• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SYARAT BERDO’A

N/A
N/A
depit purnama

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH SYARAT BERDO’A "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SYARAT BERDO’A

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktek Penafsiran Dosen Pengampu : Hj. Ari Hikmawati, S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh : Depit Purnamasari

211111047

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2023

(2)

PEMBAHASAN

Al Baqarah merupakan surat kedua dalam Al Qur’an yang terdiri dari 286 ayat. Surat ini termasuk surat Madaniyah karena turun setelah Rasulullah saw. hijrah.

1. QS. Al Baqarah ayat 186:

ىِب ۟اوُنِمؤؤُيؤلَو ىِل ۟اوُبيِجَتؤسَيؤلَف ۖ ِناَعَد اَذِإ ِعاّدلٱ َةَوؤعَد ُبيِجُأ ۖ ٌبيِرَق ىّنِإَف ىّنَع ىِداَبِع َكَلَأَس اَذِإَو

َنوُدُش ؤرَي ؤمُهّلَعَل

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”

a. I’rab

نامز) فرظ : اَذِا ,ةيضارتعلا واو : َذِاَو)

ةحتفلا هبصن ةم لعو بوصنم هب لوعفم : ك ,ىضام لعف : َكَلَأَس

رج لحم يف ءايلاو وملكتملا ءايلا لبق ام ةردقملا ةمضلا هعفر ةملعو عوفرم لعاف : يِداَبِع

ةفاضا

ةفاضا رج لحم يف كلأسب ناقلعتم رورجم رج : يّنَع

بصن لحم يف نا مسا ءايلا (نا) يّنِأ ,ةطبارلا ءافلا : يّنِأَف

ينأف) ةيمسا ةلمجلاو ,هرخا ىلع ةردقملا ةمضلا هعفر ةملعو عوفرم نا ربخ : ٌبؤيِرَق

بارعلا نم اهل لحم ل مزاج طرش باوج (بيرق

انا) هريدقت ريتتسم ريمض لعافو ,ةمضلا هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : ُبؤيِجُا)

فاضم وهو ةحتفلا هبصن ةم لعو بوصنم هب للوعفم : َةَوؤعَد

ةفوذحملا ءايلا ىلع ةردقملا ةرسكلا اب رورجم هيلا فاضم : ِعّدلا

بيجا) ب قلعتم نامز فرظ : َذِا)

ءايلا ,(وه) هريدقت ريتتسم ريمض لعافو ,ةردقملا ةحتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : يِناَعَد

ةفاضا رج لحم يف (يِناَعَد) ةلمجلاو ,هب لوعفم بصن لحم يف ةفوذحملا

,نونلا فذحب موزجم عراضم لعف اوبيجتسي رملا ملللا ,ةحيصفلا ءافلا : ا ؤوُبؤيِجَتؤسَيؤلَف

موزجم ريغ طرش باوج بارعلا نم اهل لحم ل ةلمجلاو لعاف واولاو

ا ؤوُبؤيِجَتؤسَي) لعفلااب ناقلعتم رورجم مسا رج لحم يف رورجم رج : ؤيِل)

(3)

واولاو نونلا فذحب موزجم عراضم لعف وُنِم ؤؤُي ,رملا مل ملللو فطع : ؤيِبؤوُنِمؤؤُيؤلاَو هيلا فاضم) رورجم رج يِب ,لعاف) نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف َن ؤوُدُشؤرَي و (لعل) اهمساو لعل : ؤمُهّلَعَل ةيلاح ةيمسا ةلمجلاو (لعل) ربخ ةلمج لعافو

b. Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir Ath Thabari dan lain-lain meriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, Seorang Arab Badui menghadap Nabi saw. lalu bertanya, “Apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik kepada-Nya ataukah Dia jauh sehingga kita menyeru-Nya?” Baginda Nabi saw. tidak memberi jawaban, kemudian turunlah ayat “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku”.

Riwayat lain mengatakan sebab turunnya ayat ini adalah pada saat perang Badar Nabi saw. mendengar kaum Muslimin berdo’a kepada Allah dengan suara lantang, maka beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, berlaku lembutlah kepada diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak berdo’a kepada Dzat yang tuli dan jauh, tetapi kalian berdo’a kepada Tuhan yang Maha Mendengar Lagi Mahadekat, dan Dia sekaku bersama kalian”.

Diriwayatkan dari Qatadah bahwa para sahabat dulu berkata, “Bagaimana cara kami berdo’a kepada Tuhan, wahai Baginda Nabi?” Allah pun menurunkan ayat ini.

c. Munasabah Ayat

Menurut Al-Baidhawi ada hubungan atau munasabah dalam ayat ini.

Karena dalam ayat sebelumnya Allah SWT memerintahkan mereka agar berpuasa di bulan Ramashan dan melengkapkan bilangannya serta mendorong mereka untuk melaksanakan tugas-tugas bertakbir dan bersyukur, maka Dia menggiringnya dengan ayat ini yang menunjukkan bahwa Dia Maha Mengetahui keadaan mereka, Maha Mendengar perkataan mereka, Maha Mengabulkan do’a mereka, sebagai penegasan akan hal itu.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang ingin berdo’a, dia tidak perlu melantangkan suaranya atau khawatir jika do’anya tidak didengar oleh Allah.

