• Tidak ada hasil yang ditemukan

A plant of Maninjau Lake which exist is eceng gondok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "A plant of Maninjau Lake which exist is eceng gondok"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRUKTUR ANATOMI ORGAN VEGETATIF ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) DI DANAU MANINJAU

Arlina1, Lince Meriko2, Elza Safitri2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat arlinahary@gmail.com

ABSTRACT

Various activities around the Maninjau Lake can produce some waste both organic and non-organic materials that give some bad effects to the lake water. An effect of the pollution is so many fish die-off. Besides, the waste also give effect to the plants. A plant of Maninjau Lake which exist is eceng gondok. Research aimed to find out the anatomical structure of vegetative organs of eceng gondok at Maninjau Lake. This research used descriptive qualitative method as comparing eceng gondok was taken in some waste water place (Maninjau Lake) such as in the road side, near the ship, near keramba jaring apung, near garbage piled and near the rice field, with eceng gondok was taken eceng gondok which washed and grown in fresh water for a month. The result it’s found that anatomy of eceng gondok which lives in water and wastewater has some differences in some aspects there are 15 differences in the root anatomical structure of eceng gondok 5 differences in anatomical of the stem, 9 differences in anatomical of the leaves and 5 differences in the stalk of leaf.

Keywords : Anatomical structure, Maninjau lake, Eceng gondok, Vegetative organs

PENDAHULUAN

Danau Maninjau merupakan danau terpenting di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten Agam.

Danau ini merupakan danau kaldera yang terbentuk dari aktivitas vulkanik, terletak pada ketinggian 4611,50 m di atas permukaan laut dengan luas 9737,50 hektar. (LIPI, 2001 dalam Marganof, 2007).

Danau Maninjau mengalami peningkatan pencemaran dari tahun ke tahun yang dilihat dari kekeruhan dan

kandungan logam. Sesuai dengan pernyataan Bappeda Agam (2003) dalam Marganof (2007) yaitu Danau Maninjau mengalami peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, kadar nitrit, fosfat dan DDT serta Fecal coliform akibat tingginya aktivitas masyarakat di sempadan danau. Hasil penelitian Yusuf, dkk (2011) mengungkapkan bahwa hasil analisis sedimen sekitar keramba jaring apung di perairan Danau Maninjau terdapat kandungan logam berat yaitu berupa Fe

(2)

2 berkisar 772,77-946,78 mg/kg, logam Cu berkisar antara 447,92-531,44 mg/kg, logam Pb berkisar antara 356,81-483,47 mg/kg dan logam Cd berkisar antara 249,68-318,95 mg/kg.

Berdasarkan hasil survei dan wawancara, didapatkan hasil bahwa di sekitar Danau Maninjau terdapat paparan sawah yang luasnya lebih dari 1 ha, dan dalam pengelolaannya masyarakat menggunakan pupuk dan pestisida yang aliran irigasinya langsung menuju ke perairan Danau Maninjau. Di pinggiran jalan raya Danau Maninjau terdapat beberapa usaha bengkel warga yang aliran limbahnya juga langsung menuju ke perairan Danau Maninjau. Di perairan Danau Maninjau terdapat usaha keramba yang menjadi mata pencaharian warga setempat. Dalam kegiatannya masyarakat menggunakan perahu dengan bantuan bahan bakar berupa bensin untuk menuju ke keramba tersebut, serta terdapat beberapa limbah berupa sampah, kotoran sampai hasil air cucian masyarakat yang dibuang langsung ke badan perairan. Kegiatan masyarakat tersebut memungkinkan menambah pencemaran di Danau Maninjau.

Salah satu akibat pencemaran yang terjadi di Danau Maninjau adalah kematian ikan secara massal. Selain berdampak pada ikan, logam berat juga berdampak pada tanaman. Logam berat dapat masuk ke dalam tanaman dan merusak jaringan tanaman. Salah satu tanaman yang terdapat di Danau Maninjau adalah eceng gondok.

Menurut Gomes (2011) dalam Rahardjo (2014) Logam berat dapat memicu atau mengganggu proes perkembangan dari sel-sel mesofil daun. Logam berat menyebabkan struktur mesofil menjadi lebih tebal atau justru menipis akibat terhambatnya proses penebalan dan pemanjangan sel.

Hasil dari penelitian terdahulu tentang adaptasi morfologi fisiologi dan anatomi eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di berbagai perairan tercemar telah dilaporkan oleh Haryanti, dkk (2012) yang melakukan percobaan dengan perlakuan penambahan 3 macam limbah (LIK, obat, dan pengecoran logam) dengan unsur-unsur yang terkandung yaitu Fe, Cd, Pb, Zn, Cu, Mn, dan Al. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa secara morfologis daun eceng gondok

(3)

3 beradaptasi pada perairan tercemar limbah obat, secara fisiologis daun eceng gondok beradaptasi ditunjukkan kandungan klorofilnya yang meningkat pada ketiga perairan tercemar limbah, dan secara anatomis tangkai daun eceng gondok beradaptasi pada perairan tercemar limbah pengecoran logam dan akar ditunjukkan pada perairan tercemar limbah obat. Tujuan penelitian adalah untuk melihat

“Struktur Anatomi Organ Vegetatif Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di Danau Maninjau”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2017 di Laboratorium Botani Kampus STKIP PGRI Sumatera Barat.

Pengambilan sampel diambil Danau Maninjau pada daerah Banda Koto Desa Ambacang Nagari Koto Malintang kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Pengambilan sampel dilakukan dengan penentuan lima lokasi yang berbeda (pinggir jalan rayaa, dekat kapal, dekat keramba, dekat sampah dan dekat sawah) Pengambilan sampel dilakukan pada saat kondisi Danau Maninjau sedang

mengalami kematian ikan masal yang berkepanjangan. Sedangkan untuk pengambilan eceng gondok di tempat air bersih diambil di danau maninjau yang kemudian dipindahkan dalam wadah dan air yang bersih serta dibiarkan dalam jangka waktu sebulan.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pembuatan preparat semi permanen.

