Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
233 PENERAPAN METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA PADA MATERI TEKS CERITA SEJARAH SISWA KELAS XII IPA 4 MAN 1 BANDA ACEH
Wirda Ningsih1
Guru Bahasa Indonesia / MAN 1 Banda Aceh
Diterima : 17 Juni 2021 Disetujui : 22 Juni 2021 Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Teks Cerita Sejarah siswa kelas MAN 1 Banda Aceh. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Mind Mapping. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67 % pada pra siklus meningkat menjadi 66,67 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,67 % pada siklus II. Penggunaan Metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Teks Cerita Sejarah siswa kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Mind Mapping. Bahasa Indonesia, Teks Cerita Sejarah
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Dalam modul Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 diuraikan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
234 Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Laporan terakhir dari TIMSS dan PISA yang diselenggarakan tiap empat tahun sekali bahwa hasil TIMSS tahun 2015 untuk bidang sains Indonesia menempati ranking 45 dari 48 negara, sementara untuk bidang matematika, Indonesia menempati peringkat 45 dari 50 negara.
Sedangkan untuk hasil PISA tahun 2015, berturut-turut untuk bidang sains Indonesia berada di peringkat 62, bidang matematika peringkat 63, dan kemampuan membaca peringkat 64 dari 70 negara yang disurvei oleh PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Salah satu karakteristik yang menjadi acuan dalam merancang kurikulum 2013 adalah mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Karakteristik tersebut dituangkan dalam bentuk kompetensi inti dan dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Demikian pula, untuk setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi tetap berpedoman pada pendidikan karakter, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik seperti yang menjadi ciri khas kurikulum 2013.
Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk tingkat SMA/ SMK, materi disajikan dalam bentuk teks (bergenre teks). Pembelajaran berbasis teks adalah salah satu model pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif (Priyatni, 2014). Tahap-tahap pembelajaran berbasis teks terdiri dari pembangunan konteks (building knowledge of the field), pemodelan teks (modelling of text), pemecahan masalah bersama (joint construction of text), dan pemecahan masalah secara mandiri (independent construction of text). Tahap- tahap tersebut kemudian dibagi dalam tiga kegiatan pokok dalam pembelajaran yaitu pembangunan konteks, kerja bersama membangun teks, dan kerja mandiri membangun teks. Ketiga kegiatan ini selalu dimulai dengan membaca sebuah teks. Kegiatan membaca inilah yang dalam pelaksanaannya dilakukan tetapi belum mendapatkan hasil maksimal. Dalam arti, peserta didik hanya sekadar membaca tanpa berusaha untuk memahami atau mencari tahu informasi penting yang terdapat dalam teks yang dibacanya.
Kondisi ini kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Disebutkan bahwa pembudayaan budi pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah. Pelaksanaan pembudayaan budi pekerti didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan diantaranya untuk menumbuhkan penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri. Kegiatan gerakan penumbuhan budi pekerti di sekolah melalui pembiasaan mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh. Kegiatan wajib yang dilakukan adalah menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari). Kegiatan ini lebih dikenal dengan Literasi Sekolah. Demikian pentingnya kegiatan membaca hingga pemerintah mewajibkan kegiatan membaca ini dilakukan setiap hari selama 15 menit pada awal pembelajaran di sekolah.
Meskipun masih pada tahap awal pelaksanaan, tetapi kegiatan literasi sekolah ini sangat membantu dalam upaya membiasakan peserta didik untuk gemar membaca. Hal ini juga membantu dalam proses pemelajaran bahasa Indonesia yang selalu dimulai dengan kegiatan membaca teks. Dengan gemar membaca akan membuka cakrawala berpikir dan memperluas wawasan seseorang. Membaca adalah sumber utama bagi ilmu pengetahuan (Tarigan, 2008). Melalui kegiatan pembiasaan membaca diharapkan dapat menumbuhkan sikap kritis menambah pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Kemampuan membaca seseorang dapat dilihat dari faktor-faktor kecepatan membacanya. Kecepatan membaca harus juga dibarengi oleh pemahaman isi. Di samping itu, kecepatan membaca juga mengandung berbagai implikasi seperti tujuan membaca, tingkat keterbacaan bahan bacaan, teknik-teknik membaca, motivasi, dan penalaran. (Tampubolon, 2008).
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh dalam kegiatan membaca teks belum mencapai hasil maksimal. Berdasarkan hasil observasi, hal ini karena minat peserta didik dalam hal membaca masih kurang, apalagi membaca teks pada buku pelajaran.
Kebiasaan yang dilakukan peserta didik adalah membaca hanya untuk memenuhi tugas dari guru.
