Padangsidimpuan..………...………

…..55

Tabel 11. Penilaian Pemeriksaan Pengelolaan Limbah Padat RSUD

Kota Padangsidimpuan…….……...………

….56

(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konsep Penelitian ………..……….33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Dokumentasi

Lampiran 2 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Lampiran 3 lembar Observasi Penelitian Lampiran 4 Surat izin survey pendahuluan Lampiran 5 Lembar Konsultasi

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik (Undang- undang no 25 tahun 2009). Rumah sakit merupakan satu institusi kesehatan dimana sekelompok orang dengan berbagai disiplin ilmu dan keahlian melakukan aktivitas secara bersama dengan kegiatan utamanya berupa pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, promotif, rehabilitatif, sehingga rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan pelayanan publik ( Undang-undang No 44 tahun 2009).

Pelaksanaan pelayan kesehatan berpotensi untuk menghasilkan limbah.

Limbah merupakan sisa kegiatan sehari-hari. Limbah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan ( Undang- undang No.18 Tahun 2008). Limbah wajib dikelola karena setiap orang berhak mendapat lingkungan yang sehat bagi pencapaian bagi derajat kesehatan (Undang-Undang No.32 dan No. 36 Tahun 2009).

Menurut DepKes RI (2002) limbah rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan karena bahan yang

(15)

terkandung di dalamnya dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan dan menimbulkan cidera. Limbah yang di hasilkan rumah sakit hampir 80% berupa limbah non medis dan 20% berupa limbah medis. Sebesar 15% dari limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius dan limbah jaringan tubuh. Negara maju memproduksi 6 kg limbah medis per orang per tahun, sedangkan di negara berkembang biasanya mengolongkan limbah menjadi 2 golongan yaitu menjadi limbah non medis dan medis. Negara berkembang meproduksi 0,5 sampai 3 (tiga) kg per orang per tahun (World Health Organization, 2007).

Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di jawa dan di bali rata-rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih lanjut menunjukkann bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Pada penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton /hari, sehingga dari gambaran tersebut dapat di perkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan dan penularan penyakit jika tidak di kelola dengan benar (Astuti dan Purnama, 2014).

Saat ini masih terdapat masalah dalam pengelolaan limbah medis di rumah sakit yang kemungkinan disebabkan oleh peraturan, kebijakan dan organisasi pengelola limbah yang belum cukup jelas membuat kurang tertatannya pengelolaan limbah medis di rumah sakit. Penanganan limbah rumah sakit di lalukan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah

(16)

sakit agar tidak terjadi gangguan kesehatan akibat pencemaran limbah. Pelayanan rumah sakit berdasarkan fungsinya diharapkan tidak mengakibatkan gejala penularan kepada pengguna rumah sakit yang disebut dengan infeksi nosokomial.

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam limbahnya, maka limbah medis harus dikelola secara sanites mulai dari tahap pemilahan, pengump ulan, penampungn, pengangkutan dan pembuangan akhir (pemusnahan).

Kesalahan dalam penangananya akan dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan baik pasien, petugas maupun pengunjung (Depkes RI, 2004)

Pengangkutan yang tidak rutin yang di lakukan setiap hari mengakibatkan sering terjadi peningkatan volume limbah sehingga terjadi penimbunan limbah yang banyak. Pihak pengelola rumah sakit terkadang memutuskan untuk membakar limbah untuk mengurangi volume limbah yang tertimbun, namun hal ini tentunya sangat berdampak terhadap masyarakat di lingkungan rumah sakit yang seharusnya limbah tersebut sebelum dibuang atau diangkut dan untuk dikelola selanjutnya tidak boleh ada penimbunan limbah. Faktor kesehatan lingkungan di perkirakan juga memiliki andil dalam timbulnya kejadian infeksi nosokomial. Personil atau petugas yang menangani limbah ada kemungkinan tertular penyakit limbah rumah sakit karena kurangnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (Depkes RI, 2002).

Pada penelitian ini, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan menjadi pilihan peneliti sebagai tempat penelitian skripsi untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan pengelolaan limbah Padat (sampah) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dimana rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B dengan lingkup tugas dan fungsi pelayanan yang luas dan penting, dimana

(17)

Semakin Komplek kegiatan pada ruangan dan unit di rumah sakit dengan pasien yang banyak tiap harinya maka dipastikan jumlah sampah yang dihasilkan akan banyak juga, maka akan semakin besar pula masalah sampah / limbah yang harus ditangani ,maka pengelolaan limbah rumah sakit yang semakin banyak merupakan salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan higienis. Pada kegiatan pelayanan tersebut Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan berkewajiban menyediakan sarana sanitasi yang memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 .

Dari survei Pendahuluan yang dilakukan didapatkan informasi bahwa RSUD Kota Padangsidimpuan sedang berusaha mendapatkan Akreditasi Rumah Sakit Versi tahun 2012 dimana Akreditasi Rumah Sakit ini terutama pada Pokja PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) menuntut rumah sakit untuk memperhatikan tentang masalah limbah terutama tentang limbah yang menyebabkan resiko infeksi, belum adanya Standart Operational Prosedur (SOP ) tentang pengolahan limbah rumah sakit kota padangsidimpuan menimbulkan masih banyaknya ditemukan kesenjangan dalam proses pengolahan sampah.

