AHMAD SHOLEH FANANI
DIO PRATAMA
MUCH.ARIFIN MUSTOFA
DINO LAKONAWA
ANANDA KRISNA TRI WICAKSONO
INTAN PERMATA DEWI
KELOMPOK
5
ANGKLUNG
SEJARAH
TOKOH
JENIS JENIS
BAGIAN BAGIAN
KESAN
DAN
PESAN
SEJARAH (ASAL USUL)
Catatan mengenai alat musik angklung ini, baru muncul sekitar abad ke 12 sampai 16, merujuk pada adanya kerajaan Sunda.
Keberadaan angklung berkaitan dengan masyarakat kerjaan Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari tanaman padi (pare). Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan (adat) masyarakat Baduy yang dipercaya sebagai sisa- sisa kerajaan Sunda, dimana angklung dipergunakan sebagai ritual dalam melakukan penanaman padi. Angklung dibuat dan diciptakan untuk memikat Dewi Sri/Sri Pohaci (Lambang dewi padi) untuk turun kebumi agar tanaman padi rakyat bisa tumbuh subur.
Selain masyarakat Baduy diBanten, permainan angklung gubrag di Jasinga - Bogor,Jawa Barat adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya juga berawal dari ritus padi.
Pada tahun 1862, Jonathan Rigg menuliskan buku "Dictionary of the Sunda Language" yang diterbitkan di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-
ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi.
Dalam perjalanan waktu, alat musik tradisional anglung berkembang dan menyebar keseluruh pelosok nusantara.
SEJARAH
Daeng Sutigna adalah empu yang menciptakan angklung diatonis di Kuningan Jawa Barat sekitar tahun 1938. Sebelum era Pak Daeng, angklung memiliki nada pentatonis. Beberapa jenis angklung malah hanya terdiri atas beberapa angklung dan dimainkan secara ritmis. Pak Daeng memperkenalkan sistem angklung yang terdiri atas:
Angklung melodi : untuk memainkan nada-nada utama, tabung
suaranya terdiri atas tabung besar sebagai nada utama, dan tabung kecil yang satu oktaf lebih tinggi sebagai penguat.
Angklung akompanimen: untuk memainkan akord pengiring, dimana tabung-suaranya terdiri atas 3 atau 4 kombinasi nada sesuai akord.
TOKOH-TOKOH
Mang Udjo adalah pejuang yang dengan sekuat tenaga mengusahakan agar angklung bisa exist. Keteguhan hati beliau saat ini berbuah manis, karena Saung Angklung Udjo
kini menjadi ikon budaya angklung di Bandung. Mang Udjo belajar membuat angklung dari Pak Daeng, dan
menyesuaikannya dengan kondisi di Bandung, antara lain dengan memperpendek tabung suaranya. Peran besar Mang
Udjo adalah dalam mendidik masyarakat sekitarnya untuk membuat dan memainkan angklung. Kini banyak masyarakat
Padasuka Bandung yang aktif sebagai pengrajin angklung, maupun tampil dalam pentas-pentas angklung ke seluruh
dunia.
Jenis-jenis Angklung Angklung ternyata mempunyai beberapa jenis dengan nada nan berbeda. Beberapa jenis angklung itu di antaranya adalah:
- Angklung Kanekes Angklung kanekes ialah angklung nan dibuat di daerah Kanekes, yaitu seuah daerah di Baduy, Provinsi Banten. Orang-orang nan dapat dan berhak membuat angklung kanekes ini hanyalah orang-orang dari Baduy Dalam, yaitu orang-orang Kajeroan. Angklung ini dimainkan pada saat panen sawah atau juga menanam padi. Angklung kanekes juga dapat
dimainkan pada saat terang bulan dan tak ada hujan dalam sebuah hiburan.
Nama-nama angklung kanekes dari nan terbesar adalah: indung, ringkuk, dondong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel.
- Angklung Dogdog Lojor Angklung dogdog lojor ini ialah sebuah kesenian nan terdapat di Gunung Halimun, yaitu gunung nan terletak di antara
perbatasan Jakarta, Bogor, dan Lebak. Kesenian dogdog lojor dimainkan dengan adanya empat angklung di dalamnya. Sama seperti angklung
kanekes, angklung dogdog lojor ini dimainkan dalam suasana panen. Tetapi, di masa modern, dogdog lojor dipakai dalam kesenian pernikahan, sunatan juga acara lainnya. Dogdog lojor ini terdiri dari dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Empat buah angklung besar nan ada dalam dogdog lojor ini adalah: gonggong, panembal, kingking, dan inclok.
-Angklung Gubrak Angklung gubrak ialah angklung nan berasal dari Bogor di kampung Cipining. Pada umumnya, angklung dimainkan dalam sebuah ritual nan berhubungan dengan padi. Adanya angklung gubrak dikarenakan sebab pada saat itu kampung Cipining sedang mengalami paceklik.