• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIDANA KEALPAAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PIDANA KEALPAAN "

Copied!
99
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Faedah Penelitian

Tujuan Penelitian

Tesis ini merupakan penelitian yang mengkaji penyelesaian kasus-kasus tindak pidana kelalaian akibat kelalaian pengemudi dan penyelesaiannya. Jenis tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan korban menderita luka berat diatur dalam Pasal 360 ayat (1) KUHP sama dengan unsur Pasal 359 KUHP. Pertanggungjawaban pidana adalah perbuatan yang secara pidana bertanggung jawab terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana.

Pertanggungjawaban pidana mengarah pada keyakinan pelaku jika ia melakukan kejahatan dan memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana yang ditentukan dalam undang-undang. Karena pertanggungjawaban pidana mensyaratkan secara subyektif bahwa orang yang melakukan kejahatan itu memenuhi syarat untuk dipidana. Namun sebaliknya, jika pelaku tidak memenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam Pasal 44 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), maka pelaku bertanggung jawab atas perbuatan yang merupakan tindak pidana kelalaian.

Oleh karena itu, dalam hal ini asas legalitas harus berkompromi dan asas legalitas ekstrovert. Tindak pidana kelalaian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), apabila perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsurnya. Dalam tindak pidana kelalaian diketahui ada dua hal yang membedakan antara perbuatan yang mengakibatkan luka sementara dan luka berat. Untuk itu, dalam menjatuhkan hukuman yang sah, hakim harus sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana.

Padahal, hal itu dimaksudkan untuk memberikan efek jera kepada pelaku yang melakukan tindak pidana agar perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak terulang lagi. Jangka waktu kurungan paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 1 (satu) tahun. b. Pidana penjara dijatuhkan kepada orang yang melakukan tindak pidana. Terlepas dari rekonsiliasi yang dilakukan oleh keduanya, sudah seharusnya pidana penjara dilaksanakan agar pelaku tindak pidana kelalaian mendapat bela sungkawa atas perbuatan yang melanggar ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dalam hal ini tindak pidana kelalaian.

Tindak pidana kelalaian sebagaimana diatur dalam Pasal 360 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), apabila perbuatan pelaku tindak pidana kelalaian memenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam pasal tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

Defenisi Operasional

Keaslian Penelitian

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Alat Pengumpul Data
  • Analisis Data

Secara umum, kami membedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data dari bahan pustaka. Bahan hukum primer adalah bahan yang bersifat mengikat seperti dalam penelitian: KUHP tentang kelalaian, UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kejaksaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum biasanya dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif tergantung dari jenis dan tujuan penelitian tersebut.9.

Dengan mengolah data yang diperoleh dari studi dokumen dengan mencari literatur, hasil penelitian ini menggunakan analisis kualitatif.

Dampak Tujuan Pemidanaan

  • Tinjauan umum tentang tindak pidana kealpaan
  • Teori Pemidanaan
  • Jenis-Jenis Pemidanaan

Retributif memandang proporsionalitas sebagai fokus penegakan pidana, sedangkan proporsionalitas preventif sebagai asas pembatas yang melarang penjatuhan pidana yang tidak sebanding dengan kejahatan dan tanggung jawab pelaku. Penjara merupakan salah satu jenis tindak pidana yang disebut juga tindak pidana perampasan kemerdekaan atau tindak pidana kehilangan kemerdekaan, dan pidana penjara juga merupakan pidana penjara. Pidana penjara dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) bervariasi dari pidana penjara sementara minimal 1 hari sampai pidana penjara seumur hidup.

Hal ini sesuai dengan sistem pidana dalam KUHP, dimana pidana penjara menempati urutan ketiga di bawah pidana mati dan pidana penjara.

