• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPt Topik 3 - Kodifikasi Hukum Laut

N/A
N/A
Aminah Nisa Shabirah

Academic year: 2024

Membagikan "PPt Topik 3 - Kodifikasi Hukum Laut"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KODIFIKASI HUKUM LAUT

WISMANINGSIH

FH Unsoed, Purwokerto

(2)

1.KONFERENSI DEN HAAG 1930

Simpang siurnya masalah lebar laut teritorial membuat LBB melakukan riset ke arah kodifikasi hukum laut

melalui konferensi internasional sejak 1924.

Tujuan utama konferensi internasional :

Utk membukukan (kodifikasi) berbagai aturan yg ada, bukan utk membuat hukum laut baru.

Pada 1929 disusunlah Basis of Discussions utk membicarakan dan membahas masalah dalam konferensi.

Konferensi hukum laut I berlangsung pada 13 Maret-13 April 1930 di Den Haag, Belanda.

(3)

Opening of the Second Hague Conference, 1930.

(4)

The 1930 Hague Conference for the Codification of International Law .

The first intergovernmental attempt to codify the law of the sea was the 1930 Hague

Conference for the Codification of International Law. The Hague

Conference was instigated by the League of Nations between 13 March and 12 April 1930, and was attended by forty-seven

governments and an observer, i.e.

the USSR. The Conference aimed to codify international law

concerning three subjects, namely nationality, State responsibility and territorial waters.

(5)

Hasil Konferensi HL Den Haag 1930

Mengakui

prinsip :

1. Kebebasan berlayar di laut lepas

2. Kedaulatan (soverenitas)

negara pantai atas laut teritorial

3. Hak innocent passage di laut

teritorial dan hak hot pursuit di

laut lepas

(6)

Lanjutan..

Mengenai masalah lebar laut teritorial →gagal, karena ada perbedaan pendapat :

1. Ada yg sama sekali tidak mau menetapkan lebar laut teritorial secara universal krn dianggap soal ini

tergantung pd kepentingan dan kebutuhan masing- masing negara yg berbeda.

2. Ada yg bersedia menetapkan lebar laut teritorial secara universal tetapi tetap memberikan

kemungkinan bagi negara pantai utk melaksanakan jurisdiksi tertentu di luar batas tersebut dalam

bentuk zona berdekatan (contiguous zone)

3. Ada yg menghendaki penetapan batas laut teritorial tanpa zona berdekatan

(7)

Berkembangnya IP dan Teknologi menimbulkan masalah baru, a.l.:

• Pencemaran laut dari kapal-kapal raksasa membawa minyak

• Pengambilan kekayaan laut secara semena- mena. ↓

TRUMAN PROCLAMATION, 28 September 1945

(8)

TRUMAN PROCLAMATION

1. Landas kontinen

1945

Sebagai kelanjutan alamiah (natural prolongation) dr wilayah darat

Pengamanan dan pencadangan SDA

Penguasaan SDA di dasar laut tanpa okupasi (effective occupation)

2. Perikanan

Pencadangan dan perlindungan SD hayati di laut yg berbatasan dgn darat (fishery conservation zone)

(9)

2. Konferensi Hukum Laut II, Jenewa 1958

• Diadakan oleh PBB melalui ILC yang telah lebih dulu membuat draf hukum laut.

• Berlangsung di Jenewa, Swiss, pada 24 Februari-27 April 1958

• Indonesia ikut menghadiri sidang dan

kemudian meratifikasinya dgn UU No. 19 Tahun 1961 tentang Persetujuan atas Tiga

Konvensi Jenewa 1958 mengenai Hukum Laut

(dicabut dgn UU No 7 Tahun 1971).

(10)

Hasil Konferensi Hukum Laut II 1958

1. Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

Berlaku mulai 10 September 1964 2. Convention on the High Seas

Berlaku mulai 30 September 1962, termasuk utk Indonesia

3. Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas

Berlaku mulai 20 Maret 1966

4. Convention on the Continental Shelf Berlaku mulai 10 Juni 1964

(11)

Conventions adopted at the first UNCLOS, 1958

(12)

Kegagalan Konferensi Hukum Laut II

→ Kembali tidak berhasil menetapkan lebar laut teritoral

→ Karena adanya perbedaan pendapat antara negara maritim dan negara-negara non-maritim.

→AS didukung oleh negara-negara maritim menghendaki agar lebar laut teritorial adalah sekecil mungkin, yaitu 3 mil, sedangkan

→negara-negara berkembang menghendaki lebar laut teritorial yang lebih lebar dari 3 mil, yaitu

mengusulkan 12 mil.

(13)

Permasalahan-permasalahan tsb

memperlihatkan kelemahan KJ 1958, yaitu:

1. Tidak praktisnya kriteria exploitability dlm menentukan batas Landas Kontinen

2. Disalahgunakannya prinsip kebebasan lautan, terutama kebebasan menangkap ikan di laut lepas oleh negara-negara maju.

3. Tidak memadainya aturan-aturan yang ada utk menghadapi masalah lingkungan dan ekologi laut.

(14)

3. Konferensi Hukum Laut III 1960, Jenewa

• Dihadiri oleh 88 negara, termasuk Indonesia

• Khusus membahas lebar laut teritorial

Usul- usul

1. AS-Canada :

→ Six plus six proposal (6+6), yaitu :

6 mil LT + 6 mil exclusive fishing zone (tanpa hak tradsional)

2. Golongan 12 mil

→termasuk Indonesia

3. Golongan 12 mil wilayah perikanan saja.

(15)

Konferensi IV HL 1982,

Montego Bay, Jamaica (1973-1982)

• Berhasil menetapkan lebar laut teritorial sejauh 12 mil.

• Ketentuan UNCLOS 1982, terdiri dari :

1. Ketentuan Utama

• s.d. 320 pasal

2. Annex (lampiran)

• 9 buah

(16)

Ketentuan Utama UNCLOS 1982

Bab I : Ketentuan Utama (Pendahuluan) Bab II : Laut Teritorial dan Zona Tambahan Bab III : Selat utk pelayaran internasional Bab IV : Negara Kepulauan

Bab V : ZEE

Bab VI : Landas Kontinen Bab VII : Laut Lepas

Bab VIII : Rezim pulau

Bab IX : Kawasan Tertutup

(17)

Freedom of Navigation

(18)

Lanjutan, UNCLOS 1982

Bab X : Hak negara pantai utk masuk ke dalam dan ke luar serta kebebasan melaksanakan transit Bab XI : Kawasan

Bab XII : Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut

Bab XIII : Riset ilmiah kelautan

Bab XIV : Pengembangan dan alih teknologi kelautan

Bab XV : Penyelesaian sengketa Bab XVI : Ketentuan umum

Bab XVII : Ketentuan penutup

Referensi

Dokumen terkait