Prestasi Baca Tulis
Al-Quran pada Anak Tunanetra
Di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)
Disusun Oleh : Amrina Rosyadah A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2015 M/1436 H
PRESTASI BACA TULIS AL-QURAN PADA ANAK TUNANETRA
DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL MAKFUFIN SERPONG TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
Disusun Oleh : Amrina Rosyadah A
(11311067)
Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Widayati, MA
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2015 M/1436 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul “Korelasi Al-Qur’an Braille Terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Qur'an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan”. Yang disusun oleh Amrina Rosyadah A dengan Nim 11311067 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 22 Juni 2015 Pembimbing,
Dr. Hj. Romlah Widayati, MA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul “Korelasi Al-Qur’an Braille Terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan” disusun oleh Amrina Rosyadah A dengan Nim 11311067 telah diujikan disidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 1 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Jakarta,
Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Wasmini Yuyun Siti Zainab S.Pd.I Penguji I Penguji II
Dr. H Ahmad Fathoni, Lc, MA. Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Widayati, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Amrina Rosyadah A
NIM : 11311067
Tempat/ Tanggal Lahir : Langkan, 17 April 1992
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Korelasi Metode Al-Qur’an Braille Terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.
Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 22 Juni 2015
Amrina Rosyadah A
iv
MOTTO
Artinya:
“(1). Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.(2) Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu.(3) Yang memberatkan punggungmu. (4) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.(5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.(8) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q.S. Al-Insyirah, [94]:1-8)
v
PERSEMBAHAN
Untuk Ayah dan Bunda...
Terkenang Selalu Masa Kecil Dulu, Sering Aku Merajuk dalam Kedamaian Jiwa Mu...
Selalu Ada Waktu, Untuk Ku Anak Mu ...
Tak Pernah Kau Mengelu Walau Disaat Lelah Mu dan Tak Pernah Berubah Hingga Aku Dewasa Engkau Selalu Setia...
Ayah dan Bunda dengan Apakah?
Aku Kan Membalasnya Semua Budi Jasa Mu pada Ku...
Karna Aku Tak Punya Yang Sebanding Nilainya dengan Budi Jasa Mu pada Ku...
Maaf Kan Lah Anak Mu Jika Hanya Do’a Ku Yang dapat Ku Berikan...
Ku Ingin Kau Tau Ayah dan Bunda
Betapa Aku Menyayangimu Lebih dari Segalanya Kumohon Restu dalam Mengarungi Langkah Ini Agar Bahagiaku Seiring Do’a Ayah Bunda...
Salam Hormat dan Sayang dari Ananda...
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji hanya milik Allah sang pencipta jagat raya ini, sang pengasih dan penyayang semua makhluk ciptaan-Nya.
Shalawat beriringkan salam takkan pernah terputus kepadanya, sang kekasih Allah, pembawa kebenaran dan cahaya di kehidupan manusia. Sehingga dapat menuntun manusia yang jahiliyah menjadi insan yang berbudi dan beriman, ialah baginda Nabi Muhammad Saw yang senantiasa mencintai umatnya selamanya dan dinantikan syafa’atnya kelak di yaumil Qiyamah.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik isi, tulisan, maupun susunan katanya. Walaupun dunia anak berkebutuhan khusus merupakan hal yang baru bagi penyusun. Namun penyusun tetap mencari dan terus menggali data untuk memenuhi penulisan skripsi, sehingga penyusun bersyukur atas selesainya skripsi ini. Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat
vii
memberikan manfaat bagi para pembaca, serta para khazanah pendidikan pada umumnya.
Selesainya penulisan skripsi ini tentunya telah banyak melewati kendala-kendala yang ditemuai, namun berkat do’a dan usaha, akhirnya kendala itu dapat diatasi, tentunya semua ini tidak terlepas dari dukungan orang-orang disekitar yang senantiasa membantu baik secara moril maupun materil.
Penyusun mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah berjasa membantu penulisan skripsi ini.
1. Ayah dan Ibunda ku (Adam Rohaji dan Nur’aini) Tercinta, yang telah memberikan motivasi dan do’a yang tulus. Atas dasar inilah yang menjadikan ananda tetap kuat dan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Ananda berharap semoga ridho senantiasa diberikan kepada ananda. Dan juga ananda berharap semoga Allah senantiasa memberikan ridho dan melindungi ayah dan bunda dimana pun berada.