Di sisi lain, kegiatan membaca dalam pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya bertujuan untuk memahami isi bacaan atau teks. Namun, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menganalisis berbagai aspek yang terdapat dalam teks. Jika kemampuan membaca peserta didik masih kurang, maka peserta didik tidak dapat menganalisis berbagai aspek yang terdapat dalam teks. Aspek tersebut diantaranya adalah jenis teks, struktur teks, kaidah kebahasaan, dan pesan yang disampaikan oleh teks tersebut.
Untuk dapat memahami dan menganalisis teks diperlukan kemampuan membaca yang memadai.
Berdasarkan observasi terhadap siswa, masih kurangnya pemahaman mereka terhadap teks karena membaca teks yang cukup panjang itu membosankan, melelahkan, dan memahami bacaan atau teks itu membutuhkan konsentrasi. Di samping itu, memahami kalimat majemuk bertingkat yang banyak digunakan dalam teks cerita sejarah juga cukup sulit. Kondisi inilah yang menjadi alasan siswa sehingga kemampuan membaca pemahaman teks cerita sejarah mereka masih belum maksimal.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh dimulai dengan kegiatan pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah, dilanjutkan dengan kerja bersama dan kerja mandiri membangun teks cerita sejarah tersebut. Pada kegiatan pembangunan konteks, peserta didik membaca teks kemudian menemukan struktur dan kaidah kebahasaan dari teks tersebut.
Kemampuan membaca yang masih kurang karena kurangnya motivasi dan peserta didik dalam membaca hanya sekadar membaca, maka kegiatan ini belum mendapatkan hasil optimal. Sebagian peserta didik masih kesulitan dalam menemukan gagasan pokok tiap paragraf dan informasi tersirat dalam teks.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai pengetahuan mereka pada tugas mencari informasi penting dan gagasan pokok dari sebuah teks cerita sejarah. Berdasarkan masalah di atas, pada kegiatan berikutnya yaitu kerja bersama membangun teks cerita sejarah. Penelitian akan dilakukan dalam meningkatkan kemampuan membaca pada teks cerita sejarah dengan menerapkan metode Mind Mapping (peta pikiran) agar mendorong siswa untuk terampil memahami teks cerita sejarah secara tertulis.
Penggunaan metode Mind Mapping dalam meningkatkan kemampuan membaca pada teks cerita sejarah dipilih karena lebih sesuai diterapkan dibandingkan dengan metode-metode pembelajaran yang lainnya. Hal ini disebabkan metode Mind Mapping dibentuk dari gagasan-gagasan yang berbentuk peta pikiran pada teks cerita sejarah sehingga membuat siswa lebih mudah memahami hasil dari bacaan pada teks tersebut.
Penggunaan Mind Mapping dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa untuk berpikir analitis, menjelaskan sesuatu dengan sistematika yang baik, dan menggunakan logika yang tepat.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan siswa di kelas kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh dalam memahami teks cerita sejarah menggunakan metode Mind Mapping. Jika hasilnya maksimal, maka diharapkan guru-guru lain juga dapat menerapkannya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menyusun teks cerita sejarah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Teks Cerita Sejarah Siswa Kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019”.
1.2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
a) Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada Materi Teks Cerita Sejarah siswa Kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
236 2. Metode Penelitian
2.1. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) diawali dengan refleksi awal yang dilakukan peneliti yang berkolaborasi dengan partisipan mencari informasi lain untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal atau mencari masalah yang ada pada tempat yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Secara umum penelitian tindakan kelas memiliki desain dengan 4 langkah utama, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, serta refleksi.
Penelitian ini direncanakan terdiri atas 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri atas 2 kali tatap muka.
Setiap tatap muka berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pada akhir setiap siklus dilakukan revisi tindakan, dan evaluasi hasil belajar. Pelaksanaan tindakan setiap siklus mengikuti langkah-langkah skenario sebagai berikut:
Siklus I :
a. Merancang tindakan siklus I b. Melaksanakan tindakan siklus I c. Mengevaluasi hasil observasi siklus I d. Mengadakan refleksi siklus I
Siklus II :
a. Merancang tindakan siklus II berdasarkan refleksi siklus I b. Melaksanakan tindakan perbaikan siklus II
c. Mengevaluasi hasil observasi siklus II d. Mengadakan refleksi siklus II
2.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 24 siswa laki-laki pada semester ganjil.
2.3. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh yang berada di Jalan Pocut Baren No.116 Desa Keuramat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Dilaksanakan dilaksanakan mulai dari bulan September 2019 s.d November 2019 pada semester ganjil.
