• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbandingan struktur anatomi organ vegetatif kangkung air

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "perbandingan struktur anatomi organ vegetatif kangkung air"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN STRUKTUR ANATOMI ORGAN VEGETATIF KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica. FORSK) PADA PERAIRAN BERSIH DENGAN PERAIRAN TERCEMAR

DI KOTA PADANG.

Wahyu rimbun*, Tesri Maideliza*, Lince Meriko*

*Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumbar ABSTRAK

The research was conducted to determine the anatomy adaptation from I. aquatica in waste water clean and water pollution at Padang City, West Sumatera. Present research was done at the laboratory of Botany, STKIP PGRI West Sumatera. Vegetative organ of I. aquatica from waste water pollution (Pemancungan river), and I. aquatica in waste water clean in replant at bucket. New branch grow from the water pollution in bucket, take a short cut and transfer to new bucket with water clean and so that grow timing ± 2 month. The comperative of research used metode descriptive and kuantitative.

From this research anatomycally be founded anatomy of I. aquatica the grow in waste water clean that is at corteks of root and stem have starch in parenkim cells, however at I. aquatica waste water pollution not be founded starch in corteks. Cuticle at root an stem of I. aquatica waste water pollution more than block just than I. aquatica waste water clean. Root epidermis I. aquatica waste water clean more than long just than epidermis I. aquatica waste water pollution. Stomata at I. aquatica waste water clean more than short just than I. aquatica waste water pollution. Diameter collencim of I.

aquatica waste water clean more than short just than I. aquatica waste water pollution. I. aquatica waste water pollution have dry weight more than high just than I. aquatica waste water clean.

Key word : Adaptation, I. aquatica

PENDAHULUAN

Tumbuhan Kangkung (Ipomoea) termasuk sayur yang sangat dikenal, karena banyak peminatnya.

Ipomoea disebut juga “Swamp cabbage”, “Water convovulus” atau “Water spinach”. Di Indonesia terdapat dua tipe kangkung, yaitu kangkung darat dan kangkung air. Kusandryani dan Luthfy (2006) mengemukakan perbedaan dari kedua jenis kangkung ini adalah kangkung darat tumbuh di lahan tegalan dan lahan sawah, sedangkan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) tumbuh di air. Ipomoea aquatica memiliki daun panjang, ujung agak tumpul, berwarna hijau tua, bunga putih kekuningan atau kemerah-merahan.

Ipomoea reptan memiliki daun panjang, ujung agak runcing, warna hijau keputih-putihan dan bunga putih Rukmana (1994) dalam Suratman, Priyanto, Setiyawan (2000).

Penelitian terdahulu tentang perbandingan anatomi tumbuhan air pada perairan bersih dengan tercemar telah dilaporkan oleh Haryanti, Hastuti, Hastuti, Nurchayati (2012). Dari penelitian tersebut didapatkan adaptasi anatomi pada eceng gondok yang tumbuh di perairan tercemar terbentuk tonjolan seperti calon cabang akar. Secara morfologi daun beradaptasi pada limbah obat, secara fisiologis mampu beradaptasi di perairan tercemar limbah LIK (Limbah

Industri Keluarga).

Sungai Muara Padang terdapat di Padang Utara, telah dilakukan penelitian oleh Putri (2007) di mana perairan Muara Padang merupakan muara sungai Batang Arau yang diketahui memiliki DAS ( Daerah Aliran Sungai) cukup padat baik oleh aktivitas rumah tangga maupun kegiatan industri lainnya. Karena menerima masukan dari aktivitas sekitarnya, menyebabkan perairan ini mengalami penurunan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Menurut Bapeldada Kota Padang (2004) dalam Putri (2007) Pemanfaatan sungai Batang Arau dan daerah Muara Padang cukup beragam diantaranya adalah pertanian, industri, perumahan penduduk, rumah sakit, pelabuhan kapal-kapal nelayan dan kapal penumpang serta sebagai daerah reakreasi terutama sejak dibangun Jembatan Siti Nurbaya, karena Fungsinya yang beragam, perairan Muara Padang mulai mengalami penurunan kualitas lingkungan yang tergambar dari warna perairan keruh cenderung coklat serta tingkat sedimentasi yang tinggi yaitu3482 ton/hari.

