• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola relasi pemerintah daerah dengan lembaga adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pola relasi pemerintah daerah dengan lembaga adat"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Tentang Hubungan (Relasi)

Tinjauan Tentang Peran

Pelestarian Hutan Adat Kajang tidak lepas dari peran pemerintah daerah dan Lembaga Adat Kajang melalui peraturan tersendiri. Fokus penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah penelitian yaitu pola hubungan antara pemerintah daerah dan lembaga adat dalam pelestarian hutan adat Kajang. Dalam pelestarian hutan adat di kawasan adat Ammatoa Kajang, hal ini tidak lepas dari hubungan antara pemerintah daerah dengan lembaga adat dalam hal pelestarian hutan adat.

Dengan menjaga kelestarian hutan adat, masyarakat adat dan lembaga adat Amma Toa Kajang hanya bertahan mengikuti arus. Pelestarian hutan adat di kawasan adat Ammatoa Kajang selama ini tidak lepas dari hubungan antara pemerintah daerah dengan lembaga adat mengenai pelestarian hutan adat. Pemerintah daerah telah melakukan terobosan terkait penetapan hutan benih Kajang melalui keputusan menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam rangka mewujudkan kelestarian hutan adat, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melakukan intervensi terhadap lembaga adat. Pelestarian hutan adat di kawasan adat Ammatoa Kajang selama ini tidak lepas dari adanya hubungan yang terjalin. Namun pemerintah harus aktif memantau langsung perkembangan pelestarian hutan adat Kajang.

Koordinasi Pemerintah Daerah Dengan Lembaga Adat Dalam Pelestarian Hutan Adat Ammatoa Kajang Kabupaten Bulukumba Jurnal: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Lembaga Adat

Lembaga adalah suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang, bekerja sama secara terorganisir, terkendali, terbimbing dengan menggunakan sumber daya untuk tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pengertian Lembaga Adat Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Masyarakat, Lembaga Adat, Lembaga Sosial, baik yang sengaja dibentuk maupun yang tumbuh dan berkembang secara alami dalam sejarah masyarakat atau dalam masyarakat hukum adat. , serta berhak dan berwenang mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku. Lembaga adat merupakan perangkat organisasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan sejarah masyarakat adat yang mengatur dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan sesuai dengan hukum adat yang berlaku.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga adat adalah suatu organisasi atau lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu, yang bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dan menjadi mitra pemerintah daerah dalam memperkuat, melestarikan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang ada. dapat membangun pembangunan daerah. .

Lembaga Adat Ammatoa

Gelombang ini mengajarkan nilai kesopanan kepada seluruh anggota masyarakat Kajang, termasuk Ammatoa, pemimpin adat tertinggi Kajang. Masyarakat adat Kajang menerapkan ketentuan adat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pemanfaatan hutan. Karaeng Tallu (penasehat), antara lain: La'biria (Karaeng Kajang: Bupati Kajang), Sulehatang (Kepala Desa), Moncong Buloa (Karaeng Tambangan).

Ammatoa didampingi oleh dua orang Anrong (ibu), masing-masing Anrongta ri Pangi dan Anrongta ri Bungki. Selain itu, dalam sistem politik tradisional yang berlaku di Kajang, Ammatoa juga dibantu oleh pihak yang dikenal dengan Ada' Lima Karaeng Tallu. Kedua: Tana Kekkesea yang mempunyai beberapa tanggung jawab penting dalam masyarakat adat, antara lain: Galla Lombo' (bertugas menerima tamu dan mengirimkan utusan untuk menghadiri upacara adat, baik tingkat kabupaten maupun nasional. Jabatan Galla Lombo' selalu ditempati oleh kepala Desa Tana Toa).

Bykomende toestelle wat Ammatoa se take help: Galla Jo'jolo, Galla Tu Toa Sangkala, Tu Toa Ganta', Anrong Guru, Kadaha, Karaeng Pattongko', Lompo Karaeng, Lompo Ada', Loha, Kammula, Kali (Priester) en Panre ( Smid).

Hutan Adat

Bagi masyarakat adat Ammatoa Kajang, memanfaatkan hutan secara seimbang agar tetap lestari merupakan tugas suci Khalid.

