• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola asuh dalam mengembangkan perilaku sosial anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pola asuh dalam mengembangkan perilaku sosial anak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU SOSIAL ANAK DI NAGARI NYIUR MELAMBAI KECAMATAN RANAH PESISIR

KABUPATEN PESISIR SELATAN (Studi Kasus: Keluarga Nelayan)

ARTIKEL

ANDHIKA BUFRATAMA NPM:09070145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Parenting In Developing Social Behaviour Children In Nagari Nyiur Melambai, Sub Domains Coastal, South Coastal District

(Case Study: The Fisherman family)

Andhika Bufratama1 Faishal Yasin, S.Sos, M.Pd2 Erningsih, S.Sos, M.Pd3 SOCIOLOGY OF EDUCATION STUDIES PROGRAM

STKIP PGRI PADANG, WEST SUMATRA

ABSTRACT

The fisherman families in Nagari Nyiur Melambai, Sub Domains Coastal, South Coastal District, parents fisherman families are generally less educated, and therefore have an impact on the mindset of the parents a fisherman family. Which means there is on the way parenting the parents of a family fisherman in educated children. The theory used in this research is the theory of social action (actor) by Max Weber, the research method used qualitative and descriptive.

Informants in this research is a fisherman family using purposive sampling technique. The data used are primary data and secondary data. Methods of data collection is done in three way : observation (non-participants), interviews, study document. The unit of analysis is fisherman family. And data analysis Mile & Hubermen comprising the step of reduction, data presentation, and towing conclusions. Based on the conclusion, as follows, (1) parenting a parent fisherman in Sub Domains Coastal, South Coastal District is authoritarian parenting that mixes equal permissive parenting and parenting democratic. (2) Things that affect patterns of parenting fisherman Sub Domains Coastal, South Coastal District is not just a job factors but also other factors, namely low levels of parental education. Which resulted in the form of upbringing given by parents against children. ,

Keywords: Parenting, Family, Child Behavior

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009.

2 Pembimbing I Dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat.

3 Pembimbing II Dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat.

(4)

4 PENDAHULUAN

Keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama (Suhendi dan wahyu, 2000:41). Keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak yang saling membutuhkan satu sama lain. Karena merupakan awal dari perkembangan diri anak. Keluarga merupakan lingkungan bermain anak yang pertama dan utama dalam rangka menumbuhkan prestasi akal, akhlak, dan kehidupan sosial seorang anak.

Melalui sentuhan kasih sayang dan bimbingan orang tua dan sebuah keluarga yang harmonis, akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembentukan jiwa (kepribadian), pengembangan dan pembentukan kemampuan kognitif, bahasa, motorik, seni, sosial, emosional, moral, dan nilai- nilai agama, serta kelangsungan pendidikan seorang anak pada masa selanjutnya (Anwar dan Arsyad, 2007: 8-9).

Keluarga merupakan lingkungan bermain anak yang pertama dan utama dalam rangka menumbuhkan prestasi akal, akhlak, dan kehidupan sosial seorang anak. Melalui sentuhan kasih sayang dan bimbingan orang tua dan sebuah keluarga yang harmonis, akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembentukan jiwa (kepribadian), pengembangan dan pembentukan kemampuan kognitif, bahasa, motorik, seni, sosial, emosional, moral, dan nilai-nilai agama, serta kelangsungan pendidikan seorang anak pada masa selanjutnya.(Anwar dan Ahmad, 2007: 8-9 ).

Hubungan anak dan keluarga (orang tua) sangat menentukan bagi perkembangan jiwa anak, bahwa hubungan anak dengan orang tua mempunyai pengaruh dalam perkembangan jiwa anak. Dan lingkungan yang mengelilingi anak, dianggap sebagai suatu faktor yang penting bagi pembentukan kepribadiannya, kecendrungan- kecendrungan, dan pandangan terhadap kehidupan.

Selaku orang tua, kita semua harus dapat memposisikan diri sebagai tiang atau pilar utama dalam lingkungan tersebut (Daradjat, 1993: 59).