Sumiyati, Sutrisno (2014) tentang fitoremediasi limbah yang mengandung timbal (Pb) dan kromium (Cr) dengan menggunakan kangkung air (Ipomoea aquatica) mendapatkan hasil pada

(2)

hari ketiga, kangkung air masih belum terlihat mengalami gejala keracunan Pb. Pada hari kedua-belas, mengalami penurunan konsentrasi yang terjadi karena proses rhizofiltrasi dan fitoekstraksi. Di sekitar akar kangkung air terdapat mikroorganisme yang membantu menurunkan konsentrasi. Pb yang diserap oleh akar terjadi penimbunan di dalamnya, sisanya dibawa ke stomata. Di dalam tubuh kangkung air terjadi metabolisme penguraian Pb yang bercampur dengan oksigen yang menghasilkan PbO2 yang apabila dilepaskan ke udara tidak mengalami pencemaran lingkungan.

METODE PENELITIAN 1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei-Agustus 2014 di laboratorium Botani STKIP PGRI Sumbar. Sampel I. aquatica yang hidup pada air tercemar diperoleh dari sungai Pemancungan, Pasa Gadang, Muara, Padang Selatan. Sedangkan yang hidup di air bersih diperoleh dari penanaman sendiri di Siteba Padang.

2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah vial, cutter, pisau silet gold, pinset, rol, botol plastik, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, petridish, spatula, tusuk gigi, mikroskop elektrik, mikrometer, alat-alat tulis, label dan camera digital merk Canon dan Sony.

Bahan yang digunakan adalah organ vegetatif Ipomea aquatica, FAA (Formalin Acetic Acid), Formalin 40%, Xilol, larutan Alkohol 96%, 70%, Alkohol Absolut,

Safranin, Fast Green, Entelan, Aquades, kertas tissue, gabus, dan kertas label.

3. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan pengamatan langsung di laboratorium dengan pembuatan preparat permanen.

4. Pengukuran perbandingan luas akar dengan luas aerenkim

1. Cetak gambar sayatan akar pada kertas HVS.

2. Hitung luas akar yang di jiplak dengan menggunakan luas lingkaran ( 3,14 x r²).

3.

Jiplak gambar sayatan akar pada kertas mounting.

4.

Timbang jiplakan gambar sayatan

akar pada kertas mounting.

5. Gunting gambar aerenkim pada kertas mounting lalu di timbang.

6. Hitung luas aerenkim dengan menggunakan rumus :

Berat aerenkim

Berat akar x Luas Akar = Luas aerenkim Bandingkan luas akar dengan luas aerenkim yang

didapat.

7. Parameter pengamatan 1. Akar

a. Struktur jaringan penyusun secara sentripetal.

b. Bentuk dan ukuran setiap sel jaringan.

c. Ada atau tidaknya penebalan dinding sel setiap jaringan.

d. Rasio perbandingan luas aerenkim dengan luas akar.

e. Ukuran sel parenkim korteks secara sentripetal.

f. Ada tidaknya sel atau jaringan yang berbeda.

2. Batang

a. Struktur jaringan penyusun secara sentripetal.

b. Bentuk dan ukuran setiap sel jaringan.

c. Ada atau tidaknya penebalan dinding sel setiap jaringan.

d. Ada tidaknya sel atau jaringan yang berbeda.

3. Daun

a. Struktur jaringan penyusun secara aksipetal.

b. Bentuk dan ukuran setiap sel jaringan.

c. Ada atau tidaknya penebalan dinding sel setiap jaringan.

d. Ada tidaknya sel atau jaringan yang berbeda.

