• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA DINASTI UMAYYAH MARWANI TAHUN 684-750 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POLITIK KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA DINASTI UMAYYAH MARWANI TAHUN 684-750 M "

Copied!
67
0
0

Teks penuh

Latar Belakang

3Tentang kajian kebijakan ekonomi pada masa Nabi baik dalam konteks makro maupun mikro, lihat Muhammad Abdul Karim, “Kebijakan Ekonomi Islam Pada Masa Nabi (Tinjauan Sejarah Sistem Ekonomi Islam)”, Fakultas Adab Riset Mandiri dan Ilmu Budaya , UIN Sunan Kalija ga Yogya ka rta 2017. Dengan menyoroti beberapa signifikansi perubahan tertentu dalam kebijakan ekonomi Islam pada masa Bani Umayyah Marwani, fase pasca perang saudara pada masa Kekhalifahan Bani Umayyah, meliputi serangkaian perlawanan terhadap pemimpin Bani Umayyah Sufyani sejak wafatnya Mu'awiyah, termasuk perlawanan 'Abdullah bin Zubair di Mekkah terhadap kekuasaan Bani Umayyah, berikut ini akan mengkaji beberapa perkembangan penting dalam sejarah kebijakan ekonomi Islam pada masa Bani Umayyah Bahas Marwani. Permasalahan yang disoroti dalam kajian ini adalah beberapa perkembangan penting dalam kebijakan ekonomi yang diterapkan pada masa itu yang ditandai dengan rekonsiliasi dan inovasi di berbagai sektor ekonomi, serta semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi umat Islam pada saat itu.

Fokus utama artikel ini terkait dengan sejarah kebijakan ekonomi Islam yang berlaku pada masa Bani Umayyah Marwani, yang meliputi tinjauan terhadap sistem perekonomian.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan

Abdul Aziz atau dikenal dengan 'Umar II yang menjadi tokoh yang memberantas penyalahgunaan wewenang di lingkungan Keraton Bani Umayyah sendiri.28. Hal ini menjadi tradisi di kalangan istana Bani Umayyah sehingga memunculkan fenomena korupsi yang akut khususnya pada masa Marwani, dan selanjutnya dinetralisir kembali oleh Khalifah Bani Umayyah yang fenomenal yaitu 'Umar bin 'Abdul Aziz atau dikenal dengan ' Umar II yang menjadi tokoh dalam membasmi penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan Keraton Bani Umayyah sendiri.6. Beliau mengakhiri bahkan menghapuskan segala cara dan praktik feodalisme lama.7 Dapat disimpulkan bahwa pada masa Umar II kurang mendapat angin segar dari kalangan feodal.

Ibu Umar II adalah Umm 'Āshim binti 'Āshim ibn Umar ibn Khattab.23 Umat Islam membandingkannya dengan kakek buyutnya, Umar I, yang dikenal dalam sejarah karena keadilannya. Hasan Ibrahim Hasan mencatat bahwa 'Umar II lahir di Hulwan ketika ayahnya, Abdul Aziz, menjadi gubernur Mesir.24 Masa mudanya dihabiskan di sana dengan gaya hidup mewah. Tidak jarang Umar II dimintai bantuan dan suaka politik oleh masyarakat Irak yang tertindas oleh despotisme Hajjaj ibn Yusuf.

Selain itu, kepemimpinan Umar II terlalu longgar dan terbuka terhadap siapa pun, termasuk rival politik Dinasti Umayyah yakni kaum Khawarij dan Syi'ah. Setelah Umar II meninggal, penerusnya, Yazid bin Abdul Malik, memerintahkan istri Umar II untuk mengambil kembali hartanya dari kas yang telah dimasukkan suaminya ke dalamnya. Perlu diketahui bahwa pada saat Umar II berkuasa, situasi dan kondisi pemerintahan Bani Umayyah serta sistem keuangan negara berada dalam situasi politik yang berbahaya dan sangat beresiko.31.

Ketika Umar II menjadi khalifah, beliau mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk perbaikan dan pengelolaan urusan dalam negeri. Misalnya saja yang dilakukan di Khurasan ketika Umar II sedang mencari pengganti al-Jarrāh, dimana masyarakat setempat mengusulkan beberapa calon yang tidak banyak diketahui khalifah. Ketika Umar II mengangkat salah satu calon tersebut, ia berpesan kepada masyarakat Khurasan untuk menaatinya.

Akhirnya terjadi tekanan perekonomian yang sangat berat sehingga Umar II harus memperbaiki kebijakan-kebijakan yaitu; itu kembali ke aturan lama tentang di mana tanah itu berada. Kebijakan Umar II kemudian melahirkan musuh-musuh Bani Umayyah yang berada di bawah tanah, tidak ada satupun yang memusuhi rezim yang berkuasa pada masanya, namun bergerak secara terbuka dan bersatu. Untuk mengatasi hal tersebut, Umar II mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk penghapusan berbagai pajak yang tidak manusiawi.

