• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA JO PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 9/PUU-XVIII/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERUBAHAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA JO PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 9/PUU-XVIII/2020"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah penerapan konsep pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) dalam undang-undang nomor 5 tahun 2014 bagi aparatur sipil negara khususnya pasal 99 ayat 1 telah memberikan perlindungan hukum. . bagi profesi guru dan untuk mengetahui Bagaimana konsep penerapan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang memberikan perlindungan hukum terhadap profesi guru pasca Putusan Mahkamah Konstitusi no. 9/PUU-XVIII/2020. Kata Kunci: Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Profesi Guru, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 9/Puu-Xviii/2020. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen tidak mengatur apakah guru termasuk dalam pegawai pemerintah dengan kontrak kerja (PPPK), namun dalam Keputusan Menteri Penguatan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atau Kepmenpan RB Nomor 1197 Tahun 2021 tentang dengan Jabatan Fungsional Dijelaskan, pegawai dengan Perjanjian Kerja Pemerintah sebanyak 185 jabatan fungsional yang dapat diisi oleh PPPK, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan, salah satunya adalah guru.

Dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN), kita tidak lagi mengenal pegawai honorer, melainkan pegawai kontrak. Pegawai Negeri Sipil dengan Perjanjian Kerja (PPPC) adalah proses pengangkatan seseorang yang memenuhi sejumlah persyaratan untuk mengisi suatu jabatan atau jabatan tertentu di pemerintahan. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebagai guru honorer adalah perseorangan yang ditetapkan sebagai guru non-ASN pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

Jadi, ketentuan pegawai pemerintah berdasarkan kontrak kerja (PPPC) tidak bisa diterapkan pada pekerja honorer. Oleh karena itu, jika dilihat dari akibat Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 9/PUU-XVIII/2020, sebagaimana seharusnya dalam UUD 1945 ayat 4 yang berbunyi. Oleh karena itu penulis mengangkat penelitian ini menjadi sebuah artikel yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU PROFESIONAL YANG MEMILIKI STATUS PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 9/PUU-XVIII/PUU-XVIII.

Rumusan Masalah

Metode Penelitian

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mencari dan mengkaji bahan pustaka berdasarkan kekuatan pengikatannya yang terdiri atas: Bahan hukum primer yaitu semua dokumen peraturan yang bersifat mengikat dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang yaitu berupa peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder yaitu segala dokumen yang bersifat keterangan atau hasil kajian mengenai tanggung jawab pemerintah seperti seminar hukum, majalah, karya ilmiah mengenai tanggung jawab pemerintah dalam memperluas kesempatan kerja sebagai wujud terwujudnya kesejahteraan rakyat sesuai dengan amanat Undang-undang. UUD 1945 dan berbagai sumber situs internet terkait permasalahan di atas. Bahan hukum tersier yaitu segala dokumen yang memuat konsep-konsep yang mendukung bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, indeks, artikel atau manual, bahan referensi.

PEMBAHASAN

Perlindungan Hukum Bagi Profesi Guru Yang Berstatus Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

Harapan tanggung jawab dan pengabdian dalam pendidikan dan kemajuan bangsa terletak pada guru, oleh karena itu berdasarkan undang-undang Republik Indonesia no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Guru Pendidik Profesional dengan tugas utama pendidikan, bimbingan, bimbingan, pelatihan, penilaian, penilaian peserta didik pada pendidikan prasekolah melalui pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pemahaman normatif guru sebenarnya dilindungi sebagaimana diatur dalam Pasal 39 UU No. 14 Tahun 2005 (1) yang berbunyi: “Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya”.Beban berat yang ditanggung guru berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat agar mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, terarah.

Dalam undang-undang no. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, khususnya pada ayat 1 Pasal 99 yang berbunyi “PPPC tidak dapat serta-merta diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil”, artinya PPPK harus menyeleksi kembali CPNS melalui jalur umum. Permasalahan selanjutnya adalah guru honorer tidak bisa mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam undang-undang no. 5 Tahun 2014 dalam Permenpan 36/2018, hanya karena guru-guru tersebut tidak termasuk dalam golongan honorer II, dan juga tidak dapat mengikuti seleksi PPPK sebagaimana diatur dalam undang-undang no. 5 Tahun 2014, juga terhambat hanya karena tidak termasuk dalam penghargaan kehormatan kategori II, padahal sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014, PPPK diperuntukkan bagi pelamar umum, tidak hanya mantan pekerja honorer II. Selain itu, perlindungan hukum di Indonesia diatur dalam amanat konstitusi, khususnya pada ayat 1 Pasal 28 D UUD 1945, yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan atas jaminan, perlindungan, dan jaminan hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan masyarakat. hukum" " .

Dari kedua pasal tersebut terlihat jelas bahwa penegakan hukum dan perlindungan hukum di Indonesia dapat dikatakan penting dan menjadi landasan dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan jika tidak ada penegakan dan perlindungan hukum di Indonesia, maka seluruh hak warga negara akan rentan terhadap pelanggaran, baik yang dilakukan oleh sesama warga negara itu sendiri maupun yang dilakukan oleh pihak berwenang. Supremasi hukum tidak akan terwujud apabila suatu negara tidak menjunjung tinggi tujuan hukum yaitu perlindungan hukum.