4. Pengukuran Berat Basah Dan Berat Kering Kangkung Air (I. Aquatica).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Akar I. aquatica

Struktur umum anatomi akar I. aquatica pada sayatan melintang secara sentripetal memperlihatkan tiga lapisan sel epidermis yang berbeda bentuk dan ukurannya. Sel epidermis paling luar ditutupi oleh kutikula, ketebalan kutikula yang melapisi epidermis dari I. aquatica yang hidup pada perairan yang berbeda ini memiliki ketebalan kutikula yang berbeda juga.

Di bawah epidermis terdapat jaringan korteks yang terdiri dari sel-sel parenkim berbentuk bulat yang saling berkesinambungan memenuhi korteks, selain parenkim juga terdapat

parenkim udara (aerenkim).

Aerenkim pada I. aquatica yang hidup pada perairan yang berbeda memiliki rasio yang berbeda dengan luas sayatan melintang akarnya.

Antar sel parenkim didapatkan rongga antar sel berbentuk segitiga.

Setelah korteks terdapat endodermis yang terdiri dari satu lapis sel endodermis yang memanjang pada sisi tangensial. Perisikel terdapat di bawah endodermis yang memiliki bentuk yang sama dengan endodermis (Gambar 9A dan 12B ).

Gambar 9. A. Penampang melintang akar I.

aquatica di perairan bersih. Kt; Kutikula, Ep : Epidermis, K : Korteks, Aer : Aerenkim, Ed : Endodermis, Fl : Floem, Xi : Xilem, Emp:

Empulur

B. Penampang melintang akar I. aquatica perairan tercemar. Kt; Kutikula, Ep : Epidermis, K : Korteks, Aer : Aerenkim, Ed : Endodermis, Fl : Floem, Xi : Xilem, Emp: Empulur

2. Batang I. aquatica

Batang I. aquatica pada sayatan melintang memperlihatkan epidermis yang berlapis, dan berkas pengangkut yang tersusun sepanjang lingkar batang. Struktur anatomi batang I.

aquatica yang dilihat pada sayatan melintang secara sentripetal memperlihatkan lapisan epidermis, korteks, ikatan pembuluh dan parenkim empulur (Gambar 18A dan 18B ).

Lapisan kutikula berada pada lapisan paling luar yang mengelilingi batang.

Epidermis pada batang I. aquatica terdiri dari 3 lapis sel epidermis. Sel epidermis terlihat seperti persegi panjang pada sisi tangensial. Setelah lapisan epidermis, terdapat jaringan korteks yang terdiri dari jaringan parenkim. Jaringan korteks antara I. aquatica perairan bersih dan tercemar berbeda dari bentuk dan ukurannya.

A B

(4)

Gambar 18. A. Penampang melintang batang I.aquatica pada perairan bersih keseluruhan. Kt;

Kutikula, Ep: Epidermis, K: Korteks, Aer:

Aerenkim, Ed: Endodermis, Fl: Floem, Xi:

Xilem, Emp: Empulur.

B. Penampang melintang batang I. aquatica perairan tercemar, Kt; Kutikula, Ep: Epidermis, K: Korteks, Aer: Aerenkim, Ed: Endodermis, Fl:

Floem, Xi: Xilem, Emp: Empulur.

3. Daun I. aquatica

Daun I. aquatica pada sayatan melintang memperlihatkan epidermis yang terdiri dari 1 lapis sel epidermis bagian atas daun dan 1 lapis bagian bawah daun. Korteks, ikatan pembuluh,

jaringan palisade, jaringan spons, kolenkim pada tulang daun utama, epidermis bawah dan stomata.

Daun I. aquatica memiliki kutikula yang tipis.

Jaringan palisade terdiri dari 3 lapis sel palisade (Gambar 23A dan 23B).