Pola atau cara mengasuh anak dalam keluarga merupakan lingkungan pendidikan atau proses yang utama bagi perkembangan pribadi anak yang utuh, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama yang dikenal oleh anak, jadi dalam lingkungan keluar galah watak dan kepribadian anak akan di bentuk dan sekaligus akan mempengaruhi perkembangan di masa depan.

Hal ini dimungkinkan karena pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap dan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Hidayah, 2009: 34-35).

Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal pada anaknya. Dimana pola asuh orang tua yang salah akan berdampak buruk bagi perkembangan jiwa anak. Dari hal itu maka orang tua sangat diharapkan untuk dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana ataau menerapkan pola asuh yang setidak-tidaknya tidak membawa kehancuran atau dapat merusak jiwa dan watak seorang anak. Dimana pola asuh yang ideal bagi anak yaitu suatu pola asuh yang terbukti dengan hasil keakraban, kemesraan, dan kekeluargaan antar anggota keluarga, terutama anak-anak dengan para orang tua, sehingga menghasilkan pola asuh yang sesuai dengan harapan semua pihak (Gunarsa, 1995:38).

Semua orang tua mempunyai tujuan yang sangat baik untuk anaknya, namun, kebanyakan orang tua tidak memahami dampak jangka panjang akibat dari pola asuh yang tidak tepat. Pola asuh yang tepat dan efektif sangat penting peranannya dalam pengembangan perilaku sosial anak karena bisa membentuk kepribadian anak di masa depan.

Kehidupan awal anak dimulai dari orang tua dan rumahnya, sehingga orang tua bertanggung jawab terhadap masa depan anak karena semua tergantung orang tua saat pertama kali menetapkan tujuan dan harapan terhadap anaknya di masa depan. Jika sampai terjadi kesalahan dalam pola asuh, efeknya tidak hanya akan dirasakan oleh anak, tetapi orang tua juga pasti akan ikut merasakannya.

Dalam hidup berumah tangga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan dari pola pikirnya, perbedaan dari gaya kebiasaan sehari-harinya, perbedaan dari sifat dan tabiatnya, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainya.

Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri dalam keluarga.

Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang tua ini akan mempengaruhi proses perkembangan kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut. Didalam keluarga secara umum seorang ibu memiliki tanggung jawab yang cukup besar bahkan bisa dapat dikatakan sebagai arsitek dalam rumah tangga. Seorang ibu diharapkan bisa mengatur suasana artinya dapat menciptakan suasana atau kondisi keluarga yang harmonis, tenang dan bisa membawa kedamaian seluruh keluarga. Seorang Ibu juga mempunyai tanggung jawab yang cukup besar yaitu menjadi pembentuk pola tingkah laku dan penanaman moral pada anak.

Perkembangan pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan adalah suatu proses

(5)

5 perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki (Hurlock, 1989: 22-23).

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu perkembangan yang sangat berpengaruh terhadap individu adalah perkembangan sosialnya. dasar- dasar yang diletakkan selama dua tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis.

Pengalaman-pengalaman yang dialami anak pada rentang usia ini akan menentukan kemampuan anak dikemudian hari. Sangat penting bagi orang tua untuk memberikan stimulus kepada anak sejak usia dini, sehingga perkembangan anak, khususnya perkembangan sosial yang berkaitan dengan kematangan sosial anak dapat terpenuhi secara optimal. Keluarga adalah tempat dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar menjadi orang yang berhasil di masyarakat. Sejak dini anak perlu belajar disiplin waktu dan diri karena kebiasaan disiplin yang sudah terbentuk sejak dini akan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial (Hurlock, 1989: 23).

