POLA & STRUKTUR PERMUKIMAN
MK. TEORI PERENCANAAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN PRODI PWK - UNS 2022
DEFINISI PERMUKIMAN
• Permukiman : sebagai suatu tempat (ruang) atau daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan untuk
mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya.
• Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU
1/2011)
POLA PERMUKIMAN
POLA PERMUKIMAN ?
• Pengertian sebaran & pola permukiman memiliki hubungan erat (Ritohardoyo, 1989)
• Sebaran permukiman : Hal dimana terdapat dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu
wilayah (ada/tidak ada)
• Pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan faktor lain (faktor-faktor alam, ekonomi, sejarah dan faktor budaya)
• Pola permukiman atau disebut dengan settlement type didefinisikan sebagai persebaran rumah
yang membentuk pola tertentu (Bintarto, 1977)
• Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
melakukan aktivitas sehari-harinya.
• Pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk
berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.
POLA PERMUKIMAN (JAYADINATA, 1999)
MEMUSAT
• permukiman mengelompok yang terdiri dari beberapa
kumpulan rumah menjadi satu lingkungan
• rumah mengelompok dengan jumlah yang sedikit atau kecil
hamlet
• rumah mengelompok dalam jumlah yang agak besar (40 rumah atau lebih) village
• di Indonesia lebih sering ditemukan karena faktor kerjasama antar masyarakat tinggi, khususnya masyarakat pedesaan
MENYEBAR
• pola dengan kondisi
permukiman yang tersebar berjauhan satu dengan yang lainnya.
• Biasanya banyak ditemukan pada daerah pertanian di
negara luar seperti Eropa Barat, Australia, Amerika Serikat,
Kanada, dan lain lain
POLA PERMUKIMAN (MISRA, dalam BINTARTO, 1977)
COMPACT SETTLEMENT
• sekelompok rumah atau tempat tinggal yang
tersusun secara mengelompok
FRAGMENTED SETTLEMENT
• sekelompok tempat tinggal yang tersusun secara terpencar atau tersebar.
Bintarto menambahkan bahwa permukiman pedesaan yang terdapat di Indonesia umumnya bersifat mengelompok,
kecuali daerah karst. Permukiman di daerah karst secara
umum bersifat menyebar karena adanya pengaruh topografi.
POLA PERMUKIMAN (HAGGET, dalam RITOHARDOYO, 1989)
POLA UNIFORM (SERAGAM)
• permukiman yang terbentuk pada suatu wilayah tersebar dengan sifat / jarak yang teratur.
POLA RANDOM (ACAK)
• permukiman yang terbentuk memiliki penyebaran yang tidak teratur, jarak yang berbeda
antara satu permukiman dengan
permukiman lainnya.
mengemukakan pendapatnya bahwa pola permukiman dapat dihitung, dengan menggunakan analisis tetangga terdekat (terdapat rentang indeks yang
membedakan ketiga klasifikasi pola tsb)
POLA CLUSTERED (MENGELOMPOK)
• pola permukiman yang membentuk kelompok –
kelompok dalam skala yang besar
POLA PERMUKIMAN
A. LINIER
• Pola pemukiman memanjang memiliki ciri
pemukiman berupa deretan memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.
B. Pola Pemukiman Terpusat
• Pola pemukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau
daerah dataran tinggi yang berelief kasar, dan terkadang daerahnya terisolir
C. Pola Pemukiman Tersebar.
• Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah gunung api penduduk akan mendirikan pemukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman.
…kesimpulannya apa ?
• pola permukiman akan sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor
pembentuknya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PERMUKIMAN (BINTARTO, 1977)
1. Kesuburan tanah
tanah-tanah subur (mengelompok), tanah tidak subur (menyebar)
2. Topografi
Topografi datar, pembangunan bisa di segala titik (mengelompok), topografi tidak datar (tersebar)
3. Keberadaan Sumber air
permukaan air tanah dangkal, dapat membangun sumur dimana – mana (menyebar); permukaan air tanah yang dalam, sulit membuat sumur
(mengelompok)
4. Kebutuhan Keamanan
kondisi yang tidak atau kurang aman,
(mengelompok untuk mempertahankan diri);
kondisi suatu daerah sudah dirasa aman, faktor keamanan bukan lagi menjadi alasan masyarakat untuk bertempat tinggal secara mengelompok
Pacione (dalam Ritohardoyo, 1990)
• Ketersediaan Air
• Kebutuhan Akan Keamanan
• Ikatan Kesukuan dan Kekeluargaan
• Topografi (Bentang Alam)
• Ekonomi Pedesaan / Mata Pencaharian
• Sistem Waris
• Politik, Agama dan atau Ideologi
• Campur Tangan Pemerintah
Singh (dalam Ritohardoyo, 1990)
1. FAKTOR FISIK
• Pola permukiman dari segi fisik dipengaruhi oleh relief (bentang alam); sumber air; jalur drainase; dan tanah.
