• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Persentase Hasil Belajar Siswa "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

91 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PRAKARYA PADA MATERI KEWIRAUSAHAAN

PENGOLAHAN MAKANAN AWETAN DARI BAHAN NABATI MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) SISWA KELAS X MIA

MAS ULUMUL QUR’AN KOTA BANDA ACEH Nurhayati1

Diterima : 02 Februari 2021 Disetujui : 17 Februari 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Prakarya dan kewirausahaan pada materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati siswa kelas XI MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Model Project Based Learning (PjBL). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh. Jumlah siswa adalah 24 siswa dengan jumlah siswa perempuan 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2019/2020 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan September 2019 sampai dengan November 2019 pada semester ganjil. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 45,83 % pada pra siklus meningkat menjadi 62,50 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,66 % pada siklus II. Penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar Prakarya dan kewirausahaan pada materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati siswa kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL), Prakarya, Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas, diharapkan peserta didik akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan serta bekal untuk menghadapi berbagai kemajuan dan tantangan zaman.

Seiring dengan kemajuan zaman, berkembang pula teori-teori pembelajaran. Teori pembelajaran, dapat digunakan sebagai bekal oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan sehingga akan tercipta iklim belajar yang menyenangkan. Pembelajaran mengarahkan siswa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena pembelajaran melibatkan skills dan attitude peserta didik sehingga mengetahui kemampuan serta passion siswa.

Salah satu model pembelajaran yang yang terbaru dan sesuai dengan Kurikulum 2013 yaitu Project Based Learning (PjBL), Novita (2015) mengungkapkan bahwa pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam berkarya, serta meningkatkan daya positif bagi peserta didik. Hayati. Abriyanti et al. (2015) menyatakan bahwa penerapan Project Based Learning pada materi Prakarya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktifitas siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Project Based Learning (PjBL) merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Menurut Patton (2012), PjBL harus melibatkan siswa dalam membuat proyek atau produk yang akan dipamerkan pada masyarakat. Project Based Learning (PjBL) pada umumnya terkait dengan pembahasan permasalahan dunia nyata. Project Based Learning (PjBL) dapat didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktifitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,

(2)

membuat, dan menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata.

Penerapan model Project Based Learning (PjBL) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada Mata Pelajaran Prakarya, sehingga mampu menumbuh kembangkan kreativitas dengan menganalisis berbagai desain karya, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses pembuatan karya, membuat dan memodifikasi karya dalam konteks kearifan lokal, kreativitas tergantung dengan sumber ide, serta lingkungan dan potensi yang sudah ada di lingkungan.

Mata Pelajaran Prakarya berbasis budaya diharapkan dapat menumbuhkan nilai “kearifan lokal dan jati diri”, dengan memanfaatkan lingkungan yang ada sebagai sumber belajar sehingga tumbuh semangat kemandirian, kewirausahaan dan sekaligus kesediaan melestarikan potensi dan nilai kearifan lokal.

Tujuan Mata Pelajaran Prakarya, diantaranya mengembangkan kreativitas melalui mencipta, merancang, memodifikasi (mengubah), dan merekonstruksi sekaligus mengapresiasi teknologi kearifan local. Karya yang dihasilkan dengan tangan, didalamnya terdapat unsur kreativitas. Guna mencapai hal tersebut diperlukan latihan dengan memahami estetika (keindahan) sebagai dasar karya untuk mencipta, memproduksi dan memelihara yang ada dan menemukan nilai kebaharuan (novelty). Mata Pelajaran Prakarya sangat berkaitan dengan pendidikan kejuruan, dimana materi Prakarya dengan 4 aspek yang terdiri dari: kerajinan, rekayasa, pengolahan dan budidaya masuk dalam keterampilan atau vokasi.

Salah satu materi pada Prakarya yaitu pengawetan bahan nabati materi pengolahan dan wirausaha.