(4)

Karena sejatinya Allah Maha Mendengar dan senantiasa dekat dengan hamba- Nya.

d. Penafsiran

Sebagai hamba Allah yang beriman, kita tidak perlu mempertanyakan lagi mengenai keberadaan Allah dimana, karena Allah akan senantiasa berada dekat dengan hamba-Nya. Hal ini juga sesuai dengan anjuran bahwa kita jangan sampai menyakiti atau mendzolimi orang lain, karena ketika dia mengadu kepada Allah, maka do’anya sudah pasti akan dikabulkan oleh Allah.

Seorang hamba juga harus mengingat bahwa dia senantiasa membutuhkan Allah tidak ketika sedang bersedih atau ditimpa musibah juga, melainkan ketika sedang bahagia atau menerima nikmat pun ia tidak boleh melupakan Allah. Karena sejauh yang terlihat, banyak manusia yang mendatangi Allah ketika membutuhkan saja, ketika dia sedang bahagia dia seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhannya.

Makna ayat ini menjelaskan bahwa apabila hamba-hamba Allah bertanya tentang sebagian urusan yang berkaitan dengan diri-Ku (Allah), yaitu perihal dekat atau jauhnya, maka jawablah bahwa Aku dekat dengan mereka, yakni, Aku mengetahui keadaan mereka, mendengar ucapan mereka dan melihat perbuatan mereka. Inilah yang dimaksud dengan dekat dalam ayat lain yang senada (QS. Qaaf: 16).

Jadi tidak ada penghalang apapun antara hamba dengan Allah. Dan Allah akan mengabulkan do’a orang yang berdo’a secara tulus, tanpa perantara serta ia mengiringi do’anya dengan amal saleh karena ikhlas kepada Allah SWT.

Pengabulan do’a mencakup pemberian petunjuk kepada sebab-sebab, seperti dipermudahnya jalan rezeki, diberi kesembuhan, kelulusan dan realisasi atas sebab-sebab taufik (pertolongan)-Nya.

Pengabulan do’a harus terpenuhi syaratnya, yaitu melaksanakan perintah- perintah Allah; dengan iman yang benar, taat, melakukan ibadah-ibadah yang bermanfaat (shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya); dengan begitu Allah akan memebrikan balasan kepada mereka atas apa yang telah mereka lakukan dengan balasan yang terbaik. Apabila amal yang dilakukan itu ikhlas karena Allah yang diiringi dengan iman, maka itu bisa menjadi jalan untuk mendapatkan petunjuk kepada kebaikan dunia akhirat, karena Allah akan

(5)

membalas seruan yang telah hamba-Nya kerjakan dengan mengabulkan apa yang hamba-Nya pinta (istijaabah).

Kata

ّلَعَل

berfungsi untuk menyatakan harapan, padahal mustahil bagi Allah karena Dia Mahatinggi dan Mahakaya, maka yang dimaksud dalam kata ini di dalam Al Qur’an adalah dengan amal yang kita lakukan, hamba tersebut bisa mengharap mendapat petunjuk atau yang dimaksud dengan ta’liil. Dengan kata lain mereka mengetahui bagaimana cara agar mendapat petunjuk dan bagaimana cara melaksanakan ketaatan.

2. QS. Al Baqarah ayat 145:

ٍعِباَتِب ؤمُهُضؤعَب اَمَو ۚ ؤمُهَتَلؤبِق ٍعِباَتِب َتؤنَا اَمَو ۚ َكَتَلؤبِق ا ؤوُعِبَت اّم ٍةَيٰا ّلُكِب َبٰتِكؤلا اوُت ؤوُا َنؤيِذّلا َتؤيَتَا ؤنِٕىَلَو

َنؤيِمِل ّٰظلا َنِمّل اًذِا َكّنِا ۙ ِمؤلِعؤلا َنِم َكَءۤاَجاَم ِدؤعَب ۢؤنّم ؤمُهَءۤاَوؤهَا َتؤعَبّتا ِنِٕىَلَو ٍۗضؤعَب َةَلؤبِق

“Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk golongan orang-orang yang zalim.”

a. I’rab

b. Asbabun Nuzul

Ayat ini turun berkenaan dengan orang Ahli Kitab yang beriman (masuk Islam), yakni Abdullah bin Salman dan rekannya. Mereka mengenal Rasulullah saw dengan ciri-ciri dan kabar pengutusan beliau yang tercantum dalam kitab suci mereka. Abdullah bin Salman berkata “Sungguh aku lebih mengenal Rasulullah saw. daripada aku mengenal putraku sendiri.” Umar bin Khattab lantas bertanya “Bagaimana bisa begitu?” Ia menjawab “Sebab aku bersaksi dengan penuh keyakinan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, sementara aku tidak bersaksi seperti itu atas putraku sebab aku tidak tahu apa yang telah dilakukan kaum perempuan.” Umar berkata “Semoga Allah memberimu taufik, wahai Ibnu Salam.”

c. Munasabah Ayat

Dulu Nabi saw. merindukan pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah sebab Ka’bah adalah kiblat kakek beliau, Ibrahim, di samping hal itu akan lebih membuat bangsa Arab tertarik untuk beriman, yang mana merekalah yang akan menjadi tulang punggung penyebaran agama Islam.