2. Ibu Dr. Huzaemah T.Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan ini.
viii
3. Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah, yang telah memberikan motivasi, dukungan serta dedikasinya atas kemajuan fakultas tarbiyah, semoga fakultas tarbiyah senantiasa menjadi yang terbaik bagi umat Islam.
4. Dosen pembimbing ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, MA yang telah membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktu. Penyusun sangat berterima kasih kepada ibu, semoga ibu senantiasa di limpahkan rahmat dan kasih sayang dari Allah Swt.
5. Staf Fakultas Tarbiyah ibu Wasmini dan ibu Yuyun Siti Zainab S.Pd.I terima kasih atas waktu dan motivasinya.
6. Segenap dosen-dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penyusun selama perkuliahan.
7. Ucapan terima kasih kepada Instruktur tahfid IIQ, special untuk ibu Drs. Azizah Burhan. Terimakasih atas waktu dan dukungan semangatnya.
8. Bapak Kepala Pengurus Pondok Pesantren Rudhatul Makfufin, bapak Ade Ismail, S. Pd. Para guru, karyawan dan semua teman-teman di sana yang telah membantu dan meluangkan waktunya.
ix
9. Saudara-saudara kandungku tersayang, Martilawati, M. Amin Muttaqin. S.Sos.I. Muslim Anshorie.
S.Pd.I. Rosna Yunita. S.Pd.I. Dzul Harman. Semoga Allah membalas segala kebaikan dan semangat yang telah kalian berikan untuk ku. Dan tak lupa juga untuk kak ipar ku, Miluk Azizah. S.Pd.I. Novi Yanti Am. Keb dan ponakan ku Dzafira Ulfa Azkiah. Terima kasih untuk motivasi dan semangatnya.
10.Ucapan terima kasih kepada Saudara-saudara ku, Wak Sak, Umi Masni, Ujok Yati, Yuk Aisyah M S.Th.I, Yuk Leni, SE, Wulan, Yuk Sia, Kak Marhadi, Warda, dan semua keluarga yang telah memberikan motivasi dan semangat.
11.Ucapan spesial untuk kak Lebis Preska yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam membantu penyusunan skripsi ini. Penyusun berdo’a semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah kak lakukan selama ini. Amin
12.Ucapan kepada teman-teman ku, kak Atikah, Uud, Fifin, Lisa, Nita, Bunga, Eva, Sinta, Mba’ Fatim, Nazli, Diaz, Mba’ Husna. Dan Besse, fitri, Desi,
x
Parida yang berada di Palembang. Terima kasih atas segala dukungan dan semangat dari kalian semua.
13.Teman-teman angkatan 2011. Terima kasih atas semangat dan motivasinya, serta kebersamaan selama ini tak akan mungkin terlupakan.
14.Buat ayuk-ayuk dan adek-adek alumni PPQ, Ice Luciana, Mahdalena, Amrina A, Siti R, Wike, Kiky, Veren, Sri, Aisyah, Nisa, Rika, Elsa dan Astuti.
Terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan.
15.Kepada semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu, penyusun ucapkan terima kasih atas semuanya.
Dengan teriring do’a yang tulus, semoga segala dukungan dan semangat yang tak ternilaikan ini, mendapatkan balasan dari Allah Swt, dengan balasan yang terbaik. Penyusun sangat berharap para pembaca berkenan memberikan saran dan kritik dalam rangka memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, 22 Juni 2015 Penyusun
xi
Amrina Rosyadah A DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABTRAKSI ... xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xviii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
xii
B. Identifikasi, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 7
F. Metodologi Penelitian ... 9
G. Hipotesis Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Al-Qur’an Braille 1. Pengertian Braille ... 14
2. Sejarah Al-Qur’an Braille ... 14
3. Penerbitan Al-Qur’an Pertama di Indonesia ... 16
4. Bentuk Rumus Tulisan Al-Qur’an Braille ... 16
B. Pembelajaran dan Prestasi Baca Tulis Al- Qur’an 1. Pengertian Pembelajaran ... 18
2. Pengertian Prestasi ... 19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20
xiii
4. Baca Tulis Al-Qur’an ... 22
a. Tajwid ... 24
b. Dasar-dasar Ilmu Tajwid ... 25
c. Materi Ilmu Tajwid ... 26