Pembelajaran ini siswa di harapkan mampu berkreasi dengan kreativitas yang mereka miliki, di sini guru mengarahkan siswa untuk membuat sebuah pengolahan produk pengawetan yang bersumber dari bahan nabati maupun hewani dan sesuai dengan kompetensi sekolah. Pembelajaran ini tidak hanya menuntut siswa untuk dapat menciptakan sebuah produk tetapi siswa juga harus kreatif karena seorang wirausaha adalah orang yang mampu mengambil resiko dan mampu menciptakan ide-ide yang kreatif guna menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai jual.

Pembelajaran pengawetan bahan nabati pada materi pengolahan dan wirausaha ini di ajarkan dengan tujuan memberi pengetahuaan bagi siswa tentang jenis-jenis pengolahan makanan dari bahan nabati yang ada di dalam wilayah tempat tinggal mereka. dan mereka mampu menghasilkan sebuah karya produk makanan yang kreatif dan bermanfaat untuk orang lain sehingga bisa menjadi produk yang memiliki keunikan dan perbedaan dari produk-produk makanan pengawetan yang sudah ada.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti selama mengajar di MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh, pembelajaran Prakarya yang digunakan selama ini adalah dengan pembelajaran konvensional yang berisi ringkasan materi dan pendampingan, kegiatan peserta didik, dan latihan soal.

Pembelajaran Prakarya di MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh belum meningkatkan kreativitas peserta didik dalam hal praktik membuat suatu produk termasuk pengolahan makanan awetan dari bahan nabati. Masalah yang timbul di MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh yaitu motivasi peserta didik yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kreativitas mereka, serta pembelajaran yang membosankan membuat jenuh.

Selama ini pembelajaran lebih banyak bersifat teoretis dan hafalan sehingga membuat peserta didik kurang memahami dengan tujuan yang telah di tetapkan, belum adanya perangkat yang dapat menciptakan keteraturan dalam proses pembelajaran seni bunga kering. Inovasi pembelajaran yang belum dikembangkan. Pembelajaran belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan ide sendiri, guru masih mendominasi proses belajar mengajar. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar masih jarang dilakukan, permasalahan mengenai sampah yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu juga kurangnya kepedulian karya produk peserta didik hasil Prakarya dan Kewirausahaan sehingga produk yang dihasilkan pun tidak dikembangkan padalhal karya tersebut dapat menjadi produk kewirausahaan yang dapat dikembangkan.

Kesulitan lain yang di alami oleh guru adalah dalam pengembangan skenario pembelajaran seperti yang dikehendaki oleh kurikulum yaitu pembelajaran yang menginspirasi siswa untuk berpikir kreatif.

Selama ini RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat oleh guru merupakan RPP dari hasil MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), RPP dibuat dengan tidak melihat kebutuhan, latar belakang dan potensi siswa di tiap-tiap sekolah. Oleh karena itu Model Project Based Learning sangat cocok dikembangkan sesuai dengan karakteristik adalah solusi dari permasalahan yang ada.

Hasil pengamatan pembelajaran Prakarya materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati menunjukkan bahwa kemampuan mencipta produk masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada hasil pretest yaitu hanya 46,67 % peserta didik yang nilainya berada diatas KKM yaitu 76. Hasil

(3)

pembelajaran pengetahuan dan keterampilannya belum memenuhi KKM, jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu menguasai materi dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran Prakarya di MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh pada dasarnya adalah pelajaran yang menarik, peserta didik dapat mengembangkan imajinasi kreativitasnya dituangkan dalam sebuah hasil karya, apabila peserta didik mampu mempersiapkan dengan pengetahuan, sikap, materi, bahan baku, perlengkapan alat dan memiliki daya kreativitas dalam mencipta suatu hasil karya kerajinan, terutama dalam kegiatan praktek. Guna meningkatkan kreativitas dan mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual baik individu maupun kelompok diperlukan pengembangan pembelajaran dengan model Project Based Learning (PjBL).

Beberapa hasil penelitian yang menerapkan PjBL dalam pembelajaran memberikan dampak positif.