(6)

Selain itu, juga karena kaum Yahudi dulu berkata “Muhammad memilih agama yang berbeda dengan kita tapi dia mengikuti kiblat kita? Kalau bukan karena agama kita, pasti dia tidak akan tahu ke mana dia menghadapkan kiblatnya.” Karena itu Nabi saw. tidak menyukai kiblat mereka, sampai ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah berkata kepada Jibril, “Aku berharap Allah memalingkanku dari kiblat kaum Yahudi ke kiblat lain.”

Abu Hayyan berkata bahwa karena beliaulah yang menantikan pengalihan itu, Allah memulai dengan memerintahkan beliau lebih dahulu, kemudian mengiringinya dengan perintah kepada umat beliau sebab mereka adalah pengikut beliau, di samping agar tidak menimbulkan prasangka bahwa pengalihan itu dikhususkan bgi Nabi saw.1

Setelah menyebutkan perkataan orang Yahudi pada saat pengalihan kiblat, Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa berpalingnya Ahli Kitab dari misi dakwah Nabi saw. bukanlah disebabkan karena suatu syubhat yang perlu dilenyapkan, melainkan disebabkan sikap membangkang dan takabur. Ini mengandung hiburan bagi Nabi saw. agar beliau tidak bersedih hati menghadapi keingkaran Ahli Kitab yang beliau harapkan masuk Islam.

d. Penafsiran

Ayat ini menggambarkan tentang keteguhan hati Rasulullah Saw. dalam mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Sebagaimana beliau berpegang teguh kepada perintah Allah, maka sebaliknya mereka pun berpegang teguh pula kepada pendapat dan keinginan mereka sendiri. Nabi Saw. akan tetap berpegang teguh kepada perintah Allah dan taat kepada-Nya serta mengikuti jalan yang di-ridhoi-Nya, beliau tidak akan mengikuti keinginan mereka dalam semua tindak tanduknya. Tidak sekali-kali beliau pernah menghadap ke arah Baitul Maqdis yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi, melainkan semata-mata karena perintah Allah belaka.

Kemudian Allah Swt. memperingatkan agar jangan menentang perkara yang hak yang telah diketahuinya, dengan cara mengikuti keinginan diri sendiri. Karena sesungguhnya orang yang mengetahui, jika ia salah dalam berhujah akan berbalik menyerangnya, haruslah bersikap lebih lurus daripada orang lain (yang tidak mengetahui hujah). Untuk itu Allah berfirman kepada

1 Al Bahrul Muhith (1/430).

(7)

Rasul-Nya, sedangkan yang dimaksudkan adalah umatnya

ؤمُهَءۤاَوؤهَا َتؤعَبّتا ِنِٕىَلَو

َنؤيِمِل ّٰظلا َنِمّل اًذِا َكّنِا ۙ ِمؤلِعؤلا َنِم َكَءۤاَجاَم ِدؤعَب ۢؤنّم

(8)

PEMBAHASAN CIRI-CIRI HAMBA ALLAH 1. QS. Al Furqon ayat 63-71:

اًم َلَس اوُلاَق َنوُلِهاَجؤلا ُمُهَبَطاَخ اَذِإَو اًنؤوَه ِضؤرَ ؤلا ىَلَع َنوُشؤمَي َنيِذّلا ِن َٰم ؤحّرلا ُداَبِعَو

﴿ ٦٣

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata- kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”.”

a. I’rab

رورجم هيلا فاضم ,فاضم وهو ةمضلا هعفر ةملعو عوفرم ادتبم دابع : ِن َٰم ؤحّرلا ُداَبِعَو ةرسكلا هرج ةملعو دابع) تعن عفر لحم يف حتفلا ىلع ينبم لوصوم مسا : َنيِذّلا) وهو ةسمخلا ءامسا نم هنل نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُشؤمَي لعاف""

انوه" اب ناقلعتم ةرسكلا هرج ةملعو رورجم رج : ِضؤرَ ؤلا ىَلَع"

ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم لاح : اًن ؤوَه طرشلا مسا : اَذِإَو هب لوعفم بصن لحم يف ريمض ءاهلا ,حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف بطاخ : ُمُهَبَطاَخ ةسمخلا ءامسا نم هنل نونلا توبث هعفر ةملعو عوف رم لعاف : َنوُلِها َجؤلا لعاف عفر لحم يف ريمض واولاو ,مضلا ىلع ينبم ىضام لعف : اوُلاَق اًم َلَس ةحتفلا هبصن ةملعو ةقلطملا لوعفم نع بئان :

b. Penafsiran

Ayat ini menjelaskan mengenai sifat-sifat atau ciri-ciri hamba Allah yang beriman, yaitu hamba Allah yang pantas untuk mendapatkan balasan berupa derajat tertinggi yaitu surga. Diantara sifat hamba Allah tersebut terbagi menjadi 9, yaitu:

Pertama, yaitu rendah hati (tawadhu’)

ىَلَع َنو ُللشؤمَي َنيِذّلا ِن َٰم ؤحّرلللا ُداللَبِعَو

اًن ؤوَه ِضؤرَ ؤلا

hamba Allah yang akan mendapatkan balasan pahala adalah mereka yang ikhlas beribadah kepada-Nya, yang tidak sombong dan takabbur ketika berjalan di muka bumi, yang selalu berlemah lembut ketika berinteraksi dengan sesamanya, serta tidak membuat kerusakan di muka bumi ini, hal ini

(9)

sebagaimana dengan firman Allah SWT ketika menceritakan kisah Luqman dengan anaknya,

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”

(QS. Lukman: 18)

Yang dimaksud berjalan di muka bumi dengan rendah hati bukanlah mereka yang berjalan seperti orang sakit yang dibuat-buat atau pamer kepada orang lain. Akan tetapi, yang dimaksud disini adalah orang yang berjalan dengan kemuliaan izzah (harga diri) seorang Mukmin dengan merendahkan hati hanya kepada Allah, serta menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dimana ketika beliau berjalan seperti sedang berjalan di tanah yang turun seakan-akan bumi itu tinggi baginya.