Adapun masalah lain yang ditemukan adalah sarana dan prasaran yang belum memenuhi syarat dalam pengelolaan limbah padat dimana masih dapat ditemukan sampah medis bercampur dengan sampah non medis dan tenaga pengelola sampah yang masih kurang dari segi jumlah dan pengetahuan dalam mengelola sampah rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

(18)

“ Bagaimana Pelaksanaan Pengolahan Limbah Padat ( Sampah ) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2016”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran sistem pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsdidimpuan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang meliputi : metode penampungan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan penampungan akhir yang dilakukan di rumah sakit umum kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat ( sampah ) Rumah Sakit Tahun 2016

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah kota Padangsidimpuan untuk menetukan kebijaksanaan dalam perencanaan program kesehatan lingkungan dan rencana sistem pengelolaan sampah rumah sakit.

2. Bagi Penelitian Kesehatan Masyarakat

(19)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya mengenai ana pelaksanaan pengelolaan limbah padat (sampah) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

3. Bagi Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan lingkungan dalam meningkatkan kualitas pelayanan terkait kesehatan lingkungan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes, 2002)

Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan salah satu penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar (Pruss, A, dkk. ,2005)

Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan rumah sakit maka rumah sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.(Wiku Adisasmito, 2007)

Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

(21)

menyelenggaran pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan di rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan Sakitrta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian.

( Wiku Adisasmito, 2007 ) 2.1.1 Tugas Rumah Sakit

Tugas Rumah Sakit antara lain adalah sebagai lembaga atau badan yang bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksankan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan ( Promotif ) dan Pencegahan ( Preventif) serta melaksanakan upaya rujukan ( Keputusan Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992)

2.1.2. Fungsi Rumah Sakit Fungsi Rumah sakit antara lain:

1. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pelayanan medis 2. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha rehabilitasi medis 3. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha perawatan medis

4. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan

5. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha sistem rujukan medis 6. Sebagai tempat pendidikan atau latihan tenaga medik dan paramedik 7. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dibidang

kesehatan

( Keputusan Menkes RI No. 983/ Menkes/ SK/XI/1992)

(22)

2.1.3 Kategori Rumah Sakit

1. Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan Rumah Sakit berdasarkan sistem kepemilikan:

a. Rumah Sakit Pemerintah

Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan dan Pemerintah Daerah.

b. Rumah Sakit Perusahaan Negara

Rumah Sakit perusahanan Negara adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasansosial, Yayas keagamaan, Yayasan swasta, pribadi atau golongan pribadi

2. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan

Rumah Sakit berdasarkan lingkup pelayanan terdiri dari : a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan lebih dari 1 macam spesialistik medik.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan hanya pada satu macam spesialistik medik

3. Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pelayanan Medik.

Rumah sakit berdasrkam Klasifikasi tingkat pelayanan medik terdiri dari : a. Rumah sakit umum pemerintah, di bagi atas :

(23)

1. Kelas A

Rumah sakit umu kelas A adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik yang luas

Kapasitas : lebih dari 1000 tempat tidur BOR 70-80 %

Rujukan : Internasional dan Nasional 2. Kelas B

Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit umumk yang melaksanakan pelayanan spesialistik yang luas.

Kapasitas : 400 -1000 tempat tidur BOR 70-80 %

Rujukan : Nasinal / Propinsi 3. Kelas C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan paling sedikit 4 cabang spesialistik yaitu penyakit dalam , bedah, kandungan dan kebidanan dan kesehatan anak.

BOR 70-80 %, Rujukan : Propinsi /Kabupaten / Kotamadya 4. Kelas D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan umum

Kapasita : 25 – 100 tempat tidur

BOR 70-80 %, Rujukan : Kabupaten / Kotamadya

(24)

5. Kelas E

Rumah sakit kelas E adalah Rumah sakit umum yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap suatu penyakit tertentu

b. Rumah sakit umum swasta dibagi atas : 1. Utama

Rumah Sakit Kelas Utama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik ( penyakit dalam , kesehatan anak, bedah, kebidanan dan kandungan ) dan subspesialistik ( mata, THT, kulit dan kelamin gigi dan mulut, neurology, kesehatan jiwA ).

2. Madya

Rumah Sakit Kelas Madya adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang ( penyakit dalam, kesehatan anak, bedah , kebidanan dan kandungan ) 3. Pratama

Rumah sakit Kelas Pratama adlah rumah sakit yang membrikan pelayanan medik bersifat umum

( Dirjen Pelayanan Medik No. 0072/ Ynmed/ RSKS/ SK/ 1998 ) 4. Rumah Sakit Berdasarkan Pengelolaan

a. Rumah Sakit Publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan Pemerintah Daerah

(25)

diselngggarakan berasrkan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan perundangan

b. Rumah sakit Privat

Rumah sakit Privat adlaah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan provgit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero

5. Rumah Sakit Berdasarkan Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan a. Rumah Sakit Pendidikan

Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis

b. Rumah Sakit Non Pendidikan

Rumah sakit Non Pendidikan adalah rumah sakit yang tidak diperguankan untuk tempat pendidikan medis.

