• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG

(STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1 ) Ilmu Hukum

Program Kekhususan Hukum Pidana

Diajukan oleh : Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

PROGRAM STUDI (S.1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG

2023

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG

(STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)

Diajukan oleh : Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

Telah Disetujui:

Pada Tanggal, 27 Juli 2023 Dosen Pembimbing:

Dr. H. Achmad Sulchan, S.H.,M.H NIDK : 893.7840.022

(3)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG

(STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG) Dipersiapkan dan disusun oleh

Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal,19 Agustus 2023

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan lulus Tim Penguji

Ketua

Dr. Hj. Siti Ummu Adillah, S.H.,M.Hum NIDN: 0605046702

Anggota, Anggota,

Dr. Hj. Widayati, S.H.,M.H Dr. H. Achmad Sulchan, S.H.,M.H

NIDN: 062.0066.801 NIDK : 893.7840.022

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum UNISSULA

Dr. Bambang Tri Bawono S.H.,M.H NIDN : 060.7077.601

(4)

MOTO DAN PERSEMBAHAN Moto :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada orang tua, kerabat karib, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S.An Nisa’ : 36 )”

Skripsi ini aku persembahkan :

- Bapak Asmawi dan Ibu Sarni, selaku orang tua penulis beserta keluarga yang senantiasa berdo’a memberikan dorongan dan dukungan.

- Kakak Muhammad Kasan Basri yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

- Suamiku Muhamad Cahyo Budi Laksono yang selalu menemaniku, memberi semangat, motivasi dan dukungan penuh

- Almamater Dan Civitas Akademisi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;

Nama : Siti Umi Akibah

Nim 30301900412

Program Studi : S-I Ilmu Hukum Fakultas : Hukum

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi penulis dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)” benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bebas dari peniruan hasil karya orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan dalam skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang,22 Agustus 2023

Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Umi Akibah

Nim 30301900412

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul :

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPLOITASI ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI DINAS SOSIAL KOTA SEMARANG)”

dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif untuk disimpan, dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasinya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.

Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila kemudian hari terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.

Semarang,22 Agustus 2023 Yang Menyatakan

Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan ridhlo-nya serta limpahan rahmat, taufiq serta inayah- nya. Dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhamad SAW, yang kita tunggu safaatnya diakhirat kelak. Atas berkat Rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang (Studi Kasus Di Dinas Sosial Kota Semarang)”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas akhir penulis sebagai mahasiswa Fakultas Hukum dalam menyelesaikan Program Sarjana (S-1) Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA) dan juga dalam rangka memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Ilmu Hukum.

Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selalu mendukung untuk menyelesaikan tugas skripsi, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, S.H,S.E.Akt.,M.Hum selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

2. Bapak Dr. Bambang Tri Bawono, S.H.,M.H selalu Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Ibu Dr. Hj. Widayati, S.H., M.H Selaku Wakil Dekan I dan Bapak Dr.

Arpangi S.H., M.H Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

(8)

4. Bapak Dr. H. Ahmad Arifullah S.H.,M.H Selaku Kaprodi S1 dan Ibu Dini Amalia Fitri S.H.,M.H, selaku Sekprodi S.I kelas Eksekutif Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

5. Bapak Dr. Bambang Tri Bawono, S.H.,M.H, selaku dosen wali Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

6. Bapak Dr. H Achmad Sulchan, S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Bambang Sumedi, S.H.,M.M selaku Sub Koordinator Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Perdagangan Orang Dinas Sosial Kota Semarang yang telah menyempatkan waktu untuk berdiskusi juga memberikan materi penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen pengajar yang selalu memberikan ilmunya kepada penulis pada masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

9. Teman-teman kelas Eksekutif angkatan 2019 yang telah menemani penulis dari awal masa perkuliahan hingga akhir masa perkuliahan.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya kepada civitas akademik tetapi juga bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang,22 Agustus 2023 Penulis

Siti Umi Akibah NIM : 30301900412

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

ABSTRACK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian... 10

E. Terminologi ... 11

F. Metode Penelitian... 12

G. Sistematika Penulisan... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum ... 20

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 21

2. Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum... 22

3. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum ... 23

B. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Anak ... 24

1. Pengertian Anak ... 24

2. Perlindungan Hukum terhadap Anak ... 26

3. Hak Anak ... 30

C. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak Jalanan ... 36

1. Pengertian Anak Jalanan ... 36

2. Pengelompokkan Anak Jalanan ... 39

(10)

x

3. Eksploitasi Anak Jalanan ... 42

D. Tinjauan Umum tentang Anak dalam Perspektif Islam ... 46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang.51 B. Kendala-Kendala Yang Di Hadapi Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang Dan Solusinya ... 72

BAB IV PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN

(11)

ABSTRAK

Fenomena merebaknya eksploitasi anak jalanan terkhususnya di Kota Semarang merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara maka sangat perlu adanya perlindungan eksploitasi anak jalan serta penghargaan terhadap hak- hak anak sudah sepatutnya mendapat perhatian yang serius. Tujuan penelitian untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi mengenai perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan solusinya.

Metode yang diterapkan dalam penulisan ini dilakukan dengan penelitian yuridis sosiologis, Jenis Penelitian Kualitatif, Sifat Penelitian Deskriptif, Jenis Data Data Primer Data Sekunder, Sumber Data Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder, Bahan Hukum Tersier, Lokasi Dan Subyek Penelitian, Dinas Sosial Kota Semarang dan Teknik Analisis Data Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian ini adalah Perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di Kota Semarang dicantumkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis di Kota Semarang. Implementasi peraturan daerah kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan, Dan Pengemis Di Kota Semarang terkait penanggulangan dan perlindungan terhadap eksploitasi anak jalanan di Kota Semarang; Perlindungan, Pengendalian Sewaktu- Waktu, Penampungan Sementara, Pengungkapan dan Pemahaman Masalah, Bimbingan Sosial dan Pemberdayaan, Rujukan Kendala-Kendala Yang Di Hadapi Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang. Komunikasi, Sumber Daya; Sumber Daya Finansial; Sumber Daya Manusia; Fasilitas., Kondisi Ekonomi dan Sosial Masyarakat; Kondisi Ekonomi;

Kondisi Sosial, Sikap Pelaksana; Respon Impelementor terhadap Kebijakan;

Tindakan Implementor; Komitmen Implementor. Solusi untuk Kendala-Kendala Yang Di Hadapi Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang, Melakukan Assesment, Melakukan Sosialisasi, Melakukan Patroli

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Eksploitasi Anak Jalanan.

(12)

ABSTRACK

The phenomenon of widespread exploitation of street children, especially in the city of Semarang, is a complex social problem. The life of street children is indeed not a pleasant choice, because they are in a condition that does not have a clear future, and their existence is often a problem for many parties, families, communities and countries, so it is very necessary to protect the exploitation of street children and respect for children's rights deserves serious attention. The aim of this research is to find out the legal protection against the exploitation of street children in the city of Semarang and to find out the obstacles faced regarding the legal protection against the exploitation of street children in the city of Semarang and the solutions.

The method applied in this writing is carried out by sociological juridical research which means that research from law goes directly to the field to find out firsthand the facts in the field, examines and analyzes gaps in society, so that the problem is clear.

The results of this study are legal protection against the exploitation of street children in the city of Semarang, listed based on the Regional Regulation of the City of Semarang Number 5 of 2014 concerning Handling of Street Children, Homeless and Beggars in the City of Semarang. Each data obtained is the result of direct interviews with the Semarang City Social Service, which is located at Jl.

Youth Number 48 Semarang City, the Team that handles Street Children, and also Children who are exploited on the streets as the target and object of this research.

Then secondary data is obtained from online media and websites that can be accessed and provided related to efforts to overcome and legal protection against the exploitation of street children in the city of Semarang related to the prevention and protection against the exploitation of street children in the city of Semarang, including: Protection, Control from time to time, Temporary Shelter, Disclosure and Understanding of Problems, Social Guidance and Empowerment, and Referrals and Obstacles faced regarding legal protection against exploitation of street children in the City of Semarang including communication, resources, economic and social conditions of the community and the attitude of the implementer, the solution is to carry out an assessment , conducting outreach, conducting patrols.

Keywords: Legal Protection, Exploitation of Street Children.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum1. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin semua warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya2.

Hukum merupakan suatu peraturan yang mengatur masyarakat dan menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan. Segala tingkah laku dan perbuatan warga negara harus berdasarkan atas hukum. Peraturan hukum sifatnya mengikat dan ada sanksinya bagi siapa yang melanggar3.

Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan

1 Dwi Wibowo, Sri Endah Wahyuningsih, Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Warga Negara Indonesia, Jurnal Hukum Khairu Umah, Unissula, Vol 17 No 3 September 2022, Semarang, hal, 122. 2 Sri Endah Wahyuningsih, Prinsip-Prinsip, Individualism Pidana Dalam Hukum Pidana Islam Dan Pembaruan Hukum Pidana Indonesia, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2010, hal, 102.

3 Arif Prasetio, Achmad Sulchan, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Anak Terhadap Supir Taksi Online (Studi Kasus Pengadilan Negeri Semarang), Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula, Semarang 28 Oktober, 2020, hal, 735.

(14)

pelaksanaanya dengan suatu sanksi4. Penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana bertujuan untuk menanggulangi setiap kejahatan.

Tindakan negara harus tegas dilandaskan pada aturan hukum yang berlaku.

Hukum hendaknya dijadikan sebagai kerangka pondasi untuk mengatur dan menyelesaikan berbagai persoalan dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara5.