Anak adalah manusia yang sedang berkembang dan penerus tradisi keluarga. Dalam keadaan normal lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, dan saudara-saudara yang lebih tua. Melalui lingkungan ini anak mengenal dunia dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari, dan anak mengalami proses sosialisasi awal. Pada hakikatnya, apa yang kita kedepankan kepada anak akan membatasi jenis atau ruang lingkup lingkungan tempat di mana ia berkembang. Pengaruh umumnya, lingkungan dapat dikatakan dari mulai keluarga, keadaan georgafisnya, rumah yang menjadi tempat tinggalnya, pergaulannya, itu semua mempunyai pengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Faktor geografis yang dimaksud adalah keadaan lingkungan (iklim, topografi, sumber daya alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosialnya tertentu mempengaruhi kepribadian individu atau kelompok, karena pada dasarnya individu hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pada observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 23 November 2015 penulis mengetahui pada rata-rata masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di Nagari Nyiur Melambai berpendidikan rendah, dan hanya merasakan jenjang pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ada juga yang hanya sampai tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD).

Karena tingkat pendidikan yang rendah ini berdampak pada pola pikir orangtua yang bekerja sebagai nelayan tersebut, dan juga berpengaruh pada sikap dan karakter orangtua. Seperti halnya yang terjadi pada cara orangtua mendidik anak.

Karena pendidikan yang rendah tadi membuat orangtua tidak tahu cara yang terbaik dalam mendidik anak, yang orang pikir cara pola asuh yang mereka lakukan itu sudah baik dan tepat. Dan ada juga faktor pekerjaan yang membuat mereka sibuk dengan kegiatan yang berakibatkan pada kurangnya pengawasan dan kontrol terhadap kelakuan anak-anak meraka. Karena ketidaktahuan orangtua menempatkan sesuatu hal yang baik atau buruk dalam mendidik anak, Seperti orang tua yang terlalu bersikap keras kepada anaknya, dan orangtua yang terlalu acuh tak acuh dan tak mau tahu dengan apa yang dilakukan oleh anaknya. Hal tersebut mengahasilkan bentuk didikan yang negatif Sehingga berdampak buruk pada perkembangan karakter dan perilaku anak dalam lingkungan sosialnya.

Pada observasi awal penulis melakukan wawancara pada seorang masyarakat yang berprofesi sebagai guru, berdasarkan hasil wawancara dengan beliau bahwa telah terjadi peningkatan kenakalan anak dari keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Seperti merokok, keluyuran, berkelahi, berkata-kata kasar, dan susah diatur kalau disekolah. Dan dari segi pendidikan di sekolah, nilai belajar anak-anak dari keluarga nelayan terbilang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh dalam mengembangkan perilaku sosial anak di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh dalam mengembangkan perilaku sosial anak di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

Teori yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori tindakan sosial dari Max Weber.

Tindakan sosial menurut Weber yaitu tindakan yang apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, menurutnya tindakan sosial memengaruhi individu lain dalam masyarakat. Jadi tindakan ini menunjukan bahwa manusia selalu aktif dalam menjalani hidup, mereka bekerja, belajar, dan berhubungan dengan manusia lainnya senantiasa didasarkan pada motif tertentu. Dari setiap tindakan dan perbuatan manusia yang dilakukan didasarkan pada maksud dan tujuan tertentu (Upe, 2010:203).

Hal tersebut berorientasi pada kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang berhubungan dalam kehidupan keluarga yang berkaitaan dengan pola asuh dalam pengembamgan tingkah laku anak dengan mempertimbangkan kemampuan, keinginan, dan tujuan yang akan mereka capai, untuk memenuhi apa yang mereka inginkan sehingga actor memilih cara yanag menurut mereka sesuai dengan apa yang mereka tuju.

(6)

6 Adapun Weber secara khusus mengklasifikasi tindakan yang memiliki arti subjektif kedalam empat tipe:

1. Zwerkrational Action

Tindakan yang dilakukan seorang bersifat murni, tindakan aktor tidak hanya sekedar nilai cara untuk mencapai tujuan tetapi menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.

Misalnya aktor melakukan tindakan baik maka orang lain memahami bahwa tindakann baik

.