2.2. Pengertian Sampah Rumah Sakit

Menurut defenisi World Health organitation ( WHO ) sampah adlah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya ( Chandra, 2006). Undang-undang Pengolahan sampah No. 18 tahun 2008 Sampah adlah sisa kegiatan sehari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah Spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

Azwar ( 1990 ) mengatakan sampah adalah sebagaian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya bersal dari kegiaatan manusia bukan biologis karena kotoran manusia ( human

(26)

waste ) tidak termasuk didalamnya. mendefenisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang bersala dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sndirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung batasan prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung /tidak langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi ( Notoatmodjo,2003 ) 2.3 Sumber limbah Padat ( sampah ) Rumah Sakit

Samaph yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian dan laboratorium ( Pruss.A,dkk., 2005)

2.4. Karakteristik dan jenis Limbah Padat ( sampah ) Rumah sakit 2.4.1. Karakteristik Limbah rumah sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang laninya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbag rumah sakit dapat dikategoriakan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok bnesar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupin cair ( Pruss,A,dkk, 2005 )

(27)

Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti berikut :

a. Kantor atau administrasi b. Unit perlengkapan c. Ruang tunggu d. Ruang Inap

e. Unit gizi atau dapur f. Halaman Parkir dan taman g. Unit Pelayanan

Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng botol sisa makanan sisa kemasan, kayu logam, daun serta ranting dan sebagainya.

Menurut EPA/U.S Environmental Protection Agancy, limbahmedis adalah semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, klinik hewan, serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Sedangkan menurut Depkes RI (2002) limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan - bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksi, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pewadahan limbah padat non

(28)

medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastic warna hitam khususnya untuk limbah medis non padat (Kepmenkes RI No.

1204,2004).

Table 1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit Kategori

Limbah Definisi Contoh limbah yang

dihasilkan 1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi organisme

pathogen (bakteri, virus, parasite, atau jamur) yang tidak secara rutin ada dilingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta.

2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain telah diinokulsi, terikfeksi atau kontak dengan bahaya yang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia dan hewan (limbah anatomis), darah dan cairan tubuh yang lain, Janin.

3 Sitotoksis Terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius. Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

Dari meteri yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya spuit, ampul,

kemasan, obat

kadaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan

pasien yang

mengandung sitotoksis.

4 Benda

tajam Merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk.

Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda- benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Jarum, jarum suntik, scalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca.

5 Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi

farmasi. Kategori ini juga mencakup Obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah

(29)

barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, selang penghubung darah atau cairan, dan ampul obat.

kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi.

(Sumber: Kepmenkes No. 1204, 2004)

2.5 Pengolahan Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Pengolahan limbah rumah sakit harus dilakukan dengan benar, efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak dimanfaatkan lagi, tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka limbah harus dikelola dengan baik.

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan limbah adalah tidak mengkontaminasi udara, air/tanah, tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan kebakaran, dan sebagainya. Suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur- prosedur tertentu yang berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan sampah rumah sakit sangat diperlukan dalam pengelolaan limbah rumah sakit (Chandra, 2012)

Menurut Kepmenkes RI No. 1204 (2004) pengelolaan limbah medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup segresi, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis. Menurut WHO (2005) beberapa bagian penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit yaitu minimasi limbah, pelabelan dan pengemasan, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan pembuangan limbah. Proses pengelolaan ini harus menggunakan cara yang benar serta memperhatikan aspek kesehatan, ekonomis, dan pelestarian lingkungan.

2.5.1 Minimisasi Limah

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan

(30)

kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan/ pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle dan recovery (Kepmenkes RI No. 1204, 2004). Konsep minimasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping, segresi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya.

Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume, konsentrasi tokssitas dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan setelah melakukan upaya reduksi pada sumber.

a. Penggunaan Kembali (Reuse)

Merupakan upaya penggunaan barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses pengelolahan atau perubahan bentuk. Walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan peralatan tersebut.

b. Daur Ulang (Recycle)

Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih.

Limbah lampu neon, container bertekanan, pelarut, formalin dan alkohol adalah limbah berbahaya yang dapat didaur ulang agar dapat menjadi produk yang dapat digunakan kembali (Pruss, A dkk., 2005).

c. Perolehan Kembali (Recovery)

(31)

Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara memproses untuk memperoleh kembali materi atau energy yang terkandung didalamnya atau merupakan suatu proses pemulihan. Menurut Pruss, A dkk (2005) proses perolehan kemabali biasanya tidak dilakukan oleh rumah sakit, kecuali untuk pengambilan perak dari fixing bath yang digunakan dalm pengolahan foto rontgen.