Organ vegetatif yang terdiri dari ; akar, batang, daun dan tangkai daun yang disayat melintang dengan menggunakan pisau yang tajam dengan bantuan gabus untuk memudahkan penyayatan agar lebih tipis. Hasil sayatan yang sudah tipis dimasukkan kedalam safranin yang sebelumnya telah diberi tambahan air agar tidak terjadi pengentalan warna pada jaringan. Sayatan dimasukkan kedalam safranin selama 5-10 menit. Ambil sayatan dan letakkan di tengah kaca objek dan kembali diberi beberapa tetesan air. Tutup sayatan dengan kaca objek. Hasil sayatan yang telah diwarnai, diberi kutek (cat kuku) dengan warna bening di pinggiran kaca objek sampai mengelilingi objek sehingga memungkinkan tidak masuknya udara kedalam objek. Hasil

(4)

4 sayatan yang sudah diseleksi diamati di bawah mikroskop (Olympus) kemudian diukur dengan mikrometer dan difoto (hasil sayatan dan hasil ukuran) dengan kamera.

Data yang diperoleh dari penelitian ini dihitung dari 5 sel pada jaringan dan di rata-ratakan kemudian di cari nilai Standar Deviasinya (STDEV).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

A. Struktur Anatomi Akar Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm)

Struktur anatomi akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) secara sentripental tersusun atas jaringan epidermis, jaringan eksodermis, jaringan korteks, jaringan endodermis, dan stele (perisikel, xilem, floem, empulur) seperti terlihat pada Gambar 3.

1) Epidermis

Epidermis pada akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) pada seluruh pengambilan sampel terdiri dari 1 lapis sel epidermis. Bentuk sel epidermis akar eceng gondok pada lokasi perairan

bersih, di pinnggir jalan raya, dekat kapal, dekat keramba dan dekat tumpukan sampah terdiri dari segi 5, sedangkan bentuk sel epidermis akar eceng gondok pada lokasi dekat sawah terdiri dari segi 4 (persegi) (Gambar 4).

Gambar 3. Penampang melintang akar eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ep: epidermis, ek: eksodermis, al: akar lateral k: korteks, aer: aerenkim, ed: endodermis, prs: perisikel fl: floem, xl: xilem, mx: metaxilem, px:

protoxilem, emp: empulur).

Gambar 4. Penampang melintang epidermis akar eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ep:

epidermis, ek: eksodermis k: korteks, aer: aerenkim).

(5)

5 2) Eksodermis

Eksodermis pada akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) pada seluruh pengambilan sampel terdiri dari 1 lapis sel eksodermis. Bentuk sel eksodermis akar eceng gondok pada lokasi perairan bersih, dekat kapal, dekat keramba, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah terdiri dari segi 3, sei 4, segi 5 dan segi 6. Sedangkan bentuk sel eksodermis akar eceng gondok pada lokasi di pinnggir jalan raya terdiri dari segi 4 dan segi 5 saja (Gambar 4).

3) Korteks

Korteks akar eceng gondok berada di bawah lapisan eksodermis dan tersusun atas jaringan parenkim.

Jaringan parenkim pada akar eceng gondok memiliki bentuk, lapisan dan ukuran yang bervariasi. Bentuk sel parenkim akar eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan lokasi di dekat sawah terdiri dari bentuk sel segi 6, sedangkan bentuk sel parenkim akar eceng gondok pada lokasi di pinggir jalan raya dan lokasi dekat tumpukan sampah mmiliki bentuk sel segi 6 dan segi 7. Berbeda pula bentuk sel parenkim akar eceng gondok pada lokasi di dekat kapal dan lokasi

keramba miliki bentuk sel segi 5, segi 6, dan segi 7. Jumlah lapisan sel parenkim pada lokasi perairan bersih, di pinnggir jalan raya, dekat kapal, dekat keramba dan dekat tumpukan sampah terdiri dari 3 lapis, sedangkan pada lokasi dekat sawah terdiri dari 4 lapisan sel parenkim (Gambar 5).

Secara umum pada bagian bawah korteks diisi oleh jaringan aerenkim.

Jaringan aerenkim berbentuk memanjang dan mengelilingi silinder pusat pada akar eceng gondok serta memiliki rongga-rongga antar sel (Gambar 5).

Gambar 5. Penampang melintang korteks akar eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D.

Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ep: epidermis, ek:

eksodermis, k: korteks, aer:

aerenkim, ed: endodermis, prs:

perisikel, xl: xilem, fl: floem, emp:

empulur).

4) Endodermis

Endodermis akar eceng gondok berada di bawah lapisan aerenkim pada korteks akar. Jaringan endodermis pada akar eceng gondok memiliki bentuk, lapisan dan ukuran yang bervariasi.

(6)

6 Bentuk sel endodermis akar eceng gondok pada lokasi di pinnggir jalan raya, dekat kapal, dekat keramba, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah terdiri dari segi 6, sedangkan bentuk sel endodermis akar eceng gondok pada lokasi perairan bersih terdiri dari segi 4 (persegi). Jumlah lapisan sel endodermis pada lokasi perairan bersih terdiri dari 3 lapis, jumlah lapisan sel endodermis pada lokasi di pinggir jalan raya dan lokasi keramba terdiri dari 5 lapis, jumlah lapisan sel endodermis pada lokasi di dekat kapal dan dekat tumpukan sampah terdiri dari 6 lapis, sedangkan jumlah lapisan sel endodermis pada lokasi sawah terdiri dari 4 lapis (Gambar 6).

Gambar 6. Penampang melintang endodermis akar eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C.

Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah.

(k:korteks, aer: aerenkim, ed:

endodermis, prs: perisikel fl: floem, xl:

xilem, mx: metaxilem, px: protoxilem, emp: empulur).

5) Stele

Stele pada akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di

terdiri dari perisikel, xilem, floem dan empulur. Perisikel terletak di bawah jaringan endodermis dan terdiri dari 1 lapis untuk eceng gondok pada semua lokasi pengambilan sampel. Bentuk perisikel terdiri dari bentuk segi 4 dan segi 5 pada semua lokasi pengambilan sampel, kecuali pada lokasi kapal terdiri dari segi 3,4 dan 5 (Gambar 7).

Tipe ikatan pembuluh, jumlah metaxilem dan ukuran metaxilem bervariasi pada masing-masing lokasi pengambilan lokasi. Pada perairan bersih terdapat 4 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh tetrark, pada lokasi di pinggir jalan terdapat 9 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh poliark, pada lokasi di dekat kapal terdapat 6 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh poliark, pada lokasi di dekat keramba terdapat 8 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh poliark, pada lokasi di dekat tumpukan sampah terdapat 9 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh poliark, dan pada lokasi di dekat sawah terdapat 4 metaxilem dengan tipe ikatan pembuluh tetrark (Gambar 7).

