• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online

N/A
N/A
Veronika Sijabat

Academic year: 2024

Membagikan "Persepsi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1. Carilah contoh artikel ilmiah,baik artikel penelitian maupun artikel konseptual masing masing satu artikel. Anda boleh mencarinya di jurnal-jurnal tercetak ataupun di jurnal jurnal online. Sesudah di dapat, struktur teks yang berlaku dan setiap tahapan sudah mengandung genre mikro yang diharapkan. Kemudian, anda perhatikan pula secara cermat apakah genre mikro yang ada dapat mengemban fungsi retoris yang

diharapkan. Kalau ternyata belum,anda sempurnakanlah dengan membuat rekonstruksinya dengan Bahasa Anda sendiri .

PENELITIAN

Volume 10 No. 2 September 2018 P-ISSN 2086-6151 E-ISSN 2579-3438

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/wanastra http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/wanastra

Persepsi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online

Nuryansyah Adijaya1, Lestanto Pudji Santosa2

1Universitas Esa Unggul, Jakarta email: nuryansyah@esaunggul.ac.id

2Universitas Esa Unggul, Jakarta

email : lestanto.pudjisantosa@esaunggul.ac.id

Cara Sitasi:

Adijaya, N., & Santosa, L. P. (2018). Persepsi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online.

Wanastra, 10(2), 550.

Abstract - Internet connection has become inseparable part in modern life because it can help people do their activities easier in many areas of work, including in education. Thus, many education practitioners and institutions create online learning to support their

learning-teaching process. Online learning is also considered more practical to hold learning teaching activities because it does not need a classroom to run the activities. So, lecture and students can create a class from different place. However, online learning faces some problems in its application; student’s interaction and learning environment. Therefore, this study is intended to explore those problems based on students’ perception. Survey research with Likert scale technique was used to get the data by giving 100 students questioners. But, only 54 students returned the questioners. Based on the questioners that have been analyzed, researchers found that students face some problems to interact, not only with other students but also with lecturer. It is shown by high percentage of students’ disagreement to statements that declare students’ interaction in online class already support them in learning process.

Likewise learning environment, students feel that learning environment in online learning less support them in learning teaching process. Thus, to help students develop their interaction

(2)

and learning environment, lecturers can facilitate them by creating a group in social media to interact and boost learning environment atmosphere among class members.

Keywords: Online learning, Student’s interaction, Learning environment

(3)

PENDAHULUAN

Di era globalisasi seperti sekarang ini dimana mobalitas dan aktivitas manusia sangat tinggi, koneksi internet menjadi hal yang sangat dibutuhkan dan sulit dipasahkan dalam kehidupan manusia untuk membantu berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan ekonomi, budaya, pertahanan dan lain sebagainya, (Fallows, 2004). Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, seseorang yang ingin membeli sesuatu harus pergi ke toko atau supermarket untuk mendapatkan barang yang dinginkan, tetapi sekarang ia tidak perlu lagi melakukan hal tersebut. Dia cukup mengandalkan konkesi internet untuk mencari barang yang diinginkan dan untuk mengantarkan barang itu sampai ke tangannya cukup dengan memesan angkutan yang bisa dipesan melalui applikasi berbasis koneksi internet. Mengingat banyak manfaat dari internet bagi kehidupan manusi, muncul pemkiran dari berbagai ahli pendidikan untuk memanfaatkan koneksi internet dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan mengintegrasikan koneksi internet, diharapkan kegiatan pembelajaran akan memberi kemudahan dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat memberi hasil belajar yang lebih baik. Sistem pembelajaran dengan mengintegrasikan koneksi internet dengan proses belajar mengajar dikenal dengan sistem Online learning atau sistem belajar virtual, (Bentley, Selassie, &

Shegunshi, 2012). Online learning sampai saat ini masih dianggap sebagai terobosan atau paradigma baru dalam kegiatan belajar mengajar dimana dalam proses kegiatan belajar mengajar karena antara mahasiwa dan dosen tidak perlu hadir ruang kelas. Mereka hanya mengandalkan koneksi internet untuk melakukan proses kegiatan belajar dan proses tersebut dapat dilakukan dari tempat yang berjauhan.

Karena kemudahan dan kepraktisan sistem perkuliahan virtual atau online learning, tidak heran bila banyak institusi yang menggunakan perkuliahan online. Dengan demikian pembelajaran online dapat

dilakukan dari manapun mahasiswa dan dosen berada. Namun pertanyaannya adalah apakah aktifitas dan psikologi belajar dalam pembelajaran online memiliki nuansa yang sama atau sekurangnya mendekati dengan aktivitas dan psikologi belajar dalam pembelajaran tatap muka.Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran online; materi ajar, interaksi belajar, dan lingkungan belajar. (Fortune, Spielman, & Pangelinan, 2011) dan

Diterima: 28-07-18 Direvisi: 28-08-18 Disetujui: 24-09-18

(Roberts & McInnerney, 2007). Materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran online apakah sudah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa?, apakah instruksi-instruksi dalam materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran online mudah dimengerti oleh mahasiswa?, dan lain sebagainya. Interaksi belajar juga memegang peranan penting dalam proses belajar-mengajar.