Sedangkan

نوهلا

disini adalah ketenangan, kewibawaan, dan ketetapan hati sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang tertulis dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, “Apabila telah datang kepada kalian waktu shalat janganlah kalian memenuhinya dan dalam keadaan tergesa-gesa dan penuhilah panggilan shalat itu dan kalian dalam keadaan tenang, apa yang telah kalian dapat (dalam rakaat shalat) maka shalatlah, dan apabila kalian ketinggalan (dalam rakaat shalat) maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan juga bahwa Umar bin Khattab melihat seorang laki-laki menguap ketika berjalan, Umar lalu berkata, “Sesungguhnya menguap ketika berjalan termasuk perbuatan kurang baik kecuali ketika berjalan memenuhi panggilan Allah SWT. Sungguh Allah SWT telah memuji kaum.” Allah SWT berfirman

اًن ؤوَه ِضؤرَ ؤلا ىَلَع َنوُشؤمَي َنيِذّلا ِن َٰم ؤحّرلا ُداَبِعَو

yang dimaksudkan untuk menunjukkan hal baik ketika berjalan.

Kedua, bersikap lemah lembut (sabar) dan berkata yang baik

اَذِإَو

اًمَلَس اؤوُلاَق َنؤوُلِه اجلا ُمُهَبَطاَخ

apabila ada orang yang melontarkan perkataan buruk kepada mereka, mereka tidak membalasnya dengan perkataan yang buruk pula, melainkan mereka dengan ikhlas memaafkannya, memberikan

(10)

toleransi, dan mereka tidak berkata melainkan perkataan yang baik, sebagaimana nasihat Rasulullah saw “tidak akan bisa mereda kebodohan mereka (perkataan buruknya) melainkan kesabaran”, Allah SWT berfirman,

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang- orang bodoh.” (QS. Al Qashash: 55)

Imam an-Nahas berpendapat bahwa kata

اًم َلَس

(keselamatan) bukan diambil dari kata

ميلستلا

(penyerahan) akan tetapi diambil dari kata

ملستلا

(lepas) yang artinya

كنم املست

(berlepas) sehingga bermakna keselamatan dengan berlepas diri.

Firman Allah

اًم َل َللس اوُلاللَق

menunjukkan bahwa dengan keteguhan hati mereka membalas perkataan buruk itu dengan perkataan yang baik. Hasan al- Bashri berkata, “mereka berkata, akan ada keselamatan bagimu, jika mereka (yang diberi balasan ucapan salam) tidak mengerti dengan balasan salam ini mereka bersabar, mereka tetap mencintai hamba-hamba Allah SWT di siang hari, walaupun mereka diolok-olok dengan orang jahiliyah”.

Kedua sifat inilah yang senantiasa ada dalam kehidupan manusia, dimana diantara manusia itu ada yang suka mengolok-olok dan ada juga yang tidak menghina orang lain. Kemudian Allah SWT menyebutkan sifat-sifat mereka dengan sesama manusia lainnya.

اًماَيِقَو اًدّجُس ؤمِهّبَرِل َنوُتيِبَي َنيِذّلاَو

﴿ ٦٤

“Dan orang-orang yang mengisi waktu malamnya untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.”

a. I’rab

فوطعم حتفلا ىلع ينبم لوصوم مسا : َنيِذّلاَو عفر لحم يف ريمض واولاو نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُتيِبَي تيبي" مسا"

رورجم رج : ؤمِهّبَرِل

(11)

ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم "تيبي" ربخ : اًدّجُس بوصنم فوطعمو : اًماَيِقَو

b. Penafsiran

Ketiga, orang yang senantiasa mendirikan shalat malam (tahajud)

َنيِذّلاَو اًماَيِقَو اًدّجُس ؤمِهّبَرِل َنوُتيِبَي

orang yang seperti ini memiliki kebiasaan di malam hari seperti kebiasaan mereka di siang hari, dimana ketika wsiang hari mereka gunakan waktunya wuntuk kebaikan, begitu juga ketika malam harinya.

Apabila diwaktu malam, mereka menyempatkan bangun tidur dan bersujud, bermunajat kepada Tuhan-Nya, mereka melakukan shalat malam di sepertiga malam. Sebagaimana firman Allah SWT,

“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz Dzariyat: 17-18)

Ibnu Abbas berkata, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat dua rakaat atau lebih setelah isya’, dia telah bermunajat kepada Allah SWT dengan sujud dan berdiri.”