2.4. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil belajar dilakukan dengan rumus persentase menurut Depdiknas (2003):
% 100 N x P f
Keterangan : P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah Skor Maksimal
2.5. Indikator Keberhasilan
Indikator dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator kinerja seperti rata-rata, ketuntasan atau KKM dan hasil belajar. Dari segi kinerja ditandai dalam proses pembelajaran baik dalam kerja kelompok maupun diskusi kelompok sesuai dengan rencana dan memenuhi tahap-tahap pembelajaran metode Mind Mapping dan hasil evaluasi pemahaman siswa jika semua siswa kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh memperoleh nilai ketuntasan persentase 85%. Maka siklus berikutnya tidak dilanjutkan lagi karena indikator keberhasilan telah tercapai.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal
Hasil pretest siswa sebelum penerapan metode Mind Mapping pada materi Teks Cerita Sejarah dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Pretest Siswa
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai terendah 40
3 Rata-rata 60,83
4 Ketuntasan Klasikal 41,67 %
Berdasarkan tabel 1 di atas, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 41,67 %. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pretest adalah 60,83. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.
3.2. Hasil Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1) Merancang silabus 2) Merancang RPP
3) Menyusun instrument tes
4) Mendesain bahan ajar sesuai dengan materi.
b. Pelaksanaan
Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III dilaksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 10 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi Teks Cerita Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai terendah 60
3 Jumlah siswa dengan nilai
mencapai KKM 16
4 Jumlah siswa yang nilai belum
mencapai KKM 8
5 Rata-rata 77,50
6 Ketuntasan Klasikal 66,67%
Berdasarkan tabel 2 di atas, dari 24 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode Mind Mapping terdapat 16 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 8 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 66,67 %, dengan nilai rata-rata 77,50. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan penerapan metode Mind Mapping yang sama dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.
c. Refleksi
Setelah siklus I selesai dilaksanakan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa, maka peneliti ingin melakukan sebuah tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
238
1)
Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru.2)
Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik.3)
Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.3.3. Hasil Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari.
2) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk digunakan pada pembelajaran yang akan dilakukan.
4) Menyiapkan instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran.
5) Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pelaksanaan
Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III dilaksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 24 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi Teks Cerita Sejarah, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai terendah 60
3 Jumlah siswa dengan nilai
mencapai KKM 22
4 Jumlah siswa yang nilai belum
mencapai KKM 2
5 Rata-rata 91,25
6 Ketuntasan Klasikal 91,67%
Berdasarkan tabel 3 di atas, dari 24 siswa terdapat 22 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 60. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 91,67% dengan nilai rata-rata 91,25. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.
c. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik setelah penerapan metode Mind Mapping. Pada siklus II, siswa terlihat lebih memiliki keseriusan dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran melakukan dengan aktif dan tertib. Pada siklus II semua siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
3.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan metode Mind Mapping telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa terutama pada materi Teks Cerita Sejarah. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan Metode Mind Mapping hanya mampu memberikan persentase 41,67%. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan Metode Mind Mapping telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 66,67 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 91,67% pada siklus II.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67 % pada pra penelitian meningkat menjadi 66,67 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,67 % pada siklus II. Secara keseluruhan penerapan Metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Teks Cerita Sejarah siswa kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
4.2. Saran
Berdasarkan simpulan, maka disarankan:
1) Bagi Sekolah
Agar sekolah dapat mensosialisasikan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Bagi Guru
Metode Mind Mapping dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada materi Teks Cerita Sejarah.
3) Bagi Siswa
Siswa kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan tetap berani mengungkapkan pendapatnya dan tetap aktif dalam proses pembelajaran.
5. Daftar Pustaka
[1] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
[2] Atmazaki. 2013. Penilaian Alternatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Padang: Unp Press.
[3] Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
[4] Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
[5] Hakim Thursan. 2000. Belajar Secara efektif. Jakarta: Pupsa Swara.
[6] Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar.
[7] Hartono, dkk. 2012. PAIKEM. Pekan Baru: Zanafa Publishing.
41,67%
66,67%
91,67%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
pra siklus siklus I siklus II
Persentase Hasil Belajar Siswa
pra siklus siklus I
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
240 [9] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas XII Semester 1. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
[10] Kosasih, E dan Endang Kurniawan. 2018. Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
[11] Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[12] Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
[13] Olivia, Femi. 2013. Menit Asik Mind Mapping Kreatif. Jakarta : PT.Gramedia.
[14] Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesias Dalam Kurikulum 2013.
Jakarta : Bumi Aksara.
[15] Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta [16] Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.
[17] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta