• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 9- bangunan-bagi-dan-sadap (1)

N/A
N/A
Eprilia Widiyantari

Academic year: 2025

Membagikan "Pertemuan 9- bangunan-bagi-dan-sadap (1)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP

Dr. Haryono Putro

(2)

Bangunan Bagi

Bangunan Bagi: bangunan yang membagi dari saluran primer sekunder.

Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.

Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.

(3)

Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.

Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi dibuat sudut aliran antara 0o sampai 90o

(4)
(5)

Bangunan Pengatur

Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di tempat-tempat di mana terletak bangunan sadap dan bagi, khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil.

Bangunan pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana.

Kehilangan energi harus kecil pada pintu skot balok jika semua balok dipindahkan.

(6)
(7)

Alat ukur aliran atas lebih peka terhadap

fluktuasi muka air dibanding dengan pintu aliran bawah.

Di saluran yang angkutan sedimennya tinggi, penggunaan bangunan dengan mercu tidak disarankan karena bangunan – bangunan ini akan menangkap sedimen.

Mercu memerlukan lebih banyak kehilangan tinggi energi.

(8)

Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diijinkan serta biaya pelaksanaan.

Bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi energi dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar

lebih mahal (diperlukan lebih banyak pintu).

Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap kecil : 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer lebar.

(9)

Saluran sekunder biasanya tegak lurus terhadap garis – garis kontur, sehingga kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya lebih sempit.

Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah penggerusan,

disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai ± 1,5 m/dt.

(10)

Bangunan Sadap Sekunder

Bangunan sadap sekunder memberi air ke saluran sekunder dan melayani lebih dari satu petak tersier.

Kapasitas bangunan (Q) > 0,250 m3/dt.

Bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder:

- Alat ukur Romijn

- Alat ukur Crump-de Gruyter

- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar - Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume

(11)

Romijn

Pintu Romijn di Bendung Lomaya dan Pilohayanga terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

(12)

Crump-de Gruyter

 Way Sekampung, Lampung, Sumatra, Indonesia

(13)

Alat Ukur Ambang Lebar

RIO GRANDE VALLEY

ARIZONA CANAL

Broad crested Weir

(14)

Alat Ukur Ambang Lebar

Triangular Broad-Crested Weir

Faiyum Weir

(15)

Alat Ukur Flume

Long-throated Flumes

H Flumes

(16)

Alat Ukur Flume

Parshall Flumes

(17)

Tipe bangunan tergantung pada ukuran

saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang

diijinkan.

Alat Ukur Romijn: kehilangan tinggi energi kecil, dan dipakai hingga debit ± 2 m3/dt, biasanya dua atau tiga pintu Romijn

dipasang bersebelahan.

(18)

Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang lebar.

Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang

memadai, maka digunakan alat ukur Crump-de Gruyter. Bangunan ini dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit ±

0,9 m3/dt setiap pintu.

(19)

Bangunan Sadap Tersier

Bangunan sadap tersier memberi air kepada petak-petak tersier.

Kapasitas bangunan sadap tersier berkisar antara 50 l/dt sampai 250 l/dt.

Jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan bermasalah dengan kehilangan

tinggi energi, maka bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn.

(20)

Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak mengalami

fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter.

Harga antara debit Qmaks/Qmin untuk alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara debit untuk pintu Romijn.

(21)

Bangunan Bagi dan Sadap

kombinasi Sistem Proporsional

Sistem ini tidak memerlukan pintu pengatur, pembagi, dan pengukur, sehinga cocok untuk daerah yang

terpencil.

Syarat khusus:

- Elevasi ambang ke semua arah harus sama

- Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama - Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang

diairi

(22)

Syarat aplikasi:

- melayani tanaman yang sama jenisnya (monokultur) - jadwal tanam serentak

- ketersediaan air cukup memadai

Sistem proporsional tidak dapat diaplikasikan pada

sistem irigasi di Indonesia pada umumnya, mengingat syarat-syarat sulit terpenuhi.

(23)

Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem Kombinasi

Bangunan ini dapat berfungsi ganda yaitu melayani sistem konvensional maupun sistem proporsional.

Dalam implementasi pembagian air diutamakan menerapkan sistem konvensional.

Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengoperasikan pintu-pintu tersebut, maka

diterapkan sistem proporsional.

(24)

Urutan Perencanaan:

- Berdasarkan elevasi sawah tertinggi dari lokasi bangunan-bangunan sadap tersebut ditentukan elevasi muka air di hulu pintu sadap.

- Elevasi ambang setiap bangunan sadap adalah

sama dengan elevasi ambang dari petak tersier yang mempunyai elevasi sawah tertinggi.

Kebutuhan air (l/det/ha) setiap bangunan sadap harus sama

(25)

Tata Letak Bangunan Bagi dan Sadap

Bentuk Menyamping

Kelemahan: kecepatan datang kearah lurus menjadi lebih besar dari pada yang kearah menyamping,

sehingga jika diterapkan sistem proporsional kurang akurat

Kelebihan: peletakan bangunan ini tidak memerlukan tempat yang luas, karena dapat langsung diletakkan pada saluran tersier/saluran sekunder yang

bersangkutan

(26)
(27)

Bentuk Numbak

Meletakkan bangunan bagi sekunder, sadap tersier dan bangunan pengatur pada posisi sejajar, sehingga arah alirannya searah

Kelebihan: kecepatan datang aliran untuk setiap bangunan adalah sama

Kelemahan: memerlukan areal yang luas

(28)
(29)

Referensi

Dokumen terkait

Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci cara analisis korelasi bangunan ukur debit ambang lebar dengan menggunakan polinomial kuadrat terkecil yang sesuai dengan hukum fisika

Lingkup penelitian ini yaitu lokasi penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Samalanga, lokasi penelitian yaitu pada bangunan ukur dan pengatur ambang lebar saluran

Alat ukur Cipoletti yang dikombinasi dengan pintu sorong sering dipakai sebagai bangunan sedap tersier2. Karena jarak antara pintu dan bangunan ukur jauh, eksploitasi pintu

Data primer berupa data kecepatan aliran, dimensi bangunan irigasi, dimensi saluran sekunder, serta kondisi/kerusakan bangunan bagi, bangunan sadap, dan gorong-gorong yang

Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Pintu

Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci cara analisis korelasi bangunan ukur debit ambang lebar dengan menggunakan polinomial kuadrat terkecil yang sesuai dengan hukum fisika

)intu  Romijn  adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk  mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. -gar dapat  bergerak,

Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci cara analisis korelasi bangunan ukur debit ambang lebar dengan menggunakan polinomial kuadrat terkecil yang sesuai dengan hukum fisika yang