2. Werkrational Action

Tindakan yang dilakukan aktor tidak dapat dinilai apakah cara-cara yang dipilih itu merupakan cara yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

Tindakan yang dilakukan aktor sanagat sukar untuk dibedakan. Namun, tindakan yang rasionnal yang dipilih sudah merupakan cara-cara untuk menentukan tujuan yang dinginkan.

3. Affectual Action

Tindakan yang dilkakukan aktor dipengaruhi oleh perasaan emosi, sehingga tindakan tersebut sangat sukar dipahami apakah rasional atau kurang rasional.

4. Traditional Action

Tindakan yang dilakukan oleh aktor brdasarkan atas kebiasan-kebiasan dalam mengerjakan sesuatu untuk mnencapai suatu tujuan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yang dimulai dari bulan Mei sampai Juni. 2016.

Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, penelitian ini bertipe deskriptif yang menggambarkan berbagai kondisi dan sesuatu hal seperti apa adanya. Maka peneliti mendeskripsikan pola asuh orang tua dalam mengembangkan perilaku sosial anak di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.

Informan penelitian adalah keluarga nelayan. Pemillihan informan adalah secara porposive sampling merupakan penarikan informasi yang dipilih secara sengaja dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas karakteristik tertentu sesuai dengan penelitian dan

keberadaan merek yang sudah diketahui (Afrizal, 2008:64). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua bentuk jenis data yaitu, Data Primer, Data Sekunder. Dan penelitian ini dalam teknik pengumpulan data menggunakan metode–

metode yaitu, Observasi, Wawancara, Study Dokumen. Unit analisis penelitian ini adalah kelompok yaitu keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam penelitian kualitatif, dimana peneliti akan mencari data melalui hasil dari pengamatan atau observasi dan melalui wawancara. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, dan verifikasi data.

Dalam penelitian ini, peneliti telah merancang jadwal penelitiannya dari bulan Mei 2016 sampai pada bulan Juni 2016, yang telah dilaksanakan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bentuk Pola Asuh Yang Dilakukan Orang Tua Dalam Mengembangkan perilaku Sosial Anak

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa, Bentuk Pola Asuh Yang Dilakukan Orang Tua Dalam Mengembangkan perilaku Sosial Anak.

Pola Asuh Orang Tua adalah cara yang ditempuh atau yang dilakukan orangtua dalam mendidik anaknya, dengan harapan anak dapat tumbuh kembang sesuai apa yang diharapkan keluarga.

Pola asuh yang dilakukan setiap keluarga tentu berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang akan mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri. 3 (tiga) pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokrasi, dari beberapa macam pola asuh tersebut secara garis besar dapat dijelaskan bahwa perbedaan dalam pola asuh dapat terjadi karena setiap orang tua memiliki sikap dan nilai-nilai yang berbeda dan akan mempengaruhi mereka dalam menghadapi anak-anaknya. Pengaruh dalam menerapkan pola asuh dapat terpengaruh dari beberapa sebab yaitu lingkungan hidup, pekerjaan, situasi keluarga, dan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Dari beberapa pengaruh yang dapat mempengaruhi orang tua dalam mendidik anak setiap orang tua berharap cara yang dilakukan adalah yang terbaik buat anak (Singgih D. Gunarso 1986:116-117).

Pola asuh yang dilakukan setiap orangtua pasti berbeda satu sama lainnya. Perbedaan inilah

(7)

7 yang mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri dalam sebuah keluarga. dari hasil wawancara dengan informan intinya sama, hanya cara pengucapan yang membuatnya berbeda. Dari itu peneliti hanya melampirkan hasil wawancara dengan informan sebanyak 19 orang informan termasuk informan pendukung yang terdiri dari anak, tetangga dan guru.

Dalam keluarga nelayan yang peneliti lihat bahwa pola asuh yang diberikan oleh orangtua terhadap anak diantaranya sebagai berikut :

1. Memanfaatkan Waktu Ketika Bersama Anak Pola asuh yang diberikan orangtua memanfaatkan waktu pada saat bersama dengan anak-anaknya, seperti membangunkan anaknya untuk sholat shubuh, menyuruh mandi, dan memberikan nasehat-nasehat kepada anaknya sebelum pergi ke sekolah.