(7)

7

Gambar 7. Penampang melintang stele akar eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B.

Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F.

Lokasi dekat sawah. (al: akar lateral,

aer: aerenkim, ed: endodermis, prs:

perisikel fl: floem, mx: metaxilem, px:

protoxilem, emp: empulur).

Perbedaan struktur anatomi akar eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan tercemar dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perberbedaan struktur anatomi akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di perairan bersih dan tercemar.

No Aspek Pembeda Perairan bersih

Perairan tercemar

Jalan raya Kapal Keramba Sampah Sawah

1 Bentuk sel

epidermis Segi 5 Segi 5 Segi 5 Segi 5 Segi 5 persegi

2 Jumlah lapisan

pada epidermis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

3 Ukuran epidermis

8,6 ± 1,39 µm x 9,11 ± 1,39 µm

9,61 ± 1,13 µm x 11,1 ± 1,39 µm

10,6 ± 1,13 µm x 10,1 ± 3,1 µm

10,1 ± 1,79 µm x 9,61 ± 1,13 µm

13,7 ± 2,26 µm x 11,6 ± 1,39 µm

10,1 ± 2,53 µm x 9,11 ± 1,39 µm

4 Bentuk sel

eksodemis

Segi 3, 4, 5

dan 6 segi 4 dan 5 Segi 3, 4, 5, dan 6

Segi 3,4, 5, dan 6

Segi 3, 4, 5, dan 6

Segi 3, 4, 5, dan 6 5 Jumlah lapisan

pada eksodermis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

6 Ukuran eksodermis

6,58 ± 1,39 µm x 7,08 ± 1,13 µm.

7,59 ± 1,79 µm x 8,1 ± 2,12 µm

12,1 ± 2,12 µm x 8,6 ± 1,39 µm

7,08 ± 2,12 µm x 6,07 ± 1,39 µm

10,6 ± 1,13 µm x 7,59 ± 1,13 µm

9,61 ± 2,12 µm x 8,6 ± 1,39 µm

7 Bentuk Sel

korteks Segi 6 Segi 6, segi 7 Segi 5, segi 6,

segi 7 Segi 5, segi 6 Segi 6,segi 7 Segi 6 8 Jumlah lapisan sel

Korteks 3 lapis 3 lapis 3 lapis 3 lapis 3 lapis 4 lapis

9 Ukuran sel korteks

38,8 ± 7,91 µm x 30,5 ± 5,41 µm

28,2 ± 4 µm x 30,5 ± 5,03 µm

40,8 ± 4,54 µm x 30,7 ± 3,42 µm

35,4 ± 6,29 µm x 29,3 ± 4,13 µm

24,5 ± 3,47 µm x 25,0 ± 4,68 µm

32,2 ± 4,58 µm x 28,9 ± 4,32 µm 10

Ada atau tidaknya sel aerenkim pada korteks

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

11 Bentuk sel

endodermis segi 7 Segi 6 Segi 6 Segi 6 Segi 6 Segi 6

12 Jumlah lapisan sel

endodermis 3 lapis 5 lapis 4 lapis 5 lapis 6 lapis 4 lapis

13 Ukuran sel

endodermis

15,7 ± 1,39 µm x 17,2 ± 1,88 µm

17,4 ± 1,23 µm x 16,8 ± 1,43 µm

17,8 ± 1,36 µm x 16,2 ± 1,36 µm

17,1 ± 1,48 µm x 17,3 ± 1,29 µm

21,22 ± 1,49 µm x 18,7 ± 1,45 µm

12,2 ± 1,43 µm x 15,2 ± 1,73 µm

14 Bentuk sel

perisikel segi 4, segi 5 segi 4, segi 5 segi 3, segi 4,

segi 5 segi 4, segi 5 segi 4, segi 5 segi 4, segi 5 15 Jumlah lapisan

perisikel 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

16 Ukuran perisikel

7,08 ± 2,12 µm x 11,6 ± 2,88 µm

6,07 ± 1,39 µm x 13,2 ± 1,13 µm

6,58 ± 1,39 µm x 11,1 ± 2,26 µm

6,58 ± 1,39 µm x 9,61 ± 1,13 µm

6,58 ± 1,39 µm x 9,61 ± 1,13 µm

8,6 ± 1,39 µm x 6,07 ± 1,39 µm

(8)

8

17 Tipe ikatan

pembuluh Tetrark Poliark Poliark Poliark Poliark Tetrark

18 Jumlah metaxilem 4 metaxilem 9 metaxilem 6 metaxilem 8 metaxilem 9 metaxilem 4 metaxilem 19 Ukuran metaxilem 29,3 ± 5,25

µm 38 ± 5,37 µm 35,4 ± 3,1 µm 35,9 ± 4,87 µm

35,9 ± 4,87 µm

25,8 ± 14,7 µm

B. Struktur Anatomi Batang Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm)

Struktur anatomi batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) secara sentripental tersusun atas jaringan epidermis, korteks, dan sistem jaringan pembuluh (xilem dan floem) seperti terlihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Penampang melintang batang eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B.

Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F.

Lokasi dekat sawah. (ep: epidermis, k:

korteks, aer: aerenkim, ip: ikatan pembuluh).

1) Epidermis

Epidermis batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) terdiri dari 1 lapis dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi pada masing- masing lokasi. Bentuk sel epidermis batang eceng gondok pada lokasi di pinggir jalan raya, di dekat kapal, di

dekat keramba, di dekat tumpukan sampah, di dekat sawah memiliki bentuk sel segi 4, sedangkan sel epidermis batang eceng gondok pada lokasi perairan bersih memiliki bentuk sel segi 4 dan 5 (Gambar 21).

Gambar 20. A. trikosklereid pada perairan tercemar, B. Kristal raphid pada seluruhun lokasi pengambilan sampel (tks: trikoslereid, kr:

kristal raphid).

Gambar 21. Penampang melintang epidermis batang eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ep:

epidermis, k: korteks).

2) Korteks

Jaringan korteks pada batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) terletak di bawah epidermis dan terdiri jaringan parenkim dan parenkim udara (aerenkim).

Parenkim pada korteks batang memiliki bentuk yang bervariasi. Bentuk sel

(9)

9 epidermis batang eceng gondok pada lokasi perairan bersih, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah terdiri dari bentuk sel segi 5-7, berbeda bentuk sel epidermis batang eceng gondok pada lokasi di pinggir jalan raya dan dekat keramba memiliki bentuk sel segi 5-9, sedangkan pada lokasi dekat kapal terdiri dari bentuk sel segi 4-7 (Gambar 22).