Kerangka Pikir

Masyarakat Amma Toa menolak segala bentuk modernitas, terlihat dari bahan baku rumah dan isinya yang semuanya berasal dari tumbuhan yang ada di lingkungan alam sekitar mereka. Pelestarian hutan adat Kajang tidak lepas dari payung hukum adat yang selalu dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat adat Kajang. Dalam menjalani kesehariannya, masyarakat Amma Toa berpegang teguh pada pesan-pesan Pasang ri Kajang, yaitu kumpulan pesan lisan yang dititipkan dari nenek moyang kepada generasi muda.

In Pasang mengatur setiap aspek kehidupan sosial masyarakat Amma Toa, meliputi sistem kepercayaan, adat istiadat dalam upacara keagamaan, interaksi sosial bahkan sistem pemerintahan dalam masyarakat adat. Letak geografis masyarakat adat Amma Toa yang berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Bulukumba otomatis menjadi salah satu kekayaan budaya yang sangat dibanggakan oleh pemerintah setempat. Suatu kondisi yang juga mewajibkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba untuk menjaga dan melestarikan budaya asli masyarakat adat AmmaToa dan dengan Keputusan Menteri KLHK.No.6746 Tahun 2016 pemerintah membuat payung hukum bagi kelestarian Hutan Adat Kajang.

Fokus Penelitian

  • Dskripsi Fokus Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Waktu Dan Lokasi penelitian
  • Jenis Penelitian
  • Sumber Data
  • Informan Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Keabsahan Data

Pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 telah mengupayakan penerbitan peraturan daerah tentang pentahbisan dan perlindungan masyarakat hukum adat dan hutan adat Amma Toa Kajang. Bahwa pemerintah daerah menggiatkan perlindungan dan penguatan masyarakat adat dan hutan adat AmmaToa melalui peraturan daerah untuk mencegah potensi rusaknya kearifan lokal adat Amma Toa Kajang. Dengan adanya Peraturan Daerah Penegasan Masyarakat Hukum Adat Amma Toa dan Keputusan Penetapan Hutan Adat, ini merupakan produk hukum pertama yang diluncurkan Pemerintah Kabupaten Bulukumba.

Pemerintah memang telah memberikan payung hukum terkait penetapan Hutan Adat Kajang melalui Keputusan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disini saya adalah Kepala Desa Tana Toa sekaligus berperan sebagai Galla Malleleng yang diberi amanah oleh Amma Toa untuk melestarikan hutan adat. Metode implementasinya adalah untuk mengetahui bagaimana proses implementasi kebijakan yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu, pola hubungan kekuasaan hegemonik pemerintah daerah dengan lembaga adat Kajang dalam pelestarian hutan adat Kajang.

Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat jelas bahwa dominasi pemerintah daerah merupakan intervensi pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan untuk memberikan atau menunjukkan kontribusi pemerintah terhadap kelestarian hutan adat Kajang. Konservasi hutan adat di kawasan adat Amma Toa Kajang selama ini tidak terlepas dari intervensi pemerintah dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan seperti Keputusan Menteri KLHK.No.6746 Tahun 2016. Pola relasi kekuasaan pemerintah yang hegemoninya mengatur atau mengintervensi secara positif adat istiadat. lembaga dengan aturan-aturan yang dibuat pemerintah untuk memberikan payung hukum bagi lembaga adat atau masyarakat hukum adat Kajang dalam hal pelestarian hutan adat Kajang.

Modernitas sebagai bentuk perundingan antar masyarakat adat dan masa kini mulai gencar memasuki pintu wilayah adat, sehingga perlu adanya ketegasan dari lembaga adat dalam menjaga eksistensi hutan adat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

  • Visi Misi Pemerintah Kabupaten Bulukumba
  • Keadaan Sosial Budaya
  • Struktur Lembaga Adat Amma Toa

Model hubungan antara pemerintah dan lembaga adat yang menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini secara khusus akan membahas tentang kebijakan-kebijakan yang telah dan akan diambil oleh pemerintah dan lembaga adat dalam upaya pelestarian hutan adat Kajang. Peran pemerintah daerah dalam pelestarian hutan adat Kajang Pelestarian hutan adat di kawasan adat Amma toa Kajang Pelestarian hutan adat di kawasan adat Amma toa Kajang selama ini tidak terlepas dari intervensi pemerintah dengan berbagai kebijakan. dengan kebijakan perlindungan hutan adat dan diharapkan tidak tumpang tindih dengan hukum adat. Keputusan Penetapan Hutan Adat diberikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di Istana Merdeka Jakarta dengan Keputusan Menteri KLHK.No.6746 Tahun 2016.