Ayu Permatasari (2015) mengungkapkan dengan adanya pengembangan pembelajaran kewirausahaan melalui Prakarya menggunakan Project Based Learning menunjukkan hasil tanggapan peserta didik yang baik. Hal ini didukung dengan hasil pengembangan pembelajaran menggunakan Project Based Learning dapat mencapai tujuan akhir pembelajaran (harapan ideal) yaitu menumbuhkan kesadaran dan semangat kewiausahaan, meningkatkan keterampilan ekonomis dan membelajarkan siswa dalam melakukan ekonomi produktif. Indayanti Wiwin (2016) menyatakan bahwa pembelajaran PjBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan belajar mandiri siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan pengembangan model Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik Mata Pelajaran Prakarya di Kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh pada materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati. Pengembangan model pembelajaran ini dapat menambah pemahaman peserta didik tentang berkarya pada Mata Pelajaran Prakarya. Selain itu penerapan model PjBL membuat proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman belajar kontekstual, melatih peserta didik berpikir kritis dan belajar mandiri dengan mengembangkan kemampuan kerjasama peserta didik dan menghasilkan produk nyata.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Prakarya siswa Kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Prakarya pada Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati siswa Kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Kota Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar

Slameto (2010) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu terjadi secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2013) berpendapat bahwa “learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing”.

Pendapat tersebut diartikan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut pengertian ini, belajar bukan sekedar mengingat atau mengahafal, akan tetapi mengalami.

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Moedjono dan Dimyanti (Yulia, 2013) hasil belajar adalah interaksi tindak belajar murid dan tindak belajar yang dilakukan guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari proses belajar dengan meningkatnya kemampuan. Sedangkan menurut Menurut Oemar Hamalik (Yania, 2012) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipandang sebagai hasil usaha belajar siswa yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman, dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap. Kaitannya dengan penilaian yang

(4)

dilaksanakan guru, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif).

2.2. Hakikat Pembelajaran Prakarya

Pembelajaran prakarya adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pengajaran untuk menciptakan karya/hasil karya melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif dan kemampuan berkreasi siswa. Pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di sekolah meliputi pemberian materi dan tugas selama di kelas. Secara garis besar prinsip prakarya dan kewirausahaan mempunyai tujuan dan dasar pijak kependidikan agar dapat menumbuhkan kepekaan terhadap produk kearifan lokal, perkembangan teknologi dan terbangunnya jiwa kewirausahaan. Dengan hal tersebut siswa diharapkan dapat menciptakan karya kreatif dan peluang usaha baru.

Mata pelajaran prakarya secara umum dirancang untuk membekali insan Indonesia agar mampu menemukan, membuat, merancang ulang dan mengembangkan produk prakarya berupa:

kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan melalui kegiatan mengidentifikasi, memecahkan masalah, merancang, membuat, memanfaatkan, menguji, mengevaluasi, dan mengembangkan produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan yang dikembangkan pada mata pelajaran ini adalah: (1) kemampuan pada tingkat meniru, memodifikasi, mengembangkan, dan menciptakan serta merekonstruksi karya yang ada, baik karya sendiri maupun karya orang lain; (2) menemukan atau mengemukakan gagasan atau ide-ide yang mampu memunculkan bakat siswa, terutama pada jenjang pendidikan dasar; (3) mengembangkan kreativitas melalui: mencipta, merancang, memodifikasi dan merekonstruksi berdasarkan pendidikan teknologi dasar, kewirausahaan dan kearifan lokal; (4) melatih kepekaan siswa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk menjadi inovator dengan mengembangkan: rasa ingin tahu, rasa kepedulian, rasa keindahan; (5) membangun jiwa mandiri dan inovatif siswa yang berkarakter:

jujur, bertanggungjawab, disiplin, peduli dan toleransi; (6) menumbuh kembangkan pola pikir teknologis dan estetis: cekatan, ekonomis dan praktis.