((Su, Bonk, Magjuka, Liu, & Lee, 2005)) menjelaskan bahwa memiliki peranan penting dalam proses pembelajar untuk membangun hubungan baik sesama mahasiwa maupun antara mahasiswa dan dosen. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa interaksi belajar sangan penting dibangun dalam proses pembelajaran. Tetapi pertanyaannya adalah apakah interkasi belajar sudah terbangun dalam pembelajaran online untuk mendukung dalam kegiatan pembelajaran? Sebagai contoh dalam perkuliahan tatap muka bila seoarang

mahasiswa tidak memahami sesuatu dalam pembelajaran, ia dapat langsung menanyakan hal tersebut kepada mahasiswa lain maupun dengan dosen dan ia akan langsung mendapatkan penjelasan dari mereka. Setelah itu mahsiswa dan dosen yang menjelaskan dapat

menanyakan langsung “apakah sudah paham?” bila belum, maka dosen atau mahasiswa yang ,menjelaskan dapat menanyakan lagi “bagian mana yang tidak paham?”, proses

(4)

interaksi belajar harus tetap terjaga dalam membatu mahasiswa dalam proses belajar. Yang terakhir adalah lingkungan belajar. Hal ini juga penting dalam memmbantu mahaiswa dalam proses belajar. lingkungan belajar memiliki peranan besar dalam membantu mahasiswa dalam proses belajar karena dapat memberi semangat. (Ado, 2015).

Berdasarkan kajian di atas mengenai permasalahan yang mungkin muncul dalam pembelajaran online yaitu mengenai interaksi mahasiswa, dan lingkungan belajar, maka peneliti tertarik untuk mengeksplorasi hal-hal tersebut di dalam mata kuliah TOEFL 2 yang dilakukan secara online. Sedangkan permasalahan materi ajar telah dikaji pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua pertanyaan penelitian: (1) Apa persepsi mahasiswa terhadap interaksi belajar antara mahasiswa dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen? dan (2) apa persepsi mahasiswa tentang lingkungan belajar dalam pembelajaran online?

Pembelajaran online dan Permasalahannya

Pembelajaran online atau pembelajaran virtual dianggap sebagai paradigma baru dalam proses pembelajarn karena dapat dilakukan cara yang sangat mudah tanpa harus bertatap muka di suatu ruang kelas dan hanya mengandalkan sebuah aplikasi berbasis koneksi internet maka proses pemebelajaran dapat berlangsung.Pembelajaran online adalah sebuah jenis proses pembelajaran yang mengandalakan koneksi internet untuk mengadakan proses pembelajaran. (Kučírková, 2012) dan (Moore, Dickson-Deane, & Galyen, 2011).

Berdasarkan penjelsan tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen dan mahasiwa dapat melakukan pembelajaran hanya dengan mengadalakan koneksi internet dan mereka tidak perlu ruang kelas untuk melakukan proses pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, Pembelajaran online bukan suatu jenis pembelajaran yang tanpa permasalahan dalam prosesnya. Ada beberapa permasalahan yang biasa muncul dalam pembelajaran online, seperti yang dikatakan oleh bahwa ada tiga hal permasalahan yang biasa muncul dalam pembelajaran online; penggunaan materi ajar, interaksi mahasiswa, dan suasana belajar.

(Fortune et al., 2011) dan (Roberts & McInnerney, 2007). Materi ajar memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai sumber kajian dalam belajar. Interaksi mahasiwa salah satu faktor untuk membantu mahasiswa dalam menggapai hasil belajar yang lebih optimal. Tidak kalah penting dari materi ajar dan interaksi mahasiwa, lingkugan belajar juga memiliki peranan penting bagi mahasiswa mengapai hasil belajar yang lebih baik.

Interaksi Mahasiswa

Interaksi mahaiswa sangat penting dalam proses pembelajaran baik antara mahasiswa dengan mahasiswa maupun antara mahassiwa dengan doesn untuk membangkity semangat belajar, sehingga yang pada akhirnya mahasiwa dapat menggapai hasil yang lebih maksimal.

Interaksi mahasiswa dengan mahasiwa dan mahaiswa dengan dosen harus selalu dibangun untuk meningkatkan komunikasi dan diskusi tentang setiap kegiatan dalam proses belajar mengajar (Lin & Lin, 2015). Sebagai contoh bila seorang siswa tidak memahami sebuah pertanyaan atau konsep, ia dapat bertanya kepada mahasiwa untuk menjelaskan permasalahan tersebut hingga ia mengerti dan sebaliknya bila mahasiswa yang menjelaskan tersebut ada permasalahan maka ia dapat bertanya kepada mahasiswa lain. Bila mahasisawa-mahasiwa tersebut tidak mengatasi permasalahan tersebut maka mereka dapat bertanya kepada dosen.

Interaksi tersebut harus tetap terjaga karena dapat membantu mereka mncapai hasil belajar yang lebih baik.

(5)

Lingkungan Belajar

Lingkunan belajar perperan sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana nyaman dan motivasi mahsiswa dalam belajar sehingga mahasiswa dapat menggapai hasil belajar yang lebih baik. Lingkangan belajar menjadi salah satu bagian penting dalam membantu mahasiswa memiliki semangat belajar yang lebih baik, oleh karena itu lingkungan belajar harus mampu menciptakan ketenangan serta dapat memotivasi belajr lebih baik (Radovan & Makovec, 2015).