Bersumber dari berbagai buku hukum, faktor-faktor yang mempengaruhi pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tidak hanya terbatas pada aturan hukum tersebut di atas. Ternyata hal itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Penegakan hukum merupakan upaya pihak-pihak tertentu untuk menegakkan hukum. mempunyai peran penegakan hukum yang sesuai dengan tugasnya masing-masing. Masyarakat Pentingnya penegakan dan perlindungan hukum tidak hanya bergantung pada hukum dan penegakan hukum.

Namun masyarakat juga berperan penting dalam mencapai perlindungan dan penegakan hukum. Oleh karena itu, masyarakat juga harus mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tidak hanya bergantung pada hukum dan penegakan hukum. Untuk itu, sebagai wujud penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pemerintah harus menjunjung tinggi asas tanggung jawab perlindungan hukum yang dicanangkan.

Profesi guru merupakan suatu profesi yang sangat mulia dan patut ditiru, merekalah yang bertugas mendidik masyarakat sehingga lahir generasi yang cerdas dan cakap. sumber daya. (SDM) melalui pendidikan, juga dalam kaitannya dengan tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-4 yang berbunyi “..untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan menumpahkan darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Konsep Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Yang Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Guru

Pelamarnya adalah perorangan yang semuanya bekerja sebagai pegawai honorer di instansi pemerintah. Mahkamah Konstitusi mengakui kedudukan hukum para tenaga honorer, namun mengenai permohonan uji materi ini telah ada putusan Mahkamah Konstitusi yaitu putusan Mahkamah Konstitusi no Konsep pegawai negeri dengan kesepakatan bersama (PPPK) Setelah putusan MK no 9/PUU-XVIII/2020 yang dilaksanakan, profesi guru hendaknya mempunyai kekhususan dengan mempertimbangkan bahwa profesi guru berkaitan langsung dengan tujuan negara, yang antara lain meliputi jelasnya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yang berbunyi “..melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa” sangatlah penting.

Apalagi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa setiap pekerja atau pegawai, khususnya guru atau pendidik yang bekerja pada instansi pemerintah atau pegawai swasta atau pegawai pada umumnya, pasti menginginkan atau mendapatkan perlindungan hukum dalam status kepegawaiannya. Hal itulah yang diharapkan dari profesi guru honorer yang sekarang disebut PPPK, karena pada peraturan sebelumnya seperti pada PP nomor 48 tahun 2005 yang mengangkat langsung CPNS, harus ada skala prioritas dalam pengangkatan guru yang setelahnya maksimal. masa kerja lima tahun langsung diangkat menjadi PNS, padahal saat ini hambatan untuk diangkat menjadi profesi guru sangat terbatas dan banyak kendala. Melihat aturan sebelumnya, jelas bahwa untuk profesi guru ada kekhususan dalam PP nomor 48 tahun 2005 tentang pengangkatan tenaga honorer sebagai calon pegawai negeri sipil pada Pasal 3 ayat 1 huruf a.

“Pengangkatan tenaga honorer sebagai calon PNS merupakan prioritas bagi mereka yang menjalankan tugasnya sebagai guru.” Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil juga memperjelas hal-hal berikut ini. Pengangkatan tenaga honorer sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada umur dan masa kerja sebagai berikut.

Tenaga kehormatan yang berumur sekurang-kurangnya 46 (empat puluh enam) tahun dan telah bekerja terus menerus selama dua puluh (dua puluh) tahun atau lebih. Tenaga kehormatan yang berumur sampai dengan 46 (empat puluh enam) tahun dan telah bekerja terus menerus selama 10 (sepuluh) tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 20 (dua puluh) tahun. Tenaga kehormatan yang berumur paling banyak 40 (empat puluh) tahun dan telah bekerja terus menerus selama 5 (lima) tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 10 (sepuluh) tahun.

Tenaga honorer yang berumur paling banyak 35 (tiga puluh lima) tahun dan telah bekerja terus menerus selama 1 (satu) tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 5 (lima) tahun. Pengabdiannya yang panjang patut diapresiasi dan dihargai dengan mengangkat tenaga honorer, khususnya guru, yang dapat diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan kontrak kerja (PPPK) tanpa tes dan segera menjadi PNS.

PENUTUP 1. Kesimpulan

Saran

Jika kontrak tersebut diputus setahun yang lalu dan penilaian yang dilakukan oleh gubernur provinsi lebih bermotif politik, tentu akan berdampak buruk pada masa depan karir guru tersebut. PNS DENGAN KONTRAK KERJA (PPPC): REVIEW ATAS UNDANG-UNDANG ASAP NOMOR 5 TAHUN 2014”. Analisis perbandingan pegawai negeri dengan kontrak kerja (PPPK) dalam paradigma UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara”.

“Pembelian Pegawai Negeri dengan Kontrak Kerja (PPPK) pada Formasi Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.” TANTANGAN DAN PELUANG PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJA BAGI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DAERAH”. Disharmoni RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan dengan asas Undang-Undang Pokok Pertanian Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA).

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 1197 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional yang Dapat Diisi oleh Pegawai Negeri Sipil dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 3767/B.B1/hk tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Seleksi Penerimaan Pegawai Negeri dengan Perjanjian Kerja Jabatan Fungsional Guru pada Pemerintah Daerah Tahun 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 sehubungan dengan penunjukan staf. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 9/PUU-XVIII/2020 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Perundang-undangan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Hasil penelitiaan ini menunjukkan, Pasal 18b ayat 2, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Desa Nomor 06 Tahun 2014 maupun Peraturan Pemerintah