Konsep pembelajaran Prakarya pada penelitian ini menggunakan lingkungan, terutama tumbuhan sebagai materi pembelajaran,yang mengutamakan kearifan lokal. Konsep belajar yang mengidentikkan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar. Peserta didik dibawa langsung kedunia yang kongkrit dimana lingkungan dapat digunakan setiap saat kapanpun dan dimanapun, motivasi belajar lebih bertambah karena peserta didik mengalami suasana belajar yang berbeda dan menyenangkan.

Mata pelajaran prakarya ditingkat SMA/MA diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mengembangkan kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian peserta didik. Barron (1982) mendefinisikan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Utami Munandar (1992) menekankan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Karya yang dihasilkan dengan tangan mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat, dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, system dan perilaku objek yang diwaspadai. Istilah cepat merujuk pada kecakapan mengantisipasi , mengurangi kesenjangan terhadap masalah maupun obyek dan memproduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi perubahan Istilah tepat merujuk kepada kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, system, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya.

Setelah mengikuti pembelajaran Prakarya di pendidikan dasar dan menengah diharapkan siswa memiliki kemampuan, mulai dari yang bersifat imitasi/meniru (guided response), yaitu meniru gerakan secara terbimbing, manipulative (membiasakan atau mekanisme), dan presisi/mahir (complex or overt response) yaitu melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi. Ditinjau dari produk, aspek yang dipelajari meliputi kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan.

2.3. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Definisi Project Based Learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000). Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana peserta didik harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi. Adapun menurut George Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana

(5)

peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada peserta didik untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri atau kelompok. Kemandirian peserta didik dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya merupakan tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada peserta didik agar terbiasa dalam belajar bila menggunakan PjBL. Peserta didik tingkat SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam menyelesaikan tugas proyek bahkan peserta didik tingkat SMA. Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Melalui PjBL, proses inquiri, dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada proses pembelajaran, guru sebagai pendidik dan fasilitator hendaknya dapat mengembangkan dan mempersiapkan pembelajaran secara matang, sehingga pembelajaran aktif dan peserta didik termotivasi untuk menghasilkan karya yang kreatif. Guru menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan.

Mata pelajaran Prakarya secara umum dirancang untuk membekali insan Indonesia agar mampu menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kerjasama, jujur, percaya diri, dan mandiri dalam berkarya menganalisis desain produk, sumber daya, dan proses pembuatan karya.

Mendesain produk dan proses pembuatan karya, dengan melatih keterampilan mencipta, kritis terhadap kemajuan seni dan dapat memanfaatkan karya kearifan lokal, media, dan bahan dengan cepat, cekat, dan tepat yang menghasilkan karya jadi, maupun apresiatif yang siap dimanfaatkan dalam kehidupan.

2.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Tahapan Project Based Learning dalam Abidin (2013) adalah sebagai berikut:

o Pra proyek pada tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran, pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.

o Fase 1 Mengidentifikasi masalah pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut peserta didik mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.

o Fase 2 Membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek, pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.

o Fase 3 Melaksanakan penelitian, tahap ini peserta didik melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan penelitian tersebut peserta didik mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relavan dengan penelitian yang dilakukan.

o Fase 4 menyusun draf/prototipe produk. Pada tahap ini peserta didik mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.

o Fase 5 Mengukur, Menilai, dan memperbaiki produk, pada tahap ini peserta didik melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut. Pada praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.

o Fase 6 finalisasi dan publikasi produk pada tahap ini peserta didik melakukan finalisasi produk.

Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk dipublikasikan. Pascaproyek pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan peserta didik.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam proses belalar mengajar, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),

(6)

dengan rancangan model siklus yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MAS Ulumul Qur’an Banda Aceh pada tahun pelajaran 2019/2020 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan September s.d November 2019 pada semester ganjil. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Banda Aceh. Dengan jumlah 24 siswa perempuan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan Model PjBL dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum penerapan Model PjBL pada materi Kewirausahaan pengolahan makan awetan dari bahan nabati dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan Model PJBL dalam Pembelajaran

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aisyah Rahmatillah P 76 60 Tidak tuntas