Seperti yang diungkapkan ibuk FN (49 tahun), 6 Mei 2016 menyatakan bahwa:

Wakatu etek jo anak-anak etek dirumah ketiko pagi jam 05.00 sampai 06.30. wakatu tu etek manfaatkan untuk mangasuah anak-anak etek, kalau subuah etek jagoan anak untuak sholat subuah, tu manyuruah mandi ka pai sakolah, tu manyadioan makan pagi, sabalum ka pai sakolah etek agiah nasehat elok ka anak-anak, tu wakatu etek jo anak-anak malam lai, kadang etek sudah manyiapkam makanan untuak keluarga, etek langsuang lalok lai. Jadi wakatu etek saketek untuak anak-anaknyo.

Artinya :

Waktu saya sama anak-anak ketika pukul 05.00 WIB sampai 06.00 WIB, pada waktu itu saya manfaatkan untuk mengasuh anak-anak, dan ketika subuh saya bangunkan anak-anak untuk mengerjakan sholat subuh, setelah siap sholat saya menyuruh anak untuk mandi, dan menyiapkan sarapan pagi, sebelum berangkat kesekolah saya selalu memberikan nasehat kepada anak-anak. Dan ketika malam waktu saya sama anak hanya sedikit, setelah saya menyiapkan makan malam untuk keluarga, saya langsung tidur.

2. Mengontrol Cara Berkomunikasi Anak

Bentuk pola asuh yang diberikan orangtua yaitu dalam mengontrol cara anak berkomunikasi dalam lingkungan sosialnya, agar anak tidak terpengaruh oleh kata-kata yang negatif di dalam

lingkungan bermainnya. Dalam mengontrol cara berkomunikasi anaknya, orangtua memberikan pengasuhan sangat keras terhadap anak, seperti orangtua langsung memarahi dan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan efek jera agar anak tidak mengulangnya berkata kotor lagi. Dan orangtua juga dalam mengontrol cara berkomunikasi anaknya ada juga dengan cara menanyakan terlebih dahulu kenapa anaknya berkata seperti itu. Dan baru orangua memberikan nasehat yang baik bahwasanya yang dilakukan itu tidak baik bagi anaknya, agar anaknnya mengerti dan tidak mengulangnya lagi.

Seperti yang diungkapkan oleh bapak IW (40 tahun), 6 Mei 2016 menyatakan bahwa:

Apak kalau mandanga kato-kato yang ndak lamak di danga dari muluik anak apak, apak tanyo dulu ka anak apak manga nyo mangacek kayak itu, dari ma nyo bisa tau kato-kato itu, baru apak mangacek ka inyo, “nak kalau mangecek kayak itu ndak rancak do, badoso wak beko”. Ndak apak berangan dulu do.

Artinya :

Kalau saya mendengar kata-kata yang tidak enak didengar dari mulut anak- anak saya, saya tanyai dulu kenapa dia berkata seperti itu, dari mana dia tai kata-kata seperti itu, setelah itu saya beri nasehat kepada anak saya “ nak berkata seperti itu tidak baik, berdosa kalau berkata seperti itu”, tapi saya tidak memarahi dia.

3. Mengontrol Lingkungan Bermain Anak

Bentuk pola asuh yang diberikan orantua yaitu mengontrol lingkungan tempat bermain anak, dan juga selalu menanyakan apa yang dikerjakan oleh anak selagi diluar rumah serta dengan siapa anak berteman dan beramain. Dan apabila orangtua mengetahui yang dikerjakan oleh anaknya itu salah, maka orangtua langsung memarahi dan memukul anaknya. Itu dilakukan oleh orangtua agar besok anak tidak menjadi kebiasaan bagi anaknya. Dan selanjutnya orangtua juga selalu mengawasi anak dalam lingkungan bermainnya, dan memberikan nasehat kepada ananknya sebelum pergi bermain keluar rumah agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik bagi diri anaknya.