Gambar 23. A. Penampang melintang daun I.

aquatica perairan bersih keseluruhan. Ea : Epidermis atas, Kol : Kolenkim, Ip : Ikatan Pembuluh, Eb : Epidermis bawah.

B. Penampang melintang daun I. aquatica perairan tercemar keseluruhan. Ea : Epidermis atas, Kol : Kolenkim, Ip : Ikatan Pembuluh, Eb : Epidermis bawah.

Gambar 24. A. Stomata pada daun I. aquatica perairan bersih dengan sayatan paradermal. Cs:

Celah Stomata, Sp: Sel Penutup, St: Sel tetangga, Se; Sel epidermis.

Gambar 27. A. Stomata pada daun I. aquatica perairan tercemar dengan sayatan paradermal. Cs:

Celah Stomata, Sp: Sel Penutup, St: Sel tetangga, Se; Sel epidermis.

(5)

Perbandingan struktur anatomi organ vegetatif I. aquatica pada perairan bersih dan tercemar pada pada daun tidak terlihat perbedaan yang begitu jelas. Perbedaan pada struktur anatomi terlihat sangat jelas pada akar dan batang. Pada akar terlihat pati yang menyebar pada parenkim akar I. aquatica perairan bersih dan pada akar perairan tercemar tidak terlihat pati yang menyebar pada sel parenkimnya. Pada parenkim batang I. aquatica perairan bersih juga terdapat pati namun pada parenkim batang I. aquatica perairan tercemar tidak terlihat pati seperti halnya parenkim batang I.aquatica perairan bersih.

Menurut Winarno (2008) dalam Nurjanah (2014) Pati merupakan energi yang di simpan oleh tumbuhan, Klorofil tanaman dengan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO

2

) yang berasal dari udara dan air dari tanah melalui proses fotosintesis. Karbohidrat berperan dalam penyimpanan energi (pati), transport energi (sukrosa) dan pembangun dinding sel (selulosa). Djukri (2003) Penurunan kadar nitrogen tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik sehingga menurunkan fotosintat (pati) yang terbentuk. Pada korteks akar selain terlihat perbedaan parenkim yang terisi oleh pati, juga terlihat perbedaan pada aerenkim, aerenkim pada I. aquatica perairan bersih terlihat lebih luas namun, berjumlah lebih sedikit dibanding I. aquatica perairan tercemar. Aerenkim I. aquatica perairan tercemar terlihat lebih kecil namun memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan I.

aquatica perairan bersih (Gambar 33).

Perbedaan juga terlihat pada kutikula yang terdapat pada akar dan batang I. aquatica perairan bersih dan tercemar. Kutikula pada akar dan batang I. aquatica peraiaran tercemar terlihat lebih jelas dan tebal dibandingkan I. aquatica pada perairan bersih. Pada sayatan melintang batang I.

aquatica perairan tercemar terlihat aerenkim yang jelas, sedangkan pada I. aquatica perairan bersih aerenkim tidak begitu jelas dan sulit dibedakan dengan parenkim yang

terdapat pada batang. Ukuran sel epidermis pada akar I. aquatica juga berbeda, I.

aquatica perairan bersih memiliki sel epidermis yang lebih panjang dibandingkan sel epidermis pada I. aquatica perairan tercemar (Tabel). Pada batang juga terlihat perbedaan pada panjang sel epidermis, I.

aquatica pada perairan tercemar memiliki panjang sel epidermis pada lapisan pertama dan kedua lebih panjang dibandingkan I.

aquatica perairan bersih, namun pada lapisan ketiga sel epidermis I. aquatica perairan bersih lebih panjang dibandingkan sel epidermis I. aquatica perairan tercemar.

Ikatan pembuluh pada batang yang terlihat pada I. aquatica juga memperlihatkan perbedaan, perbedaan terlihat jelas pada diameter metaxilem, diameter metaxilem I.

aquatica peraian tercemar lebih panjang dibandingkan diameter I. aquatica perairan bersih.

