• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Tata Cara Sholat Tarawih, Sholat Witir Dan Solat Tahajud

N/A
N/A
Xurts Gam

Academic year: 2023

Membagikan "Praktek Tata Cara Sholat Tarawih, Sholat Witir Dan Solat Tahajud"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Praktek Tata Cara Sholat

Tarawih, Sholat Witir Dan Solat Tahajud

Dosen : Najmi Muhammad Fadli,M.A Oleh kelompok 4

Nama kelompok :

1. Alfansury Rahmanda Ikhsan (2130702087) 2. Aldo Fernando (2130702090)

3. Nurul Syalina (2130702088)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2022

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……….iv

KATA PENGANTAR………...……….v

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Rumusan Masalah………...1

1.2 Tujuan………..1

BAB II PEMBAHASAN………...2

2.1 Shalat Tarawih………2

2.2 Shalat Witir……….4

2.3 Shalat Tahajud………7

2.3 Keutamaan Shalat Tarawih, Witir Dan Tahajud………...10

BAB III PENUTUP………..12

Kesimpulan ………..12

DAFTAR PUSTAKA………...13

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Praktek Tata Cara Sholat Tarawih, Sholat Witir Dan Solat Tahajud” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ritual Keagamaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan literasi mengenai materi tentang “Praktek Tata Cara Sholat Tarawih, Sholat Witir Dan Solat Tahajud” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Najmi Muhammad Fadli,M.A selaku dosen mata kuliah Praktikum ritual keagamaan yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih banyak teman-teman kelompok seperjuangan yang telah berkerja sama dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat menyelsaikan tugas makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam segi kerangka, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Palembang, 17 Oktober 2022

Penulis

v

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Rumusan Masalah

a. Apa itu shalat tarawih dan bagaimana tata cara shalatnya?

b. Apa itu shalat witir dan bagaimana tata cara shalatnya?

c. Apa itu shalat tarawih dan bagaimana tata cara shalatnya?

d. Apa keutamaan ketiga shalat tersebut?

1.2.Tujuan

a. Untuk dapat mengetahui Apa itu shalat tarawih dan bagaimana tata cara shalatnya.

b. Untuk dapat mengetahui Apa itu shalat witir dan bagaimana tata cara shalatnya.

c. Untuk dapat mengetahui Apa itu shalat tarawih dan bagaimana tata cara shalatnya.

d. Untuk dapat mengetahui apa keutamaan kegita shalat tersebut.

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Shalat Tarawih

Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang sangat dianjutkan yang dilakukan pada bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan, yaitu bulan suci ramadhan. Shalat tarawih menjadi salah satu amaliah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw selama hidupnya dan diteruskan oleh para sahabat dan umat islam setelah kepergiannya. A-Hafidh ibnu Hajar al-‘Asqalani mendefiniskan shalat tarawih dengan shalat sunnah yang khusus dilakukan pada malam-malam Ramadhan. Dinamakan tarawih karena orang yang melakukannya beristirahat sejenak diantara dua kali salam atau istirahat setiap empat rakaat.

2.1.1 Hukum Shalat tarawih

Imam an-Nawawi dalam Syarhu muslim menyatakan, yang dimaksud hadits di atas adalah shalat tarawih, dengan hadits ini mayoritas ulama sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah. Shalat tarawih memiliki waktu secara khusus, yaitu dilakukan secara berjamaah pada malam hari Ramadhan setelah melaksanakan shalat isya’ dan sebelum melakukan shalat witir. Menurut pendapat yang lebih sahih sebagaimana dikutip Syakh Wahbah zuhaili, hukum berjamaah shalat tarawih adalah sunnah kifayah. Artinya, jika semua jamaah masjid meninggalkan jamaah tarawih maka semuanya mendapat dosa, namu jika ada yang melakukannya maka gugur dosa-dosa yang lain.

2.1.2 Niat dan tata cara shalat tarawih

Shalat tarawih sebenarnya tidak punya perbedaan mencolok dengan shalat pada umumnya.

Perbedaannya hanya terletak pada lafal dan niat yang diucapkan.

1. Niat

Niat Shalat tarawih bagi imam :

Ushalli sunnatan tarawihi rak,ataini mustaqbilal qiblati imaman lillhai ta’ala.

Niat Shalat tarawih bagi makmum :

Ushalli sunnatan tarawihi rak,ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillhai ta’ala.

Takbiratul ihram

2

(6)

2. Membaca do’a iftitah 3. Membaca Al-fatihah 4. Membaca surat pendek 5. Ruku’

6. I’tidal 7. Sujud 8. Tahiyat

9. Membaca dua kalimat syahadat 10. Membaca sholawat ibrahimi 11. Diakhiri dengan salam

Jumlah rakaat shalat tarawih sebagaimana pendapat mayoritas syafi’I adalah sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam. Hal itu berdaarkan hadits Rasulullah saw riwayat al-Baihaqi melalui jalur Ibnu abbas, yang mana bunyi artinya adalah :

“Sungguh Nabi Muhammad saw melakukan shalat di bulan Ramadhan tanpa berjamaah sebanyak dua puluh rakaat dan (ditambah) shalat witir”.

Tidak hanya hadits diatas, dalil yang dijadikan pijakan oleh mayoritas ulama mahzab syafi’I adalah tindakan sahabat umar bin khattab ra yang mengumpulkan umat islam untuk melakukan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat secara berjamaah di masjid. Tindakan ini kemudia diikuti oleh para sahabat. Sementara Rasulullah saw memerintahkan umat islam untuk selalu berpedoman pada sunnahnya dan sunnah al-Khulafa’ur rasyidin setelahnya. Bacaan-bacaan shalat tarawih juga tidak jauh berbeda dengan bacaan shalat pada umumnya. Hanya saja imam an- Nawawi dalam kitab al-Adzkar mengatakan, yang dianjurkan bagi orang yang shalat tarawih adalah menghatamkan bacaan Al-Qur’an selama Ramadhan.

(7)

2.2 Shalat Witir

Shalat witir merupakan salah satu shalat sunnah yang sering dikerjakan oleh Rasulullah saw. Apalagi setiap bulan Ramadhan, shalat ini selalu dilakukan setelah shalat tarawih, walaupuun sebenarnya bisa dilakukan diluar bulan Ramadhan.

2.2.1 Hukum Shalat Witir

Shalat sunnah witir adalah salah satu shalat sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan) dalam Islam. Para ulama berbeda pendapat soal status hukum shalat yang satu ini. Menurut mayoritas ulama Hanafiyah, wajib hukumnya melakukan shalat witir, sehingga akan berdosa orang-orang yang tidak melakukannya. Sedangkan menurut mayoritas ulama mazhab Syafi’iyah, hokum shalat witir adalah sunnah, tidak sampai berhukum wajib. Artinya, jika dilakukan mendapatkan pahala, jika ditinggalkan tidak berkonsekuensi dosa. Adapun dalil yang dijadikan landasan oleh ulama mazhab Syafi’iyah adalah hadits Rasulullah ﷺ, yaitu:

“Berwitirlah kalian semua, wahai ahli Al-Qur’an, karena sesungguhnya Allah itu ganjil, dan menyukai hal-hal yang ganjil” (HR Khuzaimah).”

2.2.2 Waktu Shalat Witir

Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, yaitu dimulai setelah melaksanakan shalat Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, dan bukan setelah masuknya shalat Isya’. Artinya, jika waktu shalat Isya’

sudah masuk tapi seseorang belum melaksanakannya, maka ia tidak dianjurkan melakukan shalat sunnah witir sebab kesunnahan shalat witir dimulai setelah melaksanakan shalat Isya’. Ketentuan waktu ini sudah final, tanpa diperdebatkan oleh para ulama. Mereka sepakat bahwa shalat sunnah witir tidak bisa dilakukan dan tidak sah sebelum melaksanakan shalat Isya’, atau setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu shalat Subuh). Sedangkan waktu yang lebih baik untuk melakukannya adalah pada akhir malam, tepatnya sebagai penutup dari segala ibadah-ibadah shalat yang dilakukan pada malam hari. Hal ini berlandaskan pada sebuah hadits Rasulullah:

ارْتِو ِلْيلَّلا َن ِم ْمُكِت َلََص َر ِخٰا ا ْوُلَعْجِا

4

(8)

Artinya, “Jadikanlah akhir shalat kalian semua di malam hari dengan dengan shalat witir”

Secara umum, shalat sunnah witir tidak mempunyai hitungan jumlah rakaat secara khusus.

Artinya, orang yang hendak melaksanakannya tidak dituntut melakukannya dalam rakaat tertentu.

Ia boleh melakukan sesuai keinginannya asalkan berjumlah ganjil, sebagaimana namanya, witr (ganjil). Ia boleh melakukan satu rakaat, tiga rakaat, atau lima rakaat dan seterusnya.

2.2.3 Tata Cara Melakukan Shalat Witir

Sebagaimana ketentuan shalat sunnah pada umumnya, shalat witir juga mempunyai syarat dan rukun yang harus dipenuhi, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, membaca al-Fatihah, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya. Hanya saja, dalam praktik pelaksanaannya, shalat witir bisa dilakukan dengan dua cara apabila jumlah rakaat yang dilakukan melebihi dari satu rakaat. Dua cara tersebut adalah: Boleh menyambung (washal), yaitu menggabungkan rakaat terakhir dengan rakaat sebelumnya. Contoh: melakukan shalat witir sebelas rakaat dengan satu kali takbiratul ihram dan satu salam. Boleh dilakukan secara terpisah (fashal), yaitu memisah rakaat sebelumnya dengan rakaat sesudahnya. Contoh: melakukan shalat witir 10 rakaat dengan satu salam lalu ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau bisa juga dilakukan dengan satu salam pada tiap dua rakaat. Cara yang kedua ini lebih utama daripada cara yang pertama.

Adapun niat shalat witir :

Ushallî sunnatan minal witri rak’atan lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta’ala.

Ushallî sunnatan minal witri rak’ataini lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan shalat witir satu rakaat, sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan dua rakaat. Dalam praktiknya, shalat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang berbeda. Contohnya, shalat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas hari terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut pada rakaat yang paling akhir.

(9)

Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut saat itu.

Doa Setelah Megerjakan Shalat Witir :

Setelah melakukan shalat witir dianjurkan untuk membaca dzikir berikut:

ِسوُّدُقلا ِكِلَملا َناَحْبُس

Artinya, “Mahasuci Allah Dzat Yang Maha Merajai dan Yang Maha Esa.”

Bacaan dzikir di atas dibaca sebanyak 3x, dan pada bacaannya yang ketiga dianjurkan untuk lebih mengeraskan suaranya melebihi bacaan pertama dan kedua. Setelah itu, dilanjut dengan membaca doa berikut: ،ِة َرْدُقْلاِب َت ْز َّزَعَت َو ،ِت ْو ُرَبَجْلا َو ِةَمَظَعلاِب ِض ْرَ ْلْا َو ِتا َو ٰمَّسلا َتْلَّلَج ،ِح ْو ُّرلا َو ِةَكِئ َلََمْلا ِ ب َر ِس ْوُّدُقلا ِكِلَملا َناَحْبُس

َأ َو ، َكِتَبوُقُع ْنِم َكِتاَفاَعُمِب َكِطْخُس ْنِم َكاـَض ِرِب ُذوُعَأ ْيِ نإ َّمُهّٰللَا .ِت ْوَمْلاِب َداَبِعْلا َت ْرَّهَق َو ْي ِصْحُأ َلَ َكْنِم َكِب ُذ ْوُع

اَمَك َتْنَأ َكْيَلَع ءاَنَث

ِن ْوُّنلا اَذ َو( مْي ِح َّرلا ِنَمْح َّرلا ِهللا ِمْسِب ِمْي ِج َّرلا ِناَطْيَّشلا َنِم ِهللاِب ُذ ْوُعَأ . َكِسْفَن ىَلَع َتْيَنْثَأ ٰداَنَف ِهْيَلَع َرِدْقَّن ْنَّل ْنَا َّنَظَف ا ب ِضاََُم َََََّذ ْذِا

ِا ٓ َّلَ ْنَا ِت ٰمُلُّظلا ىِف ) َنْيِمِلّٰظلا َنِم ُتْنُك ْيِ نِا َكَن ٰحْبُس َتْنَا ٓ َّلَِا َهٰل

Artinya: “Mahasuci Allah Penguasa Yang Kudus, Tuhan para malaikat dan Jibril. Engkau penuhi langit dan bumi dengan kemuliaan dan keperkasaan-Mu. Engkau memiliki keperkasaan dengan kekuasaan-Mu, dan Engkau tundukkan hamba-Mu dengan kematian. “Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan terkutuk dari tiupan dan bisikannya, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap,

‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Setelah membaca doa di atas, kemudian dilanjutkan dengan membaca bacaan berikut, dan paling baik dibaca sampai 40 x bacaan,

َنْيِمِلاَّظلا َنِم ُتْنُك ْيِ نِإ َكَناــَحْبُس َتْنَأ َّلَِا َهٰلِإ َلَ ُم ْوُّيَقاَي ُّيَحاَي Artinya: “Wahai Dzat Yang Mahahidup dan berdiri sendiri, tiada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” 6

(10)

Setelah itu, kemudian diakhiri dengan membaca ayat berikut:

َنيِن ِم ْؤُمْلا ي ِجْنُن َكِلٰذَك َو ِ مََْلا َنِم ُهاَنْيَّجَن َو ُهَل اَنْبَجَتْساَف Artinya, “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedudukan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

2.3 Shalat Tahajud

Shalat tahajud merupakan salah satu shalat sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Ia merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari antara setelah shalat isya hingga sebelum masuk waktu subuh. Namun demikian, waktu yang paling baik untuk melakukannya adalah pada sepertiga akhir malam, didasarkan pada hadits riwayat Muslim, at-Tarmidzi dan Ibnu Majjah.

2.3.1 Hukum Shalat Tahajud

Hukum shalat Tahajjud adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan). Shalat sunnah ini telah tetap berdasarkan dalil dari Al-Qur-an, Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijma’ kaum Muslimin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِلْيَّللا َنِم َو ا دوُمْحَم ا ماَقَم َكُّب َر َكَثَعْبَي ْنَأ ٰىَسَع َكَل ةَلِفاَن ِهِب ْدَّجَهَتَف

“Dan pada sebahagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat ke tempat yang terpuji” [Al-Israa/17 :79]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

َنو ُرِفََْتْسَي ْمَُ ِراَحْسَ ْلْاِب َو َنوُعَجْهَي اَم ِلْيَّللا َنِم لَيِلَق اوُناَك

“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzaariyaat/51 : 17-18]

(11)

ْعَت َلََف َنوُقِفْنُي ْمَُاَنْق َز َر اَّمِم َو ا عَمَط َو ا ف ْوَخ ْمُهَّب َر َنوُعْدَي ِع ِجاَضَمْلا ِنَع ْمُهُبوُنُج ٰىَفاَجَتَت اَمِب ءا َزَج ٍنُيْعَأ ِة َّرُق ْنِم ْمُهَل َيِفْخُأ اَم ٌسْفَن ُمَل

وُلَمْعَي اوُناَك َن

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam- macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [As-Sajdah/32 : 16-17]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.

َي َو َة َر ِخ ْلْا ُرَذْحَي ا مِئاَق َو ا د ِجاَس ِلْيَّللا َءاَنآ ٌتِناَق َوَُ ْنَّمَأ ِهِ ب َر َةَمْح َر وُج ْر

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?…” [Az-Zumar/39 : 9]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ِلْيَّللا ِف ْوَج ْيِف ُةَلََّصلا ِةَب ْوُتْكَمْلا ِةَلََّصلا َدْعَب ِةَلََّصلا ُلَضْفَأ.

“Shalat yang paling utama setelah shalat yang fardhu adalah shalat di waktu tengah malam.”

2.3.2 Tata cara Shalat Tahajud

Sebelum mengerjakan sholat tahajud, bacalah niat seperti berikut ini:

Ushallii sunnatat-tahajjudi rak'ataini (mustaqbilal qiblati) lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku niat sholat sunnah tahajud dua rakaat (dengan menghadap kiblat) karena Allah Taala."

Setelah membaca niat sholat tahajud, lakukan sholat 2 rakaat dengan 2 kali sujud dan 1 kali salam.

Mengenai bacaan sholat tahajud, sebenarnya tidak ada kewajiban untuk membaca doa tertentu.

Namun jika merujuk kebiasaan Rasulullah SAW beliau membaca doa berikut:

8

(12)
(13)

2.4 Keutamaan Shalat Tarawih, Witir dan Tahajud 2.4.1 Keutamaan Shalat Tarawih

1. Diampuni Segala Dosa yang Telah Lalu

“Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(Muttafaqun ‘Alaih).

2. Mendapatkan Pahala

Keutamaan kedua ini berdasarkan hadits Rasulullah saw riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:

ةَلْيَل ُماَيِق ُهَل ََِتُك ، َف ِرَصْنَي ىَّتَح ِماَمِلإا َعَم َماَق ْنَم Artinya, “Barang siapa shalat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.”

3. Meningkatkan Ketakwaan Kepada Allah

Melaksanakan shalat tarawih di setiap malam di bulan Ramadhan, selain bisa menyehatkan rohani kita dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, juga bisa menyehatkan kesehatan badan secara fisik. Gerakan shalat yang dilakukan secara berkali-kali akan membakar kalori dari makanan yang dikonsumsi saat berbuka.

2.4.2 Keutamaan Shalat Witir

Ada banyak teks-teks hadits Rasulullah ﷺ yang menyebutkan keutamaan shalat witir, di antaranya:

َلََص َنْيَب اَم ْمُكَل َىَِ َو ،ِمَعَّنلا ِرْمُح ْنِم ْمُكَل ٌرْيَخ َىَِ ٍةَلََصِب ْمُكَّدَمَأ ْدَق َّلَج َو َّزَع َهّٰللا َّنِإ

ر ْجَفْلا ِ وُلُط ىَلِإ ِءاَشِعْلا ِة

Artinya, “Sesungguhnya, Allah ﷻ telah menyediakan kepada kalian semua sebuah shalat, yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu shalat witir, dan menjadikannya berada di antara shalat Isya’ hingga terbitnya fajar (shadiq)”

(HR Abu Daud).

Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus dan ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa mendapatkan pahala yang lebih

10

(14)

besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai pelengkap dan penyempurna bagi ibadah wajib lainnya yang masih belum sempurna. Wallahu A’lam.

2.4.3 Keutamaan Shalat Tahajud 1. Jembatan Masuk Surga

Sholat malam merupakan sebaik-baiknya shalat fardu. Sehingga shalat tahajud diyakini setiap muslim dapat menjadi jembatan masuk surga.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, "Wahai kalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam, niscaya engaku akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ibnu Majah).

2. Doa Akan Dikabulkan Allah SWT

Melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Di tengah keheningan malam, membuat setiap muslim lebih khusyuk dalam berdoa. Sehingga diyakini doa akan mudah dikabulkan. Rasulullah dalam sebuah hadits bersabda, "Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do'a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya." (HR. Muslim no. 757).

3. Mengangkat Derajat

Setiap muslim yang mengamalkan shalat tahajud, maka drajatnya akan diangkat oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman, "Dan pada sebagian malam, dirikanlah shalat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra:79).

4. Menenangkan Hati dan Pikiran

Bagi Anda yang sering mengalami gelisah serta pikiran tidak tenang, sebaiknya melaksanakan shalat tahajud. Pasalnya melakukan shalat tahajud di

(15)

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa shalat tahajud dan shalat tarawih adalah shalat yang sama, hanya saja istilah shalat tarawih khusus diberikan pada shalat lail yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Bagi yang sudah melaksanakan shalat tarawih empat rakaat, empat rakaat, ditambah witir tiga rakaat di masjid atau musala tidak perlu mengerjakan shalat tahajud maupun witirnya lagi, karena sebagaimana penjelasan di atas bahwa Rasulullah tidak pernah menambah shalat malam melebihi sebelas rakaat dan hanya ada satu shalat witir dalam satu malam.

12

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sunnatullah (2021) “Tata Cara Shalat Tarawih : Hukum, Keutamaan Dan Teknisnya.” Dalam : https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-tarawih-hukum-keutamaan-dan-teknisnya-GjR3v Sunnatullah (2021) “Tata Cara Shalat Witir : Niat, Bacaan Dan Keutamaanya.” Dalam :

https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-keutamaannya-elGSZ Uswah (2022) “Dosen FAI UM Surabaya: Begini Tata Cara Salat Tahajud yang Benar Menurut Rasulullah.” Dalam : https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=dosen-fai- um-surabaya-begini-tata-cara-salat-tahajud-yang-benar-menurut-rasulullah#

Al-Ustadz Yazid Bin ‘Abdul Qadir Jawas “Pengertian Dan Hukum Shalat Tahajud.” Dalam : https://almanhaj.or.id/2358-pengertian-dan-hukum-shalat-tahajjud.html

Referensi