Seperti yang diungkapkan oleh bapak ED (48 tahun), 6 Mei 2016 menyatakan bahwa:

Zaman kini ko la banyak dampak buruak yang di dapekan anak, kadang anak ko ndak tau dengan apo yang nyo tiru tu do, anak kadang ko cuma ikuik-ikuk kawan, kawan sato nyo sato

(8)

8 lo kan, jadi apak sebagai urangtua ko

harus pandai-pandai dalam mancaliak jo sia anak ko bamain, jo sia sajo bakawan, jadi kadang apak kalau anak ko siap bamain dilua rumah apak tanyoan manga ajo nyo dilua, apo sajo nyo karajoan, bia kalau ado yang nyo karajoan yang indak-indak apak langsuang mamberangan anak apak, bia besuak ko ndaknyo ulang liak do.

Artinya :

Zaman sekaraang sudah banyak dampak buruk yang bisa di dapatkan oleh anak, terkadang anak tidak tahu dengan apa yang sedang di lakukan, kadang anak-anak hanya ikut-ikutan temannya, apa yang dikerjakan oleh temanya dia ikut juga, saya sebagai orangtua harus pintar-pintar dalam mengawasi dengan siapa anak bermain, dengan siapa dia berteman, jadinya saya selalu menanyakan apa saja yang telah dikerjakan anak di luar tadi, dan kalau ada yang dikerjakan oleh anak saya itu yang tidak baik, saya langsung memarahinya, agar besok dia tidak mengulanginya lagi.

Pola Asuh Otoriter

1.Orangtua Yang Melarang Anaknya Bermain Keluar Rumah

Keluarga dapat diartikan sebagai unit yang terkecil dalam masyarakat. keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tentunya dalam kelurga tersebut para anggota keluarga memiliki peran dan tugasnya masing-masing. Dalam keluarga selain memiliki peran dan tugas, juga terdapat fungsi terutama fungsi pendidikan. fungsi pendidikan dalam keluarga sangat penting unttuk membentuk karakter dan watak anak. Artinya pendidikan yang didapati pertama kali oleh anak adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga. Selain itu anak juga bisa mendapat pendidikan dari lingkungan sosialnya. Artinya pendidikan yang di dapati anak pada lingkungan sosial memberikan pengaruh yang besar terhadap karakter dan tingkah laku anak.

Oleh karena itu orangtua harus terbuka kepada anak untuk bergaul dalam lingkungan sosialnya.

Lingkungan sosial akan membawa anak lebih dewasa dalam melakukan tindaknnya sehingga mereka dapat beradaptasi dimana pun mereka berada. Dengan demikian peran orangtua tidak melarang anaknya untuk beraktifitas diluar rumah terutama lingkungan bermainnya.

Dari kasus yang terjadi pada keluarga keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir

Selatan. Orangtua tidak memperbolehkan anak- anak untuk bermain diluar rumah, selain keluar rumah untuk bersekolah dan pergi mengaji ke mesjid. Karena orangtua terlalu keras dalam mendidik anak, dan bahkan orangtua memakai sikap kasar, kata-kata kasar kalau anaknya tidak patuh. Dikarenakan cara mendidik dari orangtua yang salah tadi berdampak buruk pada karakter dan perilaku anak dalam lingkungan sosialnya. Seperti dalam lingkungan bermain anak menjadi kurang tahu cara bergaul dengan teman-teman sebayanya, itu dikarenakan anak tidak pernah di berikan izin oleh orangtua keluar rumah untuk bermain dengan teman-teman sebayanya. Karena didikan orangtua ini membuat anak memiliki perilaku yang kurang baik, anak memiliki sifat yang mudah tersinggung ketika dia bergaul dalam lingkungan bermainnya, bahkan anak selalu berkata kasar apabila diganggu oleh temannya. Ini merupakan dampak dari asuhan yang kasar dan keras yang diberikan orangtua. Pola asuh otoriter yang dilakukan dikarenakan orangtua terlalu mencemaskan dampak buruk dari lingkungan bermain anaknya. Karena menurut orangtua lingkungan beramain dapat mempengaruhi tingkah laku dan karakter anak yang dipengaruhi oleh pergaulan dengan teman sepermainannya, hal ini yang membuat orangtua melarang anaknya keluar rumah selain kesekolah dan mengaji..