Memang Amma Tia telah membagi jajaran pemangku adat dalam tugas dan tanggung jawab masing-masing dan dalam hal pelestarian Hutan Adat Galla Malleleng yang telah diberi kewenangan untuk melestarikan hutan dan notabene saya amanat diberikan oleh mama. Toa menjadi Galla Malleleng untuk melindunginya. hutan biasa (. Hasil Wawancara Kepala Desa Tana Toa, S.M, 17 Juli 2017). Dalam konservasi hutan adat, lembaga adat melaksanakan Pasang, yaitu seperti undang-undang yang mengatur tentang konservasi hutan adat, dan lembaga adat juga telah memberikan kewenangan kepada pemangku adat dalam kaitannya dengan konservasi hutan adat. TIDAK. 6746 Tahun 2016. dan PERDA No. 9 Tahun 2015 tentang Penguatan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Amma Toa Kajang dimana pengelolaan Hutan Adat Kajang dikelola oleh masyarakat hukum adat meskipun sebenarnya masyarakat hukum adat tersebut diperkuat oleh hukum adatnya yaitu pos/pesan yang selalu menerapkannya dalam pengelolaan hutan adat dan dimana lembaga adat juga menghormati peraturan atau program pemerintah terkait dengan pelestarian hutan adat” (Hasil wawancara, Camat Kajang A.B. 16 Juli 2017).

Keberhasilan hubungan pemerintah dengan lembaga adat terletak pada kenyataan bahwa sebagai kepala desa Tana Toa dan peran saya sebagai pemangku adat yang peduli terhadap kelestarian hutan adat Kajang kita, adanya peraturan daerah dan peraturan pembentukan hutan adat, dimana kita dalam pengelolaan hutan adat lebih muda karena sudah menguat secara hukum. Berdasarkan hasil wawancara dan temuan di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa pola relasi kekuasaan antara pemerintah daerah dengan lembaga adat dalam pelestarian hutan adat Kajang saat ini berjalan dan pemerintah daerah sangat dominan. dengan pola hegemoniknya yang mengatur atau mengintervensi secara positif lembaga adat melalui peraturan, yang dilaksanakan pemerintah untuk memudahkan kerangka hukum bagi lembaga atau masyarakat hukum adat adat Kajang dalam hal pelestarian hutan adat Kajang. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh penulis, diharapkan pemerintah daerah kabupaten Bulukkumba dengan lembaga adat Kajang dalam hal pelestarian hutan adat Kajang kedepannya harus berbenah sesuai peraturan yang berlaku dan meskipun pemerintah telah melakukan pemberdayaan masyarakat adat. kelembagaan dalam hal pengelolaan hutan adat Kanjang yang tercantum pada butir kelima SK No. 6746 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2016.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6746 Tahun 2016 tentang Penetapan Hutan Adat Ammatoa Kajang.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba

Pembahasan Hasil Penelitian Pola Relasi pemerintah Daerah Dengan

  • Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelestarian Hutan
  • Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Hutan Adat
  • Pola Relasi Pemerintah Daerah Dengan Lembaga

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

2015, Pemasangan dan pengelolaan Amma Toa Pemahaman kembali sistem kepemimpinan tradisional adat dalam pengelolaan sumber daya hutan di Kajang, Sulawesi Selatan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penguatan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Amma Toa Kajang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba
Tabel 4.3 Keadaan Pendidikan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konflik Berdasarkan hasil penelitian secara empiris yang dilakukan oleh peneliti terhadap peran lembaga latupati dan fenomena sosial yang terjadi pada

Dimana upaya atau tindakan dalam perlindungan masyarakat adat hutan amazon Brazil dalam hukum internasional yaitu Melalui dukungan hukum internasional dengan memberikan sanksi atau