Gambar II
Gambar II

Kajian Pustaka

Kerangka Teori

Salah satu bidang kajian ekonomi Islam yang menarik perhatian para sejarawan adalah “sejarah pemikiran ekonomi Islam”. Yang biasa dibicarakan adalah pemikiran-pemikiran para tokoh ekonomi Islam dari masa ke masa mengenai sistem perekonomian yang dirintis pada masanya. 12Adiwa rma n Karim, (ed.) Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Ja ka rta : The International Institute of Islamic Thought, 2012).

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, maka penelitian sejarah tentang sejarah kebijakan ekonomi Islam erat kaitannya dengan sejarah administrasi yang diterapkan dari masa ke masa di dunia Islam, yang mencakup penanganan beberapa permasalahan ekonomi.

Metode Penelitian

Dalam metodologi naratif, peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan disusun dan disintesis menjadi suatu kesinambungan yang menunjukkan perkembangan. Dari perkembangan tersebut kemudian akan dicari titik temu yang menghubungkan setiap peristiwa dalam kerangka periodisasinya. Dengan demikian diharapkan pada akhir masa penulisan dapat diketahui pola yang muncul sebagai bentuk identifikasi kriteria pengembangan sesuai dengan frontier penelitian.

Yang dimaksud disini adalah melalui metodologi naratif kita berharap dapat menemukan narasi sejarah ekonomi Islam pada suatu periode waktu tertentu yang berbeda dengan periode waktu lainnya.19.

Sistematika Pembahasan

Bab ketiga berfokus pada beberapa narasi terkait konsep utama dalam peta pembangunan ekonomi pada masa Kekhalifahan Umayyah Marwani, yaitu pembangunan administrasi dan fenomena korupsi yang mengakar di keraton. Selanjutnya, dua kebijakan representatif dijelaskan; Kebijakan devisa Abdul Malik bin Marwan serta upaya dan kegagalan pemberantasan korupsi pada era 'Umar bin Abdul Aziz.

Perang Saudara Di Masa Umayyah Sufyani Dan Transisi

Kondisi Ekonomi-Politik di Masa Transisi Sufyani-

Para tokoh dari kalangan Sufyani khususnya Mu’awiyah bin Abi Sufyan berhasil membangun masyarakat Islam yang tertata dengan baik sebagai kondisi yang mendukung pembangunan ekonomi. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Mu’awiyah adalah umat Islam pertama yang membangun kantor kependudukan dan pelayanan pos (al-barid) melalui lembaga diwan al-barid yang semula digunakan untuk keperluan pemerintahan sehingga memperluas cakupan fungsinya menjadi masyarakat luas.26. Di bidang administrasi militer, beliau juga membangun pasukan Damaskus menjadi kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi serta menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para prajurit.

Kontribusi lainnya antara lain pencetakan mata uang meski masih belum banyak digunakan, pembangunan birokrasi seperti fungsi pemungutan pajak dan administrasi politik, serta pengembangan posisi qadi (hakim) sebagai jabatan profesional. Di tangan para khalifah Marwani, khususnya sejak Khalifah Abdul Malik bin Marwan, prestasi tersebut terus berlanjut dan bahkan berkembang. Dalam catatan Husein, hal ini bermula ketika Muawiyah menjadi gubernur di Suriah dan dihadiahi sejumlah bidang tanah strategis di wilayah tersebut oleh Khalifah Utsman.

Setelah menjadi khalifah, proses kepemilikan tanah strategis dipercepat dan diberikan pula kepada loyalis Mu'awiyyah termasuk para jenderal dan panglima perangnya. Hal inilah yang memberikan kekuasaan absolut kepada Mu’awiyah, dimana ia berhasil menguasai akses terhadap aset milik negara dan memperlakukannya sebagai aset pribadi. Hal ini kemudian memunculkan situasi feodalistik pasca Kekhalifahan Mu'awiyyah yang semakin mengkristalkan absolutisme di kubu keraton.

Secara teoritis, sebagian tanah strategis yang diperoleh adalah milik negara, namun Mu'awiyah memperlakukan aset tersebut seolah-olah milik pribadi. Hal ini menjadi tradisi di kalangan istana Bani Umayyah sehingga memunculkan fenomena korupsi yang akut, yang kemudian dinetralisir kembali oleh khalifah Bani Umayyah yang fenomenal yaitu ‘Umar bin.

Telaah Kebijakan Ekonomi Pada Masa Umayyah Marwani

Kebijakan Representatif

  • Kebijakan Mata Uang (Currency) Khalifah Abdul
  • Umar bin ‘Abdul Aziz dan Upaya Pemberantasan

Jika para khalifah sebelumnya memangku jabatan khalifah untuk tujuan duniawi tanpa didasari oleh nafsu untuk membahagiakan umat dan mencapai kebahagiaan abadi di akhirat, maka Umar II menunjukkan orientasi yang berbeda. Selain itu, ia menggagalkan rencana Hajjaj untuk membatalkan wasiat Abdul Malik bahwa “setelah al-Walid I, Sulaiman bin Abd al-Malik menjadi putra mahkota”.26 Barangkali inilah salah satu faktor sekaligus pahala bagi Umar II. yang membela Sulaiman, sebelum Khalifah Sulaiman meninggal, Sulaiman meninggalkan surat wasiat yang di dalamnya ia menunjuk Umar II sebagai penggantinya.27. Khalifah beralasan, selama seluruh perempuan di negeri ini belum mampu memakai kalung emas semahal milik ibu negara, maka Umar II dilarang memakainya.28.

Namun sangat disayangkan, tidak ada satupun penerusnya setelah kepemimpinan Umar II yang meneruskan kebijakan kerakyatan yang manusiawi dan menyejahterakan umat, sehingga khalifah pasca Umar II kembali melakukan korupsi. Kebijakan Umar II dalam penyelenggaraan pemerintahan dititikberatkan pada dua sifat: Pertama, memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat untuk mencapai ketentraman dan keamanan, dimana beliau meninggalkan kebijakan-kebijakan para pendahulunya yang menitikberatkan pada pemekaran dan penguasaan negara. Pendahulu Umar II bergantung pada bangsa Arab yang memusuhi keluarga dan simpatisan Khalifah Ali bin Abi Thalib, serta masyarakat Ansar Madinah yang banyak membantu ketika Nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah dan penyebaran Islam. .

Al-Jarrah, gubernur sejak era al-Walid I, tangan kanan Hajjaj dipecat setelah 'Umar II berkuasa selama 17 bulan, karena perlakuan kasar dan tidak baik terhadap mawali (Muslim non-Arab).36. Dalam sejarah Dinasti Bani Umayyah, baru pada masa pemerintahan Umar II masyarakat di negaranya dapat menikmati keadilan dan kesetaraan yang sebelumnya telah terhapuskan oleh kebijakan para khalifah dan kepala daerah yang korup.37 Berbeda dengan para pendahulunya, mereka justru menganggap kekuasaan dan kekayaan negara adalah milik perseorangan dan keluarga yang mendapatkannya. Allah SWT kepada Bani Umayyah. Ternyata dia kurang baik, mereka diminta bercerita.39 Dapat disimpulkan juga bahwa Umar II melakukan pengawasan terhadap kepala daerah dengan melibatkan masyarakat setempat, dan fakta ketidakadilan al-Jarrah membuktikan bahwa orang yang melapor kepada kepala daerah. negara adalah mawla.

Dalam hal ini Khalifah Umar II kembali lagi pada kebijakan Umar I, dimana beliau mengeluarkan ketetapan yang dikenal dengan kebijakan ekonomi Umar I dalam sawad, yaitu pelaksanaan jizyah dan kharaj bagi petani dan pemilik zimmi demi keselamatan hidup dan negaranya. Untuk mengatasi tekanan tersebut, dengan berkonsultasi kepada para alim-ulama, Umar II mengeluarkan ketetapan baru bahwa umat Islam yang menikmati tanah Kharaj dilarang membayar pajak sebagai tanah 'usyr, mulai tahun 100 H (718-719 M) untuk jual beli. . negara. Setelahnya, karena kebijakan-kebijakan Umar II tidak ditiru oleh para penerusnya dan hanya menyulut rasa haus akan kekuasaan, maka korupsi kembali seperti semula sebelum era Umar II, bahkan lebih parah lagi dimana sebagian besar penguasa terkurung di istana dan tenggelam dalam kesibukan. .

Nasar bin Sayyar mencoba melakukan perbaikan di Khurasan pada masa Khalifah Marwan bin Muhammad (744-750) dimana beliau melakukan reformasi sistem perpajakan dimana seluruh masyarakat baik Arab Muslim, non-Arab maupun non-Muslim harus membayar kharaj. .47 Sistem ini Meski dipuji oleh berbagai kalangan, namun tidak mampu meredam keadaan karena nasi menjadi bubur, bukan karena sistem Umar II. hilang.

Penutup

Saran

Penelitian terkait kebijakan ekonomi pada masa Bani Umayyah masih menjadi bidang kajian yang menjanjikan, terutama berkaitan dengan isu-isu tertentu yang lebih spesifik. Harus diakui bahwa sumber sejarah dinasti ini mayoritas berasal dari sumber-sumber yang ditulis pada masa Dinasti Abbasiyah, sehingga gambaran negatif lebih mendominasi dibandingkan kisah kejayaannya. Penelusuran narasi sejarah yang lebih autentik membuka peluang penelitian yang masih menjanjikan untuk dieksplorasi lebih lanjut di masa depan oleh peneliti-peneliti selanjutnya.

Perkembangan Ekonomi dan Administrasi pada Masa Bani Umayyah dan Abbasiyah", al-Amwal, Vol. Ed.). Kebijakan Ekonomi Islam di Masa Nabi (Survei Sejarah Sistem Ekonomi Islam)", Penelitian Independen, Fakultas Adab dan Kebudayaan IPA, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017.

Gambar

Gambar II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menujukkan bahwa naik turunya harga batubara tidak mempengaruhi harga saham secara signifikan karena para investor lebih memperhatikan faktor-faktor lain seperti earning per