• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkembangan kemiskinan pasca kebijakan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "perkembangan kemiskinan pasca kebijakan"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekonomi Pembangunan 2021 19 Provinsi Papua sebesar 26,64 persen Selanjutnya, pada September 2020, persentase penduduk miskin di Papua meningkat sebesar 26,80 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Provinsi Papua mendekati garis kemiskinan.

Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  pada  Maret  2016  hingga  September  2016,  Garis  Kemiskinan  naik  sebesar  Rp  18.002  atau  3,79  persen,  yaitu  dari  Rp  474.967 per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp 492.969 per kapita per  bulan  pa
Tabel diatas memperlihatkan bahwa pada Maret 2016 hingga September 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar Rp 18.002 atau 3,79 persen, yaitu dari Rp 474.967 per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp 492.969 per kapita per bulan pa

Identifikasi Masalah

Pada periode Maret 2019 – September 2019, indeks kedalaman kemiskinan (P1) kembali mengalami penurunan sebesar 0,064 poin dan indeks keparahan kemiskinan meningkat sebesar 0,006 poin. Namun, antara Maret 2020 dan September 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan di Provinsi Papua meningkat masing-masing sebesar 0,131 poin dan 0,123 poin.

Batasan Masalah

Adanya kebijakan Otonomi Khusus muncul karena kegagalan pemerintah dalam menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Aceh, Papua, dan Papua Barat. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang setiap tahun meningkat, namun belum mampu menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Aceh, Papua, dan Papua Barat.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

  • Teori Pembangunan Ekonomi
  • Teori Pengeluaran Negara
  • Teori Kemiskinan

Ekonomi Pembangunan 2021 36 Todaro dalam (Arsyad 1999:5) juga mengatakan bahwa keberhasilan suatu pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai utama. Oleh karena itu, tingkat investasi ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan yang diinvestasikan sepenuhnya. Ekonomi Pembangunan 2021 41 Pengusaha dapat memperoleh keuntungan yang tinggi untuk meningkatkan kepemilikan modal dan dengan demikian meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Ekonomi Pembangunan 2021 42 bahwa angkatan kerja merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk mengurangi pengangguran yang terjadi. Ekonomi Pembangunan 2021 43 nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marjinal dan bukan produk marjinal tenaga kerja itu sendiri. Ekonomi Pembangunan 2021 49 merupakan pengembangan langsung dari teori makro Keynesian yang mengatakan bahwa investasi akan merangsang perekonomian dalam jangka pendek.

Ekonomi Pembangunan 2021 54 didasarkan pada pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang pada abad ke-19 (Mangkoesoebroto, 1993). Ekonomi Pembangunan 2021 57 Kemiskinan menurut BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Ekonomi Pembangunan 2021 58 pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan untuk dapat hidup dan bekerja.

Regulasi Pemerintah

  • Otonomi Daerah
  • Desentralisasi Fiskal

Otonomi daerah merupakan alternatif pemecahan masalah kekurangan pembangunan, terutama dalam rangka pemberdayaan pemerintah daerah yang selama ini hanya dipandang sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat. Menurut undang-undang no. 22 Tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat di daerah menurut prakarsanya berdasarkan aspirasi masyarakat setempat. Pada masa sebelum otonomi daerah, semua kewenangan pemerintahan dipegang oleh pemerintah pusat, daerah hanyalah perpanjangan tangan dari pemerintah pusat.

Prinsip pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah memberikan kekuasaan yang lebih kepada daerah agar dapat membantu pemerintah pusat dalam mengatur pemerintahan di daerah. Ekonomi pembangunan 2021 60 wilayah II. tingkat dan bukan untuk daerah atau desa tingkat I, karena pemerintah daerah pada tingkat II. tingkat dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat sehingga dapat mengetahui kebutuhan masyarakat di daerahnya. Dalam undang-undang no. 33 Tahun 2004, desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatuan republik indonesia.

Lebih lanjut, Boex dan Martinez-Vazquez memaparkan empat pilar desentralisasi fiskal, yaitu melalui desentralisasi fiskal terdapat pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, meliputi pengeluaran, penerimaan, transfer dan pinjaman daerah yang dipertanggungjawabkan kepada pemerintah daerah. masyarakat (Azwardi & Abukosim, 2007). Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 145/PMK.07/2013 tentang alokasi anggaran transfer ke daerah, transfer ke daerah adalah dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dialokasikan ke daerah. Ekonomi Pembangunan 2021 62 (i) Dana Transfer Umum (DTU), yaitu jenis dana transfer yang dialokasikan untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, dengan memperhatikan aspek otonomi, serta keseimbangan dan pemerataan kemampuan keuangan daerah, termasuk Dana Alokasi Umum (GAF) dan Dana Bagi Hasil (RBF). ii) Dana Transfer Khusus (DTK), yaitu dana yang dialokasikan ke daerah untuk membiayai kegiatan yang diarahkan atau ditetapkan digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik dan mencapai prioritas nasional, terdiri dari Dana Hibah Khusus (DAK) Fisik dan DAK Non Fisik.