2 Alifya Zhavira P 76 80 Tuntas

3 Arkinal Faranis P 76 50 Tidak tuntas

4 Audri Nabila P 76 40 Tidak tuntas

5 Aulia Farhadita P 76 80 Tuntas

6 Cindy Reginata P 76 80 Tuntas

7 Dian Dinita P 76 50 Tidak tuntas

8 Fani Harmina P 76 80 Tuntas

9 Fatin Rizqia P 76 70 Tidak tuntas

10 Filzah Arwanis P 76 40 Tidak tuntas

11 Haura Nasywa P 76 50 Tidak tuntas

12 Shahiyatul Ulya P 76 70 Tidak tuntas

13 Ica Nacela P 76 80 Tuntas

14 Iffatun Nisa P 76 40 Tidak tuntas

15 Jihan Fadila P 76 60 Tidak tuntas

16 Lidya Khairuna P 76 80 Tuntas

17 Maisar Hanifa P 76 80 Tuntas

18 Mawaddah Azkia P 76 50 Tidak tuntas

19 Miftahul Jannah P 76 80 Tuntas

20 Najla Ramadhani P 76 80 Tuntas

21 Nazilah Amalia P 76 50 Tidak tuntas

22 Niswatul Azkia P 76 80 Tuntas

23 Nur Hafizah P 76 70 Tidak tuntas

24 Nurul Izzati P 76 80 Tuntas

Jumlah 1580

Jumlah Rata-rata 65,83

Persentase (%) 45,83%

Berdasarkan Tabel 1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 45,83 %. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pretest adalah 65,83. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

Setelah penerapan Model PjBL pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap Kewirausahaan pengolahan makan awetan dari bahan nabati, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan Model PjBL pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

(7)

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aisyah Rahmatillah P 76 80 Tuntas

2 Alifya Zhavira P 76 80 Tuntas

3 Arkinal Faranis P 76 60 Tidak tuntas

4 Audri Nabila P 76 50 Tidak tuntas

5 Aulia Farhadita P 76 90 Tuntas

6 Cindy Reginata P 76 100 Tuntas

7 Dian Dinita P 76 70 Tidak tuntas

8 Fani Harmina P 76 90 Tuntas

9 Fatin Rizqia P 76 70 Tidak tuntas

10 Filzah Arwanis P 76 60 Tidak tuntas

11 Haura Nasywa P 76 60 Tidak tuntas

12 Shahiyatul Ulya P 76 90 Tuntas

13 Ica Nacela P 76 90 Tuntas

14 Iffatun Nisa P 76 60 Tidak tuntas

15 Jihan Fadila P 76 70 Tidak tuntas

16 Lidya Khairuna P 76 100 Tuntas

17 Maisar Hanifa P 76 90 Tuntas

18 Mawaddah Azkia P 76 70 Tidak tuntas

19 Miftahul Jannah P 76 100 Tuntas

20 Najla Ramadhani P 76 90 Tuntas

21 Nazilah Amalia P 76 80 Tuntas

22 Niswatul Azkia P 76 100 Tuntas

23 Nur Hafizah P 76 90 Tuntas

24 Nurul Izzati P 76 80 Tuntas

Jumlah 1920

Jumlah Rata-rata 80,00

Persentase (%) 62,50 %

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest sebelum penerapan Model PjBL. Berdasarkan Tabel 2, dari 24 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Model PJBL terdapat 15 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 9 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 62,50 %, dengan nilai rata-rata 80,00. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan penerapan Model PjBL yang sama dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah penerapan Model PjBL pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi Kewirausahaan pengolahan makan awetan dari bahan nabati, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan Model PjBL pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aisyah Rahmatillah P 76 90 Tuntas

2 Alifya Zhavira P 76 90 Tuntas

3 Arkinal Faranis P 76 70 Tidak tuntas

4 Audri Nabila P 76 70 Tidak tuntas

5 Aulia Farhadita P 76 100 Tuntas

(8)