اًماَرَغ َناَك اَهَباَذَع ّنِإ ۖ َمّنَهَج َباَذَع اّنَع ؤفِرؤصا اَنّبَر َنوُلوُقَي َنيِذّلاَو

﴿ ٦٥

“Dan orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, jauhkanlah dari kami karena sesungguhnya adzabnya itu membuat kebinasaan yang kekal.”

a. I’rab

فوطعم حتفلا ىلع ينبم لوصوم مسا : َنيِذّلاَو لعاف عفر لحم يف ريمض واولاو نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُلوُقَي هيلا فاضم رج لحم يف لصتم ريمض : ءانلا ,فاضم بر : اَنّبَر تنا" هريدقت ريتتسم ريمض لعافلاو نوكسلا ىلع ينبم رما لعف : ؤفِرؤصا"

رورجم رج : اّنَع

ةحتفلا هبصن تملعو بوصنم هب للوعفم : َباَذَع

هرخا ىلع ةرسك هنكلو رورجم هيلا فاضم : َمّنَهَج

خسان فرح : ّنِإ

رج لحم يف لصتم ريمض : ءاهلا ,ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم مسا باذع : اَهَباَذَع

هيلا فاضم

وه" هريدقت ريتتسم ريمض همساو حتفلا ىلع ينبم ,خسان يضام لعف : َناَك"

(12)

اًماَرَغ نا ربخ عفر لحم ىف ةيلعف ةلمجلاو ,ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم ناك ربخ :

b. Penafsiran

Keempat, takut akan adzab Allah SWT.

َباَذَع اّنَع ؤفِر ؤصا اَنّبَر َنوُلوُقَي َنيِذّلاَو

َمّنَه َج

sifat yang keempat adalah orang-orang yang takut kepada (adzab) Allah dan memohon kepada-Nya dengan rasa takut, mereka berdo’a dengan penuh harap. “Ya Tuhan kami jauhkan dari kami adzab neraka Jahannam yang sangat pedih.” Sebagaimana Allah SWT berfirman,

“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Kemudian Allah menyebutkan bahwa sebab mereka berdo’a memohon dijauhkan dari adzab neraka adalah karena dua sebab,

اًماَرَغ َناَك اَهَباَذَع ّنِإ

pertama karena adzab neraka Jahannam itu adalah adzab yang kekal abadi, berisi kehancuran, serta kerugian yang harus diterima (oleh orang yang kufur).

اًماَقُمَو اًّرَقَتؤسُم ؤتَءاَس اَهّنِإ

﴿ ٦٦

“Sungguh jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman”

a. I’rab

نا مسا بصن لحم يف لصتم ريمض اهلا ,خسان فرح : اَهّنِإ يه" هريدقت ريتتسم ريمض لعافلاو ,يضام لعف : ؤتَءاَس"

ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم زييمت : اًّرَقَتؤسُم اًماَقُمَو بوصنم فوطعم ماقم ,فطع فرحو :

b. Penafsiran

Sebab yang kedua adalah

اًماَقُمَو اًّرَقَت ؤلللسُم ؤتَءا َلللس الللَهّنِإ

karena neraka Jahannam adalah seburuk-buruknya tempat kembali. Hal ini adalah perkara yang tidak bisa diragukan lagi, ibaratnya ketika manusia itu terkena panas api dunia saja sudah merasakan sakit, maka bagaimana dengan api neraka yang panasnya berlipat-lipat ganda rasa sakitnya, jelas saja jika mereka tidak akan mampu menanggung rasanya.

اًماَوَق َكِل َٰذ َنؤيَب َناَكَو اوُرُتؤقَي ؤمَلَو اوُفِرؤسُي ؤمَل لاوُقَفؤنَأ اَذِإ َنيِذّلاَو

﴿ ٦٧

(13)

“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar.”

a. I’rab

ىلع ينبم ىضام لعف : لاوُقَفؤنَأ ,فوطعم حتفلا ىلع ينبم لوصوم مسا : اوُقَفؤنَأ اَذِإ َنيِذّلاَو ةمضلا هعفر ةملعو عوفرم لعاف واولا مضلا ريمض واولاو ,نونلا فذح همزج ةملعو موزجم عراضم لعف : اوُفِرؤسُي ,يفن فرح : ؤمَل لعاف عفر لحم يف نوكسلا ىلع ينبم لصتم مزج فرح : ؤمَلَو ىلع ينبم لصتم ريمض واولاو ,نونلا فذح همزج ةملعو موزجم عراضم لعف : اوُرُتؤقَي لعاف عفر لحم يف نوكسلا وه/يه" هريدقت ريتتسم ريمض همساو ,خسان ىضام لعف : َناَكَو"

بوصنم فرظ : َنؤيَب هيلا فاضم رج لحم يف ةراشا مسا : َكِل َٰذ اًماَوَق ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم ناك ربخ :

b. Asbabun Nuzul

Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai pembenaran atas perkataan Rasulullah saw. Allah SWT berfirman

َر َخآ اًهَٰلِإ ِ ّا َعَم َنوُعؤدَي َل َنيِذّلاَو

Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, sesungguhnya manusia dari kalangan musyrik Mekkah telah banyak membunuh anak perempuan dan berzina, kemudian mereka mendatangi Nabi Muhammad saw.

lalu mereka berkata “Sungguh apa yang kamu ucapkan dan kamu seru wahai Muhammad baik sekali, apakah kamu akan memberi kabar kepada kami terhadap apa yang kami lakukan (membunuh anak dan berzina) dengan hukuman membayar kafarah?”. Lalu turun ayat