Hukum pidana yang merupakan salah satu hukum di negara Indonesia yang pengaturannya dengan secara tegas dituangkan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHPidana) sebagai salah satu hukum positif di Indonesia6. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara7. Seperti halnya dengan ilmu hukum lainnya seperti hukum perdata, hukum internasional, hukum adat, hukum tata negara, dan lain-lain, hukum pidana memiliki fungsi umum dan fungsi khusus, fungsi umumnya yaitu mengatur hidup kemasyarakatan, menyelenggarakan tata kehidupan dalam masyarakat8. Kemudian fungsi khususnya yaitu bagi hukum pidana ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya (Rechtsguterschutz), sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang-cabang hukum lainnya. Hukum pidana erat sekali hubungannya dengan pandangan yang umum tentang

4 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, hal, 40.

5 Ahmad Hafidh, Sri Endah Wahyumingsih, Analisis Terhadap Putusan Hakim Berupa Pemindanaan Terhadap Perkara Tindak Pidana Anak, Konstelasi Karya Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU), Semarang, 2021, hal, 255.

6 Ira Alia Maerani, Hukum Pidana Dan Pidana Mati, Unissula Press, Semarang, 2018, hal, 47.

7 Ira Alia Maerani, Hukum Pidana Dan Pidana Mati, Unissula Press, Semarang, 2018, hal, 7.

8 Sudarto, Hukum Pidana 1, Yayasan Sudarto, Semarang, 2009, hal, 14.

(15)

hukum, tentang negara dan masyarakat dan tentang kriminalitas (kejahatan)9.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang oleh The Founding Father’s dibentuk menjadi Negara yang berdasarkan hukum, yang ditandai dengan sistim pemerintahan yang didasarkan pada konstitusi (Hukum Dasar). Alinea Keempat dalam UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan amanat tersebut menunjukkan sumber idealisme dan arah aktivitas pemerintah terhadap keutuhan bangsa dan negara serta peduli terhadap peningkatan kualitas kehidupan segenap warga negara10.

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peranan srategis yang mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang11. Sebagian dari generasi muda, anak merupakan cita-cita perjuangan bangsa sekaligus modal sumber daya manusia bagi pembangunan nasional sebagaimana dijelaskan dalam Pasal

9 Sri Endah Wahyuningsih, Urgensi Pembaruan Hukum Pidana Materil Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Jurnal Pembaruan Hukum, Vo, 1, No, 1, Januari-April, Unissula, 2014, hal 18.

10 Suherman, Aspek Hukum Perlindungan terhadap Anak, Penelitian Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2009, hal. 1.

11 Mohammad Taufik Makarao, dkk. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Cet. Ke-1, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2013, hal, 1.

(16)

34 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa: “Fakir miskin dan anak- anak terlantar dipelihara negara12.

Mengenai kepentingan perlindungan anak, Indonesia telah meratifikasi Konvensi hak anak yang dinyatakan dalam Keppres No 36/1990 tertanggal 25 Agustus 1990. Konvensi Hak Anak adalah perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan hak anak. Ada empat prinsip yang terkandung dalam Konvensi hak anak yaitu13:

a. Non diskriminasi;

b. Yang terbaik buat anak;

c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak; dan d. penghargaan terhadap pendapat anak14.

Perlindungan terhadap anak selain diatur melalui konvensi-konvensi internasional yang telah disahkan melalui undang-undang seperti Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138 Mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182 tentang pelarangan dan tindakan segala penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk Anak, terbentuk juga secara nasional Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya mengatur juga mengenai perlindungan anak. Meskipun demikian,

12 R Sugiharto, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Unissula Press, Semarang, 2012, hal, 90.

13 Ary Purwantiningsih, “Implementasi Kebijakan Perlindungan Anak Atas Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Berdasarkan Pasal 66 UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak:

Kasus di Kabupaten Bogor”, Universitas Terbuka, Bogor, 2012, hal, 14.

14 Sri Endah Wahyuningsih, Perbandingan Hukum Pidana, Unissula Press, Semarang, 2013, hal, 30.

(17)

Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada tataran implementasi di daerah diterjemahkan kembali melalui peraturan daerah. Beberapa Pemerintah daerah memandang perlu diatur kembali dalam peraturan daerah sebagai dasar mengeluarkan kebijakan dan menentukan anggaran dalam rangka melindungi anak.

Hampir di setiap sudut Kabupaten-Kabupaten besar banyak kita lihat anak-anak jalanan dimana seharusnya diusia mereka masih berada dalam lingkungan bermain dan belajar, tetapi mereka harus mencari nafkah dengan melakukan kegiatan-kegiatan di jalanan yang penuh risiko.

Dimana seharusnya masih mengenyam masa indah dibawah kasih sayang dan bimbingan orang tua sudah harus menjalani kehidupan di jalan yang penuh kekerasan. Padahal anak-anak itu adalah aset pembangunan bangsa yang sangat berharga untuk masa depan. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kehidupan di jalan sangat rentan terjadi kekerasan. Hal inilah yang akan menjadi perhatian kita bahwa anak-anak ini telah mengalami pelanggaran Hak Asasi, baik hak untuk memperoleh perlindungan dari orang tua, keluarga maupun masyarakat dan hak untuk memperoleh pendidikan serta kehidupan yang layak bagi mereka.