Volume 10 No. 2 September 2018 P-ISSN 2086-6151 E-ISSN 2579-3438

Sebagai contoh biasanya seseorang didalam kelas akan memiliki semangat yang lebih baik bila ia memiliki teman-teman yang memiliki giat dalam belajar.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Likert scale survey digunkan dalam penelitian ini, yaitu dengan menyebar angket kepada 100 mahaiswa dalam perkuliahan TOEFL yang berbasis online. Namun, dari 100 mahaisswa yang diberikan angket hanya 54 mahasiswa yang mengembalikan angket

tersebut. Metode tersebut digunakan karena cocok digunakan untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa. Metode likert scale survey adalah metode penelitian kuantitatif untuk

mendapatkan data dari sekelompok manusia dengan pendekatan setuju/tidak setuju, puas/tidak puas, dan sebagainya tentang sikap, opini, tingkah laku, atau karakteristik dari manusia tersebut. dalam jenis penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara kuantitatif, data tersebut berupa; questionaire, interview, dan data yang didapat dinalisis secara statistik untuk menunjukan trend dari respon yang diberikan oleh populasi sasaran tentang fenomena yang dibahas. (Creswell, 2012) dan (Boone & Boone, 2012). Data yang didapat dari angket tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk mengetahui kecenderungan persepsi mahasiswa terhadap interaksi mahasiswa dan lingkungan belajar dalam perkuliahan online.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari angket yang telah dianalisis, didapatkan hasil seperti berikut:

1. Hasil angket persepsi mahasiswa terhadap interaksi mahasiswa dalam pembelajaran online tersaji dalam tabel dan diagram dibawah ini.

Tabel.1: Analisis persepsi mahasiswa terhadap interaksi mahasiswa

Hasil dalam bentuk tabel di atas selanjutnya dianalisis untuk mengetahui persentase persepsi mahasiswa terhadap setiap butir pertanyaan, yang tercermin dalam diagram di bawah ini.

(6)

Berdasarkan dagram di atas tergambar bahwa mahasiswa menunjukan persepsi tidak setuju bila dikatakan bahwa interaksi mahasiswa di dalam pembelajaran online sudah mendukung mereka dalam belajar. Hal ini dibuktikan dengan alasanalasan yang mereka berikan saat merespon angket bahwa mereka memiliki kendala dalam berkomunikasi baik sesama

mahasiswa maupun dengan dosen. Berikut respon mahasiswa terhadap tiap butir pertanyaan.

1.Perkuliahan online lebih memberi kemudahan bagi saya berinteraksi dengan dosen. Dari pertanyaan tersebut, 57,41% mahasiswa menyatakan tidak setuju. Hal ini memeberi peringatan dini bagi kita semua karena interaksi antara mahasiswa dengan dosen sangat penting untuk membangun komunikasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini terjadi karena dalam perkuliahan mahasiswa dan dosen sangat jarang bertatap muka. Hal itu terbukti dari alasan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan tersebut.

2.Interaksi dengan dosen lebih mudah akrab dengan perkuliahan online. Pertanyaan berikut direspon dengan 51,85% oleh mahasiswa yang berarti bahwa dalam perkuliahan mahasiswa lebih sulit akrab dengan dosen. Hal ini karena jarangnya tatap muka antara mahasiswa dengan dosen.

Mengutarakan permasalahan yang dihadapi dalam perkuliahan kepada dosen lebih nyaman melalui

1.online seperti email daripada tatap muka. Pertanyaan tersebut direspon dengan 38, 89%

oleh mahasiswa dalam angket. Angka tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa menghadapi permasalahan dalam mengutarakan permasalahan dalam perkuliahan kepada dosen mereka. Hal dapat berakibat buruk. Karena seharusnya bila mahasiswa mengalami masalah dalam perkuliahan, maka mereka sebisa mungkin berkonsultasi kepada dosen mereka agar permasalahan tersebut dapat dicari solusinya.

2.Miskomunikasi antara dosen dan mahasiswa lebih sering terjadi dalam perkuliahan online.

38,89% dari total mahasiswa merespon bahwa miskominikasi antara dosen dengan mahasiswa sering terjadi. Hal ini dikarenakan mahasiswa dan dosen hanya melakukan interaksi melalui bahasa tulisan seperti WA. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam berkomunikasi dengan bahasa tulis, seseorang sering mehadapi miskomunikasi.

3.Berkolaborasi dengan dosen seperti penelitian bersama, kepanitian bersama dan sebagainya lebih sering terjadi dalam perkuliahan online. Dalam perkuliahan online, mahasiswa juga mengalami permasalahan untuk melakukan kolaborasi dengan dosen dengan 53,70% dari total mahasiswa menyatakan tidak setuju. Seperti yang kita ketahui bahwa baiknya dosen

(7)

sering melakukan kerjasama dalam melakukan kegitan; penelitian, abdimas, dan lain sebagianya.

4.Perkuliahan online lebih memberi kemudahan bagi saya berinteraksi dengan sesama mahasiswa. Selain permasalahan interaksi dengan dosen, ternyata perkuliahan online memberi kesulitan bagi mahasiswa berinterasksi dengan sesama mahasiswa lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan angka 35,19% dari total keseluruhan mahasiswa. Hal tersebut harus dicari solusinya, karena bila mahasiswa menghadapi masalah interaksi sesama mahasiswa, dapat mempengaruhi proses belajar. Sehingga pada akhirnya, dapat mempengaruhi hasil belajar para mahasiswa tersebut.

5.Interaksi dengan sesama mahasiswa lebih mudah akrab dengan perkuliahan online.

Pertanyaan tersebut direspon tidak setuju oleh mahasiswa sebanyak 40,74%. hal ini menandai bahwa interaksi sesama mahasiswa memiliki kendala dalam perkuliahan online.

6.Miskomunikasi sesama mahasiswa lebih sering terjadi dalam perkuliahan online, seperti membuat makalah. Untuk pertanyaan ini, sebagian besar mahasiswa merespon setuju dengan total 44,44% dari seluruh seluruh mahasiswa. Hal ini menunjukan bahwa dalam perkuliahan online sering terjadi miskomunikasi sesama mahasiswa.

7.Berkolaborasi dengan sesama mahasiswa seperti membuat penelitian bersama, lebih sering terjadi dalam perkuliahan online. Pertanyaan ini direspon tidak setuju oleh mahasiswa dengan mencapai 37,04%. Mereka mengalami kesulitan dalam berkolaborasi dengan mahasiswa lain, seperti membuat makalah bersama, penelitian bersama, dan sebagainya.

8.Menyelesaikan permasalahan sesama mahasiswa lebih mudah dalam pembelajaran online, seperti makalah kelompok yang belum lengkap. Untuk pertanyaan ini, mahasiswa

merespon tidak setuju dengan mencapai 48,15%. Hal ini menunjukan bahwa penyelasian masalah yang terjadi dalam perkuliahan online lebih sulit dilakukan.

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perkuliahan online mahasiwa mendapatkan kesulitan dalam berinteraksi baik sesama mahasiswa maupun kepada dosen.

Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat persentase tinggi yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang mengatakan interaksi mahasiswa dalam perkuliahan online telah berjalan dengan baik.

2. Hasil angket persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar dalam perkuliahan online tersaji dalam tabel dan diagram di berikut ini.

Tabel.2: Analisis persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar dalam kelas online

Data di atas dianalisis untuk mengetahui rerata pesepsi mahasiswa terhadap setiap butir pertanyaan, seperti ditunjukan pada diagram di bawah ini.

(8)

Diagram diatas menunjukan respon kurang positif mahasiswa terhadap lingkungan belajar yang terdapat pada kelas perkuliahan online. Hal ini terlihat dari tingginya persentase ketidakpuasan mahasiswa terhadap lingkungan belajar yang mereka alami di kelas online seperti berikut ini.

Volume 10 No. 2 September 2018 P-ISSN 2086-6151 E-ISSN 2579-3438

1.Lingkungan belajar perkuliahan online membantu saya memahami materi pembelejaran lebih mudah. Pertanyaan tersebut mendapat respon tidak setuju dengan angka 33,33%. hal ini dikarenakan mahasiswa merasa lingkungan belajar di perkuliahan online kurang mendukung suasana belajar. Misalnya dalam perkuliahan tatap muka, bila mahasiswa mengalami kesulitan memahami materi, maka mahasiswa tersebut dapat bertanya secara langsung kepada dosen atau mahasiswa lainnya. Dan bila mahasiswa tersebut masih belum memahami, maka ia dapat terus bertanya hingga ia paham. Namun hal ini sulit terjadi di perkuliahan online.

2.Lingkungan belajar pada perkuliahan online membangkitkan saya untuk belajar lebih giat untuk memahami materi. Pertanyaan ini mendapat respon tidak setuju sebanyak 37,04%.

Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa mengalami kekurangan semangat dalam memahami materi dalam perkuliahan online.

3.Lingkungan belajar pada perkuliahan online yang mendorong saya mengambil perkuliahan online. Pertanyaan ini mendapat respon tidak setuju sebanyak 29.63%. Menurut penjelasan mahasiswa, mereka memilih perkuliahan online karena mereka tidak memiliki waktu untuk datang ke kampus seperti bekerja.

4.Saya merasa nyaman untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam perkuliahan online. Pertanyaan ini mendapat respon netral sebanyak 42,59%. respon netral mengindikasikan bahwa mahasiswa tidak dapat memutuskan secara pasti. Karena menurut mereka hal tersebut tergantung pertanyaan tentang apa dan matakuliah apa yang mereka ambildalam perkuliahan online.

5.Saya lebih senang lingkungan belajar pada perkuliahan online daripada tatap muka. Pada pertanyaan butir 5, sebagain besar mahasiswa merespon tidak setuju yang mencapai 40,74%. menurut mereka lingkungan belajar pada perkuliahan tatap muka lebih menyenangkan dan lebih membantu dalam proses belajar.

(9)

6.Saya mengambil perkuliahan online karena memang saya suka dengan lingkungan belajar nya, bukan karena saya tidak punya waktu seperti bekerja. Pertanyaan ini direspon oleh mahasiswa dengan tidak setuju sebanyak 40,74%. Dari angka tersebut diketahui bahwa mahasiswa mengambil perkuliahan online karena faktor lain selain keinginan untuk belajar, seperti bekerja.

7.Lingkungan belajar pada perkuliahan online berkontribusi besar pada kepuasan saya dalam belajar. Pertanyaan ini direspon netral oleh sebagian besar mahasiswa dengan total 38,89%.

Sementara diurutan kedua mahasiswa merespon tidak setuju dengan angka 37,04%. alasan mereka menjawab netral adalah mereka dapat mengikuti perkuliahan tanpa merugikan tugas mereka yang lain seperti bekerja. Alasan bekerja menjadi alasan paling sering dilontarkan mahasiswa dalam mengambil perkuliahan online.