َر َخآ اًهَٰلِإ ِ ّا َعَم َنوُعؤدَي َل َنيِذّلاَو

sampai ayat

اًميِحَر اًروُفَغ

c. Penafsiran

Kelima, bersifat dadil dalam berinfak

اوُرُتؤقَي ؤمَلَو اوُفِرؤسُي ؤمَل لاوُقَفؤنَأ اَذِإ َنيِذّلاَو

اًماَوَق َكللِل َٰذ َنؤيَب َناللَكَو

yaitu orang-orang yang apabila berinfak mereka tidak berlebihan dan juga tidak bakhil atau mengurangi harta infak yang merupakan

(14)

hak orang lain yang harus mereka tunaikan. Akan tetapi, mereka menunaikan infak itu dengan adil, tidak berlebihan, sesuai dengan kebutuhan, sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah (adil) sebagaimana firman Allah,

“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al Isra’: 29)

Bersikap adil, meninggalkan sikap berlebihan (foya-foya) dan sikap kikir adalah landasan dasar ekonomi dan landasan infak dalam Islam. Sifat foya- foya adalah sebab dari krisis harta seseorang dan harta umat.

Sudah menjadi maklum bahwa tidak baik bersikap boros di dalam kebaikan dan juga melakukan kebaikan dengan berlebihan, Hasan al Bashri berkata,

“Tidak boleh berinfak di jalan Allah dengan berlebihan (boros)”. Iyas bin Mu’awiyah berkata “Tidaklah perintah Allah terlalaikan dengan pemborosan.”

ؤنَمَو ۚ َنوُنؤزَي َلَو ّقَحؤلاِب ّلِإ ُ ّا َمّرَح يِتّلا َسؤفّنلا َنوُلُتؤقَي َلَو َرَخآ اًهَٰلِإ ِ ّا َعَم َنوُعؤدَي َل َنيِذّلاَو اًماَثَأ َقؤلَي َكِل َٰذ ؤلَعؤفَي

﴿ ٦٨

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapatkan hukuman yang berat.”

a. I’rab

فوطعم حتفلا ىلع ينبم لوصوم مسا : َنيِذّلاَو

ينبم لصتم ريمض واولاو ,نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُعؤدَي َل

لعاف عفر لحم يف نوكسلا ىلع

فرظ : َعَم

هيلا فاضم وهو رورجم ةللجلا ظفل : ِ ّا

بوصنم هب لوعفم : اًهَٰلِإ

بوصنم تعن : َر َخآ

يفن فرح ل ,فطع فرح و : َلَو

ىلع ينبم لصتم ريمض واولاو ,نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُلُتؤقَي

لعاف عفر لحم يف نوكسلا

(15)

بوصنم هب لوعفم : َسؤفّنلا تعن عفر لحم يف لوصوم مسا : يِتّلا لعاف عوفرم ةللجلا ظفل : ا ,ىضام لعف : ُ ّا َمّرَح ءانثتسا فرح : ّلِإ ةرسكلا هرج ةملعو رورجم مسا قحلا ,رج فرح ب : ّق َحؤلاِب يفن فرح ل ,فطع فرح و : َلَو ىلع ينبم لصتم ريمض واولاو ,نونلا توبث هعفر ةملعو عوفرم عراضم لعف : َنوُن ؤزَي لعاف عفر لحم يف نوكسلا أدتبم عفر لحم يف طرش مسا : ؤنَمَو وه" هريدقت ريتتسم ريمض هلعافو ,طرشلا لعف هنل موزجم عراضم لعف : ؤلَعؤفَي"

هب لوعفم حتفلا ىلع ينبم ةراشا مسا : َكِل َٰذ ريتتسم ريمض هلعافو ,ةلعلا فرح فذح همزج ةملعو موزجم عراضم لعف : َقؤلَي وه" هريدقت"

اًماَثَأ ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم هب للوعفم :

b. Penafsiran

Keenam, menjauhi syirik, membunuh anak dan berzina

َعَم َنوُعؤدَي َل َنيِذّلاَو

ّق َحؤلاللِب ّلِإ ُ ّا َمّرللَح يِتّلا َسؤفّنلا َنوُلُتؤقَي َلَو َرَخآ اًهَٰلِإ ِ ّا

ciri yang selanjutnya yaitu orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lainnya, juga yang tidak menjadikan sembahan lain bersama Allah. Karena ibadah yang seperti itu juga merupakan bentuk dari kesyirikan. Akan tetapi, dalam beribadah mereka benar-benar ikhlas hanya ditujukan kepada Allah. Tidak pula mereka yang suka membunuh jiwa manusia lain dengan sengaja melainkan dengan alasan (perintah) agama yang benar, seperti orang kafir setelah beriman, orang berzina setelah menikah, dan orang yang membunuh manusia dengan tanpa alasan yang dibenarkan agama. Serta mereka yang tidak melakukan zina.

Orang yang dapat menghindarkan dirinya dari ketika sifat ini akan mendapatkan balasan dari Allah, karena ketiga hal inilah merupakan perbuatan dosa besar.

Allah berfirman

اًماَثَأ َقلؤلَي َكللِل َٰذ ؤلَعؤفَي ؤنَمَو

“Barangsiapa yang melakukan di antara tiga perbuatan disa besar tersebut, di akhirat akan mendapatkan adzab yang pedih atas balasan dari dosa-dosa yang dia lakukan.