d. Tempo Bacaan ... 33
5. Metode Pengajaran Al-Qur’an pada Anak Tunanetra a. Metode Ceramah ... 35
b. Metode Drill ... 35
c. Metode Sorogan ... 36
d. Metode Bandongan ... 36
e. Metode Diskusi ... 37
f. Metode Tanya Jawab ... 37
6. Alat Peraga dalam Pembelajaran Al- Qur’an 1. Pengertian Alat Peraga ... 37
2. Jenis-jenis Alat Peraga dalam Pembelajaran Al-Qur’an, untuk Anak Tunanetra ... 38
3. Fungsi-fungsi Alat Peraga bagi Tunanetra ... 38
C. Tunanetra 1. Pengertian Anak Tunanetra ... 39
xiv
2. Klasifikasi Anak Tunanetra ... 40
3. Penyebab-penyebab Kebutaan ... 41
4. Karakteristik Anak Tunanetra .... 43
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
B. Jenis Penelitian ... 45
C. Variabel Penelitian ... 45
D. Populasi dan Sampel ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Observasi ... 47
2. Wawancara ... 48
3. Kuesioner ... 49
4. Dokumentasi ... 50
F. Teknik Pengolahan Data ... 50
G. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin 1. Sejarah Singkat ... 54
2. Visi Dan Misi ... 55
3. Susunan Kepengurusan ... 56
B. Deskripsi Data ... 57
xv
C. Analisa Data... 79
D. Interprestasi Data ... 81
BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ... 83
B.Saran-saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Interprestasi Data Statistik ... 47 Tabel 2 Jumlah Santri Kelas Khusus Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan ... 52 Tabel 3 Skor Angket Korelasi Al-Qur’an Braille terhadap
prestasi baca Tulis Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin... 52 Tabel 4 Kategori Penilaian ... 53 Tabel 5 Siswa mudah memahami dan menyerap pelajaran baca
tulis Al-Qur’an Jika belajar menggunakan Al-Qur’an Braille ... 54 Tabel 6 Menurut santri Al-Qur’an Braille merupakan metode
yang Paling afektif, untuk pembelajar baca tulis Al- Qur’an ... 54 Tabel 7 Santri bosan belajar mengaji jika dengan Al-Qur’an
Braille ... 55
xvii
Tabel 8 Dengan menggunakan rumus-rumus Braille santri mampu Belajar apapun dengan baik... 55 Tabel 9 Santri belajar mengaji, dengan menggunakan Al-
Qur’an Braille Hanya 1 bulan ... 56 Tabel 10 Santri tidak bisa menulis Al-Qur’an Braille dengan
baik dan benar... 56 Tabel 11 Santri sangat berminat menghafal Al-Qur’an dengan
Menggunakan Al-Qur’an Braille ... 57 Tabel 12 Santri sangat berminat mengikuti Lomba baca tulis Al-Qur’an ... 57 Tabel 13 Santri sangat suka belajar mengaji dengan Al-Qur’an
Braille ... 58 Tabel 14Santri tidak rajin mengikuti pelajaran Al-Qur’an
Braille ... 58 Tabel 15 Santri menyatakan belajar menggunakan Al-Qur’an
Braille, Banyak memberikan wawasan ke Al- Qur’anan ... 59 Tabel 16 Santri sangat sabar mengikuti pelajaran Al-Qur’an
Braille ... 59 Tabel 17 Santri selalu ingin meningkatkan bacaan Al-Qur’an
Braille Setiap hari ... 60 Tabel 18 Santri kurang memahami teknik menulis huruf
Al-Qur’an Braille... 60
xviii
Tabel 19 Santri sangat pandai, menggunakan Al-Qur’an Braille ... 61
Tabel 20 Pondok Pesantren tidak menyediakan pustaka bahan Pembelajaran untuk menambah minat baca tulis santri ... 61 Tabel 21 Santri mudah dalam menghafal huruf hijaiyah dengan
Menggunakan Braille Arab ... 62 Tabel 22 Santri tidak suka belajar Al-Qur’an, dengan cara
Meraba atau memegang ... 62 Tabel 23 Ustad/Ustadzah mengajarkan cara menulis ayat-ayat
Al-Qur’an Braille... 63 Tabel 24 Santri senang belajar tajwid Al-Qur’an Braille ... 63 Tabel 25 Santri berani membaca Al-Qur’an dihadapan orang Banyak ... 64 Tabel 26 Santri ingin meningkatkan tulisan Al-Qur’an setiap
hari ... 64 Tabel 27 Santri selalu mengikuti Pembelajaran Al-Qur’an
Sampai selesai ... 65 Tabel 28 Santri sudah bisa memahami tajwid Al-Qur’an ... 65 Tabel 29 Santri selalu mengikuti pelajaran baca tulis Al-Qur’an
Dengan semangat... 66
xix
Tabel 30 Baca Al-Qur’an santri sudah lancar ... 66 Tabel 31 Santri menyenangi ustad atau ustadzah dalam
Menyampaikan pembelajaran Al-Qur’an ... 67
Tabel 32 Santri masih bermain-main saat pembelajaran baca tulis Al-Qur’an berlangsung ... 67 Tabel 33 Guru selalu bersikap ramah kepada santri ... 68 Tabel 34 Santri tidak pernah mengerjakan tugas dari ustad
Atau ustadzah ... 68 Tabel 35 Santri pernah mengikuti lomba membaca atau
Menghafal Al-Qur’an ... 69 Tabel 36 Santri tidak suka mengikuti kegiatan-kegiatan Ke Al-
Qur’anan baik diluar maupun di dalam pondok .. 69 Tabel 37 Santri selalu membaca Al-Qur’an dimana
pun berada ... 70 Tabel 38 Ustad/Ustadzah dan teman-teman selalu memberikan
Semangat pada saya ... 70 Tabel 39 Santri malu bertanya kepada ustadz atau ustadzah,
saat saya kurang paham dan mengerti dengan baca tulis Al-Qur’an... 71 Tabel 40 Santri sudah bisa murattal Al-Qur’an ... 71 Tabel 41 Santri selalu saling mengingatkan untuk rajin belajar
baca tulis Al-Qur’an ... 72
xx
Tabel 42 Santri kurang percaya diri untuk membaca Al-Qur’an dengan Suara keras ... 72
Tabel 43 Santri mampu meningkatkan prestasi belajar Al- Qur’an Dengan baik ... 73 Tabel 44 Santri pernah mengajari temannya baca tulis Al-
Qur’an ... 73 Tabel 45 Data Korelasi Skor Variabel X dan Y ... 74
xxi
DAFTAR TABEL GAMBAR
Tabel Gambar 1 Rumus Huruf Braille ... 17 Tabel Gambar 2 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren
Raudhatul Makfufin ... 51
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1` Hasil Wawancara dengan Kepala Pengurus Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin.
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Ustad pengajar Al- Qur’an
Braille Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin.
Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren
Raudhatul Makfufin.
Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren
Raudhatul Makfufin.
Lampiran 5 Angket Penelitian Variabel X (Al-Qur’an Braille).
Lampiran 6 Angket Penelitian Variabel Y (Prestasi Baca Tulis
Al-Qur’an pada Anak Tunanetra).
xxiii Lampiran 7 Dokumentasi.
Lampiran 8 Surat Pengajuan Judul Skripsi.
Lampiran 9 Surat Mohon Kesediaan Menjadi Pembimbing.
Lampiran10 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian.
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian.
xxiv ABSTRAK
Amrina Rosyadah A, Korelasi Al-Qur’an Braille Terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan. Nim : 11311067. Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Bagi kaum (difabel) atau penyandang cacat diantaranya penyandang tunanetra, sampai sekarang ini masih kurang mendapatkan perhatian khusus dari kalangan masyarakat.
Padahal, setiap insan didunia ini berhak memperoleh pendidikan, untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sementara itu, pendidikan Al-Qur’an merupakan faktor terpenting sebagai pedoman hidup yang abadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang sifnifikan antara Al-Qur’an Braille terhadap prestasi baca tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra? (Ha), ataukah tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Al- Qur’an Braille terhadap prestasi baca tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra?. Di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.
Adapun untuk menjawab rumusan masalah di atas ialah, penyusun menggunakan Penelitian Lapangan (field research), sehingga metode yang digunakan adalah metode korelasional dengan menggunakan analisis product moment.
Adapun metode pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
xxv
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan baik pada variabel X yaitu Al-Qur’an Braille terhadap variabel Y yaitu Prestasi Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra. Dengan diketahui dari nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel baik pada taraf signifikan 5%=
0,444 < 0,970 dan Pada taraf signifikan 1% = 0,561 < 0,970.