8.Saya lebih suka merespon pertanyaan secara langsung daripada melalui online seperti email. Pertanyaan ini paling banyak direspon dengan setuju dengan mencapai 50% dari total keseluruhan mahasiswa. Meneurut mereka dengan menjawab langsung suatu pertanyaan, mereka akan mendapat tanggapan langsung baik dari dosen maupun dari mahasiswa lainnya. Berbeda dengan dengan menjawab secara online, tanggapan yang diberikan memerlukan waktu.

9.Lingkungan belajar pada perkuliahan online membuat saya lebih mudah menemukan kebutuhan belajar saya. 35,19% dari total mahasiswa merespon tidak setuju. Hal ini dikarenakan mereka mengalami kesulitan mencari solusi bila mereka menghadapi masalah dalam belajar. Misalnya mereka kesulitan memahami materi yang sedang dibahas. Dalam perkuliahan tatap muka, mereka dapat bertanya langsung kepada mahasiswa maupun kepada dosen . Bila penjelasan dari dosen maupun rekan mahasiswa kurang jelas, maka mahasiswa yang mengalami dapat bertanya lagi dan lagi hingga mengerti. Namun, hal ini sulit terjadi di perkuliahan tatap muka.

10. Saya menyarankan lebih banyak lagi perkuliahan diadakan dalam bentuk online karena lingkungan belajarnya menyenangkan. Pertanyaan tersebut direspon dengan tidak setuju dan netral oleh mahasiswa masing-masing sebanyak 31,48%. Mereka menjelaskan bahwa ada beberapa jenis matakuliah yang dapat dilakukan dalam perkuliahan online dan sulit dilakukan dalam perkuliahan online. Matakuliah yang dapat lakukan dengan online adalah matakuliah yang tidak memerlukan penjelasan lebih rinci/menggunakan rumus, misalnya Agama, Pancasila, dan sebagainya. Sedangkan matakuliah yang sulit dilakukan dalam perkuliahan online adalah matakuliah yang perlu penjelasan lebih rinci/

menggunakan rumus-rumus, misalnya statistik, matematika, dan sebagainya. Dari

penjelasan ini dapat dipahami ada beberapa matakuliah yang seharusnys dilakukan dengan tatap muka dan beberapa matakuliah yang dapat dilakukan dalam perkuliahan online.

11. Lingkungan belajar pada perkuliahan online lebih memudahkan saya mengatasi masalah belajar yang saya hadapi. Pertanyaan ini direspon dengan tidak setuju dengan total mahasiswa 38,89%. Seperti yang dijabarkan di atas bahwa dalam perkuliahan online mengalami mencari solusi bila mendapat masalah dalam pelajaran. Sebagai contoh bila di dalam kelas tatap muka bila mahasiswa mengalami kesulitan memahami materi, maka mahasiswa tersebut dapat bertanya langsung baik kepada dosen, maupun kepada mahasiswa lainnya. Setelah dosen atau mahasiswa yang ditanya memberi penjelasan, maka mereka dapat bertanya langsung kepada penanya “Apakah sudah paham?”. Bila penanya masih belum memahami maka ia akan akan ditanya bagian mana yang belum paham.

(10)

Dosen atau mahasiswa akan melakukan banyak cara untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan tersebut untuk memahami, misalnya dengan memberikan ilustrasi, gerak tubuh, penjelasan yang berulangulang, dan sebagainya. Namun hal tersebut sulit ditemukan dalam perkuliahan online. Dimana dosen atau mahasiswa yang memberi penjelasan terkendala media untuk menyampaikan penjelasan.

12. Tidak ada bedanya bagi saya lingkungan belajar pada perkuliahan online dan tatap muka. Karena keduanya sama-sama menyenangkan. Sebanyak 44,44% mahasiswa merespon netral atau para mahasiswa tersebut tidak dapat menentukan sikap untuk setuju atau tidak setuju.

REFERENSI

Adijaya, N., & Santosa, L. P. (2018). Persepsi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online.

Wanastra, 10(2), 55–60.

Ado, T. (2015). Influence of Learning Environment on Students ’ Academic Achievement in Mathematics : A Case Study of Some Selected Secondary Schools in Yobe State – Nigeria. Journal of Education and Practice, 6(34), 40– 44.

Bentley, Y., Selassie, H., & Shegunshi, A. (2012). Design and evaluation of student-focused eLearning. Electronic Journal of E-Learning,

10(1), 1–12. https://doi.org/10.1007/s10648- 013-9243-1

Boone, H. N. J., & Boone, D. A. (2012). Analyzing Likert data. Journal of Extension, 50(2), 30.

https://doi.org/10.1111/j.1365- 2929.2004.02012.x

Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. Educational Research (Vol. 4).

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.0 04

Fallows, D. (2004). The Internet and Daily Life. Pew Research Center’s Internet & American Life Project.

Fortune, M. F., Spielman, M., & Pangelinan, D. T. (2011). Students’ Perceptions of Online or Face-to-Face Learning and Social Media in Hospitality, Recreation and Tourism.

MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, 7(1), 1–16.

Kučírková, L. (2012). A Comparison of Study Results of Business English Students in elearning and Face-to-face courses. Journal on

Efficiency and Responsibility in Education and Science, 5(3), 173–184.

https://doi.org/10.7160/eriesj.2012.050306

(11)

Lin, E., & Lin, C. H. (2015). the Effect of TeacherStudent Interaction on Students ’ Learning Achievement in Online Tutoring Environment. International Journal of Technical Research and Applications E-ISSN: 2320-8163, 22(22), 19–22.

Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K. (2011). E-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they thev129–135.

https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2010.10.001

Radovan, M., & Makovec, D. (2015). Adult learners’ learning environment perceptions and satisfaction in formal education-case study of four East-European countries.

International

Education Studies, 8(2), 101–112.

https://doi.org/10.5539/ies.v8n2p101

Roberts, T. S., & McInnerney, J. M. (2007). Seven problems of online group learning (and their solutions). Educational Technology and

Society. https://doi.org/10.1111/j.2151- 6952.1960.tb01699.x

Su, B., Bonk, C. J., Magjuka, R. J., Liu, X., & Lee, S. (2005). The importance of interaction in web-based education: A program-level case study of online MBA courses. Journal of Interactive Online Learning, 4(1), 1–19.

https://doi.org/ISSN1541-4914

Menurut saya :

Pada jurnal diatas hubungan genre mikro yang terdapat tidak lengkap , di atas tidak terdapat suatu kesimpulan dari jurnal tersebut .

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas tentang respon mahasiswa terhadap lingkungan belajar di perkuliah online, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar di perkuliahan online belum mendukung mahasiswa belajar. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas lingkungan belajar dalam perkuliahan online, maka diperlukan dukungan semua pihak. Selain itu, hasil penelitian ini juga memperkuat hasil kajian dari Roberts & McInnerney (2007). Seven problems of online group learning (and their solutions) .

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar:

Sebuah Kerangka Konseptual

(12)

Naela Khusna Faela Shufa 1 Universitas Muria Kudus1 e- mail: faela.rifa@yahoo.co.id

Info Artikel Abstract

Sejarah Artikel

Diterima: 15 Desember 2017 Revisi: 25 Januari 2018 Disetujui: 30 Januari 2018 Dipublikasikan: Pebruari 2018

Education is one of important element in a life. Because through education someone can develop knowledge, insight, values and character even as an effort of cultural inheritance. Therefore it is necessary cooperation from all lines of education as an effort to achieve learning objectives that not only supply knowledge, but also the character and love of diversity. One of them is by integrating local wisdom in learning. But in reality many teachers

Keyword

Conceptual Study,

Learning based on local wisdom

who have not integrated local wisdom in learning so that the goal of education has not been achieved other than that not yet know the local wisdom in the environment. Based on these problems, conducted a conceptual study about learning based on local wisdom. This conceptual study will discusse about how the importance of integrating local wisdom in learning as an effort to create learning that not only supply students of knowledge but also instills a sense of love for local diversity in their

environment, the impact from implementation learning based on local wisdom. And how the teacher steps in integrating the local wisdom. Through this study is expected useful for the teachers to participate in designing and implementing learning based on local wisdom in primary schools.

Artikel ini dapat diakses secara terbuka dibawah lisensi CC-BY- SA

Pendahuluan

Berbicara mengenai paradigma pendidikan, kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya mengenyam suatu pendidikan dalam kehidupan. Karena melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan, nilai dan karakter bahkan sebagai upaya pewarisan kebudayaan selain itu lebih luas lagi apabila ingin menilai kualittas suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negara tersebut. Maka pendidikan dipandang sebagai kebutuhan penting diantara kebutuhan penting lainnya. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 tentang fungsi pendidikan memaparkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

ISSN 2615-5443

Vol. 1 No. 1, Februari 2018 Hal. 48-53 48

(13)

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan kenyataan bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan dan kemajuan bangsa, maka pemerintah juga tengah gencar memperbaiki sistem pendidikan. Salah satunya adalah dengan terus melakukan penyempurnaan kuriku-lum dari tahun ketahun.

Penyempurnaan kurikulum diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pendidikan di Indonesia. Salah satu yang tengah hangat diperbincangkan dalam lingkup pendidikan adalah diterapkannya kurikulum 2013 yang mana esensi dari kurikulum 2013 adalah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik saja, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan serta karakter luhur sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013 dirancang terpadu antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam bentuk tema atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaraanya dibungkus dengan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan yang dapat mendukung tercapainya kompetensi peserta didik baik kognitif, afektif, maupun

psikomotornya.

Implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta didik yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan sekitar siswa. Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa

pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan

pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran. Pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai untuk meningkatkan rasa kearifan lokal dilingkungannya serta sebagai upaya menjaga eksistensi kearifan lokal ditengah derasnya arus globalisasi.

Namun dalam kenyataannya banyak guru yang belum mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran sehingga tujuan pendidikan belum tercapai selain itu belum mengenal kearifan lokal di lingkungannya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang betapa pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang bukan hanya membekali siswa pengetahuan saja tetapi juga menanamkan rasa cinta terhadap keberagaman lokal dilingkungannya, dampak dari pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan. Serta bagaimana langkah guru dalam mengintegrasikan kearifan kearifan lokal. Melalui kajian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk ikut serta merancang dan melaksanakan

pembelajaran berbasis kearifan lokal di sekolah dasar.

Pembahasan

Pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah mengaju pada kurikulum 2013. Adapun esensi dari kurikulum 2013 adalah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik saja, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan serta karakter luhur sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013 dirancang terpadu antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam bentuk tema atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaraanya dibungkus

(14)

dengan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan yang dapat mendukung tercapainya kompetensi peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotornya.

Implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta didik yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan sekitar siswa. Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa

pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan

pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran.

Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious).

Utari (2016) pengertian kearifan lokal merupakan,

“kecendikiaan terhadap kekayaan setempat/ suatu daerah berupa pengetahuan, kepercayaan, norma, adat istiadat, kebudayaan, wawasan dan sebagainya yang merupakan warisan dan dipertahankan sebagai sebuah identitas dan pedoman dalam mengajarkan kita untuk bertindak secara tepat dalam kehidupan”.

Berdasarkan pengertian kearifan lokal yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal segala sesuatu yang merupakan potensi dari suatu daerah serta hasil pemikiran manusia maupun hasil karya manusia yang mengandung nilai yang arif dan bijaksana serta diwariskan secara turun temurun sehingga menjadi ciri khas daerah tersebut. Pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai untuk meningkatkan rasa cinta kearifan lokal dilingkungannya serta sebagai upaya menjaga eksistensi kearifan lokal ditengah derasnya arus globalisasi.

Pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran didukung oleh beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Utari (2016) yang berjudul

“Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kearifan lokal menjadi sangat penting mengingat bahwa proses pembelaja-ran yang terjadi di kelas, khususnya pada siswa sekolah dasar sebaiknya dimulai dengan dunia terdekat atau yang sering dijumpai oleh siswa. Nilai-nilai kearifan lokal akan membantu siswa dalam

memahami setiap konsep dalam materi sehingga bekal pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya sampai pada sebatas pengetahuan saja, tetapi juga dapat diimplementasikan siswa dalam wujud praktik di luar sekolah. Pembelajaran tematik berbasis kearifan lokal akan menjadi koneksi dalam memahamkan siswa untuk bertindak tepat dalam menghadapi MEA. Peradaban yang tidak hanya menuntut manusia bukan sekedar serba tahu akan tetapi serba bisa untuk memajukan Negara. Dalam sebuah kajian, Utaminingsih, Utomo dan Zamroni (2017) menyebutkan menjadi penting untuk kembali membangkitkan karakter ke Indonesiaan agar pembelajaran selain menuju pada penguasaan teknologi juga menuju pada pengembangan potensi dan karakter local Indonesia semakin kuat. Dalam hal ini, Zamroni (2016) menemukan bahwa salah satu karakter yang tumbuh dan berkembang di sekitar jawa

(15)

tengah utamanya kabupaten Kudus adalah karakter Gus Ji Gang yakni memiliki akhlak yang baik (Gus), kompetensi dan kemampuan intelektual yang mumpuni (Ji) dan kemampuan secara kreatif mempertahankan hidup melalui kegiatan berwira usaha.

Selain itu Efendi (2011) memaparkan pentingnya implemen tasi nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran IPS dapat dikaji dari filsafat pendidikan yang mendasari-nya yaitu Perenialisme. Perenialisme memandang pendidikan sebagai proses yang sangat penting dalam pewarisan nilai budaya terhadap peserta didik. Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat sangat penting ditransfromasikan dalam pendidikan, sehingga diketahui, deterima dan dapat dihayati oleh peserta didik.

Perenialisme memandang bahwa masa lalu adalah sebuah mata rantai kehidupan umat manusia yang tidak mungkin diabaikan. Wagiran (2011) juga melakukan penelitian

mengenai pengembangan model pembelajaran berbasis kearifan local. Dalam penelitiannya ditemukan hasil bahwa pendidikan berbasis kearifan sangat perlu diterapkan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar guru (51,2 %) menyatakan bahwa pendidikan kearifan lokal sangat penting diterapkan, 46,4 % guru menyatakan penting dan hanya 3 guru (0,9) yang menyatakan pendidikan kearifan lokal tidak penting. Alasan terbesar yang

dikemukakan adalah agar siswa mengetahui, mengenal dan mampu melestarikan budaya bangsa. Alasan lain antara lain: 1) melestarikan dan membentuk kepribadian jawa, 2) untuk menggali potensi daerahnya sehingga anak mampu berkreasi, 3) mengembang-kan budaya lokal, 4) melestarikan budaya bangsa, 5) mengenal dan membudidayakan potensi lokal, 6) membekali generasi muda dengan kepribadian yang kuat, 7) nilai-nilai yang baik tidak akan luntur, 8) siswa perlu mengetahui/menerapkan sopan santun dan perlu punya ketrampilan, 9) kita harus mengetahui budaya sendiri agar tidak diklaim negara lain, 10) memberikan contoh yang baik, 11) dapat menambah wawasan yang bermanfaat untuk lingkungan, 12) relevan dengan program sekolah, 13) supaya tidak hanya pengembangan iptek saja, 14)

mengembangan pengetahuan, ketrampilan, membentuk kepribadian.

Pernyataan tentang penting-nya pembelajaran berbasis kearifan lokal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan sebagai salah satu upaya pewarisan budaya. Pernyataan tersebut didukung oleh (Daryanto, 2014:1) bahwa melalui pendidikan, nilai-nilai luhur kebudayaan hendaknya dapat diperkenalkan kepada peserta didik serta dapat dikembangkan sehingga peserta didik mampu menjadi pewaris yang bangga serta mampu mengembangkan budaya bangsa.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal bukan hanya tepat diterapkan dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan siswa serta sebagai penanaman karakter dan membekali siswa untuk menghadapi segala permasalahan diluar sekolah. Dikarenakan penyelenggaraan pendidikan memiliki peran strategis dalam pengenalan serta pewarisan budaya maka pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat tepat diterapkan disekolah. Khusunya sekolah dasar karena sekolah dasar adalah adalah tahap awal peserta didik memperoleh pengetahuan dan sebagai dasar sebelum

melangkah menuju pengetahuan seterusnya dalam tingkatan yang lebih tinggi.

Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan diharapkan dapat merancang atau mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Dalam pengintegrasian ini tentunya harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga metode yang digunakan. Langkah yang dapat dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut:

(16)

1. Mengidentifikasi keadaan dan potensi daerah

Mengidentifikasi potensi daerah dipandang sangat penting untuk mengetahui potensi atau keberagaman seperti apa saja yang berkembang dalam daerah tersebut kemudian nantinya dapatkah diintegrasikan dalam materi pelajaran yang dilaksanakan. Kearifan lokal dapat ditinjau dari potensi alam daerah tersebut, kepercayaan, potensi sejarah, potensi budaya, dan lain sebagainya.

2. Menentukan fungsi dan tujuan

Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang hendak dicapai dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai batasan dan panduan. Fungsi dan tujuan ini harus dapat mengembangkan pengetahuan, sikap serta keterampilan bagi peserta didik.

3. Menentukan kriteria dan bahan kajian

Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung, tidak bertentangan dengan nilai luhur kearifan lokal yang ada serta kelayakan apabila diterapkan

4. Menyusun rencana pembelajaran

Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan lokal yang dipilih sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dikembangkan. Menelaah kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator untuk memastikan bahwa inovasi penyajian konsep sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Pengorganisasian materi atau kompetensi muatan keunggulan lokal ke pembelajaran dan menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kelayakan pembelajaran.

Langkah tersebut adalah salah satu cara mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Melalui integrasi kearifan lokal ini diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kerifan lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri dan meningkatnya nilai nasionalisme siswa terhadap budaya lokalnya akan dapat ditumbuhkan, bahkan ditingkatkan.

Wagiran (2011) menjelaskan jika pelaksanaan pembelajaran bersifat terpadu (integrated) dengan pola tersembunyi (hidden), maka guru dapat memilih pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam satu atau beberapa komponen pembelajaran seperti metode pembelajaran, materi pembelaja-ran, bahan ajar, media pembelajaran, atau evaluasi pembelajaran.

Simpulan

Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting untuk diterapkan guru dalam

pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik serta sebagai media untuk penanaman rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerahnya, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur kearifan lokal serta membekali siswa untuk menghadapi segala permasalahan diluar sekolah. Langkah yang dapat dilakukan guru untuk menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi keadaan dan potensi daerah, 2) menentukan fungsi dan tujuan, 3) menentukan kriteria dan bahan kajian, 4) menyusun rencana pembelajaran berbasis kearifan lokal.

(17)

Mengingat betapa pentingnya pembelajaran berbasis kearifan lokal diharapkan guru dapat merancang dan mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal selain itu perlu pemberdayaan komite sekolah dan masyarakat ataupun stakeholders dalam upaya penanaman nilai-nilai kearifan lokal. Berbagai pihak tersebut perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, implementasi dan evaluasi sesuai bidangnya masing-masing Daftar Pustaka

Efendi, Agus. (2011). Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kuriku-lum 2013. Yogyakarta:

Penerbit Gava Media.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.

Utaminingsih, S., Utomo, S., & Zamroni, E. (2017). Strengthening of Indonesian Islamic Character Though Islamic Education Management Based of Soft Skills. ADDIN, 11(1), 215-242.

Utari, Unga. (2016). Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Teori Dan Praksis

Pembelajaran IPS. Vol. 1 No. 1 April 2016, Issn 2503 – 1201.

Wagiran. (2009). Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal di Wilayah Propinsi DIY dan Mendukung Perwujudan Visi Pembangu nan DIY Menuju tahun 2025.

Yogyakarta: Setda Provinsi DIY.

Zamroni, E. (2016). Counseling Model Based on Gusjigang Culture: Conceptual Framework of Counseling Model Based on Local Wisdoms in Kudus. GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling, 6(2), 116-125.

JAWAB :

Genre yang tertera pada jurnal ini sudah lengkap.

2. Tetapkanlah (pilih) satu mini riset yang telah atau sedang Anda kerjakan di mata kuliah inti prodi Anda. Setelah itu,ubahlah mini riset tersebut menjadi artikel jurnal ilmiah.Silahkan Anda diskusikan dengan dosen di kelas !

Referensi

Dokumen terkait

BALIBERLANDASKAN TRI HITA KARANA ... EFEKTIVITAS PENGINTEGRASIAN NILAI KEARIFAN LOKAL BALI DALAM MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

Sedangkan penanaman kearifan lokal yang terintegrasi dalam pembelajaran se- jarah, yaitu nilai-nilai lokal (kearifan lokal) yang diproleh melalui pembelajaran materi

Guna memenuhi ketersediaan perangkat pembelajaran matematika bilingual berbasis kearifan lokal dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahira menyimpulkan pembelajaran seni tari khususnya pada penanaman kearifan lokal masih memerlukan penanganan yang

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan strategi literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis cerita kearifan lokal.. Untuk melaku- kan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala utama dalam pembelajaran daring/online berdasarkan tanggapan responden adalah akses internet sebanyak 31%, jaringan

Penelitian analisi pembelajaran tematik berbasis kearifan lokal ini hanya mencakup Kearifan Lokal di Sidoarjo dengan acuan di Buku tema 7 Kelas 4 tentang Indahnya Keberagaman di

Penelitian ini dilakukan atas ketertarikan penulis terhadap munculnya stres dan kecemasan pada mahasiswa serta pentingnya strategi coping agar proses pembelajaran online dapat