(16)

اًناَهُم ِهيِف ؤدُل ؤخَيَو ِةَماَيِقؤلا َمؤوَي ُباَذَعؤلا ُهَل ؤفَعاَضُي

﴿ ٦٩

“(Yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina.”

a. I’rab

قلي: لعف لدب هنل موزجم عراضم لعف : ؤفَعاَضُي"

رورجم رج : ُهَل عوفرم لعافلا بئان : ُباَذَعؤلا رورجم هلا فاضم : ةمايقلا ,بوصنم فرظ : ِةَماَيِقؤلا َمؤوَي ريتتسم ريمض هلعافو ,"فعاضي" ىلغ فوطعم هنل موزجم عراضم لعف : ؤدُل ؤخَيَو وه" هريدقت"

رورجم رج : ِهيِف اًناَهُم بوصنم لاح :

b. Penafsiran

Ayat ini menjelaskan mengenai adzab yang akan diberikan kepada mereka yang melakukan dosa besar diatas ialah akan dilipatgandakan, disebabkan kekufuran dan kemaksiatan. Dia akan kekal di neraka Jahannam selama-lamanya dengan penuh kehinaan dan celaan, serta cemoohan, dan dua adzab itu adalah adzab hati (perasaan) dan jasad (jiwa).

اًروُفَغ ُ ّا َناَكَو ۗ ٍتاَنَسَح ؤمِهِتاَئّيَس ُ ّا ُلّدَبُي َكِئَٰلوُأَف اًحِلاَص ًلَمَع َلِمَعَو َنَمآَو َباَت ؤنَم ّلِإ اًميِحَر

﴿ ٧٠

“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman, dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka akan diganti oleh Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”

a. I’rab

ىنثتسم بصن لحم يف لوصوم مسا : نم ,ءانثتسا فرح : ؤنَم ّلِإ

حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : َباَت

حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : َنَمآَو

حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : َلِمَعَو

فاضم وهو بوصنم قلطملا لوعفم : ًلَمَع

(17)

بوصنم تعن : ا ًحِلاَص أدتبم عفر لحم يف ةراشا مسا : َكِئَٰلوُأَف عوفرم عراضم لعف : ُلّدَبُي لعاف عوفرم ةللجلا ظفل : ُ ّا هيلا فاضم ءاهلا ,ملاس ثنؤم عمج هنل ةرسكلا اب بوصنم هب لوعفم : ؤمِهِتاَئّيَس ةرسكلا اب بوصنم يناثلا هب لوعفم : ٍتاَنَس َح خسان ضام لعف : َناَكَو ناك سا هنل عوفرم ةللجلا ظفل : ُ ّا لاوا بوصنم ناك ربخ : اًروُفَغ اًميِحَر بوصنم يناث ربخ :

b. Asbabun Nuzul

Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan yang lainnya dari Ibnu Abbas dia berkata, ketika ayat

ُ ّا َمّر َح يِتّلا َسؤفّنلا َنوُلُتؤقَي َلَو َر َخآ اًهَٰلِإ ِ ّا َعَم َنوُعؤدَي َل َنيِذّلاَو

ّق َحؤلاِب ّلِإ

turun, orang-orang Musyrik Mekkah berkata, “Sungguh kami telah membunuh jiwa manusia tanpa alasan yang benar, dan kami menyembah Tuhan yang lain beserta Allah, dan kami berbuat riba.” Lalu turun ayat

ؤنَم ّلِإ

َباَت

c. Penafsiran

Allah senantiasa membuka pintu taubat bagi mereka yang menginginkan kebaikan dan ingin kembali ke jalan yang benar,

ًلَمَع َلِمَعَو َنَمآَو َباَت ؤنَم ّلِإ اًميِحَر اًروللُفَغ ُ ّا َناللَكَو ۗ ٍتاَن َللسَح ؤمِهِتاَئّي َللس ُ ّا ُلّدللَبُي َكِئَٰلوُأَف اًحِلا َللص

sehingga orang yang bertaubat kepada Allah dari semua dosa yang di lakukan dengan sungguh-sungguh dan menyesalinya, dia beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah serta hari akhir, dia mengerjakan amal kebaikan, maka Allah akan hapuskan semua dosanya dan menggantinya dengan kebaikan (pahala).

اًميِحَر اًروُفَغ ُ ّا َناَكَو ۗ ٍتاَنَسَح ؤمِهِتاَئّيَس ُ ّا ُلّدَبُي

ada dua pendapat penafsiran mengenai ayat ini. Pertama, mereka mengganti perbuatan jelek dengan perbuatan yang baik. Hasan al-Bashri mengatakan Allah akan menghapus perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik. Allah menghapus perbuatan syirik dengan keikhlasan kepada Allah, Allah menghapus perbuatan zina dengan menjaga kemaluannya dan keingkaran dengan kepasrahan kepada

(18)

Allah, hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud penghapusan disini adalah penghapusan perbuatan buruk dengan perbuatan baik ketika di dunia dan pengaruhnya akan sampai di akhirat.