Korteks batang pada seluruh lokasi pengambilan sampel baik tercemar maupun tidak tercemar terdapat kristal raphid. Kemudian pada lokasi perairan tercemar (pinggir jalan raya, kapal, keramba, sampah dan sawah) terdapat sklreid sedangkan pada perairan bersih tidak ada (Gambar 20).

Gambar 22. Penampang melintang korteks batang eceng gondok A. Lokasi perairan

bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (k:

korteks, aer: aerenkim, ip: ikatan pembuluh).

3) Sistem jaringan pembuluh

Sistem jaringan pembuluh pada batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) memiliki tipe persebaran berkas pembuluh tersebar pada parenkim batang dengan tipe ikatan pembuluhnya yaitu kolateral tertutup (Gambar 23).

Gambar 23. Penampang melintang sistem jaringan pembuluh batang eceng gondok A.

Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E.

Lokasi dekat tumpukan sampah, F.

Lokasi dekat sawah. (xl: xilem, fl:

floem).

Perbedaan struktur anatomi batang eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan tercemar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan struktur anatomi batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di perairan bersih dan tercemar.

No Aspek pembeda Perairan bersih

Perairan tercemar

Jalan raya Kapal Keramba Sampah Sawah

1 Bentuk sel

epidermis segi 4, segi 5 segi 4 segi 4 segi 4 segi 4 segi 4

2 Jumlah lapisan sel

epidermis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

3 Ukuran epidermis

19,7 ± 4,16 µm x 21,8 ± 2,88 µm

17,7 ± 4,73 µm x 15,2 ± 3,58

µm

18,7 ± 2,88 µm x 15.2 ± 4,0 µm

18,2 ± 4,53 µm x 19,2 ± 3,84 µm

32,9 ± 3,58 µm x 20,2 ± 3,58 µm

21,8 ± 3,84 µm x 19,2 ± 2,88 µm 4 Bentuk sel korteks segi 5 – 7 segi 5 – 9 segi 4 – 7 segi 5 – 9 segi 5 – 7 segi 5 – 7

(10)

10

5 Ada atau tidaknya aerenkim

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

6 Tipe persebaran

berkas pembuluh Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar

7 Tipe ikatan pembuluh

Kolateral tertutup

Kolateral tertutup

Kolateral tertutup

Kolateral tertutup

Kolateral tertutup

Kolateral tertutup 8 Ukuran metaxilem

13,2 ± 1,13

µm 10,6 ± 1,13 µm 12,1 ± 2,12 µm

13,2 ± 1,13

µm 8,6 ± 1,39 µm 9,61 ± 1,13 µm 9 Ada atau tidaknya

kristal raphid Ada Ada Ada Ada Ada Ada

10 Ada atau tidaknya

sklereid Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada

C. Struktur Anatomi Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm)

Struktur umum anatomi daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di perairan bersih terdiri dari jaringan epidermis atas, jaringan epidermis bawah, mesofil dan sistem jaringan pembuluh (xilem dan floem) seperti terlihat pada Gambar 27.

1) Epidermis

Epidermis pada daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah. Sel epidermis daun eceng gondok pada permukaan atas dan permukaan bawah terdiri dari 1 lapis sel dengan bentuk persegi (segi 4) baik pada perairan bersih maupun perairan tercemar (Gambar 28 dan 29).

Epidermis pada daun eceng gondok memiliki bentuk ukuran yang bervariasi pada masing-masing lokasi.

Pada epidermis daun eceng gondok terdapat derivat epidermis berupa stomata dengan tipe parasitik baik di permukaan atas daun maupun dipermukaan bawah (Gambar 30 dan 31).

Gambar 27. Penampang melintang daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C.

Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ea:

epidermis atas, jp: jaringan palisade, js: jaringan spons, ip: ikatan pembuluh, aer: aerenkim, eb:

epidermis bawah, st: stomata).

2) Mesofil

Mesofil pada daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) terdiri dari jaringan palisade yang banyak diisi kloroplas, jaringan spons,

(11)

11 aerenkim dan ikatan pembuluh (xilem dan floem) (Gambar 27).

Pada mesofil daun eceng gondok terdapat zat-zat ergastik berupa kristal raphid pada lokasi di pinggir jalan raya dan lokasi dekat sawah (Gambar 32).

Kemudian terdapat trikosklereid berupa sklereid berbentuk rambut yang terletak pada arenkim pada mesofil daun eceng gondok di lokasi dekat kapal (Gambar 33).

Gambar 28. Penampang melintang epidermis atas daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ea:

epidermis atas, jp: jaringan palisade, js: jaringan spons, ip: ikatan pembuluh, aer: aerenkim, eb: epidermis bawah, st:

stomata).

Gambar 29. Penampang melintang epidermis bawah daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ea:

epidermis atas, jp: jaringan palisade, js: jaringan spons, ip: ikatan pembuluh, aer: aerenkim, eb: epidermis bawah, st:

stomata).

Gambar 30. Penampang melintang stomata permukaan atas daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C.

Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah.

Gambar 31. Penampang melintang stomata permukaan bawah daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C.

Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah.

Gambar 32. Kristal raphid pada mesofil daun eceng gondok, A. Pada lokasi pinggir jalan raya, B. pada lokasi dekat sawah, (kr:

kristal raphid).

Gambar 33. Trikosklereid pada mesofil daun eceng gondok pada lokasi dekat kapal, (eb:

epidermis bawah, js: jaringan spons, ip:ikatan pembuluh, aer: aerenkim, tks:

krikosklereid).

3) Sistem Jaringan Pembuluh

Sistem jaringan pembuluh pada daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) terletak sejajar dengan permukaan daun (Gambar 27).

Floem terletak di sebelah luar xilem

(12)

12 (Gambar 28 dan 29). Pada sistem jaringan pembuluh terdapat sklerenkim yang berfungsi sebagai penguat yang terletak pada lokasi di dekat sawah (Gambar 34).

Gambar 34. Penampang melintang sklereid pada mesofil daun eceng gondok pada lokasi dekat sawah, (eb: epidermis bawah, js: jaringan spons, ip:ikatan pembuluh, aer: aerenkim, skl:

sklerenkim).

Perbedaan struktur anatomi daun eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan periran tercemar dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan struktur anatomi daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) pada perairan bersih dan tercemar.

No Aspek pembeda Perairan bersih

Perairan tercemar

Jalan raya Kapal Keramba Sampah Sawah

1 Bentuk sel

epidermis atas Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi

2 Jumlah lapisan

sel epidermis atas 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 3 Ukuran epidermis

atas

231,9 ± 2,26 µm x 26,3 ± 4,23 µm

30,4 ± 1,79 µm x 24,8 ± 9,02 µm

40,0 ± 2,77 µm x 27,3 ± 4,53 µm

38 ± 3,1 µm x 21,3 ± 2,88 µm

43 ± 4,0 µm x 29,9 ± 8,74 µm

48,6 ± 3,3 µm x 34,9 ± 4,16 µm

4 Bentuk sel

epidermis bawah Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi

5

Jumlah lapisan sel epidermis bawah

1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

6 Ukuran epidermis bawah

24,8 ± 3,3 µm 26,3 x ± 6,35 µm

21,3 µm 3,84 x 25,3 ± 3,58 µm

28,3 ± 3,3 µm x 27,8 ± 5,37 µm

19,7 ± 2,12 µm x 20,7 ± 3,75 µm

23,8 ± 1,39 µm x 19,7 ± 2,12 µm

24,8 ± 3,3 µm x 27,8 ± 6,45 µm 7 Tipe stomata Parasitik Parasitik Parasitik Parasitik Parasitik Parasitik 8 Ukuran stomata

permukaan atas

34,5 ± 2,77 µm x 35,4 ± 2,53 µm

40,5 ± 3,58 µm x 44,5 ± 4,23

33,4 ± 3,3 µm x 44,5 ± 2,26 µm

34,4 ± 4,23 µm x 42,5 ± 2,12 µm

30,4 ± 4,38 µm x 42 ± 1,39 µm

36,9 ± 3,84 µm x 34,9 ± 2,12 µm 9

Ukuran stomata permukaan bawah

43,5 ± 3,75 µm x 35,9 ± 1,13 µm

41,5 ± 2,26 µm x 43,5 ± 4,16 µm

42 ± 4,23 µm x 44,5 ± 2,26 µm

45 ± 1,13 µm x 43,4 ± 2,12 µm

43 ± 3,1 µm x 44,5 ± 2,88 µm

36,4 ± 4,6 µm x 44,5 ± 2,26 µm 10 Tebal mesofil

daun 87,5 ± 1,39 µm 113 ± 2,88 µm 138 ± 1,39 µm

106 ± 1,13 µm

99,2 ± 1,13 µm

92,1 ± 1,39 µm

11

Ada atau

tidaknya aerenkim

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

12

Ada atau

tidaknya jaringan palisade dan spons

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

13 Sistem jaringan pembuluh

Sejajar dengan permukaan daun

Sejajar dengan permukaan daun

Sejajar dengan permukaan daun

Sejajar dengan permukaan daun

Sejajar dengan permukaan daun

Sejajar dengan permukaan daun 14 Ukuran

metaxilem 20,7 ± 3,75 µm 17,2 ± 7,88 µm

17,2 ± 6,3 µm

11,1 ± 1,39 µm

13,7 ± 5,82 µm

11,1 ± 3,84 µm

(13)

13

15

Ada atau

tidaknya kristal raphid

Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

16

Ada atau

tidaknya trikosklereid

Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

17

Ada atau

tidaknya sklerenkim

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

D. Struktur Anatomi Tangkai Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm)

Struktur umum anatomi tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) secara sentripental tersusun atas jaringan epidermis, korteks, dan sistem jaringan pembuluh (xilem dan floem) seperti terlihat pada gambar 45.

Gambar 45. Penampang melintang tangkai daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (ep:

epidermis, ip: ikatan pembuluh, aer:

aerenkim, tks: trikosklereid).

1) Epidermis

Epidermis tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) terdiri bentuk, jumlah lapisan dan ukuran yang bervariasi pada masing-masing lokasi. Bentuk sel epidermis tangkai daun eceng gondok pada lokasi perairan bersih terdiri dari

bentuk segi 6, bentuk sel epidermis tangkai daun eceng gondok pada lokasi di pinggir jalan raya dan di dekat kapal terdiri dari bentuk segi 5, sedangkan bentuk sel epidermis tangkai daun eceng gondok pada lokasi dekat keramba, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah memiliki bentuk sel segi 4. Jumlah lapisan sel epidermis tangkai daun eceng gondok pada lokasi perairan bersih, dekat keramba, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah memiliki bentuk 1 lapis sel epidermis, sedangkan pada lokasi di pinggir jalan raya dan dekat kapal terdiri dari 2 lapis sel epidermis (Gambar 46).

Gambar 46. Penampang melintang epidermis tangkai daun eceng gondok A.

Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E.

Lokasi dekat tumpukan sampah, F.

Lokasi dekat sawah. (ep: epidermis, ip: ikatan pembuluh, skl:

sklerenkim).

(14)

14 2) Korteks

Jaringan korteks pada tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) terdiri dari jaringan parenkim. Korteks tangkai biasanya terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas (Gambar 46).

Pada tangkai daun eceng gondok terdapat pula jaringan parenkim udara atau disebut dengan aerenkim (Gambar 47). Kemudian terdapat sklerenkim sebagai penguat (Gambar 49) dan trikosklereid (Gambar 47). Pada lokasi perairan bersih terdapat kristal raphid yang tersebar dari korteks sampai epidermis tangkai daun eceng gondok (Gambar 48).

Gambar 47. Penampang melintang korteks tangkai daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E. Lokasi dekat tumpukan sampah, F. Lokasi dekat sawah. (k:

korteks, aer: aerenkim, ip: ikatan pembuluh, skl: sklerenkim, tks:

trikosklereid).

Gambar 48. Penampang melintang kristal raphid pada tangkai daun eceng gondok di Lokasi perairan bersih (k: korteks, aer:

aerenkim, ip: ikatan pembuluh, krs:

kristal raphid).

3) Sistem Jaringan Pembuluh

Sistem jaringan pembuluh pada tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) terdiri dari berkas pembuluh yang tersebar pada korteks. Floem terletak di sebalah luar xilem (Gambar 49).