2. Orangtua Yang Terlalu Menekankan Anaknya Dalam Pendidikan Formal

Setiap orangtua pasti ingin anaknya lebih baik dari pada dirinya dan akan selalu berusaha memberikan hal yang positif untuk anak-anaknya.

Oleh karena itu orangtua harus mengerti dengan apa yang mereka berikan kepada anak untuk mencapai cita-cita anaknya. Orangtua sangat berperan aktif dalam memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang menjadi keinginannya. Karena hal tersebut dapat membuat anak menjadi lebih dewasa untuk memilih apa yang menjadi keinginannya tanpa ada tekanan dari orangtua ataupun dari luar. Oleh karena itu orangtua tidak hanya sebagai penentu hidup bagi anak melainkan berperan aktif untuk mengarahkan anaknya dalam mencapai cita-cita tanpa ada paksaan dari orangtua.

Dari kasus pada keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Orangtua dalam mendidik anak terlalu keras dalam hal pendidikan formal anaknya. Anak-anak dipaksa untuk selalu giat dalam belajar pelajaran dari sekolah. Kalau anak-anaknya tidak menuruti apa yang menjadi keinginan orangtua maka anaknya akan dimarahi dengan kata-kata kasar. Karena didikan ini mempengaruhi perilaku anaknya), dalam lingkungan sosial anak menjadi individu yang pendiam dan jarang bergaul. Pola asuh otoriter

(9)

9 yang dilakukan orangtua ini disebabkan karena nilai pelajaran anaknya terlalu rendah dan tak pernah meningkat, sehingga membuat orangtua melakukan cara yang keras dalam mendidik anaknya dalam hal pendidikan formal.

Pola Asuh Permisif

1.Orangtua Yang Membiarkan Anaknya Tidak Mengerjakan Sholat Wajib Dan Mengaji

Fungsi keluarga yang kita pahami tidak hanya menekankan pada fungsi pendidikan akan tetapi keluarga berperan aktif untuk memenuhi fungsi agama dalam mengasuh anak. Dengan fungsi tersebut menjadikan anak mempunyai nilai- nilai keagamaan dan membentuk karakter yang lebih baik. Orangtua yang membimbing anak pada nilai-nilai agama akan berdampak baik bagi perkembangan psikis anak.

Dari kasus yang terjadi pada keluarga keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam kehidupan sehari-hari orangtua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat mereka tidak terlalu sering memperhatikan apa yang anak mereka lakukan dan tak adanya aturan-aturan tegas yang mereka berikan kepada anaknya. Biasanya kalau dirumah orangtua selalu mengingatkan anaknya untuk sholat dan ketika sore orangtua menyuruh anaknya pergi mengaji. Tetapi walaupun demikian anak-anaknya tetap tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh orangtua, itu dikarenakan orangtua hanya sebatas mengingatkan tanpa ada sikap tegas atau memarahi ketika anaknya tidak melakukan apa yang disuruh oleh orangtua.

2.Orangtua Yang Membiarkan Anaknya Keluyuran Peran orangtua dalam mendidik anak sangat penting dalam membentuk karakter yang lebih baik, oleh karena itu fungsi kontrol bagi keluarga merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk membatasi apa yang dilakukan oleh anak.

Jadi fungsi kontrol dalam keluarga sangatlah penting dalam menjadikan anak lebih teratur dan terarah.

Dari kasus pada keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Orangtua kurang mengontrol apapun yang anaknya lakukan.