Kedua, perbuatan jelek akan berubah dengan taubat yang penuh penyesalan lalu menjadi kebaikan, hal ini karena dia telah mengingat dosa-dosanya yang lalu, kemudian dia menyesalinya dan mengharap ampunan Allah. Atas dasar pengertian ini, dosa-dosa itu terhapus dengan ketaatan, tetapi penghapusan itu terjadi di akhirat.

Pendapat pertama dianggap lebih kuat karena taubat adalah pembatalana (menghapus) dosa-dosa sebelumnya, dan membuka lembaran baru bagi orang yang bertaubat, akan diberi pahala orang yang mengerjakan kebaikan dan diberi adzab orang yang berbuat kejelekan, seperti orang Mukmin dan sebagainya.

اًباَتَم ِ ّا ىَلِإ ُبوُتَي ُهّنِإَف اًحِلاَص َلِمَعَو َباَت ؤنَمَو

﴿ ٧١

“Dan barangsiapa bertaubat dan mengerjakan kebajikan, sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”

a. I’rab

أدتبم عفر لحم يف نوكسلا ىلع ينبم طرش مسا : نم ,فانئتسا فرح : ؤنَمَو طرشلا لعف مزج لحم يف حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : َباَت حتفلا ىلع ينبم ىضام لعف : لمع ,فطع فرح : َلِمَعَو بوصنم هب لوعفم : ا ًحِلاَص لصتم ريمض ءاهلا ,بوصنم ديكوت فرح : نا ,طرشلا باوج ةطبارلا ءاف ءافلا : ُهّنِإَف نا مسا بصن لحم يف مضلا ىلع ينبم لحم يف ةلمجلاو ,"وه" هريدقت ريتتسم ريمض هلعافو ,عوفرم عراضم لعف : ُبوُتَي ربخ عفر لحم يف طرشلاو ,طرش باوج مزج لحم يف (بوتي هنا) ةلمجلاو ,نا ربخ عفر نم) أدتبملا) رورجم رج : ِ ّا ىَلِإ اًباَتَم ةحتفلا هبصن ةملعو بوصنم قلطملا للوعفم :

b. Munasabah Ayat

(19)

Setelah menjelaskan kebodohan kaum musyrik Mekkah dan celaan mereka terhadap Al Qur’an dan Nabi Muhammad saw., serta keengganan orang-orang kafir untuk bersujud kepada Allah SWT, meskipun Allah telah menunjukkan kepada mereka hujjah (argumen) atas kebenaran aqidah tauhid dan kekuasaan Allah SWT, kemudian Allah SWT menyebutkan sifat-sifat orang Mukmin sifat hamba Allah Yang Maha Penyayang yang berhak mendapat balasan tempat (derajat) yang tinggi di surga.

Penggunaan kata penghambaan secara khusus dikarenakan seorang hamba itu menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT, karena sifat ini adalah sebaik-baik sifat makhluk-makhluk Allah SWT. Barangsiapa yang taat kepada Allah SWT, menyerah kepada-Nya dan barangsiapa pendengarannya, penglihatannya, hatinya dan lisannya berfungsi untuk melaksanakan apa yang Allah SWT perintahkan, dia berhak mendapat gelar (ةيدوبعلا) (penghambaan).

Allah menyifati mereka dengan sembilan sifat sebagaimana Imam Ar Razi telah menyebutkan dan Imam Al Qurthubi berkata, Allah SWT menyifati hamba-Nya dengan sebelas sifat yang terpuji dan sifat yang istimewa, dan sifat itu adalah sifat rendah hati, lemah lembut, selalu mengerjakan shalat malam, takut kepada (adzab) Allah SWT, meninggalkan sifat boros dan kikir, suci (bersih) dari kemusyrikan, menjauhi zina dan membunuh manusia, selalu bertaubat, menjauhi kedustaan, pemaaf, selalu mengambil nasihat, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kemudian Allah menjelaskan balasan mereka yang mulia yaitu al-ghurfah (tempat yang tinggi) meraih derajat yang tertinggi, tempat yang tinggi di surga dan yang paling mulia, sebagaimana al-ghurfah (tempat yang tinggi) itu tempat yang mulia di dunia.2

c. Kaidah Balaghah

ِن َٰم ؤحّرلا ُداَبِعَو

tersusun atas dua kata, yaitu

ُداَبِع

dan

ِن َٰم ؤحّرلا

yang merupakan bentuk penyandaran sebagai bentuk kehormatan atau kemuliaan.

اوُرللُتؤقَي ؤمَلَو اوُفِر ؤللسُي ؤمَل

dan

اًماَيِقَو اًدّج ُللس

menunjukkan keserasian susunan dalam ayat Al Qur’an.

2 Tafsir al-Qurthubi: 13/73

(20)

اًماَقُمَو اًّرَقَت ؤلللسُم ؤتَءا َلللس

dan

ؤتَن ُلللس َح الللًماَقُمَو اًّرَقَت ؤلللسُم

(diayat setelahnya) menunjukkan adanya perbandingan anatar nikmat penduduk surga dengan nikmat penduduk neraka.

d. Penafsiran

Ayat ini memberitahukan tentang penerimaan taubat dari semua perbuatan maksiat, setelah penerimaan taubat secara khusus bagi orang yang bertaubat dari perbuatan dosa besar yang telah dilakukan, seperti syirik, membunuh manusia dengan sengaja dan berbuat zina.

(21)

Referensi

Dokumen terkait