Gambar 49. Penampang melintang sistem jaringan pembuluh tangkai daun eceng gondok A. Lokasi perairan bersih, B. Lokasi di pinggir jalan raya, C. Lokasi dekat kapal, D. Lokasi dekat keramba, E.

Lokasi dekat tumpukan sampah, F.

Lokasi dekat sawah. (aer: aerenkim, xl:

xilem, fl: floem, skl: sklerenkim).

Perbedaan struktur anatomi tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) pada lokasi perairan bersih, di pinggir jalan raya, kapal, keramba, sampah dan sawah dapat dilihat pada Tabel 4.

(15)

15

Tabel 4. Perbedaan struktur anatomi tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di perairan bersih dan tercemar.

No Aspek pembeda

Perairan bersih

Perairan tercemar

Jalan raya Kapal Keramba Sampah Sawah

1 Bentuk sel

epidermis Segi 6 segi 5 segi 5 segi 4 segi 4 segi 4

2

Jumlah lapisan sel epidermis

1 lapis 2 lapis 2 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis

3 Ukuran epidermis

27,3 ± 2,12 µm x 26,3 ± 3,84 µm

34,4 ± 3,65 µm x 35,7 ± 5,06 µm

31,7 ± 3,14 µm x 32,7 ± 2,78 µm

22,3 ± 2,12 µm x 21,8 ± 1,39 µm

22,3 ± 2,12 µm x 25,8 ± 3,3 µm

23,3 ± 2,12 µm x 31,4 ± 3,84 µm 5

Ada atau tidaknya kristal raphid

Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

6

Ada atau tidaknya trikosklereid

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

7

Ada atau tidaknya aerenkim

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

8

Tipe persebaran berkas pembuluh

Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar Tersebar

9 Ukuran

metaxilem 9,11 ± 2,26 µm 10,1 ± 1,79 µm

9,61 ± 2,12 µm

9,11 ± 1,39 µm

9,11 ± 1,39

µm 8,1 ± 1,13 µm

Pembahasan

Struktur anatomi organ akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) pada perairan bersih dan tercemar memiliki beberapa perbedaan.

Epidermis akar eceng gondok pada lokasi sawah memiliki bentuk persegi, sedangkan pada lokasi perairan bersih, jalan raya, kapal, keramba jaring apung, dan sampah, jaringan epidermisnya memiliki bentuk segi 5 (Tabel 1). Sutrian (2004) menyatakan bahwa menurut para ahli, epidermis biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-

selnya tampak berbentuk macam- macam.

Ukuran epidermis pada lokasi yang berbeda juga mempunyai perbedaan baik panjang maupun lebar.

Eceng gondok di lokasi dekat tumpukan sampah memiliki ukuran lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Fahn (1991) menyatakan bahwa sel epidermis bentuk umum mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular. Menurut Mulyani (2006) epidermis tumbuhan air tidak

(16)

16 berfungsi untuk pengeluaran zat makanan, senyawa air dan pertukaran gas.

Sel eksodermis akar eceng gondok yang hidup di perairan bersih, kapal, sampah, dan sawah memiliki bentuk yang sama yaitu segi 3, segi 4, dan segi 6, sedangkan sel eksodermis pada akar eceng gondok yang hidup di jalan raya memiliki bentuk segi 4 dan segi 5. Akar eceng gondok yang hidup di keramba jaring apung juga memiliki bentuk sel eksodermis yang berbeda dari eceng gondok yang hidup di perairan bersih, lokasi kapal, sampah, dan sawah yaitu memiliki bentuk segi 3, segi 5, dan segi 6 (Tabel 1). Sel eksodermis akar eceng gondok mempunyai ukuran yang bervariasi untuk masing-masing lokasi, Pada lokasi kapal sel eksodermis lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan lokasi lainnya (Gambar 10 dan 11). Sutrian (2004) mengatakan bahwa sel eksodermis paling sering terdapat adalah pada Monocotyledoneae. Pada beberapa tumbuhan jenis Graminae ternyata ternyata bahwa sel-sel eksodermis terdiri dari sel-sel yang panjang, sel-sel itu pun pada dindingnya mengandung suberin, akan

tetapi pada tumbuhan lain seperti Allium cepa, Asparagus kenyataannya sel-sel eksodermis tersebut terdiri dari sel-sel eksodermis tersebut terdiri dari sel-sel yang pendek yang pada dinding selnya tidak mengandung suberin, sedangkan Fahn (1991) mengatakan bahwa tebalnya eksodermis berbeda- beda pada lapisan sel tunggal sampai yang berlapis-lapis.

Pada akar eceng gondok yang hidup di perairan bersih dan di lokasi sawah memiliki sel korteks (sel parenkim) dengan bentuk yang sama yaitu segi 6 tidak beraturan, sedangkan sel korteks pada akar eceng gondok yang hidup di lokasi di pinggir jalan raya dan di dekat tumpukan sampah memiliki bentuk segi 6, segi 7 tidak beraturan dan berbeda pula pada lokasi kapal, sel korteksnya memiliki bentuk segi 5, segi 6, dan segi 7 tidak beraturan, serta pada lokasi keramba memiliki bentuk segi 5, segi 6 tidak berturan (Tabel 1). Hidayat (1995) menyatakan banyak sel parenkim bersegi banyak dan garis tengahnya dalam berbagai arah di bidang hampir sama. Menurut Fahn (1992 : 137) mengatakan bahwa kebanyakan sel parenkim berbentuk polihedron

(17)

17 (Segitiga lancip) tetapi lazimnya juga banyak berbentuk lain. Bentuk polihedron sel parenkim merupakan akibat banyak faktor diantaranya iaalah tekanan dan tegangan permukaan.

Korteks akar pada lokasi yang berbeda juga mempunyai perbedaan baik panjang maupun lebar. Eceng gondok yang hidup di lokasi kapal lebih panjang dan lebih lebar sel korteksnya dibandingkan dengan lokasi lainnya. Jumlah lapisan sel korteks pada lokasi sawah memiliki 4 lapisan, sedangkan jumlah lapisan sel korteks pada lokasi lainnya terdiri dari 3 lapisan (Tabel 1).

Sel endodermis pada akar eceng gondok yang hidup di perairan bersih memiliki bentuk segi 7, sedangkan eceng gondok yang hidup di lokasi pinggir jalan raya, dekat kapal, dekat keramba jaring apung, dekat tumpukan sampah dan dekat sawah memiliki bentuk segi 6 (Tabel 1). Fahn (1991) mengatakan bahwa endodermis terdiri atas sel-sel yang membentuk silider uniseriat dan berkembang, kecuali pada beberapa, pada seluruh tumbuhan pembuluh.

Jumlah lapisan endodermis pada akar eceng gondok yang hidup di

perairan bersih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah lapisan sel endodermis di perairan tercemar.

Pada perairan tercemar terlihat jumlah lapisan sel endodermis yang berbeda pada tiap lokasi. Eceng gondok yang hidup dilokasi dekat tumpukan sampah memiliki sel endodermis lebih banyak yaitu terdiri dari 6 lapis (Tabel 1). Sel endodermis akar eceng gondok memiliki ukuran yang bervariasi untuk masing-masing lokasi. Pada lokasi tumpukan sampah sel endodermis lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan lokasi lainnya (Gambar 14 dan 15). Sutrian (2004) mengatakan bahwa endodermis terdiri dari suatu lapisan sel. Sel-selnya itu letaknya demikian rapat antara satu dengan lainnya, dan berbentuk seperti sel-sel parenkim yang dindingnya mendapat penebalam- penebalan khusus.

Sel perisikel akar eceng gondok yang hidup di perairan bersih, di pinggir jalan raya, di dekat keramba jaring apung, di dekat tumpukan sampah, dan di dekat sawah memiliki bentuk sel yang sama yaitu segi 4, dan segi 5. Sedangkan eceng gondok yang hidup di lokasi dekat kapal memiliki bentuk sel segi 3, segi 4, dan segi 5

(18)

18 (Tabel 1). Perisikel pada eceng gondok di lokasi yang berbeda mempunyai perbedaan ukuran pada masing-masing lokasi. Panjang sel perisikel pada lokasi sawah lebih panjang dari lokasi lainnya, sedangkan untuk lebar sel perisikel pada lokasi di pinggir jalan lebih lebar di bandingkan dengan lokasi lainnya (Gambar 16 dan 17).

Fahn (1991) menyatakan bahwa perisikel biasanya terdiri atas satu lapisan atau lebih sel-sel parenkima yang berdinding tipis dan menurut Mulyani (2006) mengatakan bahwa biasanya perisiklus (perisikel) angiospermae hanya selapis.

Tipe ikatan pembuluh akar eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan lokasi sawah memiliki tipe tetark dengan jumlah metaxilem 4 dalam lingkar akar, sedangkan untuk lokasi lainnya memiliki tipe jaringan pembuluh poliark dengan jumlah metaxilemnya lebih dari 6 dalam lingkar akar (Tabel 1). Hidayat (1995) mengatakan bahwa sesuai dengan jumlah berkas xilem ditepi, maka akar dinamakan tetrark bila jumlahnmya empat berkas xilem, sedangkan jika jumlah kutup lebih banyak akar disebut

poliark, sifat poliark pada umumnya terdapat pada monokotil.

Diameter sel metaxilem akar eceng gondok pada lokasi di pinggir jalan raya lebih besar dibandingkan dengan metaxilem pada lokasi lainnya (Gambar 18). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran diameter metaxilem pada perairan bersih lebih kecil dari pada ukuran diameter perairan tercemar. Menurut Vander dan Willigen (1998) dalam Prihastanti (2010: 26) Bentuk akar yang besar tidak selalu menunjukkan besarnya bentuk xilem. Bentuk xilem yang lebih kecil lebih efesien dari pada bentuk xilem yang lebih besar.

Struktur anatomi batang eceng gondok pada perairan bersih dan tercemar memiliki perbedaan. Sel epidermis batang eceng gondok pada perairan bersih memiliki bentuk sel segi 4 dan segi 5, sedangkan untuk di perairan tercemar sel epidermisnya hanya terdiri dari bentuk segi 4 saja (Tabel 2). Epidermis pada lokasi yang berbeda mempunyai ukuran yang juga berbeda. Ukuran epidermis pada lokasi tumpukan sampah terlihat lebih panjang dan lebih lebar selnya dibandingkan dengan lokasi lainnya.

(19)

19 Sel metaxilem batang eceng gondok pada lokasi perairan bersih dan lokasi di dekat keramba jaring apung memiliki diameter lebih luas dibandingkan dengan lokasi lainnya (Tabel 2).

Sel korteks batang eceng gondok pada perairan bersih, lokasi tumpukan sampah dan lokasi sawah memiliki bentuk sel segi 5-7, berbeda pada lokasi pinggir jalan raya memiliki bentuk segi 5-9, sedangkan pada lokasi kapal memiliki bentuk sel segi 4-7 (Tabel 2). Fahn (1991) mengatakan bahwa korteks batang adalah daerah berbentuk silider di antara epidermis dan silinder pembuluh. Korteks dapat terdiri atas berbagai tipe sel.

Korteks batang pada seluruh lokasi pengambilan sampel baik tercemar maupun tidak tercemar terdapat kristal raphid. Kemudian pada lokasi perairan tercemar (pinggir jalan raya, kapal, keramba, sampah dan sawah) terdapat sklreid dalam bentuk trikosklereid sedangkan pada perairan bersih tidak ada. Haryanti, dkk (2011) menyatakan bahwa pada anatomi batang eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) yang tercemar limbah, jaringan aerenkimnya berisi sel

sklereid yang tersebar sampai ke daerah pembuluh yang berfungsi sebagai penguat tumbuhan.

Struktur anatomi daun pada perairan bersih dan tercemar juga memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat pada ukuran epidermis, stomata, tebal mesofil, dan metaxilem serta ada atau tidaknya kristal raphid dan trikosklereid pada daun. Sel epidermis atas pada lokasi dekat tumpukan sampah memiliki ukuran lebih panjang dan lebih lebar sel dibandingkan dengan lokasi lainnya, sedangkan untuk sel epidermis bawah pada lokasi dekat kapal memiliki ukuran lebih panjang dan lebih lebar selnya dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Fahn (1991) menyatakan bahwa dalam batang dan teristimewa dalam daun tumbuhan monokotil, sel epidermis bentuknya memanjang. Epidermis daun pada berbagai tumbuhan dalam jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, munculnya trikoma dan susunannya, dan adanya sel khusus.