Pada daun I. aquatica perbedaan terlihat pada ukuran panjang dan lebar stomata, I.

aquatica pada perairan bersih memiliki panjang dan lebar stomata yang lebih pendek dibandingkan lebar dan panjang I. aquatica peraian tercemar. Ukuran kolenkim yang terdapat pada daun I. aquatica peraian bersih dan tercemar juga berbeda, diameter kolenkim pada I. aquatica perairan tercemar memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan I. aquatica perairan bersih.

Berat kering I. aquatica pada kedua

perairan yang berbeda ini juga berbeda. Berat

kering I. aquatica perairan tercemar lebih

berat dibandingkan berat kering I. aquatica

perairan bersih, namun perbedaan berat

kering tidak signifikan. Parameter

pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat

basah, dan berat kering (Sitompul dan

Guritno, 1995). Berat kering merupakan hasil

dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO

2

.

Berat basah merupakan total berat tanaman

yang menunjukan hasil aktivitas metabolik

tanaman (Salisbuy dan Ross, 1995)

(6)

Gambar 30. Grafik Perbandingan Variasi Parenkim I. aquatica perairan bersih dengan perairan tercemar.

Gambar 31. Grafik Perbandingan Luas Akar dan Luas Arenkim Akar I. aquatica pada perairan bersih dan tercemar.

Ket 1 : Akar di perairan bersih 2 : aerenkim di perairan bersih 3 : Akar diperairan tercemar 4 : aerenkim di perairan tercemar

Gambar 33. Grafik Perbandingan Jumlah Aerenkim Pada Akar I. aquatica pada perairan bersih dan tercemar.

0 10 20 30 40 50

0 5 10 15 20

Diameter sel (µm)

Ururtan sel

Tercemar Bersih

0 20 40 60 80

1 2 3 4

Perbandingan Luas

6,5 7 7,5 8 8,5

Aer di air bersih

Aer di air tercemar

Jumlah Aerenkim

Aerenkim I. aquatica

(7)

No Karakter Kangkung (I.aquatica) Perairan bersih

Kangkung (I. Aquatica) Perairan tercemar

Ket

1 Akar

Kutikula Tipis Tebal Beda

Lapisan Epidermis

Multiple epidermis Multiple epidermis Ukuran sel

Epidermis Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3

52,5 ± 3,5 µm x 17,5 ± 6 µm, 36,5 ± 2,8 µm x 14 ± 11 µm, 22 ± 2 µm x 15,7 ± 5,5 µm.

36 ± 2,9 µm x 15 ± 1,5 µm 21 ± 2,9µm x 16,2 ± 0,74 µm 19 ± 2,9 µm x 11,6 ± 1,6 µm

Beda

Ukuran

Metaxilem 41 ± 7,6 µm 42 ± 13 µm Beda

Parenkim Mengandung pati Tidak ada pati Beda

2 Batang

Lapisan Epidermis

3 lapis 3 lapis Sama

Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3

18,5 ± 1,3 µm x 30,5 ± 5,3 µm 14,5 ± 1,1 µm x 29,5 ± 5,1 µm 15 ± 2,5 µm x 29,7 ± 6 µm

24,5 ± 2,7 µm x 32,5 ± 6,8 µm 16,5 ± 3,7 µm x 26,2 ± 5,13 µm 12,5 ± 1,7 µm x 19,25 ± 3,7 µm

Beda

Aerenkim Kecil Besar Beda

Ukuran

Metaxilem 39,5 ± 31,6 µm 128,5 ± 39,6 µm Beda

Parenkim Mengandung pati Tidak terlihat Beda

3 Daun

Kutikula Tipis Tipis Sama

Epidermis 1 Lapis 1 Lapis Sama

Ukuran Epidermis

18,5 ± 2,8 µm x 30 ± 6,6 µm. 19,5 ± 3,7 µm x 24 ± 2,6 µm Beda Ukuran

Kolenkim

35 ± 3,9 µm 63,5 ± 18,25 µm Beda

Tipe ikatan

Pembuluh Jala Jala Sama

Ukuran Stomata Panjang Lebar

166 ± 8,9 µm 164 ± 20,7µm

178 ± 30,3 µm 176 ± 19,4 µm

Beda 4 Berat

Kering 4 gram 4,75 gram

Beda

(8)

KESIMPULAN

1. Struktur anatomi akar I. aquatica perairan bersih dan perairan tercemar sama yang berbeda ukuran dan kandungan pati.

Perbedaannya terdapat pada parenkim korteks akar adanya kandungan pati pada I.

aquatica yang tumbuh di perairan bersih, dan pada perairan tercemar tidak di temukan pati pada korteks akarnya. Kutikula pada I.

aquatica perairan tercemar terlihat lebih tebal dari pada I. aquatica perairan bersih.

Aerenkim pada I. aquatica perairan tercemar memiliki rongga yang lebih banyak dibandingkan rongga aerenkim pada I.

aquatica perairan bersih, namun memiliki luas yang lebih kecil dibandingkan I.

aquatica perairan bersih.

2. Struktur anatomi batang I. aquatica di perairan bersih dan di perairan tercemar sama. Perbedaannya terlihat pada pati yang terdapat pada jaringan batang. Pada jaringan batang I. aquatica perairan bersih mengandung pati dan I. aquatica hidup di perairan tercemar tidak ada pati. Kutikula pada I. aquatica perairan tercemar juga lebih jelas dibandingkan I. aquatica perairan bersih. Pada sayatan melintang batang I.

aquatica perairan tercemar terlihat aerenkim yang besar dan jelas sedangkan pada batang I. aquatica perairan bersih aerenkimnya kecil.

3. Struktur anatomi daun I. aquatica perairan bersih dan tercemar berbeda.tersusun atas kutikula, jaringan epidermis atas (adaksial), jaringan mesofil yang termodifikasi menjadi jaringan palisade dan jaringan spons, ikatan pembuluh dan jaringan epidermis bawah (abaksial). Ukuran stomata pada pada kedua daun I. aquatica ini juga berbeda. I. aquatica perairan bersih memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan I. aquatica perairan tercemar. Panjang sel kolenkim juga berbeda, sel kolenkim pada I. aquatica perairan tercemar memiliki diameter yang lebih panjang dibandingkan kolenkim yang terdapat pada daun I. aquatica perairan bersih.

SARAN

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penanaman I. aquatica pada perairan bersih dengan waktu yang lebih lama, untuk mendapatkan perbedaan yang lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Agusetyadevy, Imbar. Sumiyati,Sri. Sutrisno,

Endro. Akses 2014. Fitoremediasi Limbah Yang Mengandung Timbal (Pb)

Dan Kromium (Cr). Jurnal Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP.

http://journal.ui.ac.id/science/article/view File/49/45

Amprasto. Akses 2013. Studi Komparasi Anatomi Organ Vegetagif Ipomoea aquatica.Forsk, I.batatas. Lamk dan I.pes- caprae Sweet. Jurnal FP MIPA Penelitian.Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Alfa, D.F. 2003. Kemampuan Genjer, Kangkung Air, dan Selada Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Logam Timbal (Pb) Di Dalam Air. (Skripsi). Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Institut Pertanian Bogor.

Azri, H., 2013. Perbandingan Karakter Morfologi dan Anatomi Batang Beberapa Jenis Bambu Di Cagar Alam Lembah Anai. (Skripsi). Padang : Stkip Pgri Sumbar.

Essau, K.1976. Anatomy Of Seed Plant. Second edition. John wiley dan Sons. New york.

Fahn, A. 1990. Plant Anatomy. Fourth Edition.

Pergamon Press plc, Headington Hill Hall : Oxford.

Haryanti,S., Hastusti, R.B,. Hastuti, E.D,.

Nurchayati, Y. 2012. Adaptasi Morfologi Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di Berbagai Perairan Tercemar. Sri H, Rini BH, Endah DH,Yulita N, Jurnal FMIPA UNDIP. Hlm.39-46

Hidayat, Estiti B.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bogor : ITB Bandung.

Kohar, I.J, Hardjo,P.H, Jonatan M., Agustanti, O. 2004. Studi Kandungan Logam Pb Dalam Batang Dan Daun Kangkung Yang Direbus Dengan Penambahan Na Cl Dan Asam Asetat. Jurnal Makara Sains vol 8 no 3 Desember 2004:85-88) http://journal.ui.ac.id/science/article/view File/450/446

Kashiko. 2004. Kamus Lengkap Biologi.

Surabaya:Kashiko

Kusandryani, Yenni dan Luthfy. 2006.

Karakterisasi Plasma Nutfah Kangkung.

Buletin Plasma Nutfah Vol.12 No.1 Th.2006

Lawrence, George H.M. 1964. Taxonomy Of Vascular Plants.The Macmillan Company

(9)

: New York

Monita, R., Purnomo, T., Budiono, D., 2013.

Kandungan Klorofil Tanaman

Kangkung Air ( Ipomoea aquatica) Akibat Pemberian Logam Kadmium (Cd) pada Berbagai Konsentrasi. Jurnal Lentera Bio Vol. 2 No. 3, September 2013: 247–251 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenter abio

Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan.

Yogyakarta: Kanisius.

Niken. 2013. Struktur Anatomi Organ

Vegetatif Pidada Merah (Sonneratia Caseolaris l.) Di hutan mangrove

kenagarian Mangguang kota Pariaman.

(Skripsi). Padang: Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR.

Putri, W.A.E., 2007. Kapasitas Asimilasi Bahan Pencemar Di Muara Sungai Batang Arau (Muara Padang), Sumatera Barat. Jurnal Sumber Daya Perairan. Volume 1, Edisi 1 April 2007. ISSN 1978-1652.

Sass, E. J. 1958. Botanical Microtechnique, Third Editions. The Iowa state university Press, Amess : Iowa.

Sudirman, S. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kangkung Air (Ipomoea aquatica.Forsk.). (Skripsi).

Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Sunardi. 2011. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) dan Kandungan Logam Beratnya Pada Campuran Abu Layang dan Tanah Gambut Di Dalam : Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2011 – ISBN 978-979-028 378-7 Surabaya, 19 Pebruari 2011

Suratman, Priyanto, D., Setyawan, A.D. 2000.

Analisis Keragaman Genus Ipomoea Berdasarkan Karakter Morfologi. Jurnal Biodiversitas Volume 1, Nomor 2. Juli 2000. Hlm 72-79.

Susanto,B. Krisdiant.Nur, H.S. 2009. Kajian Kualitas Air Sungai yang Melewati Kecamatan Gambut dan Aluh Aluh Kalimantan Selatan. Jurnal Bioscientiae Volume 6, Nomor 1, Januari 2009. Hlm.

40-50

http://www.unlam.ac.id/bioscientiae.

Widowati, Hening. 2011. Pengaruh Logam Berat Cd, Pb Terhadap Perubahan Warna Batang dan Daun Sayuran). Jurnal El- Hayah Vol. 1, No.4 Maret 2011. Halaman 167-173.

Zahroh, F. 2010. Kajian Kesetimbangan Adsorpsi Cr (vi) pada Biomassa Kangkung Air (Ipomoea aquatic.Forsk).

(Skripsi). Malang: Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa konsep dalam peta konsep makro ini akan diturunkan lagi dalam bentuk peta konsep mikro. diturunkan lagi dalam bentuk peta

3.3 Upaya untuk Mengatasi Faktor Penghambat yang Mempengaruhi Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur Sipil Negara ASN di di Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten