Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pecandu alkohol yang menyebabkan terjadinya tindak pidana perkelahian di wilayah hukum Polres Batanghari, untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi aparat kepolisian dalam menangani tindak pidana perkelahian akibat minuman keras di wilayah hukum Polres Batanghari, dan untuk mengetahui upaya. yang dilakukan pihak kepolisian dalam menangani permasalahan tersebut. Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “Pertanggungjawaban Pidana Pecandu Alkohol Yang Menimbulkan Tindak Pidana Perkelahian di Wilayah Hukum ”Polsek Batanghari”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian dan Penulisan 1. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu fiqih di Indonesia khususnya dalam kasus perkelahian yang disebabkan oleh minuman keras.
Kerangka Konseptual
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk menyikapi pelanggaran terhadap perjanjian untuk menolak suatu perbuatan tertentu.
Landasan Teoritis
Perbuatan yang diperlukan untuk memenuhi unsur obyektif delik adalah bahwa dalam melakukan perbuatan itu harus ada unsur melawan hukum (wedderectelijkheids, perbuatan melawan hukum, onrechtma-tigedaad). Yang dimaksud dengan pembenaran adalah suatu dasar yang menghilangkan sifat melawan hukum dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku.
Metode Penelitian
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu “suatu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Sistematika Penulisan
Pendahuluan yang memuat tujuh subbab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan penulisan, kerangka konseptual, landasan teori, metode penelitian dan sistem penulisan. Gambaran umum tentang kriminologi dan perjuangan, yang meliputi pengertian kriminologi, ruang lingkup kriminologi, dan pengertian tindak pidana perjuangan. Bab ini berisi tentang pengertian alkohol, faktor-faktor penentu penyalahgunaan alkohol, penyalahgunaan alkohol, jenis-jenis alkohol, faktor-faktor penyebab seseorang mengonsumsi alkohol dan dampak negatif alkohol.
Pembahasan pengaruh minuman keras terhadap tawuran di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari dan upaya Polres Batanghari dalam menanggulangi tawuran akibat minuman beralkohol di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Kesimpulan, yang meliputi dua sub bab, yaitu sub bab kesimpulan uraian pembahasan dan sub bab saran.
Tindak Pidana
Pengertian Tindak Pidana
Moeljatno berpendapat, “Yang dimaksud dengan tindak pidana menurut pengertiannya adalah bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu larangan yang sah, yang disertai dengan ancaman (sanksi) berupa hukuman tertentu kepada siapa saja yang melanggar. larangan itu.”23. Berdasarkan keterangan beberapa ahli di atas, maka dapat diartikan bahwa tindak pidana dipahami sebagai suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang yang ahli.
Unsur-Unsur Tindak Pidana
Hal ini diperlukan karena tindakan yang dilakukan masyarakat justru dianggap sebagai tindakan yang tidak tepat.
Jenis-Jenis Tindak Pidana
Bahwa kejahatan tersebut merupakan tindak pidana berat atau pelanggaran dan pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran ringan. Delik formil adalah delik yang dianggap telah dilakukan pada saat perbuatan itu dilakukan, atau dengan kata lain penekanannya ada pada perbuatan itu sendiri. Tindak pidana pembiaran, yaitu tindak pidana tidak melakukan sesuatu, terdapat pada Pasal 552 (tidak hadir di pengadilan sebagai saksi).
Banyaknya tindak pidana yang dapat diajukan banding ditentukan dalam KUHP dimana dalam tindak pidana biasa tanpa adanya pengaduan dari siapapun, pelaku tindak pidana tersebut dapat dituntut secara hukum. Delik aduan ada dua macam, yaitu delik aduan mutlak (yang penuntutannya berdasarkan aduan) dan delik aduan relevan disini karena ada hubungan istimewa antara pelaku dan korban. 26.
Pertanggungjawaban Pidana
Pengertian Petanggungjawaban Pidana
Khusus mengenai menyalahkan obyektif dan menyalahkan subyektif, Sudarto mengatakan, menghukum seseorang saja tidak cukup jika orang tersebut telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau melawan hukum (objective menyalahkan). Untuk pemidanaannya tetap harus ada syarat-syarat penjatuhan pidana, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu bersalah dan bersalah (subjektif menyalahkan). Orang tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya atau jika dilihat dari sudut perbuatannya maka perbuatannya hanya dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut.
Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana
Jika seseorang divonis bersalah, tidak cukup orang tersebut melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau melawan hukum. Oleh karena itu, hukumannya tetap harus dengan syarat, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu bersalah atau bersalah (subjective bersalah). KUHP tahun 1809 menyatakan : “sengaja adalah kemauan untuk melakukan atau menghilangkan suatu perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang”.
Sesiapa yang melakukan sesuatu perbuatan kerana terpaksa melakukannya dengan kuasa yang tidak dapat dielakkan tidak boleh dihukum.” Dalam erti kata lain, orang yang telah dihina telah dijatuhkan hukuman kesalahan jenayah kerana fakta bahawa dia telah dihina/dituduh.
Perkembangan Sistem Pertanggungjawaban Pidana 1. Sistem Pertanggungjawaban Pidana dalam KUHP
Dalam KUHP saat ini, tindak pidana tidak mengandung unsur “sengaja” atau kelalaian. Oleh karena itu, praktik hukum sarat dengan pertanyaan benar atau tidaknya. penjabaran unsur “sengaja” atau karena “kelalaian” pelanggaran, menyebabkan pelakunya tetap dihukum, meskipun tidak ada salah satu pun dari kedua jenis kesalahan tersebut. Misalnya Pasal 338 KUHP yang berbunyi: Barangsiapa ..sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dapat dipidana dengan pidana pembunuhan.
Misalnya, Pasal 359 KUHP menyatakan: “Barangsiapa… karena kelalaiannya” menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan tindak pidana. Dua pelanggaran pertama melibatkan pencucian uang aktif, sedangkan pelanggaran ketiga melibatkan pencucian uang pasif.
Kemampuan Bertanggung Jawab
Ia dapat dimintai pertanggungjawaban karena akal sehatnya dapat menuntun kemauannya agar sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-undang. Oleh karena itu, kenyataan bahwa subjek hukum manusia dapat bertanggung jawab merupakan unsur pertanggungjawaban pidana sekaligus syarat bersalah. Artinya, apabila seseorang ditetapkan tidak mampu mempertanggungjawabkan dan karenanya dianggap tidak mampu untuk dimintai pertanggungjawaban pidana, maka proses pertanggungjawaban pidana berhenti sampai disitu.
Sedangkan kurangnya akuntabilitas hanya berdampak pada pengurangan pidana, namun tidak bertujuan untuk menghilangkan pidana. Persoalan lainnya adalah apakah orang yang kurang mampu dapat dimintai pertanggungjawabannya, proses hukum akan tetap berjalan hingga dilakukan investigasi terhadap sifat kesalahannya dan tidak adanya alasan untuk menghapus kesalahan tersebut.
Minuman Keras
- Pengertian Minuman Keras
- Peredaran Minuman Keras
- Pembatasan/Pengawasan Minuman Keras
- Ketentuan Hukum Tentang Minuman Beralkohol
Golongan C adalah minuman dengan kandungan etanol (C2H5OH) sebesar 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen). Berdasarkan ketentuan diatas yang mengatur perizinan penjualan minuman keras di Kabupaten Batanghari. Pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol sama dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 86/Men-Kes/Per/IV/77 tentang Minuman Beralkohol dan sama dengan Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 6 tahun 2012.
Perbedaannya terletak pada peruntukannya dimana Perpres dan Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari memberi nama minuman tersebut. Berkenaan dengan ketentuan di atas, merupakan kewenangan pemberian izin peredaran minuman keras/minuman beralkohol.
Perkelahian
Pengertian Perkelahian
Perbuatan yang merupakan tindak pidana adalah perbuatan dalam arti melanggar hukum, dan perbuatan yang patut dipidana adalah perbuatan yang melanggar norma atau kesusilaan yang ada dalam masyarakat tetapi tidak diatur dalam undang-undang. Selain itu pertumbuhan fisik dan pertambahan usia juga menyebabkan seseorang ketika masih anak-anak umumnya suka melakukan kejahatan dalam bentuk perkelahian atau perseteruan kecil-kecilan akibat berebut permainan. Namun ketika seseorang menginjak usia remaja (sekitar 17 hingga 21 tahun), maka kejahatan yang dilakukannya adalah.
Jika seseorang berusia di atas 50 tahun, tindak pidana yang dilakukan biasanya berupa penghinaan terhadap orang lain melalui tulisan dan karikatur yang dimuat di media massa seperti surat kabar atau majalah. Perbaikan faktor lingkungan seperti peningkatan hasil pertanian, transmigrasi koperasi, letak kota atau perkotaan yang jauh dari kawasan kriminalitas turut menentukan tinggi rendahnya grafik kejahatan.