Maka dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Terdapat Korelasi antara Al-Qur’an Braille terhadap Perestasi Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan” diterima.
xxvi
PEDOMAN TRANSLITERASI 1. Huruf
ء = a
ﺯ = z ﻑ =
fﺏ =
bﺱ = s ﻖ =
qﺕ = t ﺵ =
syﻙ =
kﺙ = ts ﺹ = s ﻝ = l ﺝ = j ﺽ = d ﻡ = m ﺡ = h ﻁ = t ﻥ = n ﺥ =
khﻅ = z ﻭ = w ﺩ = d ﻉ = ‘ ﻫ =
Hﺫ = dz ﻍ =
ghﻱ = y ﺭ = r
Hamzah ( ء ) yang sering dilambangkan dengan alif, yang terletak di bawah kata, mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun, jika terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘ ). Contohnya:
ﻥﺫ ﺆﻣ
= mu’adzdzinxxvii 2. Vokal
Vokal (a) panjang = â, Contoh :
ﻝ ﺍﻗ = qâla
Vokal (i) panjang = î, Contoh :
ﻞﻳﻗ
= qîlaVokal (u) Panjang = û, Contoh :
ﻥﻭﺩ
= dûna 3. Diftongﻮ
= aw, contoh :ﻝﻮﻗ
= qawl$
= ay, contoh :ﺮﻴﺧ
= khayrﻱ = ya
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi kemajuan dunia semakin mendomisili di masa kini, keberadaan kaum difabel merupakan kelompok minoritas yang mereka sejauh ini masih sering dikesampingkan oleh masyarakat. Mereka sering sekali kurang mendapatkan perhatian dari orang sekitarnya.
Karena kekurangan mereka inilah, tak jarang mereka sering dikucilkan dan dijadikan bahan tertawaan, sehingga mereka seperti kehilangan hak normalisme seperti yang dimiliki orang-orang pada umumnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penyandang kelainan termasuk tunanetra terkadang memperoleh perlakuan yang berbeda dari orang lain. Mereka sering dianggap remeh bahkan seringkali tidak dianggap keberadaannya. Hal ini menyebabkan mereka menjadi rendah diri serta mudah putus asa.
Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar.
Jadi anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision” atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanerta.
Pada sisi lain, ada banyak cerita tentang orang- orang yang berkelainan ini seperti Muadz ialah seorang anak laki-laki tunanetra yang berusia 11 tahun, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz. Karena semangat yang kuat dan hati yang ikhlas, Muadz pun bisa menghatamkan Al- Qur’annya, walaupun hanya satu hari satu ayat. Atas dasar ketekunannya ini lah Muadz dapat menggapai mimpinya dan hal ini tidak terlepas dari usaha sang guru yang memberinya semangat. Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi (Shallallahu ‘alaihi wa salam) bersabda:
ُﻪُﺘْﺿ ﱠﻮَﻋ ، َﺮَﺒَﺼَﻓ ِﻪْﻴَﺘَﺒﻴِﺒَﺤِﺑ ﻱِﺪْﺒَﻋ ُﺖْﻴَﻠَﺘْﺑﺍ ﺍَﺫِﺇ َﺔﱠﻨَﺠﻟﺍ ﺎَﻤُﻬْﻨِﻣ
َﻝﺎَﻗ َﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ
“Allah berfirman, “jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga.” (HR. Bukhari)
Contoh lainnya adalah Helen Keller, seorang tunanetra dan tunarungu, dengan gerlar kehormatan BA
yang sebagaimana dia berhasil menjadi pengacara ternama di dunia dalam masalah persamaan sosial.
Kesuksesan dan keberhasilannya ini pun tak terlepas dari usaha sang guru yang mempunyai ketelatenan luar biasa bernama Annie Sullivan yang mengabdikan dirinya untuk menjadi pengajar Hellen seumur hidupnya.
Di Indonesia sendiri, untuk melindungi haknya kaum difabel, pendidikan bagi para penyandang kelainan ditetapkan dalam UU No. 20 Thn 2003 VI (Jalur, jenjang dan jenis pendidikan) Bagi Kesebelasan mengenai Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Pasal 32 Butir 1 yaitu:
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti peroses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”1
Anak penyandang cacat sebenarnya punya hak dalam mengenyam pendidikan sebagaimana anak-anak yang normal pada umumnya, sebagaimana tertulis dalam
1 Afnil Guza, UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen. ( Jakarta : Asa Mandiri. 2009) hal. 16
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab III Pasal 8 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
Pertama, warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa. Kedua, warga negara yang memiliki kemampuan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Kemudian sesuai dengan GBHN 1993-1998 juga mengatakan:
“Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan disemua jenis dan jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah terus dikembangkan secara merata keseluruh tanah air dengan memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, penyandang cacat, serta yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya.”2
Pembentukan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tersebut menjadi fungsi dan tujuan pendidikan Nasional di Indonesia No. 20 Tahun 2003
2 Nur’aini, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004)
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3, yaitu :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi, agar manusia menjadi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3
Dari uraian fungsi Pendidikan Nasional di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Nasional mempunyai tujuan yang sangat mulia. Sehingga pendidikan di zaman sekarang memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, tanpa mengabaikan nilai-nilai agama.