Tindak Pidana Kealpaan

  • Dasar Hukum Tindak Pidana Kealpaan
  • Sanksi Tindak Pidana Kealpaan
  • Unsur-Unsur Tindak Pidana Kealpaan

Menurut tujuannya, sanksi pidana dimaksudkan untuk menimbulkan penderitaan khusus bagi pelaku kejahatan, agar ia merasakan akibat perbuatannya, dan merupakan bentuk teguran terhadap perbuatan pelaku. Dari sudut pandang teori pemidanaan, sanksi tindakan adalah sanksi atas tindakan yang tidak bersifat pembalasan. Bertujuan khusus untuk pencegahan (pencegahan suatu peristiwa atau perilaku atau mengantisipasi upaya pencegahan terjadinya peristiwa atau perilaku) secara konkrit yaitu melindungi masyarakat dari ancaman yang dapat merugikan kepentingannya.

Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, baik pencegahan khusus yang ditujukan kepada pelaku maupun pencegahan umum yang ditujukan kepada masyarakat. Tindak pidana akan diperparah jika akibat yang dilarang itu terjadi, dan akibat yang dilarang itu telah diramalkan oleh pelakunya atau terjadi kesalahan. Dalam bagian kedua tentang penciptaan tindak pidana materiil, ditetapkan beberapa pasal yang diciptakan dengan menggabungkan tindak pidana kelalaian yang menimbulkan akibat yang dilarang dan tindak pidana yang memenuhi syarat.

Menurut M.v.T yang dikutip dalam buku Didik Endro Purwoleksono, ada keadaan-keadaan yang membahayakan keselamatan orang atau barang, atau menyebabkan kerugian seseorang yang begitu besar dan tidak dapat diperbaiki, sehingga hukum pun bertindak terhadap sikap (kelalaian) yang tidak disengaja dan sembrono itu. Misalnya, karena kelalaiannya menyebabkan orang lain mati, maka orang itu diancam dengan pasal 359 KUHP. Yang dimaksud dengan ketidaksengajaan di sini adalah bahwa pelaku kejahatan tidak melakukan penelitian, keterampilan atau upaya pencegahan yang nyata dalam keadaan tertentu atau dengan cara melakukan perbuatan itu.

Dalam kitab hukum pidana, Remmelink mengomentari pasal-pasal terpenting dalam hukum pidana Belanda, dan dalam kitab hukum pidana Indonesia, ia menuliskan pandangannya tentang kelalaian (culpa), yang dikutip Didik Endro Purwoleksono, sebagai berikut: 13. Tanpa maksud (dolus), keuntungan hukum seseorang masih dapat terancam akibat kelalaian orang lain c.

Putusan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman

  • Hal-Hal Yang Dapat Meringankan Dan Memberatkan
  • Ciri-Ciri Luka Berat Korban Tindak Pidana
  • Ciri-Ciri Luka Ringan Korban Tindak Pidana
  • Efek Dari Penjatuhan Hukuman Oleh Hakim

Sedangkan dalam Pasal 360 KUHP, akibat perbuatan seseorang mengalami luka berat. Maka betapa hebatnya luka atau penyakit tersebut jika dapat sembuh kembali dengan sempurna dan tidak menyebabkan kematian (para ahli atau penyembuh yang dapat menjelaskan hal ini) yang mengatakan itu adalah luka yang serius. Misalnya seorang penyanyi, jika lehernya rusak sehingga tidak bisa bernyanyi selamanya, itu adalah luka yang serius.

Pikiran terganggu, . bingung, tidak bisa berpikir normal, yang semuanya harus bertahan lebih dari empat minggu agar cedera serius terjadi. Luka berat yang dimaksud adalah luka yang diderita oleh korban tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan luka tidak kunjung sembuh atau luka berat yang diderita membuat korban tidak dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari karena luka berat tersebut menyebabkan cacat tetap. Menurut penulis, yang membedakan luka ringan dengan luka berat adalah jika luka korban, sebesar apapun, jika dapat sembuh kembali seperti semula dan tidak menimbulkan kerusakan atau kematian, itu adalah luka ringan.

