PERKEMBANGAN
KESETARAAN GENDER DI
INDONESIA
PERKEMBANGAN GENDER DI INDONESIA
⊳ Gerakan gender di Indonesia lahir dipengaruhi oleh berbagai kondisi historis sejarah perjuangan bangsa, program pembangunan nasional, globalisasi serta reformasi serta kehidupan religius.
⊳ Pandangan terhadap gender di setiap era sangat
tergantung kepada kondisi dan situasi zaman yang
dihadapinya. Hal ini telah memberikan pengaruh
yang besar terhadap berbagai pergerakan
feminisme di Indonesia
ARAH DAN ISU GERAKAN GENDER DI INDONESIA
Dalam konteks personal is political, isu-isu yang dianggap pribadi seperti perkawinan dibahas menjadi isu yang politis. Setelah masa revolusi, gerakan perempuan terbagi dua, yakni gerakan politis praktis dan gerakan sosial-politik. Kelas amat memengaruhi perbedaan isu dari tiap-tiap organisasi. Organisasi perempuan dalam politik praktis ramai pada masa revolusi hingga sebelum Orde Baru berkuasa.
Gerakan politik praktis menggunakan pendekatan perempuan sebagai konstruksi sosial sehingga mereka masuk dalam sayap- sayap partai bahkan membuat partai perempuan sendiri
PERKEMBANGANG GENDER PADA MASA KOLONIAL
Sejarah feminisme ketika zaman kolonial telah dipelopori oleh RA Kartini. tidak seperti saudara laki-lakinya yang disekolahkan di Universitas Leiden negeri Belanda. Ia merasa terhina oleh adanya perkawinan permaduan (poligami) marak tumbuh berbagai organisasi perempuan. Pada tahun 1928 muncullah 30 organisasi, diantaranya Persatoean Perempuan Indonesea (PPI) yang menyuarakan reformasi pendidikan dan reformasi perkawinan. PPI kemudian namanya diganti menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII) yang menyuarakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Organisasi Istri Sedar (1930) masih tetap menyuarakan anti poligami dan perceraian. Organisasi perempuan
PERKEMBANGAN GENDER PADA MASA ORDE LAMA
organisasi wanita GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia) sebagai kelanjutan dari Istri Sedar. Organisasi ini tersebar di berbagai kegiatan masyarakat seperti warung, koperasi, koperasi simpan pinjam, petani, buruh pabrik, taman kanak-kanak yang diselenggarakan di pasar, perkebunan, kampung, Badan Penyuluh Perkawinan, dan kursus-kursus dengan materi buku ajaran komunis.
Organisasi ini menyuarakan : sukseskan pemilu, anti perkosaan, peningkatan kesadaran perempuan tani, berantas buta huruf, hukuman berat bagi pemerkosa dan penculikan, kegiatan sosek bagi kaum perempuan, pendidikan masalah politik, kesehatan, dan monogami
PERKEMBANGAN GENDER PADA MASA ORDE LAMA Tahun 1955 muncul Organisasi Perempuan Islam dan
Nasionalis, serta berbagai kegiatan yang terikat pada
partai politik dan gerakan keagamaan dalam bentuk
Balai-balai Perempuan, Bank-bank Perempuan, Surau
Perempuan, Organisasi Perempuan serta Majalah
Perempuan. Selain itu, tahun 1954 lahir pula organisasi
PERWARI (Persatuan Wanita Republik Indonesia).
PERKEMBANGAN GENDER PADA MASA ORDE BARU Pada tahun inilah hilang organisasi wanita yang bersifat
independen, akan tetapi lahir beberapa organisasi besar
seperti : Golkar, Dharma Wanita ( istri PNS), Dharma Pertiwi
(Istri yang suaminya bekerja di Angkatan Bersenjata) serta
organisasi PKK. Adanya bentuk organisasi seperti ini telah
menciptakan banyak organisasi di setiap departemen,
muncul organisasi perempuan istri pejabat yang bersifat
semu. Kegiatan lebih banyak berhubungan dengan
kepentingan suami. Organisasi ini mendapat bantuan dari
pemerintah baik politik maupun praktis, memperoleh
berbagai kemudahan transportasi, kantor, keuangan dsb.
PERKEMBANGAN GENDER PADA MASA REMORMASI
Dalam era reformasi, munculnya berbagai
organisasi wanita yang membangkitkan kembali
para reformis wanita yang tidak saja membela
kaumnya sendiri, melainkan juga membela dan
memikirkan nasib masyarakat marjinal, dalam
bentuk berbagai organisasi LSM
KONTRIBUSI GERAKAN GENDER DI INDONESIA
⊳ Kongres Perempuan Pertama Indonesia 1928;
⊳ Hak pilih dan dipilih perempuan dalam Dewan Kota (Volksraad) dan Pemilu pertama Indonesia tahun 1955;
⊳ Kemerdekaan Indonesia 1945 dan pengakuan negara berdaulat oleh Belanda 1949;
⊳ Pendirian Pusat Keluarga Berencana sebagai organisasi perempuan berdaulat atas organ reproduksinya, pada 1975;
⊳ Undang-undang Perkawinan 1974;
⊳ UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyebut tentang cuti haid perempuan;
⊳ UU No. 23 tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga dan pendirian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di seluruh kota/provinsi;
⊳ Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan Dengan Hukum.