2. FAKTOR SOCIAL EKONOMI.
• Dari segi social ekonomi factor yang berpengaruh adalah penggunaan lahan, sistem rotasi tanaman, transportasi dan kepadatan penduduk
3. FAKTOR SEJARAH DAN BUDAYA
• factor ini menjelaskan mengenai sejarah terbentuknya
permukiman dan budaya setempat (kebiasaan penduduk), seperti migrasi atau kerjasama dapat mempengaruhi pola permukiman
Kesimpulannya apa ?
Kesimpulannya apa ?
• Faktor fisik
• Faktor sosial ekonomi
• Faktor sejarah & budaya
• Campur tangan Pemerintah dan swasta
STRUKTUR RUANG
PERMUKIMAN
• Struktur ruang permukiman adalah susunan unsur-unsur pembentuk kawasan secara hierarkis dan struktural
berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang permukiman adanya interaksi antar unsur-unsur
pembentuknya
• Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana.
Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan
fungsional.
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK
NATURE NATURE
MANMAN
SOCIETY SOCIETY SHELL
SHELL NETWOR
K
NETWOR K
ELEMEN PERMUKIMAN (Doxiadis, 1971)
STRUKTURAL PEMANFAATAN RUANG PERMUKIMAN
• Interaksi antar unsur-unsur pembentuk kawasan akan membentuk tata ruang permukiman secara hierarkis dan struktural
terbentuknya hierarki pusat lingkungan
permukiman hingga pusat unit lingkungan hunian terkecil
PERUBAHAN KERUANGAN
• perkembangan keruangan pada suatu tempat yang berbeda ataupun pada lokasi yang sama merupakan respon dari perubahan aktivitas
ekonomi (Massey, dalam Healy dan Ilbery, 1990)
• hubungan antara proses perubahan ekonomi dan lokasi (ruang) pada setiap wilayah akan berbeda- beda.
• ruang sebagai wadah aktivitas merupakan
manifestasi dari semua kebutuhan masyarakat lokal pada tempat tersebut dan akan berbeda pada tempat yang lain.
• pola suatu ruang terbentuk karena adanya aktivitas ekonomi, demikian halnya dengan perubahan aktivitas ekonomi yang secara
signifikan dipengaruhi oleh pola aktivitas ruang (Healy dan Ilbery, 1990)
PROSES PERUBAHAN
EKONOMI
POLA RUANG AKTIVITAS EKONOMI
KOTA SEMARANG
CONTOH
1993 1993
1997 1997
2003 2003
2007 2007
PERUBAHAN POLA KERUANGAN KOTA
SEMARANG PERUBAHAN POLA KERUANGAN KOTA
SEMARANG
PHYSICAL CONTEXT
· Penurunan kepadatan penduduk di Semarang Utara karena karena terjadi rob, infiltrasi air laut, dan penurunan muka tanah
· Rendahnya kepadatan
penduduk di Kec. Gunung Pati karena dilalui jalur
patahan/sesar
· Rendahnya kepadatan
penduduk di Kec. Mijen karena kawasan konservasi (resapan air)
DEMAND, TRANSPORT LINKAGE
· Kenaikan kepadatan penduduk di Kec. Genuk, Pedurungan, Tugu dan Banyumanik pada koridor jalan arteri primer
penghubung Kota Semarang dengan hinterland-nya
· Kenaikan kepadatan penduduk di Tembalang, Banyumanik dan Genuk karena adanya perguruan tinggi UNDIP dan UNISULA ORGANIZATIONAL
CONTEXT
Peran Kota Semarang sebagai PKN, sekaligus ibukota
Propinsi Jawa Tengah mendorong bangkitan pergerakan dari
hinterlandnya menuju Kota Semarang Berkembangnya kepadatan penduduk pada wilayah koridor jalan arteri primer
FACTOR OF PRODUCTION Pengembangan kawasan industri di Kec. Tugu
mendorong perkembangan kepadatan penduduk di Kec.
Tugu dan Kec. Ngaliyan
POLITICAL CONTEXT Adanya arahan kebijakan RTRW tentang pengembangan
permukiman Kota Semarang ke timur dan selatan, mendorong percepatan pengembangan permukiman di Kec. Genuk, Pedurungan dan Banyumanik.