29 . sebaliknya, jika luka yang diderita korban tidak dapat sembuh kembali dan dapat menimbulkan luka atau kematian, maka disebut luka berat. Dapat dipahami bahwa menurut hemat penulis, luka berat yang dialami korban merupakan luka permanen yang menyebabkan korban kehilangan sebagian akal sehatnya, sehingga dalam hal ini korban tidak dapat bekerja selamanya akibat luka yang diderita oleh korban. Dalam hukum Indonesia, luka berat hanya diatur dalam Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Luka sedang dapat mengacu pada Pasal 360 Ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sehingga dapat dirumuskan bahwa luka sedang bukanlah luka berat maupun luka ringan. Luka atau cidera yang berada diantara luka ringan dan luka berat dapat dianggap sebagai luka sedang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Sanksi Atas Delik Kealpaan Yang Menyebabkan

Ini digunakan tidak hanya untuk menghukum penjahat atas kejahatan yang mereka lakukan, tetapi pada saat yang sama berguna untuk kepentingan melindungi masyarakat. Perbuatan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari akibat, selama akibat yang dilarang itu tidak timbul, tidak dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam susunan kata delik. Dalam pertimbangan di luar hukum, hakim melihat latar belakang terdakwa yang melakukan tindak pidana, faktor apa yang menyebabkan adanya keinginan atau dorongan untuk melakukan tindak pidana, dan apa akibat dari perbuatan terdakwa, serta keadaan atau keadaan terdakwa.

Dalam perkara ini, majelis hakim dalam putusan Nomor 241/Pid.B/2019/PN.Mjl memvonis terdakwa Irfan Nur Alam Bin KarnaSobahi dengan pasal tindak pidana kelalaian mengakibatkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga menjadi sakit sementara dengan pidana penjara selama 1 (satu) lima belas) 5 hari. Majelis hakim menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana karena kesalahan atau kelalaian perbuatan terdakwa yang mengakibatkan orang-orang dirugikan. Hakim dalam memutus suatu perkara, khususnya terhadap pelaku tindak pidana culpa memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu agar setiap putusan yang diambil dapat mencerminkan asas keadilan bagi setiap anggota masyarakat, baik tersangka maupun korban.

Berbicara tentang hukuman seseorang yang melanggar apa yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pidana penjara merupakan hukuman yang pantas diberikan kepada pelaku tindak pidana, mengingat majelis hakim telah membuktikan bahwa pelaku tindak pidana melakukan tindak pidana karena kelalaian. Penjara atau kurungan adalah suatu bentuk hukuman dengan membebaskan seseorang karena melakukan kejahatan.

Hakim harus bertanggung jawab atas perbuatannya dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa yang melakukan perbuatan lalai dalam asas penyimpangan dan hukuman yang diberikan oleh hakim sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pelaku perbuatan lalai tersebut. Pelaku tindak pidana kelalaian harus diberikan sanksi dimana penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana bukan sebagai arena balas dendam melainkan sebagai perbaikan agar pelaku tindak pidana kelalaian berubah menjadi lebih baik setelah menjalani hukuman dan dapat diterima kembali oleh masyarakat, dan yang terpenting tidak mengulangi lagi tindak pidana kelalaian tersebut. 241/Pid.B/2019/PN.Mjl harus dipidana dengan pidana penjara yang dilaksanakan setelah pembacaan putusan, agar pembuat perbuatan kecerobohan dalam peristiwa itu tidak mengulangi lagi perbuatan kecerobohannya karena sangat disayangkan pembuat tindak pidana diberikan karena kecerobohan oleh hakim.

From No Guilt Without Guilt to No Criminal Liability Without Guilt Tinjauan kritis terhadap teori pemisahan kejahatan dan pertanggungjawaban pidana.

Referensi

Dokumen terkait

That is, taking the movie Battle of Changjin Lake, which hits in 2021, as an example, combined with Chen Kaige’s narrative aesthetics, especially the use of color to express the