Faktor Penyebab Perkelahian
Perkelahian antar kelompok yang terjadi di masyarakat dan tindak kekerasan lainnya tidak pernah berdiri sendiri atau dalam artian ada sebab yang menimbulkan terjadinya tindak kekerasan. Salah satu faktor pemicu terjadinya tawuran antar kelompok adalah rasa dendam yang kemudian mengalir secara turun temurun di antara kedua kelompok tersebut. Perebutan tanah merupakan salah satu faktor terjadinya perkelahian antar kelompok ditinjau dari awal munculnya perkelahian.
Perebutan lahan merupakan wujud dari konflik ini.52 Konflik yang muncul antar kelompok menjadi tidak sehat jika masing-masing pihak tidak lagi rasional dalam mencari solusi, melainkan lebih emosional. Akibat yang timbul adalah perkelahian, penjarahan, perusakan rumah penduduk, bentrokan antar kelompok dalam masyarakat.
Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Minuman Keras yang Menimbulkan Tindakan Pidana Perkelahian di Wilayah Hukum Polres Batanghari
Setelah melakukan beberapa penelitian, penulis dapat menyajikan beberapa data relevan tentang perkelahian yang disebabkan oleh alkohol. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 114 kasus tawuran akibat minuman beralkohol di Kabupaten Batanghari pada tahun 2017-2021. Terlepas dari fakta di lapangan, masih banyak kasus tawuran akibat minuman keras yang belum terselesaikan oleh polisi.
Masih banyak masyarakat yang belum sadar akan hukum, sehingga ketika terjadi perkelahian karena miras mereka hanya diam saja. Kadang-kadang dalam kasus perkelahian yang disebabkan oleh alkohol, pelakunya melarikan diri dari tempat tersebut selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun, yang mana kami, polisi, tidak dapat melakukannya.
Hambatan Aparat Kepolisian dalam Menanggulangi Perkelahian Akibat Minuman Keras di Wilayah Hukum Polres Batanghari
Sebagian besar masyarakat Batanghari tidak memiliki banyak pengalaman dan wawasan sebelum ditunjuk sebagai penyidik dalam menangani kejahatan tersebut untuk mencegah terjadinya tawuran yang dipicu oleh minuman keras. Jika melihat data personel Polres Batanghari, bisa dikatakan penyidik sangat terbatas, sedangkan wilayah dan jumlah penduduk yang berada di wilayah hukum Polres Batanghari sangat luas. Kemajuan pesat di berbagai bidang, terutama munculnya tawuran terkait minuman keras di Kecamatan Batang, membuat pihak kepolisian harus lebih profesional dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan yang semakin sulit dideteksi, dicegah, dan diselesaikan dengan baik dalam waktu singkat. waktu karena petugas penyidik Polsek Batanghari pada umumnya sebagian banyak tetapi mereka punya.
Upaya yang Dilakukan oleh Pihak Kepolisian dalam Menanggulangi Masalah Tersebut
Tujuannya untuk mendekatkan masyarakat kepada POLRI untuk memberikan informasi atau membantu polisi dalam mengungkap kasus tawuran terkait minuman keras. Tak hanya itu, harus terus dilakukan pengendalian yang lebih ketat oleh pihak kepolisian di seluruh titik yang rawan terjadinya perkelahian akibat miras. Hal yang paling menyedihkan tentang hal ini adalah tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak di bawah umur, yang mulai berkelahi karena alkohol.
Kebanyakan dari mereka yang berebut alkohol adalah orang-orang biasa yang tidak pernah bersekolah. Pemerintah perlu mewujudkan hal tersebut, tidak hanya itu, polisi juga harus lebih tegas dalam menangani tawuran yang dipicu minuman beralkohol.
PENUTUP
Saran
Penegakan hukum harus lebih profesional dalam menangani kasus ini, artinya aparat bisa lebih aktif menanganinya. Selain itu, petugas diharapkan mendapat pelatihan untuk menangani kasus ini, agar lebih aktif dan meningkatkan koordinasi dalam memberikan kesadaran di wilayah yang dianggap rentan. Chairul Huda, Dari Tiada Kejahatan Tanpa Kesalahan Menjadi Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Second Cet., Kencana, Jakarta, 2006.
Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, Quickly and Easily Understanding Criminal Law, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014. Roeslan Saleh, Criminal Acts and Criminal Responsibility" in razumevanje kazenskega prava, Aksara Baru, Jakarta, 1983.
Peraturan Perundang-undangan
Jurnal