2.5.2 Pemilahan Limbah

Pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau container plastic yang digunakan merupakan cara paling tepat dalam pengelolaan limbah medis. Proses pemilahan dan pengurusan jumlah limbah merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk petugas yang mengelola limbah. Menyediakan minimal tiga wadah terpisah pada sumbernya yang diberi label yang tepat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan terjangkau sehingga limbah dapat dengan mudah dipisahkan. Untuk limbah berbahaya dab sangat berbahaya, sebaiknya menggunakan kemasanganda yaitu kantong plastic di dalam container untuk memudahkan pembersihan (Prus, A ddk,,2005)

Pengelolaan limbah non medis di Rumah Sakit Pusat Angkutan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) dipisahkan dengan limbah medis. Limbah non medis ditampung menggunakan kantong plastis berwarna hitam ukuran 60 cm x 100 cm dan ukuran 50 cm x 75 cm yang disediakan didalam penampungan berupa tempat limbah yang terbuat dari fiber yang diletakkan di tiap-tiap unit. Limbah medis ditampung dalam bak sampah (Paramita, 2007).

2.5.3 Pengumpulan Limbah medis.

(32)

Menurut Depkes (2006) pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak sampah terisi sudah harus diambil, sedangkan menurut Prus, A dkk (2005) container harus diangkat jika sudah ¾ penuh. Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk pengumpulan limbah karena limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan.Limbah harus dikumpulkan setiap hari dan diangkut ketempat penampungan yang telah ditentukan.

Proses pengumpulan limbah medis di Rumah Sakit Pusat angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) menggunakan tempat sampah yang dilapisi dengan kantong kuning berukuran 50 cm x 75 cm di dalamnya. Penyebaran tempat limbah medis daoat ditemui di ruangan perawatan, ruangan bedah, ruangan poli klinik, ruangan kebidanan dan laboratprium (Paramita, 2007).

Setelah diangkut, limbah medis dikumpulkan dalam ruangan khusus.

Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam. Kemudian dibakar di incinerator (Depkes RI, 2002).

2.5.4 Pengangkutan Limbah Medis

Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah pengangkutan limbah. Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan dari sumber penghasilan limbah.Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut yang berupa kereta, gerobak atau troli.Limbah harus diangkat dengan alat angkut yang sesuai untuk mengurangi resiko yang dihadapi pekerja yang terpajan limbah.

Pengangkutan limbah dari ruang/unit yang ada di rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara melaui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum perjalanan dimulai atau yang sudah ditetapkan (Pruus, A

(33)

dkk.,2005). Pengangkutan limbah di RSPAD rata-rata dilakukan sekali dalam sehari, pada pagi hari atau sore hari dari tiap unit.Alat pengangkutan limbah medis seperti halnya limbah non medis, yaitu dengan troli, kreta maupun manual (Paramita, 2007).

2.5.5 Penampungan Sementara Limbah Medis

Tempat penampungan sementara harus memiliki lantai yang kokoh dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi. Selain itu tidak boleh berada dekat dapur.Harus ada pencahayaan yang baik serta kemudahan akses untuk kenderaan pengumpulan limbah.Menurut Reinhardt dan Gordon (1991) tempat penampungan sementara limbah medis harus dilengkapi dengan penutup, menjaga agar area penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non medis. Membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area tempat penampungan, serta labeling dan pemilihan tempat yang tepat.Untuk area berada di luar ruangan seharusnya enjadi pelrhatian khusus agar membatasi akses memasuki area TPS. Apabila ada kemungkinan terjadi pengumpulan limbah padat rumah sakit oleh pihak tertentu dapat terjadi karena kurangnya pemantauan dari pihak sanitasi terhadap area TPS dan kurangnya pemantauan petugas keamanan rumah sakit dalam pencegahan orang luar yang memasuki daerah TPS untuk mengambil limbah yang akan dijual kembali.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004, penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam.

Untuk limbah medis RSPAD setelah pengankutan dilakukan, limbah dalam kantong kuning tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dalam ruang khusus

(34)

dengan kapasitas ±23 m³.Fungsi penyimpanan ini adalah untuk mengumpulakn limbah med1is sebelum dibakalr untuk mencegah terjadi penularan baik melalui udara, kontak langsung maupun melalui binatang (Paramita, 2007).

2.5.6 Pemusnahan Limbah Medis

Pengolahan limbah medis yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/tidak beracun sebelum ditimbun dan/memungkinkan untuk dimanfaatkan kembali. Pemusnahan dan pembuangan yang aman merupakan angka kunci dalam pengurangan oenyakit cedera melalui kontak dengan bahan yang berpotensi menimbulkan resiko kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Tahap akhir pengelolaan limbah medis di RSPAD adalah dengan menggunakan incinerator. Limbah medis yang telah terkumpul dalam ruang penyimpanan kemudian dibakar dan pembakaran dilakukan dua hari sekali dengan kapasitas maksimal incinerator 5 m³ (Paramita, 2007).

2.5.7 Pembuangan Akhir Limbah Medis

Hasil dari pengelolahan limbah medis berupa abu merupakan tahap akhir dari pengelolaan limbah medis, biasanya dengan cara penimbunan (landfill).

Tujuan dari penimbunan limbah medis di temat penimbunan adalah untuk menampung dan mengisolasi limbah medis yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam jangka panjang.Tempat atau lokasi yang diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan (secure landfill).Limbah medis didesain sesuai dengan persyaratan

(35)

penimbunan limbah B3.Tempat penimbunan mempunyai system pengumpulan dan pengolahan limbah.

2.6 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit 2.6.1 Tenaga Pengelola

Proses pengelolaan limbah medis diawali oleh perawat dan petugas kebersihan pada tahapan pengangkutan. Semua perawat yang memproduksi limbah medis padat harus bertanggungjawab di dalam pemilahannya agar pemilahannya dapat dilakukan, tenaga rumah sakit disetiap tingkatan harus dilibatkan serta staff pendukung dan tenga kebersihan harus dilatih. Semua pekerja dirumah sakit harus mendapatkan pelatihan minimal limbah dan pengelolaan limbah berbahaya, terutama bagi staf yang bekerja dibagian yang menghasilkan limbah berbahaya dalam jumlah besar (Pruss, A dkk., 2005).

Tenaga pengumpul limbah di RSPAD dilakukan oleh petugas kebersihan yang berjumlah total 176 orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok dan luas area sudah cukup efektif dimana seseorang petugas kebersihan mempunyai area kerja ±250-300m² (Paramita, 2007).

2.6.2 Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sarana (tools).

Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan, maka sebaiknya rumah sakit harus menyediakan sarana pengelolaan limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah ketempat penampungan sementara (bak penampungan), dan menggunakan insenerator untuk pembuangan terakhir.

Pengelola limbah disediakan alat pelindung sendiri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots.

(36)

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) menyediakan kantong plastic berwana hitam yang diletakkan dalam wadah limbah non medis dan menyediakan kantong plastis berwarna kuning dalam wadah lembah medis di setiap ruangan. Menggunakan troli untuk mengangkut limbah medis dan non medis.Menggunakan insenerator untuk pembuangan akhir.

Pengelola limbah disediakan alat perlindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots (Paramita, 2007).

2.6.3 Biaya Pengelolaan

Biaya diperlukan untuk membangun dan memelihara system pengelolaan limbah. Biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak pengelola RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada tahun 2007 sebesar Rp. 40.400.000,-. Biaya ini digunakan untuk menyediakan kantong plastic dan tempat penampungan limbah selama satu tahun (Paramita, 2007)

2.7 Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila menerapkan system manajemen lingkungan rumah sakit yang mementingkan perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Mengetahui jumlah dan karakteristik limbah yang dihasilkan dan mengikuti prosedur yang ada dalam system manajemen lingkungan rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan system manajemen yang efektif. Dengan demikian, system ini merupakan system manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak

(37)

lingkungan akibat limbah medis dan dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan (Adisasmito, 2007).

Upaya pengelolaan Limbah medis padat rumah sakit salah satunya dapat dilaksanakan dengan menyiapkan peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Rumah sakti di Indonesia dapat menerapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyarakatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Pedoman Sanitasi Rumah sakti di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau dapat disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan rumah sakit. Kegiatan pengelolaan biasanya meliputi pemilahan limbah, penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

2.8 Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis padat di Rumah Sakit sesuai Keputusan KEPMENKES No.1204/MENKES/SK/X/2004

a. Minimasi Limbah

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang

(38)

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat dipergunakan kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bascillus Strearothemophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipordermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label (lihat Tabel 2)

(39)

Tabel 2. Jenis Wadah dan lebel Limbah padat sesui kategori

No Kategori

Wadah Container

/kantong plastik

Lambang Keterangan

1.11 Radioaktif Merah Kantong boks

timbal dengan simbol radioaktif 2 Sangat

infeksius Kuning Kantong plastik

kuat,atau kontainer yang dapat di

sterilisasi dengan otklaf

3 Limbah infeksius,pato logi,anatomi

Kuning Plastik kuat dan

anti bocor dan container

4 Sitotoksis Ungu Konteiner Plastik

kuat dan anti bocor 5 Limbah kimia

dan farmasi Coklat Kontainer plastik

kuat dan anti bocor

(Sumber Kepmenkes No1204, 2004)

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksi dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertulis”Limbah Sitotoksi”

c. Tempat Penampungan sementara.

Setiap unit Rumah Sakit seharunya menyediakan tempat penampungan sementara limbah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah penampungan sementaran sesuai dengan kebutuhan serta kondisi ruangan.

(40)

Sarana penampungan untuk limbah medis diletakkan pada tempat aman dan hygiene. Wadah penampungan yang digunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air, memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda tajam dan runcing.Penampungan dilakukan agar limbah yang diangkut dapat dikelola lebih lanjut atau pembuangan akhir (Chandra, 2012).

Bagi rumah sakit yang mempunyai insenerator di lingkungan harus membakar sampahnya selambat-lambanya 24 jam, sedangkan bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insenerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk melakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam container yang kuat dan tertutup.

2. Kantong limbah padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri : topi, masker, pelindung mata, pakaian panjang (coverall), apron untuk industry, pelindung kaki/sepatu boots, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

(41)

e. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat 1. Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biaka dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengelolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan incinerator bila memungkinkan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.

2. Limbah farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan incinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang kesarana air limbah atau insenerasi.Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengelolahan yang harus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

3. Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada

(42)

incinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200ºC dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau insinerasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4. Limbah bahan kimiawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah baha bahaya dalam jumlah kecil seperti reisu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun(landfill).

5. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi.

Limbah dengan kandungan mercuri atau cadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.

6. Kontainer Bertekanan

Cara terbaik untuk menangani limbah container bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali.Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas.Agen

(43)

halogenida dalam bentuk cair dan dikemas botol harus di perlakukan sebagai limbah kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7. Limbah Radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strateginasional yang menyangkut peraturan, insfrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih (Kepmenkes RI No.1204,2004).

Khususnya limbah medis dengan kapasitas minimalnya dapat menampung sejumlah limbah medis yang dihasilkan rumah sakit dalam waktu tertentu.

Pembuangan dan pemusnahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses autoclaving, incinerator ataupun dengan sanitary landfill.

2.9 Jumlah Limbah Padat

Rumah sakit akan menghasilkan sampah medis dan non medis. Untuk itu usaha pengelolaannya terlebih dahulu menentukan jumlah limbah yang dihasilkan setiap hari. Jumlah ini akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan local yang harus disediakan, pemilihan insenerator dan kapasitasnya dan juga bila rumah sakit memiliki tempat pengelolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan dan lain-lain.

Jumlah menurut volume sering digunakan terutama di Negara berkembang dimana masih terdapat kesulitan biaya untuk pengadaan alat timbangan. Satuan ukuran yang digunakan adalah m3/hari atau liter/hari.Dalam pelaksanaan sehari- hari sering alat ukur volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul dan pengangkat sampah.Volume sampah harus diketahui untuk menentukan ukuran bak sampah dan sarana pengangkutan. (Depkes RI, 2002)

(44)

2.10 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah sakit Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Pengelolaan limbah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap kesehatan dan lingkungan yang dapat meninmbulkan berbagai masalah antara lain :

a. Pengaruh Terhadap Kesehatan

Berbagai akibat kuranganya perhatian dalam pengelolaan limbah sejak limbah dihasilkan sampai pembuangan akhir sangat merugikan kesehatan masyarakat secara langsung maupun sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan. Akibat dampak tersebut dapat berupa :

1. Kemerosotan mutu lingkungan yang dapat mengganggu atau menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan antara lain.

a. Tingginya angka kepadatan paktor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoak dan lain-lain).

b. Pencemaran terhadap udara, tanah, dan air c. Rencahnya nilai-nilai estetika.

2. Timbulnya penyakit-penyakit menular, antara lain:

a. Penyakit diare b. Penyakit kulit

c. Penyakit scrub typhus (typus becak wabah) d. Demam berdarah dengue

e. Penyakit demam typhoid (typhus perut) f. Kecacingan

(45)

b. Pengaruh Terhadap Lingkungan

1. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

2. adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernapasan, menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebakan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

3. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan mengganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara

c. Pengaruh Terhadap Rumah Sakit

1. Keadaan lingkungan rumah sakit yang tidak saniter akan menurunkan harsat pasien berobat di rumah sakit tersebut.

2. Keadaan estetika lingkungan yang lebih saniter akanmenimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit.

3. Keadaan lingkungan yang saniter mencerminkan mutu pelayanan dalam rumah sakit yang semakin meningkat.

(46)

2.11. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konsep Penelitian

Kerangka konsep Penelitian ini menjelaskan dalam pelaksanaan Pengelolaan limbah padat di rumah sakit memiliki sistem dalam pengolahan sampahnya dibantu oleh beberapa Faktor faktor pendukung sehingga dalam Pelaksanaannya mengacu kepada Kepmenkes RI No.1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

1.Sistem

Pengelolaan sampah -.Penampungan .Pengumpulan dan-

pengangkutan -.Pengolahan .Pemusnahan dan-

pembuangan akhir 2.

Memenuhi atau Tidak Memenuhi Syarat Kepmenkes RI No.1204/menkes/Sk/X/2004

Faktor Pendukung 1. Ketenagaan 2 .Fasilitas/

peralatan 3. pembiayaan 4. Peraturan/

Kebijakan 5..Sumber sampah 6. Jenis sampah 7. Volume sampah

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dimana peneliti melakukan observasi / Pengamatan untuk mengetahui analisisi pelaksanaan pengelolaan limbah padat (sampah) di rumah sakit umun Kota Padangasidimpuan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpaun. Penelitian ini di lakukan mulai bulan Januari 2016 sampai dengan selesai

Tabel 3. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Waktu Penelitian

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Pengajuan Judul

Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Data Seminar Akhir

Revisi danPenggandaan

(48)

3.3 Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini adalah meliputi semua unit fungsional yang ada di Rumah sakit Umum Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan Limbah padat ( sampah) dan tempat sampah di setiap unit sekitar rumah sakit

3.4 Alat pengumpulan data 3.4.1 Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh data mengenai metode penampungan, pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pembuangan akhir sampah.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencatat dan memfotokopi data yang sudah ada di rumah sakit sesuai dengan yang di perlukan.