Penelitian Terdahulu

Alokasi Anggaran Belanja Modal (PABM) dan Alokasi Anggaran Belanja Modal (PABM) Disubstitusi dengan Belanja Modal (BM) diperlihatkan.

Kerangka Konseptual

  • Keragka Model Estimasi

Hipotesis Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
    • Jenis Data
    • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Model Estimasi
  • Metode Estimasi
  • Teknik Analisis Data
    • Analisis Deskriptif
    • Metode Regresi Linier Berganda

Ekonomi Pembangunan 2021 108 Di Provinsi Papua Barat, kontribusi dana otsus terus meningkat di tahun 2021. Sedangkan di Provinsi Papua Barat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 68,58 pada tahun 2009 dan 64,70 pada tahun 2019. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di provinsi Papua dan Papua Barat lebih rendah dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di provinsi Aceh.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat rasio gini tahun 2009 sebesar 0,35 persen dan tahun 2019 sebesar 0,42 persen. Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua tahun 2009 sebesar 37,53 persen dan tahun 2019 sebesar 26,55 persen. Sedangkan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat tahun 2009 sebesar 37,51 persen dan tahun 2019 sebesar 21,51 persen.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat, PDRB tahun 2009 sebesar Rp 7,29 miliar dan tahun 2019 sebesar Rp 62,07 miliar. 3 sektor penyumbang PDRB terbesar di Provinsi Papua adalah (1) Pertambangan dan Penggalian, (2) Konstruksi, (3) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Sedangkan di Provinsi Papua Barat 3 sektor penyumbang PDB terbesar adalah (1) Manufaktur, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Konstruksi.

Tabel 3.1  Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

  • Provinsi Papua
  • Provinsi Papua Barat
  • Provinsi Aceh

Provinsi Papua adalah sebuah provinsi di Australia bagian utara dan bagian dari wilayah timur Indonesia. Timur: Papua Nugini Utara: Samudera Pasifik Barat: Provinsi Papua Barat Selatan: Laut Arafura. Provinsi Papua merupakan daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Papua terdapat di Kota Jayapura dengan jumlah penduduk sebanyak 303.760 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 162.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 141.273 jiwa. tetap diakui dan sejak 18 April 2007 berganti nama menjadi Provinsi Papua Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2007. Meskipun Provinsi Papua Barat telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus seperti provinsi induknya.

Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 24°-132° BT dan 0°-4° LS, tepat di bawah khatulistiwa. Provinsi Papua Barat terletak di belahan barat pulau Papua, mulai dari leher kepala burung hingga pantai barat. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Papua Barat terdapat di Kota Sorong dengan jumlah penduduk sebanyak 261.426 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sejumlah 136.129 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 125.297 jiwa.

Gambar 4.2 Peta Wilayah Provinsi Papua Barat
Gambar 4.2 Peta Wilayah Provinsi Papua Barat

Analisis Perkembangan Dana Otonomi Khusus di Tiga Provinsi

  • Analisis Penerimaan Dana Otonomi Khusus
  • Kontribusi dan Pertumbuhan Dana Otonomi Khusus

Pada tahun 2018, kontribusi dana otsus di Provinsi Aceh sebesar 42,20 persen, kemudian pada tahun 2019 menurun sebesar 1,04 persen menjadi 41,16 persen. Dari tabel di atas terlihat bahwa pertumbuhan Dana Otonomi Khusus di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Aceh berfluktuasi dari tahun ke tahun. Di Provinsi Papua, pertumbuhan dana otsus pada tahun 2018 mencapai -2,44 persen, kemudian pada tahun 2019 meningkat menjadi 8,75 persen.

Pada tahun 2018, pertumbuhan dana otsus di Provinsi Aceh sebesar 0,75 persen, setelah itu meningkat menjadi 4,11 persen pada tahun 2019. Terkait indikator sosial, terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Papua adalah 63,41 pada tahun 2009 dan 60,84 pada tahun 2019. Sedangkan PDRB Provinsi Aceh sendiri sebesar 32,22 triliun rupiah pada tahun 2009 dan 132,09 triliun rupiah pada tahun 2019.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat, PDRB per kapita tahun 2009 sebesar 9,87 juta rupiah/tahun dan tahun 2019 sebesar 64,68 juta rupiah/tahun. Jadi, di provinsi Papua Barat, inflasi tahun 2009 sebesar 0,99 persen, dan tahun 2019 dibandingkan tahun 2009 turun menjadi 0,34 persen. Fenomena fly paper effect di Provinsi Aceh terlihat dari dana alokasi umum dan dana otsus.

Analisa Perkembangan Indikator Sosial dan Ekonomi Provinsi

  • Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Tiga Provinsi
  • Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi Tingkat

Hasil Analisis Regresi

  • Penaksiran
  • Interpretasi Hasil
  • Konstanta Dan Intersep
  • Uji Statistik
  • Uji Asumsi Klasik

Ekonomi Pembangunan Tahun 2021 124 variabel yang mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (TK) dapat dilihat dari nilai R2 sebesar 0,997286 yang berarti bahwa Transfer ke Daerah (TKD), Dana Otonomi Khusus (DOK) dan Dana Desa (DD) secara bersama-sama memberikan penjelasan yang beragam mengenai angka kemiskinan (KP) sebesar 99,72. Ekonomi Pembangunan 2021 125 yang mengatakan bahwa jika transfer ke daerah meningkat, maka angka kemiskinan akan menurun (dan sebaliknya). Variabel DOK (Dana Otonomi Khusus) berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan karena koefisien α2 = -9,41E-13 artinya jika Dana Otonomi Khusus dinaikkan sebesar 1 triliun rupiah maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar -9,41x10 -13 atau persentase.

Hasil ini sesuai dengan teori bahwa jika dana otsus meningkat maka tingkat kemiskinan akan menurun. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa jika transfer ke daerah meningkat maka angka kemiskinan akan menurun (begitu pula sebaliknya). Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien variabel TKD sebesar -4,30x10-13, dimana variabel ini berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di tiga provinsi penerima dana otsus.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara DOC dengan Tingkat Kemiskinan di tiga provinsi penerima Dana Otonomi Khusus dalam satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan tidak signifikan antara DD dengan angka kemiskinan di tiga provinsi penerima DAK dalam satu tahun. Regresi pengaruh variabel TKD, DOK dan DD dengan uji autoregressive terhadap tingkat kemiskinan di tiga provinsi penerima Dana Otonomi Khusus.

Gambar 4.4  Scatterplot Model
Gambar 4.4 Scatterplot Model

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada tiga provinsi penerima Dana Otonomi Khusus (Papua, Papua Barat, dan Aceh) sebagai bentuk pendekatan damai oleh pemerintah atas penyelesaian konflik yang muncul akibat kecemburuan antara wilayah timur dan barat. Indonesia , karena mereka merasa seperti pusat anak tiri pemerintah. Sementara hasil kekayaan alam mereka telah habis digunakan oleh pemerintah pusat, namun tidak ada pemerataan pembangunan di wilayah mereka. Pemerintah daerah belum efektif dalam mengimplementasikan Dana Swadaya Khusus, hal ini dibuktikan dengan sikap aparat pelaksana yang belum dapat memanfaatkan sepenuhnya kewenangan yang dimilikinya, sehingga dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat belum optimal.

Hasil estimasi model pertama adalah pengaruh TKD, DOK, DD terhadap TK sebesar 99,72%, sedangkan sisanya sebesar 0,28% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model estimasi atau termasuk dalam failure error term. Sedangkan variabel TKD, DOK berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel DD berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan (TK).

Saran

Kajian Dinamis Dampak Fiskal Otonomi Khusus terhadap Efisiensi Pelayanan Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi. MEKANISME PENYALURAN TRANSFER DAERAH DAN DANA DESA DI DAERAH ACEH DEKAT DIREKTORAT JENDERAL KANWIL PERDAGANGAN PROVINSI ACEH.

Gambar

Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  pada  Maret  2016  hingga  September  2016,  Garis  Kemiskinan  naik  sebesar  Rp  18.002  atau  3,79  persen,  yaitu  dari  Rp  474.967 per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp 492.969 per kapita per  bulan  pa
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  pada  Maret  2016  hingga  September  2016,  Garis  Kemiskinan  di  Privinsi  Aceh  naik  sebesar  Rp  13.809  atau  3,36  persen, yaitu dari Rp 410.956 per kapita per bulan pada Maret  2016 menjadi  Rp  424.765  per
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  Nama
Tabel 3.1  Defenisi Operasional
+5

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan regresi panel data ini karena observasi yang digunakan pada.. penelitian ini terdiri atas beberapa perusahaan ( cross section ) dan

diberikan hanya oleh data cross section dan time series saja. 3) Panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam. perubahan dinamis dibandingkan data cross

Penelitian ini menggunakan data time series dan cross section dan menggunakan analisis data panel dengan menggunakan pendekatan Random Effect Model dengan

Data sekunder yang digunakan adalah data deret waktu (time-series data) untuk kurun waktu tahun 2007-2018 serta data deret unit (cross-section) yang meliputi

Data yang diperoleh adalah data dalam bentuk data panel yaitu gabungan antara time series dan cross-section untuk masing-masing variabel..

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dengan panel data yaitu gabungan antara cross-section maupun time series

Teknik yang paling sederhana dalam mengestimasi model regresi data panel adalah dengan mengkombinasikan data time series dan cross section lalu melakukan

Dalam penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dimana metode ini merupakan gabungan dari cross section dan time series yang bertujuan untuk mengetahui