Orangtua memberikan kebebasan kepada anaknya dalam melakukan sesuatu. Seperti membiarkan anaknya ini selalu keluyuran pada malam hari meskipun besok anak bersekolah, tetapi tidak ada larangan keras yang diberikan oleh orangtua, walaupun kebiasan keluyuran yang dilakukan anaknya ini selalu dilakukan, tetap orangtua tidak pernah memarahi anaknya. Sehingga anak selalu

melakukan sesuatu yang menurutnya bisa membuat dia senang seperti keluyuran, merokok, dan bermain permainan kartu koa serta domino. akan tetapi orangtua tidak mempermasalahkan perilaku anaknya tersebut, bahkan orangtua jarang menegur anaknya ketika keluyuran pada malam hari.

Pola Asuh Demokrasi

1. Orangtua Yang Selalu Mendengar Pendapat Anaknya

Keluarga merupakan tempat lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Dalam keluarga yang selalu memberikan sentuhan kasih sayang dan bimbingan orangtua yang baik serta menumbuhkan suasana harmonis, akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan jiwa (karakter) anak. Orangtua yang selalu mengerti apa yang menjadi keinginan anak serta selalu mendengarkan pendapat anak, akan membuat jiwa anak menjadi lebih nyaman terhadap orangtuanya.

Dari kasus yang terjadi pada keluarga keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.Orangtua dalam mendidik anak-anaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anak.

orangtua selalu mencoba mengerti apa yang menjadi keinginan anaknya, tanpa harus mendulukan kehendak dari orangtua terhadap anak- anaknya. Dengan didikan penuh kasih sayang dan demokratis yang orangtua berikan ini berrdampak baik terhadap perkembangan karakter anaknya.

Seperti anaki di dalam lingkungan sosialnya baik itu dirumah maupun dilingkungan masyarakat anak berperilaku sopan. Dalam kesehariannya orangtua selalu memberikan suasana nyaman terhadap anak- anaknya.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tujuan dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa bentuk pola asuh yang diberikan orangtua nelayan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan adalah pola asuh otoriter yang bercampur dengan pola asuh permisif.

2. Hal yang mempengaruhi pola pengasuhan orangtua nelayan Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan bukan hanya faktor pekerjaan tapi

(10)

10 juga ada faktor lain yaitu rendahnya tingkat pendidikan orangtua. Yang mengakibatkan ketidaktahuan orangtua dalam mendidik anak dengan benar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul pola asuh mengembangkan perilaku sosial anak pada keluarga nelayan di Nagari Nyiur Melambai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. bagi Orang Tua

Hendaknya orangtua lebih memperhatikan kembali cara pengasuhan terhadap anaknya, agar kelak tidak berdampak buruk bagi anak.

2. Bagi Masyarakat

Sebaiknya seluruh anggota masyarakat juga ikut berperan untuk meningkatkan perhatian dalam menambahkan kesadaran kepada anak, serta memberikan arahan kepada orangtua, pentingnya perhatian terrhadap anak.

3. Bagi Peneliti

Peneliti selanjutnya dapat menjelaskan lebih dalam lagi dampak pola asuh dalam mengembangkan perilaku sosial anak nelayan, kareana peneliti hanya mengkaji bentuk pola asuh dalam mengembangankan perilaku sosial anak nelayan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Anwar dan Arsyad Ahmad (2007), Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta.

Afrizal.( 2014). Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Arikunto Suharsimi (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarsa,Singgih dan D. Gunarsa, Ny. Y.Singgih (1987), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

______________________(2002), Psikologi Anak dan Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta : Gaung Persada Press.

Kartono Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.

Moleong J. Lexy(2010),Metodologi Penelitian Kualitatif,Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Poloma M. Margaret (2010), Sosiologi Kontemporer,Jakarta: PT Raja Gravindo Persada..

Soekanto, Soejono (1982), Pengantar Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ,(2004). Sosiologi Keluarga.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

Suryabrata, Sumadi.(2011). Metodologi Penelitian.

Jakarta : Rajawali Pers.

Upe Ambo.(2010). Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post

Positivistik. Jakarta :Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah orang tua tunagrahita ringan terhadap anak autis memiliki pola asuh yang lebih mengarah kepada pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan perhatian