Anak-anak pada dasarnya merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai proses perubahan sosial-politik dan ekonomi yang tengah berlangsung. Anak harus dijamin hak hidupnya untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, oleh karena itu segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak dalam berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi yang tidak

(18)

berperikemanusiaan termasuk eksploitasi untuk tujuan menjadikan anak tersebut sebagai pengemis atau anak jalanan dan sebagai pekerja seksual komersial harus segera dihentikan. Dalam Pasal 13 berbunyi:

(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihaklain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.”

Semarang adalah ibu kota dari provinsi Jawa Tengah yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang, pengusaha, pegawai, buruh, petani dan lain sebagainya. Menurut data BPS dalam (Indikator Kesejahteraan Rakyat kota Semarang, mata pencaharian penduduk di bidang perdagangan (29,15%), Jasa (28,89), sektor industri (19,65%). Di Semarang tersedia berbagai macam lapangan pekerjaan bagi masyarakat seperti kantor-kantor, pabrik-pabrik, pasar, pertokoan dan lain- lain. Bagi orang yang memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan memadai mungkin dapat memperoleh pekerjaan yang

(19)

lebih baik, tetapi orang yang tidak mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan susah mendapatkan pekerjaan, sehingga akan melakukan pekerjaan seadanya seperti menjadi pengemis.

Banyak anak yang mengalami eksploitasi. Tidak kalah menariknya adalah eksploitasi anak-anak balita dan anak-anak jalanan untuk kegiatan mengemis yang dilakukan oleh orang dewasa dengan cara mengajak anaknya untuk ikut mengemis. Masalah ini menjadi pemandangan sehari- hari di banyak ruas jalan-jalan umum, traffic light, shelter bus kota, stasiun kereta api, pasar tradisional, pusat perbelanjaan seperti yang terdapat di kawasan Simpang Lima Semarang yang terdapat beberapa pusat perbelanjaan seperti: Citra Land, Matahari Simpang Lima dan Ramayana, tak lupa juga taman kota.

Pada zaman sekarang ini marak terjadi eksploitasi terhadap anak berupa menjadikan anak tersebut sebagai pengemis atau anak jalanan.

Berdasar Data Dinas Sosial, Kota Semarang menjadi penyumbang angka yang tinggi anak jalanan di Jateng, dengan jumlah 302 anak. Jumlah itu kemungkinan masih bertambah lagi, karena ada anak jalanan yang belum tercatat oleh Dinas Sosial Kota Semarang. Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang akan lebih gencar dan giat melaksanakan operasi bersama aparat kepolisian untuk menegakan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Anak Jalanan (Perda 5/2014) mulai tahun 201815.

Meningkatkan tingkat kejahatan di masyarakat untuk menggelakkan kejahatan, yang merupakan salah satu hal yang terjadi secara teratur dan

15 https://jateng.tribunnews.com/2023/03/30/anak-jalanan-dan-pengeksploitasi-di-kota- semarang- bakal-diciduk-satpol-pp-dan-polisi, diakses pada tanggal 30 Mei 2023, Jam 20.10 WIB.

(20)

hidup oleh masyarakat adalah kejahatan kekerasan atau penindasan.

Tindakan hukuman tidak hanya tentang bahaya tetapi juga menyakiti orang lain dan komunitas yang lebih luas. Kejahatan kekerasan atau penangkapan selalu menjadi masalah yang membara di masyarakat. Masalah-masalah ini muncul dan berkembang, dengan konsekuensi bagi diri mereka sendiri, bagi pelaku dan bahkan lebih buruk bagi korban, mungkin mengarah pada bentuk terauma fisik yang masih ada. Dalam berbagai referensi hukum Penganiayaan adalah istilah yang digunakan oleh KUHP untuk merujuk pada pelanggaran terhadap tubuh.

Akibatnya, banyak insiden kekerasan dan perilaku kriminal terhadap anak menjadi sorotan hangat berbagai gender. Hal ini dilihat sebagai tanda lemahnya perangkat hukum dan perlindungan anak. Tetapi juga memberikan prosedur peradilan (hukum atau acara resmi), kompensasi, seleksi, dan perlindungan diri korban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia seperti KUHP.

KUHP sudah memberikan sanksi terhadap pelaku penganiayaan terhadap anak sudah di atur dalam Pasal 351 KUHP; ayat 1, penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, ayat 2, jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Sedangkan seseorang yang melakukan gelandangan dijalan juga dapat dikenai hukuman sudah terdapat dalam KUHPidana Pasal 505, ayat 1; barang siapa bergelandangan tanpa pencarian, diancam melakukan pergelandangan

(21)

dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan, ayat 2; pergelandangan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang berumur diatas enam enam belas tahun diancam dengan pidana kurungan paling lama enam bulan.

Selain itu untuk eksploitasi terhadap anak telah diatur secara tertulis di dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Perlindungan Anak.

Dimana seseorang dikatakan melakukan eksploitasi jika melakukan perbuatan sesuai yang terteradi dalam Pasal 76I Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Perlindungan Anak. Bagi seseorang yang telah terbukti melanggar ketentuan yang ada dalam Pasal 76I dan telah memenuhi unsur- unsur eksploitasi anak, maka seseorang tersebut akan dikenai sanksi pidana. Dimana sanksi pidana ini telah diatur secara tertulis didalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa: “Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76I, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.

Berdasarkan uraian latar belakang menjelaskan tentang perlindungan anak jalanan dari tindak pidana kekerasan dan upaya peningkatan kesejahteraan, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih jauh tentang perlindungan terhadap anak jalanan dengan mengambil judul:

Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Jalanan Di Kota Semarang (Studi Kasus Di Dinas Sosial Kota Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, serta

(22)

agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, maka permasalahan pokok yang akan diteliti oleh penulis adalah:

a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang?

b. Apa saja kendala-kendala yang di hadapi mengenai perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi mengenai perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan solusinya.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ditinjau secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran di bidang ilmu hukum khususnya hukum acara pidana yakni; Kebijakan pemerintah kota semarang dalam melindungi anak jalanan dari tindak kekerasan dan upaya peningkatan kesejahteraan;

(23)

b. Untuk memberikan gambaran pemikiran yang jelas baik berupa konsep maupun teori di bidang hukum pidana khususnya perlindungan anak jalanan dari tindak kekerasan dan peningkatan kesejahteraan;

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini;

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah penyelesaian perlindungan anak;

c. Dapat mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir kritis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh;

E. Terminologi

a. Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum16.

16 C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 102

(24)

b. Eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, penghisapan, pemerasan atas diri orang lain yang merupakan tindakan tidak terpuji17.

c. Anak berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

d. Anak jalanan berdasarkan Pasal 1 Angka 11, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang AnakJalanan, Anak jalanan selanjutnya disebut Anak adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari18.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan19.

Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan

17 KBBI, hal, 172

18 Pasal 1 Angka 11, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Anak Jalanan

19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hal. 43.

(25)

tujuan yang hendak dicapai sebelumnya. Metodologi20 pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan antara lain sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum kualitatif dengan memakai sumber data primer dan sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti21.

2. Sifat Penelitian

Menurut bidangnya, penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif, maksudnya penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan suatu permasalahan pelindungi anak jalanan dari tindak kekerasan dan upaya peningkatan kesejahteraan.

3. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis memiliki arti bahwa, penelitian dari hukum yang langsung terjun ke lapangan untuk mengetahui secara

20 Ibid, hal. 6

21 Ibid, hal. 52

(26)

langsung fakta yang ada di lapangan, mengkaji serta menganalisis kesenjangan dalam masyarakat, agar terang suatu permasalahannya22. 4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya melalui wawancara guna menjawab riset atau penelitian. Data primer dapat berupa pendapat subyek riset atau penelitian (orang) baik individu maupun kelompok atau bisa juga dari hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.

b. Data sekunder (secondary data)

Yaitu data yang tidak diperoleh secara langsung dari lapangan atau masyarakat, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup berbagai buku, dokumen resmi, peraturan perundang- undangan, hasil penelitian ilmiah yang berupa laporan serta bahan- bahan kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti23.

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatis24 Jadi bahan hukum primer yaitu mempunyai kekuatan

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal, 26.

23 Ibid, hal. 12.

24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 181

(27)

yang mengikat bagi para pihak yang berkepentingan misal, bahan- bahan hukum primer terdiri dari Perundang-Undangan dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer antara lain :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

5. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Anak Jalanan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan buku yang memberikan arahan atau petunjuk bagi penulis dalam memahami dari bahan hukum tersier. Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai dasar-dasar prinsip ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana mempunyai kualifikasi tinggi25. Pada intinya bahan hukum primer yaitu terdiri dari buku-buku, artikel, jurnal dan lain-lain.

25 Ibid., hal. 182

(28)

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk, penjelas, bahkan pendukung dari bahan-bahan hukum primer dan sekunder, yang terdiri dari kamus, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ensiklopedia, kamus hukum.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepstakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan tinjauan pustaka ke perpustakaan dan pengumpulan buku-buku, bahan-bahan tertulis serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Studi kepustakaan juga menjadi bagian penting dalam kegiatan penelitian karena dapat memberikan informasi secara mendalam.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Digunakan metode ini untuk mengetahui kenyataan yang ada di lapangan. Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan menganalisa secara sistematis, maksud dari observasi ini untuk mendapatkan data yang efektif.

(29)

3. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertatap muka langsung dengan responden.

Oleh karena itu penelitian menggunakan teknik ini karena dianggap lebih efektif dalam memperoleh data.

