• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan

N/A
N/A
navillera 00

Academic year: 2024

Membagikan " Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM A. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti,baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.17

Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang paling penting dalam pemeriksaan di persidangan. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil.

Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwa atau fakta tersebut benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya hubungan hukum antara para pihak.

17 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cetv Yogyakarta,

(2)

Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya juga memuat tentang hal-hal sebagai berikut :

1. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak disangkal.

2. Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.

3. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang terbukti atau tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.

Selain dari hal diatas, hakim juga masih mempunyai pertimbangan dari aspek yuridis dan non yuridis adalah:

1. Aspek Yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim mendasarkan putusannya pada ketentuan peraturan perundang-undangan secara formil. Hakim secara yuridis, tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah: a) keterangan saksi; b) keterangan ahli; c) surat; d) petunjuk; e) keterangan terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184).

Selain itu dipertimbangkan pula bahwa perbuatan terdakwa melawan

(3)

hukum formil dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan18. Pada perkara dengan putusan Nomor 289/Pid.B/2021/PN dalam pertimbangan yuridis sebagai berikut:

a) Dakwaan Penuntut Umum

Dakwaan pada putusan Nomor 289/Pid.B/2021/PN Ambon, JPU menggunakan dakwaan alternatif dalam menuntut para terdakwa dengan menggunakan beberapa pasal, antara lain, Dakwaan Kesatu: Pasal 338 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP. Dakwan Kedua: Pasal 170 ayat (3). Dakwaan Ketiga: Pasal 351 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.

Yang dimana hakim menyetujui untuk memakai Pasal 351 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP Tentang Penganiayaan mengakibatkan mati dengan turut serta melakukan pada putusan ini.

b) Keterangan Saksi

Keterangan saksi juga merupakan salah satu alat bukti terpenting bagi hakim dalam memutuskan suatu perkara. Keterangan saksi dalam Perkara Nomor 289/Pid.B/2021/PN Ambon terdapat 6 (enam) saksi yang memberikan keterangan pada kasus turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya saudara Daniel Robert Sipahelut. Bukan hanya saksi yang meringankan saja, tetapi ada 2 (dua) saksi yang

18 Lilik Mulyadi, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm 193.

(4)

memberatkan keterangan yang membuat para terdakwa keberatan atas keterangannya.

c) Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa juga merupakan hal yang penting dalam pertimbangan hakim untuk memutus suatu perkara. Dalam Perkara Nomor 289/Pid.B/2021/PN Ambon, para terdakwa mengaku secara trus terang terhadap perbuatan yang para terdakwa lakukan dan berjanji tidak akan mengulangi kembali.

d) Barang Bukti

Selain pada keterangan saksi dan keterangan terdakwa, barang bukti juga termasuk kedalam hal penting untuk membantu hakim dalam memutuskan suatu perkara. Barang bukti yang berada dalam kasus tersebut ialah, 1 (satu) buah kursi plastik berwarna hijau beserta patahannya, 3 (tiga) buah kursi plastik berwarna hijau beserta patahannya, 1 (satu) buah kemeja berwarna putih bergaris biru, 1 (satu) buah celana pendek berwarna hijau yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan yang berkaitan dengan korban maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dirampas untuk dimusnahkan.

(5)

2. Aspek Non-Yuridis

Untuk pertimbangan Non-Yuridis, yang menjadi dasar pertimbangan hakim mempunyai dua kategori yaitu: aspek filosofis dan aspek sosiologis.

a) Aspek Filosofis

Pertimbangan filosofis, yakni pertimbangan atau unsur yang menitik beratkan kepada nilai keadilan terdakwa dan korban.8 Sedangkan menurut Bagir Manan, mencerminkan nilai nilai filosofis atau nilai yang terdapat dalam cita hukum (rechtsidee). Diperlukan sebagai sarana menjamin keadilan.9 Keadilan secara umum diartikan sebagai perbuatan atau pelaku yang adil, sementara adil adalah tidak berat sebelah, tidak memihak yang benar. Keadilan dalam filasafat sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai dasar Negara, hal ini dapat dicontohkan apabila dipenuhinya dua prinsip, pertama tidak merugikan seseorang dan kedua perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi haknya.

Dalam Perkara Nomor 289/Pid.B/2021/PN Ambon, dengan adanya keadaan yang memberatkan dan meringankan para terdakwa dalam putusan tersebut yang merupakan salah satu contoh dalam aspek filosofis. Pada prinsipnya, dasar pertimbangan dalam aspek filosofis yang mencerminkan keadilan sulit dicarikan tolak ukurnya bagi para pihak yang bersengketa. Adil bagi satu pihak, belum tentu adil bagi pihak lain.

(6)

b) Aspek Sosiologis

Putusan yang memenuhi pertimbangan sosiologis yaitu putusan tidak bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (kebiasaan masyarakat). Sedangkan pertimbangan sosiologis menurut M.

Solly Lubis mencerminkan tuntutan atau kebutuhan masyarakat yang memerlukan penyelesaian diperlukan sebagai sarana menjamin kemanfaatan19. Aspek sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosioal seperti pendidikan, lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan, serta mengetahui motif terdakwa mengapa terdakwa melakukan suatu tindak pidana. Selain latar belakang dari terdakwa, pertimbangan yang tidak bisa diabaikan adalah, seberapa dampak yang dialami masyarakat akibat tindak pidana yang dilakukan dan keadaan masyarakat pada saat tindak pidana ini dilakukan.

Korelasi antara aspek sosiologis dengan Perkara Nomor 289/Pid.B/2021/PN Ambon, hakim dalam memutuskan perkara tersebut sudah menentukan pasal apa yang digunakan untuk menjerat para terdakwa dan lamanya ancaman hukuman untuk membuat jera para terdakwa agar guna untuk memberikan manfaat kepada para terdakwa dan masyarakat sekitar terlebih khusus bagi keluarga korban bahwa perbuatan turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan mati

19 M. Solly Lubis, “Landasan dan Teknik Perundang-undangan”, Penerbit CV Mandar Maju, Bandung, 1989), hal 6-9.

(7)

dan main hakim sendiri tidaklah dibenarkan oleh hukum dan akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Sejalan dengan aspek sosiologis ini yakni sebuah aspek yang mempertimbangkan putusan hakim dalam hal tata nilai budaya yang sudah tertanam dalam lingkungan masyarakat.

B. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan

Penganiayaan adalah istilah yang dipakai dalam KUH pidana untuk tindak pidana atau kejahatan terhadap tubuh. Namun dalam KUH pidana itu sendiri tidak memuat tentang pengaiayaan tersebut. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),pengaiayaan diartikan sebagai perbuatan yang sewenang-wenang. Pengertian ini bisa dikatakan mencakup perbuatan yang sewenang-wenang secara luas,bisa terhadap fisik,psikis maupun perasaan.Adapun pengaiayaan yang dimaksud dalam KUH pidana adalah pengaiayaan terhadap Tubuh Manusia.

Menurut R.Soesilo. Undang-Undang tidak memberikan ketentuan apakah yang diartikan dengan pengaiayaan itu. Menurut Yurispudensi,pengaiayaan adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (Penderitaan),rasa sakit atau luka. Selanjutnya Andi Hamzah mengemukakan bahwa pengaiayaan adalah dengan sengaja merusak kesehatan orang,Kalau demikian.maka pengaiayaan itu tidak mesti melukai orang,membuat orang tidak bisa bicara,membuat orang lumpuh termasuk dalam pengertian ini.

(8)

Pengaiayaan dapat berupa pemukulan, penjebakan, pengirisan, membiarkan anak kelaparan, memberikan zat, luka dan cacat.20

Maka defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar,dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaiayaan adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja yang bertujuan untuk memberikan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain atau merugikan Kesehatan orang lain.Yang mana luka yang diderita oleh korban sesuai dengan kategori luka pada Pasal 90 KUHP yang berisi:

1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan sembuh sama sekali,atau yang menimbulkan bahaya maut;

2. Tidak mampu sama sekali menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

3. Kehilangan panca indra;

4. Mengalami cacat berat;

5. Menderita sakit lumpuh;

6. Terganggu daya pikir selama empat minggu atau lebih;

7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Tindak pidan penganiayaan ada kalanya disengaja dan karena kesalahan.Tindak penganiayaan yang sengaja yaitu perbuatan yang disengaja oleh pelakunya dengan sikap permusuhan. Suatu tindak pidana tidak dapat dikatakan sebagai tidank pidana pengaiayaan apabila tidak memiliki unsur-

20 R.soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Jakarta,1991, hal 18.

(9)

unsur dalam perbuatannya. Adapun unsur-unsur pengiayaan adalah sebagai berikut:21

a. Adanya kesengajaan, b. Adanya perbuatan, c. Adanya akibat perbuatan.

Tindak pidana penganiayaan diatur dalam Pasal 351 KUHP :

1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp4.500.

2. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, si tersalah dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.

3. Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama- lamanya tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja.

5. Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum (KUHP 37, 53, 184 s, 353 s, 356, 487).

C. Tindak Pidana Pembunuhan

Pembunuhan secara teriminologi adalah perkara membunuh,perbuatan membunuh. Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain,seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian Tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain

21 Adami Chazawi, Kejahatan Teradap Tubuh dan Nyawa.PT Rajagrafindo Persada,

(10)

dengan catatan bahwa kesengajaan dari pelaku harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut.22

Tindak pidana itu sendiri diatur dalam Pasal 338 KUHP yang menyatakan bahwa’Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama Lima belas tahun penjara.

D. Tindak Pidana Pengeroyokan

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) telah memuat pasal yang mengatur tentang tindak pidana yang dengan terang-terangan dan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang yang menyebabkan luka- luka dan barang yang menyebabkan perusakan barang. Tindak pidana ini sering disebut dengan tindak pidana pengeroyokan dan perusakan.

Pengeroyokan dan perusakan adalah istilah pidana tentang Tindak pidana pada Pasal 170 KUHP:

1. Barangsiapa terang terangan dan dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Yang bersalah diancam: Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, jika dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka. Ke-2. Dengan pidana paling lama 9 (sembilan) tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat. 17 Ke-3.

22 P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan terhadap nyawa, tubuh, dan Kesehatan, cet II, Sinar Grafika, Jakarta 2012, hal 1.

(11)

Dengan pidana paling lama 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

3. Pasal 89 tidak berlaku bagi pasal ini ( Pasal 170 KUHP )

Pada Pasal 170 ayat (2) KUHP memuat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Unsur barang siapa;

2) Unsur dengan terang-terangan dan tenaga bersama;

3) Unsur menggunakan kekerasan terhadap orang atau perusakan terhadap barang;

4) Unsur yang mengakibatkan luka-luka atau penghancuran barang

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul “ALASAN PENGAJUAN BANDING DAN PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM MENERIMA DENGAN MENJATUHKAN PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA

Bahwasanya dalam putusan tersebut hakim dalam memberikan putusan izin berpoligami kepada seorang pemohon, dengan pertimbangan-pertimbangan hukum yang kurang relavan,

pertimbangan hukum oleh hakim dalam putusan terhadap pelaku tindak. pidana persetubuhan terhadap anak (studi kasus di Pengadilan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA.. PERSETUBUHAN

“ DASAR-DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENOLAK PERMOHONAN UNTUK BERPOLIGAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember Nomor : 3117/Pdt.G/2007/Pa.Jr)”. Rumusan masalah

Memang, putusan pengadilan/hakim pada umumnya banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat hukum positivisme, yang bercirikan bahwa putusan pengadilan/ hakim itu harus

Adapun yang menjadi latar belakang pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan putusan rehabilitasi terkait dengan tujuan pemidanaan adalah dengan memperhatikan nilai

Tinjauan Hukum Ekonomi Syari’ah terhadap Pertimbangan Hakim pada Putusan Nomor 68/pdt.G/2015/PN.Pal dalam kasus Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Pertimbangan majelis hakim untuk