Sel stomata permukaan atas pada lokasi di pinggir jalan raya lebih panjang selnya dibandingkan lokasi lainnya, dan pada lokasi pinggir jalan raya dan dekat keramba sel stomatanya

(20)

20 lebih lebar di bandingkan dengan lokasi lainnya, sedangkan untuk ukuran sel stomata pada permukaan bawah di lokasi dekat keramba jaring apung lebih panjang selnya dibandingkan dengan lokasi lainnya, dan di lokasi dekat kapal, dekat sawah dan tumpukan sampah lebih lebar dibandingkan dengan lokasi lainnya. Secara umum baik stomata permukaan atas maupun permukaan bawah, di lokasi perairan tercemar selnya lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan lokasi perairan bersih. Menurut Kozlowski dan Mudd (1975) menjelaskan bahwa tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang terpolusi akan cenderung mempertahankan diri dengan meningkatkan ukuran stomatanya.

Dickinson (2000) menjelaskan bahwa stomata merupakan tempat utama bagi polutan untuk melakukan penetrasi terhadap tanaman. Struktur stomata, frekuensi, dan distribusinya telah diasumsikan menjadi variabel signifikan yang mempengaruhi sensitivitas tanaman dan ketahanan daun terhadap masuknya bahan pencemar.

Pada ukuran tebal mesofil terlihat bahwa pada perairan bersih lebih tipis

dibandingkan dengan tebal mesofil pada perairan tercemar. Hasil yang ditunjukkan sesuai dengan penelitian sebelumnya, pada tanaman mangrove di habitat tercemar memiliki ketebalan kutikula, daun dan mesofil daun lebih tebal, ukuran stomata lebih panjang, jumlah stomata dan trikoma lebih banyak per 1 mm2 luas daun dibandingkan dengan daun tumbuhan mangrove di habitat tidak tercemar (Samiyarsih dkk, 2006). Berbeda dengan Azmat (2009) dalam Rahardjo (2014) dimana logam berat menginduksi perubahan struktur sel-sel epidermis. Hal ini sesuai dengan penelitian Gomes (2011) dalam Rahardjo (2014) dimana pemaparan logam berat memicu reduksi ukuran sel mesofil sehingga menghasilkan kenampakan daun yang lebih tipis dibanding dengan kontrol.

Pada ukuran sel metaxilem, diameter pada lokasi perairan bersih lebih luas dibandingkan dengan lokasi lainnya. Perbedaan pada daun terlihat juga pada lokasi di pinggir jalan raya dan di dekat sawah terdapat kristal raphid, sedangkan pada lokasi di dekat kapal terdapat trikosklereid (Tabel 3).

(21)

21 Struktur anatomi tangkai daun pada perairan bersih dan tercemar juga memiliki perbedaan. Perbedaan pada tangkai daun terlihat jelas pada bentuk sel epidermis yang berbeda. Pada lokasi perairan bersih sel epidermisnya terdiri dari bentuk sel segi 6 sedangkan untuk lokasi di pinggir jalan raya dan di dekat kapal terdiri dari bentuk sel segi 5, untuk lokasi di dekat keramba jaring apung, dekat tumpukan sampah dan di dekat sawah di terdiri dari bentuk sel segi 4 (Tabel 4). Pada lapisan epidermisnya juga terlihat berbeda, pada lokasi di dekat jalan raya dan lokasi di dekat kapal terdapat 2 lapis sel epidermis, sedangkan pada lokasi lainnya hanya terdapat 1 lapis sel epidermis (Tabel 4). Keadaan ini menunjukkan bahwa pada kedua lokasi tersebut memungkinkan terjadinya pencemaran yang lebih dari lokasi yang lainnya sehingga epidermis memerlukan 2 lapisan sel untuk perlindungan terdahap sel-sel di dalamnya dalam kondisi tersebut.

Ukuran epidermis pada lokasi di pinggir jalan raya lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan lokasi lainnya (Gambar 50 dan 51). Fahn (1991) menyatakann bahwa ada

kesamaan antara jaringan tangkai daun dan jaringan batang. Epidermis tangkai daun sinambung dengan epidermis batang.

Sel metaxilem tangkai daun eceng gondok pada lokasi dipinggir jalan raya memiliki sel yang lebih luas diameternya dibandingkan dengan lokasi lainnya (Gambar 52). Pada lokasi perairan bersih terdapat kristal raphid, sedangkan untuk lokasi lainnya tidak terdapat kristal raphid (Tabel 4).

KESIMPULAN

Struktur anatomi eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solm) yang hidup diperairan bersih dan tercemar memiliki perbedaan yaitu struktur anatomi akar eceng gondok yang hidup di perairan bersih dan tercemar terdapat 15 aspek perbedaan, sedangkan anatomi batang terdapat 4 aspek pebedaan, dan struktur anatomi daun terdapat 9 aspek perbedaan serta struktur anatomi tangkai daun terdapat 5 aspek perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. (1991). Anatomi tumbuhan.

Edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

(22)

22 Haryanti,S., Hastuti, R.B,. Hastuti,

E.D,. Nurchayati, Y. (2012).

Adapatasi Morfologi Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) (Mart) Solm) di Berbagai Perairan Tercemar. Jurnal FMIPA UNDIP. Hlm 39-46.

Hidayat, Estiti B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Bandung.

Mulyani, S. (2006). Anatomi tumbuhan. Yogyakarta: kanisius.

Marganof. (2007). Model Pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Rahardjo, S maria. (2014). Struktur Anatomi Organ Vegetatif Sorghum bicolor (L.) Moench Pada kondisi cekaman krom.

Skripsi. Fakultas biologi universitas kristen satya wacana.

Samiyarsih, S., Brata, T., dan Juwarno.

(2006). Karakter Anatomi Daun Tumbuhan Mangrove Akibat Pencemaran Hutan Magrove Kabupaten Cilacap. Jurnal biosfera vol 33, No 1 januari 2016 : 31-36.

Sutrian, Y. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (tentang Sel dan Jaringan). Edisi Revisi.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Yusuf, Y., Zuki, Z., Lukman, U., &

Rahmi, F. (2011). Analisis Sedimen Sekitar Keramba Jaring Apung Di Perairan Danau Maninjau Terhadap Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Pb dan Cd.Universitas Andalas. Jurnal Riset kimia. Vol. 5, No

Referensi

Dokumen terkait

 Interaksi-interaksi sel stelata dengan sel Kupffer terjadi diantara interaksi parakrin pertama yang diuraikan di- antara sel-sel nonparenkimal dalam hati dan dapat

Suggestion After getting the result of the research on analysis students’ learning style in reading descriptive text and their implication towards their achievement score which gives