6. Lokasi Dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Dinas Sosial Kota Semarang Jl.

Pemuda No.148, Sekayu, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50132. Sebagai subyek dalam penelitian ini Kebijakan pemerintah kota semarang dalam melindungi anak jalanan dari tindak kekerasan dan upaya peningkatan kesejahteraan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengambil sampel, dengan melakukan wawancara langsung sesuai pokok permasalahan yang sedang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan dalam setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan pemilahan data-data yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi26.Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, yaitu teknik analisa data yang bertujuan untuk mengungkap dan mengambil kebenaran dari studi

26 Ibid, hal. 252.

(30)

pustaka yaitu mengenai perlindungan anak jalanan dari tindak kekerasan dan upaya peningkatan kesejahteraan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan hukum ini, penulis membagi penulisan hukum ini menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya. Sistematika penulisan itu sendiri sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Terminologi, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari : Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak Jalanan, Tinjauan Umum Tentang Anak Dalam Perspektif Islam.

BAB III :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjawab perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan kendala-kendala yang di hadapi mengenai perlindungan hukum terhadap eksploitasi anak jalanan di kota Semarang dan solusinya.

BAB IV :PENUTUP

(31)

Bab ini berisikan Kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah setelah di bahas dan Saran adalah rekomendasi penulis hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan suatu sarana untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, sehingga dalam hubungan antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat dijaga kepentingannya. Hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk norma atau kaedah. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mengandung isi bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang, dan normatif karena menentukan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan pada kaedah27.

Peran hukum dalam masyarakat memberikan perlindungan hukum kepada anggota masyarakat yang kepentingannya terganggu.

Persengketaan terjadi dalam masyarakat harus diselesaikan menurut hukum yang berlaku, sehingga dapat mencegah perilaku main hakim sendiri. Tujuan pokok hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, sehingga terwujud kehidupan yang seimbang. Menurut Subekti dalam buku Sudikno Mertokusumo berpendapat, bahwa tujuan hukum itu

27 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal, 39

(33)

mengabdi kepada tujuan Negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya28.

Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum antara subyek hukum dan objek hukum haruslah dilindungi oleh hukum29, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya sehingga yang bersangkutan merasa aman. Kesimpulan dari hal tersebut di atas adalah bahwa perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum sesuai aturan hukum, baik yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik dalam bentuk yang tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum. Dengan kata lain, perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu ketenteraman bagi segala kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat sehingga tercipta keselarasan dan keseimbangan hidup masyarakat30.

2. Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum

Prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia berlandas pada Pancasila sebagai dasar ideologi dan dasar falsafah

28 Ibid, hal, 57-61

29 Anis Mashdurohatun, Hak Cipta Atas Buku, Unissula Press, Semarang, 2018, hal, 132.

30 Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perpektif Sejarah Indonesia, Madina Semarang, Semarang, 2013, hal, 172.

(34)

Negara. Prinsip-prinsip yang mendasari perlindungan hukum bagi rakyat berdasarkan Pancasila adalah :

1. Prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintahan yang bersumber pada konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Pengakuan akan harkat dan martabat manusia pada dasarnya terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara. Dengan kata lain, Pancasila merupakan sumber pengakuan akan harkat dan martabat manusia. Pengakuan akan harkat dan martabat manusia berarti mengakui kehendak manusia untuk hidup bersama yang bertujuan yang diarahkan pada usaha mencapai kesejahteraan bersama.

2. Prinsip Negara Hukum

Prinsip kedua yang melandasi perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintahan adalah prinsip negara hukum.

Pancasila sebagai dasar falsafah Negara serta adanya asas keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan tetap merupakan elemen pertama dan utama karena Pancasila, yang pada akhirnya mengarah pada usaha tercapainya keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan31.

31 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia ; Sebuah Study Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penangannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal, 19-20

(35)

3. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Perlindungan hukum yang preventif

Perlindungan hukum memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintahan mendapat bentuk yang definitif.

Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan kebebasan bertindak. Dan dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati- hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan asas freies ermessen, dan rakyat dapat mengajukan keberatan atau dimintai pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut.

b. Perlindungan hukum yang represif

Perlindungan hukum berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) badan, yaitu:

1) Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

Dewasa ini dalam praktek telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada Peradilan Umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa32.

32 Achmad Sulchan, Hukum Acara Pidana Dan Sistem Peradilan Pidana Dalam Praktek Beracara, Unissula Press, Semarang, 2021, hal, 29.

(36)

2) Instansi Pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi.

Penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi adalah permintaan banding terhadap suatu tindak pemerintah oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah tersebut. Instansi pemerintah yang berwenang untuk merubah bahkan dapat membatalkan tindakan pemerintah tersebut.

3) Badan-badan khusus

Merupakan badan yang terkait berwenang untuk menyelesaikan suatu sengketa. Badan-badan khusus tersebut antara lain adalah Kantor Urusan Perumahan, Pengadilan Kepegawaian, Badan Sensor Film, Panitia Urusan Piutang Negara, serta Peradilan Administrasi Negara33.

B. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Anak 1. Pengertian Anak

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anak adalah keturunan kedua. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut maka ia perlu mendapat kesempatan yang

33 Ibid, hal, 2-5

(37)

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.

Anak diletakkan dalam advokasi dan hukum perlindungan anak menjadi objek dan subjek yang utama dari proses legitimasi, generalisasi dalam sistematika dari sistem hukum positif yang mangatur tentang anak34. Berikut ini merupakan pengertian anak menurut beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (Delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (Delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (Delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

c. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Perlindungan Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (Delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

d. Convention On The Rights Of Child (1998) yang telah diratifikasi

34 Maulana Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta, 2000, hal,1.

(38)

Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1990 Anak adalah mereka yang berusia 18 (Delapan belas) tahun ke bawah.

e. UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun.

2. Perlindungan Hukum terhadap Anak

Sebagai salah satu generasi yang meneruskan cita-cita bangsa, anak sudah seharusnya diberikan perlindungan secara khusus untuk menjamin hak-hak serta keberlangsungan hidup anak dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak SebagaimanaTelah Dirubah Terakhir Kali Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang, Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggraan perlindungan anak. Perlindungan kepada anak juga dilakukan oleh lembaga sosial agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan

(39)

diskriminasi35.

Anak adalah tunas-tunas harapan bangsa, gambaran dan cermin masa depan, aset keluarga, bangsa, dan negara secara estapet untuk selama-lamanya. Jadi memberikan perlindungan hukum pada anak adalah sesuatu hal yang wajar dan realistis, yang selain merupakan tuntutan hak asasi mereka adalah juga merupakan tanggung jawab segenap komponen bangsa Indonesia.

Hal-hal yang merupakan kepentingan anak mencakup aspek yang sangat luas, mencakup kepentingan fisik maupun psikis yang untuk perlindungan hukum maupun tentunya terkait aturan hukum dari segala cabang hukum secara interdisipliner. Tugas hukum dalam hal ini adalah untuk mengawal kepentingan anak sebagai generasi penerus bangsa agar terlindung dari hal-hal yang merusak fisik, merusak psikis, dan sekaligus merusak fisik dan psikis, sehingga proses pertumbuhan anak untuk menjadi sosok manusia dewasa yang unggul sebagai penerus bangsa dapat terwujudkan36.

Anak yang dimaksud dengan anak, ada anak dibawah lima tahun (balita) dan anak remaja, antara anak dan anak remaja selain ada kesamaan dalam kepentingan secara umum juga untuk masing-masing ada mempunyai kekhususan kepentingan. Anak balita merupakan sosok manusia dengan fisik yang masih lemah sangat mementingkan perhatian orang tua dan sekelilingnya untuk mendapatkan susu dan

35 Ahmad Kamil, H.M Fauzan, Hukum Perlindungan Anak Jalanan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1999, hal, 22

36 Ibid.,hal, 28

(40)

makanan bergizi untuk pertumbuhannya. Anak remaja dalam kondisi peralihan dari anak-anak menjadi dewasa sangat berkepentingan dalam hal tuntunan dala menemukan jati dirinya menjadi orang dewasa yang mandiri. Kepentingan anak berkaitan dengan berbagai peristiwa hukum antara lain:

a. pengangkatan anak;

b. pencegahan agar anak tidak menjadi korban kejahatan siapa saja (orang perorangan, kelompok, organisasi, pemerintah); dan c. anak sebagai korban dalam tindak pidana37.

Dari segi hukum internasional, instrumen hukum yang mengatur perlndungan hak-hak anak diatur dalam konvensi PBB tentang Hak- Hak Anak (Convention on Rights of The Child) th 1989 yang di tetapkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 44/ 25 tanggal 20 NOVEMBER 1989, dan telah diratifikasi oleh 191 negara. Sebagai anggota P.B.B Indonesiapun telah meratifikasinya dengan Kepres Nomor 36 Th. 1990. Dengan demikian Konvensi PBB tentang Hak Anak tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga Negara Indonesia38.

Konvensi Hak-Hak Anak merupakan instrumen hukum yang berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma-norma hukum mengenai anak. Konvensi Hak –Hak Anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai hak asasi manusia yang memasukan

37 Ibid.,hal, 54

38 Suhnerman Toha, Aspek Hukum Perlindungan Tehadap Anak, Laporan Akhir Penelitian Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum Dan Ham R.I, 2009, hal. 24

(41)

masing-masing hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Secara garis besar Konvensi Hak-Hak Anak dapat dikategorikan sebagai berikut: Pertama penegasan hak-hak anak, ke dua perlindungan anak oleh Negara, ketiga peran serta barbagai pihak (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak anak, ketentuan-ketentuan hukum mengenai hak-hak anak39.

Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga serta dijunjung tinggi hak-hak mereka. Oleh sebab itu, pemenuhan akan hak-hak anak itu sangat penting untuk tumbuh kembang mereka. Beberapa landasan hukum yang berhubungan langsung dengan upaya pemenuhan hak anak untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya yang terbebas dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

c. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 atas perubahan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

e. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

39 Ibid, hal, 25

(42)

f. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The ights of The Child (Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989 dan telah ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia di New York pada Tanggal 26 Januari 1990).

g. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak.

h. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak.

i. Seluruh bagian dalam Konvensi ini mengatur pemenuhan hak-hak anak. Ada 4 prinsip dasar hak anak yang terkandung di dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:

1) Non-diskriminasi

2) Kepentingan yang terbaik bagi anak

3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan 4) Penghargaan terhadap pendapat anak

3. Hak Anak

Kesejahteraan anak merupakan orientasi utama dari perlindungan hukum. Secara umum, kesejahteraan anak tersebut adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani

(43)

maupun sosial40. Kesejahteraan merupakan hak setiap anak tanpa terkecuali. Maksudnya adalah bahwa setiap anak baik itu anak dalam keadaan normal maupun anak yang sedang bermasalah tetap mendapatkan prioritas yang sama dari pemerintah dan masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan tersebut.

Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan sebaik-baiknya. Konsekuensinya menurut Konvensi Hak-hak Anak, negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu Negara berkewajiban untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer (Pasal 24).

Implementasinya dari Pasal 24 bahwa Negara berkewajiban untuk melaksanakan program-program:

a. Melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak;

b. Menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan;

c. Memberantas penyakit dan kekurangan gizi;

d. Menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu;

e. Memperoleh informasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi;

f. Mengembangkan perawatan dan pencegahan penyakit, bimbingan

40 Paulus Hadisuprapto, Masalah Perlindungan Hukum Bagi Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal, 35

(44)

bagi orang tua, serta penyuluhan keluarga berencana; dan

g. Mengambil tindakan untuk menghilangkan praktek tradisional yang berprasangka buruk terhadap pelayanan kesehatan.

Dari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan anak-anak juga mendapatkan jaminan perlindungan antara lain:

a. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau wali.

b. Hak untuk tidak dilibatkan dalam peristiwa peperangan sengketa bersenjata, kerusuhan sosial dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.

c. Hak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial dan mental spiritual.

d. Hak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan dan perdagangan anak, serta berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

e. Hak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

Sementara itu, hak-hak anak secara umum terdapat dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

(45)

tentang Perlindungan Anak, antara lain:

a. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

b. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan

c. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

d. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

e. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

f. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. khusus bagi anak penyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.

g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

(46)

h. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat. dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

i. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

j. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: Diskriminasi, Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, Penelantaran, Kekejaman, Kekerasan, Penganiayaan, Ketidakadilan, Perlakuan salah lainnya.

k. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

l. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

Penyalahgunaan dalam kegiatan politik, Pelibatan dalam sengketa bersenjata, Pelibatan dalam kerusuhan sosial, Pelibatan dalam pariwisata yang mengandung unsur kekerasan, dan pelibatan dalam peperangan.

m. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

(47)

n. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

o. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

p. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:

Mendapatkan perlakuan secara menusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

q. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

r. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Hak-hak anak menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, juga dapat dilihat pada pasal 64, yakni:

a. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

b. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui:

(48)

1) Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;

2) Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;

3) Penyediaan sarana dan prasarana khusus;

4) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak

5) Pemantauan, pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;

6) Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua, atau keluarga; dan

7) Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari liberalisasi.

c. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui:

1) Upaya rehabilitasi, baik lembaga maupun di luar lembaga;

2) Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari liberalisasi;

3) Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental maupun sosial; dan

4) Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

C. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan

Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak

(49)

ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.

UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have abandoned their home, school, and immediate communities before they are sixteen yeas of age have drifted into a nomadic street life (anak- anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah). Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya41. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu.

Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Penampilan anak jalanan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-

41 Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Departemen Sosial Republik Indonesia, Jakarta, 2005, hal, 20

(50)

anak kumuh, suka mencuri, dan sampah masyarakat yang harus diasingkan42.

Menurut Kementerian Sosial, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya43. Anak jalanan selanjutnya disebut anak adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Sampai saat ini

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum yuridis empiris (sosiologis). Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Batik Brotoseno Sragen. Sumber data menggunakan data primer

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian yuridis-empiris, dimana penelitian ditujukan terhadap data- data sekunder berupa

Jenis penelitian ini kualitatif lapangan dengan pendekatan yang digunakan adalah: yuridis, sosiologis, dan norm atif syar‟i. Adapun sumber data penelitian ini adalah sumber data

Jenis penelitian ini menggunakan field research dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, data dari penelitian ini diperoleh dari data primer dan data

Lokasi penelitian di Kota Gorontalo, Jenis data yang digunakan adalah data sekunder_ Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui studi dokumen baik. berupa

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dimana data yang diperoleh baik yang sifatnya primer maupun sekunder akan

Sifat atau jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau

Jenis penelitian ini tergolong deskriptif kualitatif lapangan (Field Research) dengan menggunakan jenis pendekatan yuridis normatif dan teologis normatif. Sumber data