PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH YANG DIBERI BERBAGAI JENIS DAN TAKARAN PUPUK HIJAU PADA TANAH ULTISOL
Peanut plant growth given various types and amounts of green manure on Ultisol
LA KONTU, SARAWA*), ABDUL MADIKI, LA KARIMUNA, MIRZA ARSIATY ARSYAD, TRESJIA CORINA RAKIAN
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo
*Penulis Korespondensi, E-mail: sarawamamma@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of giving various types, doses of green manure and to determine the treatment that gives the best response on the growth of peanut plants on ultisol soils.
This research was carried out at the Experimental Field Laboratory II and the Agrotechnology Laboratory of the UHO Faculty of Agriculture from April 2021 to February 2022. This study used a factorial randomized block design (RAK), namely the type of green manure (H) as the first factor consisting of 3 treatment: gamal leaves (H1), colopogonium (H2) and kirinyuh (H3) and the dose of green manure (T) as the second factor consisting of 4 levels of treatment: control (T0), 7.5 t ha-1 (T1), 15 t ha-1 (T2) and 22.5 t ha-1 (T3). The variables observed included stem diameter, number of leaves and nodules, leaf area, total leaf area, effective nodules, root dry weight and root loss ratio. The results showed that the application of various types and doses of green manure with kirinyuh (H3T3) was able to have a positive effect on increasing the growth of peanut plants grown on ultisol.
Keywords: green manure; peanuts; Ultisol
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah pada tanah ultisol serta untuk mengetahui perlakuan yang memberikan respon terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Percobaan II dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian UHO pada bulan April 2021 sampai Februari 2022. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial, yaitu jenis pupuk hijau (H) sebagai faktor pertama yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yakni daun gamal (H1), colopogonium (H2) dan kirinyuh (H3) serta takaran pupuk hijau (T) sebagai faktor ke dua yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yakni tanpa takaran(T0), 7,5 t ha-1 (T1), 15 t ha-1 (T2) dan 22,5 t ha-1 (T3).
Variabel yang diamati meliputi diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas daun total, jumlah bintil, bintil efektif, berat kering akar dan nisbah pupus akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau dengan pupuk hijau kirinyuh (H3T3) mampu memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman kacang tanah yang ditanam pada tanah ultisol.
Kata Kunci: kacang tanah; pupuk hijau; tanah Ultisol
Sitasi: Kontu, L., Sarawa, Madiki, A., Karimuna, L., Arsyad, M.A., & Corina, T.C. (2023). Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah yang Diberi Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Hijau pada Tanah Ultisol. Berkala Ilmu-Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, 3(2), 110-114
PENDAHULUAN
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan komoditas tanaman kacang- kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia (Respati et al., 2013). Kacang tanah kaya kandungan lemak, minyak, karbohidrat, protein, zat besi, vitamin E, vitamin B kompleks, fosfor, vitamin A, vitamin K, lesitin, kolin, dan kalsium (Rahmiana & Ginting, 2012; Respati et al., 2013; Kumar et al., 2014; Santosa, 2010).
Peningkatan permintaan kacang tanah semakin meningkat di kalangan masyarakat dan industri, namun tidak diikuti oleh peningkatan produksi kacang tanah, utamanya di daerah Sulawesi Tenggara.
Produksi kacang tanah Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 sebesar 2.617 ton kemudian mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 2.606 ton. Penurunan produksi kacang tanah ini disebabkan oleh faktor kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, kurangnya input teknologi pemupukan yang memadai dalam proses budidaya kacang tanah. Jenis tanah Sulawesi Tenggara sebagian besar di dominasi oleh lahan kering marginal dengan jenis ultisol.
Tanah ultisol umumnya memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah baik dari segi kesuburan tanahnya maupun dari segi kimia, fisik dan biologi tanah serta memiliki keterbatasan dalam menyediakan air (Suprapto et al., 2000). Dengan demikian, perlu adanya penerapan teknologi tepat guna dengan biaya rendah dan ramah lingkungan guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah Sulawesi Tenggara.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kualitas pertumbuhan dan produksi kacang tanah yaitu dengan penggunaan pupuk hijau sebagai sumber nutrisi utama. Arsyad et al. (2011) mengungkapkan bahwa pupuk hijau berfungsi sebagai sumber dan penyangga unsur hara melalui proses dekomposisi dan peranannya terhadap penyedia bahan organik tanah dan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme tanah yang bersimbiosis dengan tanaman.
Bahan organik ini mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Pemberian pupuk hijau dapat memperbaiki sifat fisika tanah antara lain berat volume tanah, total ruang pori tanah, pori aerasi tanah dan air tanah tersedia. Uraian di
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Halu Oleo Fakultas Pertanian, Lapangan Kebun Percobaan II, Kendari Sulawesi Tenggara pada bulan Oktober 2021 sampai Januari 2022.
Bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini yaitu daun gamal (Glycirida sp.), daun kirinyuh (Cromolaena odorata), dan Colopogonium muconoydes. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah waring net, cangkul, skop, palu, paku, patok, label, hand tractor, tali rapia, kamera dan alat tulis.
Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama merupakan jenis pupuk hijau (H) yang terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu pupuk hijau kirinyu (H1), pupuk hijau Colopogonium (H2) dan pupuk hijau gamal (H3). Faktor kedua merupakan takaran pupuk hijau yang terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu tanpa pupuk hijau (T0), 7,5 t ha-1 (T1), 15 t ha-1 (T2) dan 22,5 t ha-
1 (T3) yang menghasilkan 12 kombinasi perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan, sehingga menghasilkan 36 unit percobaan.
Secara umum, prosedur kerja penelitian ini terdiri atas pengolahan lahan, pembuatan petakan, dengan ukuran 1,25 x 1,75 m, pemasangan papan nama, aplikasi pupuk hijau, penanaman dan pemeliharaan.
Variabel pengamatan dalam penelitian ini yaitu: Diameter Batang (cm2). Jumlah Daun (helai), di hitung berdasarkan daun yang terbentuk pada umur 14, 28, 42 dan 56 HST.
Luas daun total (cm2); di ukur panjang dan lebar daun dihitung dengan rumus
LD = p (cm) x l (cm) x K (konstanta = 0,53) Tiap sampel diambil 3 tangkai daun yaitu daun atas, daun tengah dan daun bawah.
Pengukuran dilakukan pada umur 14, 28, 42 dan 56 HST.
Nisbah pupus akar (%); diamati dengan mengeringakan semua bagian tanaman kacang tanah dengan oven selama 2 x 24 jam dengan suhu 70 ͦ C, lalu menimbang bagian akar dan pupus secara terpisah.
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan pengaruh perlakuan (Fhitung >
Ftabel) maka dilanjutkan dengan Uji Beda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Diameter Batang. Hasil analisis ragam disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang kacang tanah yang diberi jenis pupuk hijau terbaik pada umur 14 HST diperoleh pada jenis pupuk hijau kirinyuh (H3) dan gamal (H2) sebesar 0,134 cm yang berbeda nyata dengan pupuk hijau colpogonium (H1). Pertumbuhan diameter batang terbaik pada umur 56 HST diperoleh pada jenis pupuk kirinyuh (H3) sebesar 0,588
cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya (H1 dan H2). Penambahan diameter batang terendah diperoleh pada jenis pupuk hijau colopogonium (H1) sebesar 0,130 cm umur 14 HST dan 0,540 cm umur 56 HST.
Diameter batang kacang tanah yang diberi takaran pupuk hijau terbaik diperoleh pada takaran 22,5 t ha-1 (T3) sebesar 0,408 cm yang berbeda tidak nyata dengan takaran 7,5 t ha-1 (T1) dan 15 t ha-1 (T2) serta berbeda nyata dengan kontrol (T0). Penambahan diameter batang terendah diperoleh pada kontrol (T0) sebesar 0,360 cm.
Tabel 1. Pengaruh mandiri jenis pupuk hijau terhadap diameter batang (cm) kacang tanah umur 14 dan 56 HST
Jenis Pupuk Hijau (H)
Umur Tanaman (HST)
14 56
H1 = Colopogonium 0,130 b 0,540 a
H2 = Gamal 0,134 a 0,576 a
H3 = Kirinyuh 0,134 a 0,588 a
BNJ α 0,05 = 0,003 0,053
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama (a-b) dinyatakan berbeda nyata pada taraf keperayaan 95%.
Jumlah Daun. Hasil analisis ragam disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan berbagi jenis dan takaran pupuk hijau
terdapat pengaruh interaksi sangat nyata maupun secara mandiri terhadap jumlah daun umur 14, 28, 42 dan 56 HST.
Tabel 2. Pengaruh interaksi perlakuan jenis dan takaran pupuk hijau terhadap jumlah daun (helai) pada umur 56 HST
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata BNJ α
0,05 H1 43,50aq 44,67bq 46,50bpq 49,00bp 45,92
3,59 H2 41,00aq 47,33abp 50,00ap 49,50bp 46,96
H3 42,67ar 48,50aq 48,00abq 53,83ap 48,25
Rata-rata 42,39 46,83 48,17 50,78
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama (a-b) dan kolom yang sama (p-r) dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%
Luas Daun Total. Hasil analisi ragam variabel pada luas daun total diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara pemberian berbagai jennis dan takaran pupuk hijau pada umur 14 HST. Namun, terdapat pengaruh interaksi yang sangat nyata pada umur 28 dan 42 HST. Demikian juga terdapat pengaruh interaksi yang nyata pada umur 56 HST. Namun secara mandiri
pemberian jenis pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada umur 28 dan berpengaruh nyata pada umur 42 HST.
Demikian juga pemberian takaran pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada umur 14, 28, 42 dan 56 HST.
Tabel 3. Pengaruh interaksi jenis dan takaran pupuk hijau terhadap luas daun total (cm2) pada umur 56 HST
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata BNJ α
0,05 H1 393,18aq 436,25apq 472,32apq 575,58abp 469,33
173,24 H2 337,35aq 501,09apq 512,02ap 415,21bpq 441,42
H3 409,11aq 468,87apq 514,29apq 612,46aq 501,18
Rata-rata 379,88 468,74 499,54 534,41
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (a-b) dan kolom yang sama (p- q) dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Nisbah Pupus Akar. Hasil analisis ragam Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan berbagi jenis dan takaran pupuk hijau
terdapat pengaruh interaksi yang sangat nyata terhadap nisbah pupus akar.
Tabel 4. Pengaruh interaksi jenis dan takaran pupuk hijau terhadap nisbah pupus akar (%)
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata BNJ α
0,05 H1 25,44aq 16,31aq 24,50ap 23,80ap 22,51
6,67 H2 14,94bq 15,15aq 19,77abpq 24,91ap 18,69
H3 12,70bp 13,61ap 15,28bq 16,03bp 14,41
Rata-rata 17,69 15,02 19,85 21,58
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama (a-c) dan kolom yang sama (p-q) dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis ragam diameter batang di peroleh bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata tehadap pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap diameter batang. Namun secara mandiri, pemberian jenis pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada umur 14 HST. Hasil analisi ragam variabel pada luas daun total diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara pemberian berbagai jennis dan takaran pupuk hijau pada umur 14 HST. Namun, terdapat pengaruh interaksi yang sangat nyata pada umur 28 dan 42 HST. Demikian juga terdapat pengaruh interaksi yang nyata pada umur 56 HST. Namun secara mandiri pemberian jenis pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada umur 28 dan berpengaruh nyata pada umur 42 HST. Pemberian takaran pupuk hijau juga memberikan pengaruh sangat nyata pada umur 14, 28, 42 dan 56 HST. Sedangkan hasil analisis ragam pada variabel nisbah pupus akar menunjukkan pengaruh interaksi yang
22,5 ton ha-1 (H3T3) mampu memberikan pengaruh terbaik pada jumlah daun dan luas daun total tanaman kacang tanah. Terjadinya peningkatan pertumbuhan ini diduga dipengaruhi oleh kandungan N cukup tinggi oleh gulma kirinyuh yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik. Pemupukan tanaman jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Jika pemupukan dalam jumlah berlebih pertumbuhan tanaman akan tertekan.
Sebaliknya, pemupukan dalam jumlah sedikit menyebabkan kekurangan hara bagi tanaman (Lubis, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada nisbah pupus akar (NPA). Nilai nisbah pupus akar tertinggi diperoleh pada jenis pupuk hijau gamal dengan takaran 22,5 ton ha-1 (H2T3), namun pada takaran 15 ton ha-1 (H2T2) menunjukkan nilai nisbah pupus akar yang tidak berbeda nyata dengan. Hal ini menunjukkan bahwa pada takaran pupuk hijau 15 ton ha-1 sudah mampu menyediakan nutrisi yang cukup
pupuk hijau yang digunakan. Lakitan (2002) mengemukakan bahwa jumlah bahan kering tanaman sangat tergantung pada jumlah serapan hara oleh akar yang berlangsung selama proses pertumbuhan. Semakin banyak hara yang diserap oleh akar tanaman maka akan semakin tinggi total bahan kering yang dihasilkan tanaman. Lebih lanjut, nilai nisbah pupus akar yang dihasilkan dalam penelitian ini tergolong dalam nilai yang tidak ideal karena memiliki nilai nisbah pupus akar yang lebih dari tiga.
Nirmala & Irwan (2007) memamparkan bahwa nilai nisbah pupus akar yang ideal bagi tanaman pangan bernilai tiga. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran fotosintat yang tidak merata atau lebih difokuskan ke arah pertumbuhan tajuk tanaman. Sebaran fotosintat yang tidak merata ini diduga disebabkan oleh kadar N dalam tanah yang cukup tinggi sehingga N yang diserap oleh akar langsung dipergunakan dalam pembentukan asam amino dalam akar. Purnama et al., 2021) mengemukakan bahwa kadar nitrat (N) yang cukup menyebabkan nilai NPA tinggi, hal ini disebabkan oleh nitrat yang diserap oleh akar segera digunakan dalam pembentukkan asam amino dalam akar. Bersamaan dengan karbohidrat yang turun dari daun terbentuklah protein yang digunakan dalam pembentukan akar. Kadar N tanah yang rendah menyebabkan akar tumbuh relatif lebih besar dibanding tajuk tanaman sehingga nilai NPA menjadi rendah.
Tingginya nilai NPA ini berbanding lurus dangan luas daun, dimana semakin luas suatu daun maka semakin besar nilai NPA. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan vegetatif yang pesat sehingga jumlah karbohidrat yang diangkut ke relatif rendah. Akibatnya akar mengalami kekurangan karbohidrat dan protein yang menyebabkan pertumbuhan akar lebih lambat dibanding pertumbuhan daun, sehingga nisbah pupus akar menjadi tinggi (Darmawan &
Baharsjah, 2010).
SIMPULAN
Pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau mampu memberikan pengaruh positif terhadap semua variabel pertumbuhan
tanaman kacang tanah jika dibanding dengan tanpa pemberian pupuk hijau. Terdapat pengaruh mandiri perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap pertumbuhan kacang tanah pada tanah ultisol. Kombinasi perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau dengan respon pertumbuhan tanaman kacang tanah terbaik diperoleh pada jenis pupuk hijau kirinyuh (H3T3).
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A.R., Yulfita, F., & Ermadani. (2011).
Aplikasi Pupuk Hijau (Calopogonium mucunoides dan Pueraria Javanica) Terhadap Air Tanah Tersedia dan Hasil Kedelai. Jurnal Hidrolitan, 2(1), 31–39.
Badan Pusat Statistik. (2019). Sulawesi Tenggara dalam angka 2018. BPS Sultra. Kendari.
Darmawan, J., & Baharsjah, J.S. (2010). Dasar- dasar fisiologi tanaman. Jakarta. SITC Lakitan, B. (2002). Fisiologi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lubis, A.U. (2008). Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jack) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sumatra Utara
Nirmala, T. & Irwan, A.W. (2007). Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor. Pustaka Giratuna. Bandung.
Purnama, A.M.S., Jenal, M., & Hani, H.N. (2021).
Pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair (POC) Azolla pinnata dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau (Brassica junceae L.). Jurnal Agroteknologi dan Sains, 6(1), 65-77.
Rahmiana A.A. & Ginting E. (2012). Kacang Tanah Lemak Rendah. Mingguan Sinar Tani, 9-11, 34-49
Respati, E., Hasanah, L., Wahyuningsih, S., Sehusman, Manurung, M., Supriyati, Y., &
Rinawati. (2013). Kacang Tanah. Buletin Konsumsi Pangan Pusdatin, 4(1), 6-15.
Suprapto, Adijaya, I.N., Mahaputra, I.K., & Yasa, I.M.R. (2000). Penelitian Sistem Usahatani Diversifikasi Lahan Marginal. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.