6 Cindy Reginata P 76 100 Tuntas

7 Dian Dinita P 76 80 Tuntas

8 Fani Harmina P 76 100 Tuntas

9 Fatin Rizqia P 76 90 Tuntas

10 Filzah Arwanis P 76 80 Tuntas

11 Haura Nasywa P 76 80 Tuntas

12 Shahiyatul Ulya P 76 100 Tuntas

13 Ica Nacela P 76 90 Tuntas

14 Iffatun Nisa P 76 80 Tuntas

15 Jihan Fadila P 76 90 Tuntas

16 Lidya Khairuna P 76 100 Tuntas

17 Maisar Hanifa P 76 100 Tuntas

18 Mawaddah Azkia P 76 90 Tuntas

19 Miftahul Jannah P 76 100 Tuntas

20 Najla Ramadhani P 76 100 Tuntas

21 Nazilah Amalia P 76 100 Tuntas

22 Niswatul Azkia P 76 100 Tuntas

23 Nur Hafizah P 76 100 Tuntas

24 Nurul Izzati P 76 90 Tuntas

Jumlah 2190

Jumlah Rata-rata 91,25

Persentase (%) 91,66%

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 3, dari 24 siswa terdapat 22 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 70. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 91,66% dengan nilai rata-rata 91,25. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

4.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Penerapan Model PjBL pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran mengggunakan Model PjBL. Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan pembelajaran menggunakan Model PjBL dan adanya kebiasaan buruk siswa untuk menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.

Berdasarkan hasil test dan hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, dan juga perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.

Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami peningkatan yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan Model PjBL telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Prakarya Dan Kewirausahaan pada siswa terutama pada materi Kewirausahaan pengolahan makan awetan dari bahan nabati. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.

(9)

Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan Model PjBL hanya mampu memberikan persentase 45,83 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan Model PjBL telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 62,50 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 91,66 % pada siklus II.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 45,83 % pada pra penelitian meningkat menjadi 62,50 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,66 % pada siklus II.

2) Secara keseluruhan penerapan Model PjBL dapat meningkatkan hasil belajar Prakarya Dan Kewirausahaan pada materi kewirausahaan pengolahan makanan awetan dari bahan nabati siswa kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan, maka disarankan:

1) Bagi Sekolah

Agar sekolah dapat mensosialisasikan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Bagi Guru

Model PjBL dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan terutama pada materi kewirausahaan pengolahan makanan awetan dari bahan nabati.

3) Bagi Siswa

Siswa kelas X MIA MAS Ulumul Qur’an Banda Aceh diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan tetap berani mengungkapkan pendapatnya dan tetap aktif dalam proses pembelajaran.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Abidin, Zainal. 2013. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

[2] Barron, R. 1982. An Introduction to Philosophy of Education. London: Methuen. Buku Materi Pelatihan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Mata Pelajaran Prakarya tahun 2014.

Jakarta: Depdikdas

[3] Hamalik, O. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

[4] Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat Anak. Jakarta : Gramedia.

45,83%

62,50%

91,66%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

pra siklus siklus I siklus II

Persentase Hasil Belajar Siswa

pra siklus siklus I siklus II

(10)

[5] NYC Department of Education. 2009. Project Based Learning: Inspiring Middle School Students to. Engange in Deep and Active Learning. NYC Department of Education: New York.

[6] Patton, M. Q. 2012. Essentials of Utilization-Focused Evaluation. California: SAGE Publications.

[7] Pesanggrahan Guru. 2016. Prakarya dan Kewirausahaan. Bandung: Yrama Widia.

[8] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

[9] The George Lucas. 2005. Educational Foundation. Instructional Module Project. Based Learning [10] Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Project Based Learning. Electronic. Journal of

Science Education.

[11] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana.

[12] Yania Risdiawati. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

[13] Yulia yastin. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Arcihievement Division (STAD) pada Siswa kelas IV Mandonga Kota Kendari: Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Kendari.

Referensi

Dokumen terkait

This addendum concerns a: [ ] Modification of final date for comments [X] Notification of adoption, publication or entry into force of regulation [ ] Modification of content and/or