Data sekunder yang di ambil meliputi:

a. Gambaran umum rumah sakit b. Organisasi rumah sakit

c. Data sekunder lainnya berupa Faktor- faktor pendukung dalam Pengolahan sampah yaitu Ketenagaan, Fasilitas/ Peralatan, Pembiayaan, Peraturan / Kebijakan, Jenis sampah dan Volume sampah yang dihasilkan

(49)

3.5 Prosedur Pengumpulan data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :

1. Meminta surat izin penelitian kepada bagian Akademik Stikes Aufa Royhan.

2. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak RSUD Kota Padangsidimpuan untuk mengadakan penelitian.

3. Peneliti melakukan observasi di setiap ruangan di Rumah Sakit yang menghasilkan Limbah Padat( sampah),Tempat Pembuangan sementara hingga tempat Pegolahan Akhir Limbah Padat ( Sampah) di rumah sakit.

4. Peneliti mengelompokkan data yang terkumpul sesuai dengan variabel penelitian

3.6 Defenisi Operasional

1. Tahap penampungan adalah kegiatan menampung sampah yang dihasilkan dari tempat- tempat sumber sampah di Rumah Sakit umum kota Padangsidimpuan.

2. Tahap Pengumpulan dan Pengangkutan adalah kegiatan mengangkut sampah dari tempat penampungan ke tempat pengumpul sampah sementara ( TPS), bak atau container menggunakan alat gerobak atau kereta sampah dan mengangkut sampah dari bak pengumpul smpai ke tempat pengolahan dan pembuangan akhir.

(50)

3. Tahap Pengolahan dan pembuangan akhir sampah adalah kegiamatan minimalisasi atau reduksi sampah dan menhancurkan sampah yang diproduksi dengan metode yang digunakan

4. Pelaksanaan pengelolaan sampah adalah proses yang dijumpai dalam pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan mulai dari sistem pengelolaan sampah dan factor pendukungnya

5. Memenuhi syarat Kepmenkes RI. No. 1204/Menkes/SK/X2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah dirumah sakit sesuai dengan Keputusam Menteri Kesehatan RI tentang Persyaratan Lingkungan rumah sakitdi Indonesia dengan skor penilaian sekurang- kurangnya 80%

6. Tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah dirumah sakit tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Persyaratan lingkunganrumah sakitdi Indonesia dengan hasil skor sekurang-kurangnya 80%.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisa secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan narasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan dan system pengelolaan sampah Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum kota Padangsidimpuan 4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padangsidimpuan adalah merupakan salah satu Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937, dimana letak bagunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 22 Februari 1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 No : 061-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Kelas “B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/1999 Tanggal 23 April1999.

(52)

Dengan Persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/1732/SJ/1999 Tanggal 23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dengan nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan menjadi Lembaga Tekhnis Daerah berbentuk Badan Milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No. 05 Tahun 2003 yang kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sesuai dengan Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 33 / PW / 2008 Tanggal 03 Nopember 2008 Tahun 2008 dan dipimpin seorang Direktur dan dibantu 3 Wakil Direktur.

Sesuai dengan berjalannya waktu rumah sakit ini tumbuh dan berkembang berbagai fasilitas sarana dan standarisasi pelayanan diupayakan untuk memenuhi tingkat mutu pelayanan yang baik hingga pada tanggal 29 juni 2012 RSUD Kota Padangsidimpuan menjadi Rumah Sakit terakreditasi penuh untuk 5 jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS) yakni Pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, pelayanan Gawat darurat dan Rekam medik yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia

4.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah kota Padangsidimpuan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan menetapkan visi yaitu

“Rumah Sakit Dambaan Masyarakat yang Mampu Bersaing”. Adapun dasar Pemikiran dari visi RSUD Kota padangsidimpuan tersebut adalah :

(53)

1. Rumah Sakit menurut WHO 2010

Bagian integral dar suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit ( kuratif) dan pencegahan penyakit ( preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2. Dambaan Menurut KBBI

Sesuatu yang didambakan / keinginan yang kuat

3. Masyarakat menurut Paul B.Horton dan C. Hunt ( Ahli Sosiolog)

Merupakan sekumpulan manusia yang relative mandiri, hidup bersma-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/ kumpulan manusia tersebut.

4. Bersaing menurut KBBI

Berlomba( atas –mengatasi, dahulu mendahului) Misi RSUD Kota Padangsidimpuan adalah :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua inti pelayanan dirumah sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.

2. Mengembangkan pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan fasilitas-fasilitas umum rumah sakit.

3. Mengembangkan pelayanan- pelayanan unggulan yang mampu menjawab tuntutan masyrakat dan meningkatkan daya saing minimal di wilayah pantai barat.

(54)

4.2 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan RSUD Kota Padangsidimpuan

Bagian depan Rumah Sakit menghadap jalan Dr. F.L. Tobing berseberangan dengan Bagian perkantoran Rumah Sakit, Bagian tengah ke arah kanan Rumah Sakit Instalasi rawat jalan Poli Bedah, THT, Rehabilitasi Medik, Pediatrik, Ruang Rawat inap anak, Bedah, dan Perawatan umum, THT, Neurologi, Laboratorium, Farmasi, Kantin, IGD menghadap jalan kenanga,

Bagian kiri Rumah Sakit Poli Klinik Anak, Poli Gigi dan Mulut, Poli Penyakit Dalam, Poli Neurologi, Bagian pendaftaran dan Askes, Instalasi Rawat inap Penyakit Dalam, Ruang Rawat Paru, ICU, Ruang Operasi, Pemulasaran jenazah, IPAL, Asrama Coass, Mesjid, Ruang Rawat VIP, VVIP, Kebidanan.

Bagian tengah ke belakang rumah sakit Poli Paru, instalasi Radiologi, Farmasi askes, Dapur, Loundry.

1. Instalasi Rawat Jalan

Mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan, perawatan, penyuluhan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan untuk penderita Rawat Jalan yang datang dan atau melaksanakan Rujukan balik ke Instalasi lainnya maupun ke Unit Pelayanan Kesehatan diluar Rumah Sakit.

Dalam melayani Pasien Rawat Jalan, RSUD Padangsidimpuan memiliki sarana Poliklinik Umum dan Spesialis antara lain :

 Klinik Umum

 Klinik Gigi dan Mulut

 Klinik Spesialis Penyakit Dalam

 Klinik Spesialis Kesehatan Anak

 Klinik Spesialis Kebidanan

(55)

 Klinik Spesialis Bedah.

 Klinik Spesialis Paru

 Klinik Spesialis THT

 Klinik Spesialis Mata

 Klinik Syaraf 2. Instalasi Rawat Inap

Mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan untuk penderita yang Rawat Inap. Instalasi Rawat Inap terdiri dari : ruang I untuk perawatan umum dan THT, ruang II untuk perawatan perinatologi dan anak, ruang III untuk perawatan penyakit dalam, ruang IV untuk perawatan penyakit paru, ruang RR untuk perawatan dan pemulihan pasca operasi, ruang bersalin untuk perawatan obstetri dan ginekologi dan ruang mata untuk perawatan penyakit mata.

3. Instalasi Gawat Darurat

Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan darurat medis, yang meliputi diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan.

4. Instalasi Bedah Sentral

Mempunyai tugas mempersiapkan ruangan, peralatan medis dan non medis serta tenaga medis untuk suatu tindakan bedah. Bedah sentral mempunyai dua kamar operasi dan satu kamar pemulihan.

5. Instalasi Perawatan Intensif

(56)

Mempunyai tugas untuk melaksanakan diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan terhadap penderita yang memerlukan perawatan intensif.

6. Instalasi Radiologi

Mempunyai tugas melakukan pelayanan Radiologi yang meliputi diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit dan pemulihan kesehatan.

7. Instalasi Farmasi

Mempunyai tugas peracikan, penyimpanan dan penyaluran obat-obatan, gas medis, bahan kimia dan penyimpanan, penyaluran alat kedokteran, alat perawatan dan alat kesehatan yang dilakukan oleh tenaga dalam Jabatan Fungsional.

8. Instalasi Gizi

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengolahan, penyediaan, penyaluran makanan dan penyuluhan Gizi yang dilakukan oleh tenaga dalam Jabatan Fungsional.

9. Instalasi Rehabilitasi Medis

Mempunyai tugas melaksanakan pengobatan / rehabilitasi fisik terhadap penderita yang dirujuk, baik dari instalasi rawat jalan, rawat inap, puskesmas

10. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

Mempunyai tugas pemeliharaan bangunan, Instalasi air minum, air panas, Listrik, Gas Teknik, Elektronik Medis, Radiologi, Kedokteran Nuklir, serta pembuangan limbah padat dan cair dan pemeliharaan peralatan lainnya, dan juga bertugas dalam penyediaan Air Minum, Air Panas, Gas Teknik dan Listrik.

11. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Referensi

Dokumen terkait

koordinasi motorik halus Anak belum mampu Mengkombinasikan warna krayon dalam melukis alat- alat kebersihan sehingga masih membutuhkan arahan guru. 2 Fajar

Berdasarkan penelitian in vitro efek inhibisi alfa glukosidase daun Benalu Kersen yang telah dilakukan sebelumnya, penulis melakukan uji efek penurunan kadar

1 European Union - Draft Commission Implementing Regulation concerning the non- renewal of approval of the active substance phosmet in accordance with Regulation (EC) No

Pembayaran Dana Bantuan pemerintah kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2018 sebagaimana dimaksud dalam

Penggunaan tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler, sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan

Oleh karena itu tujuan penelitian ini akan mengkaji secara keseluruhan terhadap fenomena yang sebelumnya belum diteliti dengan menggabungkan antara orientasi

Berdasarkan hasil penelitian dari penyajian dan analisis data serta temuan hasil penelitian terhadap informan inti dan diperkuat oleh informan kontrol serta

Orang Lampung Saibatin pada dasarnya dapat diketahui dengan kesempatan untuk menduduki atau meningkatkan kedudukan dalam adat diperoleh dari keturunan, dan hanya