Adapun pengertian pendidikan dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab I ( ketentuan umum) pasal 1 Butir 1, yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
3 Undang –Undang dan Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”4
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan, karena fungsinya adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan.
Seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dalam bukunya, bahwa “pada dasarnya fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai directur of learning. Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik)
4 Afnil Guza, UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen. hal. 16
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran proses belajar mengajar.”5
Strategis karena guru yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, bersifat menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru ialah kinerja di dalam merencanakan atau merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Untuk menjadi pengajar Al-Qur’an yang ideal haruslah memiliki beberapa kemampuan dan metote mengajar.
Metode mengajar tidak hanya sebagai cara atau strategi guru dalam proses pembelajaran dikelas akan tetapi dalam buku lain dijelaskan juga bahwa “metode mengajar sebagai proses interaksi dan komunikasi hendaknya dapat membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman hidup yang menyenangkan dan berarti bagi anak didik. Proses belajar pada hakikatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreativitas peserta
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet 17, hal. 251
didik, melalui berbagai intereatifaksi dan pengalaman belajar”.6
Mengajar Al-Qur’an pada anak tunanetra tentu tidak sama, contoh seperti untuk menghafal huruf hijaiyah, tentu saja mereka harus mengetahui rumus- rumus penulisan huruf Braille Arab. Hal ini tentu harus dikuasai oleh seorang guru.
Adapun penelitian ini dilakukan atas keingintahuan penyusun bagaimana cara anak tunanetra meraih prestasi belajar baca tulis Al-Qur’an dengan baik berdasarkan penerapan Al-Qur’an Braille. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang Al-Qur’an Braille yang diterapkan di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong, Tangerang Selatan.
Dengan mencermati latar belakang permasalahan tersebut maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian, yang berjudul : “Korelasi Al-Qur’an Braille terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Quran pada Siswa
6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembeelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong, Tangerang Selatan”.
A. Identifikasi , Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Permasalahan yang disajikan pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaan Al-Qur’an Braille dapat mengaktifkan siswa tunanetra dan merupakan cara yang baik bagi siswa tunanetra dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.
b. Korelasi Al-Qur’an Braille terhadap prestasi baca tulis Al-Qur’an pada anak tunanetra.
c. Penerapan Al-Qur’an Braille dalam pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an 2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mudah dipahami maka penyusun membatasi penelitian ini khusus pada analisis : Korelasi Al-Qur’an Braille terhadap baca tulis Al-Qur’an pada anak tunanetra.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada korelasi yang signifikan antara Al-Qur’an Braille terhadap prestasi baca tulis Al-Qur’an pada anak tunanetra?”
A. Tujuan penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu:
a. Tujuan secara umum
Tujuan penelitian ini secara umum, yakni:
1. Untuk menggali lebih dalam tentang hubungan Al- Qur’an Braille terhadap prestasi membaca Al- Qur’an pada anak tunanetra.
2. Untuk mengetahui sebatas mana sekolah Raudhatul Makfufin dalam memberikan pelajaran Al-Qur’an pada para anak tunanetra.
b. Tujuan Secara Akademik
a. Untuk mengetahuai seberapa besar Al-Qur’an Braille dalam pengajaran Al-Qur’an pada anak tunanetra
b. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Al-Quran Braille
c. Untuk mengetahui bagaimana anak tunanetra dalam mengikuti pelajaran mengaji, dengan menggunakan Al-Qur’an Braille.
d. Dapat menarik pengalaman dan pelajaran yang direfleksikan dalam perilaku sehari-hari.
e. Dapat mengenal secara cermat lingkungan sosial, fisik, administrasi dan akademik sekolah / madrasah.
B. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan kontribusi untuk guru Raudhatul makfufin dan pemerhati pendidikan dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
2. Memberikan wawasan dan motivasi bagi para guru pengajar Al-Qur’an Braille dalam memberikan pengajaran bagi anak didiknya (tunanetra).
3. Memperkaya khasanah pemikiran dan memberikan wawasan baru mengenai penyelesaian permasalahan dalam suatu proses pembelajaran.
E. Tinjauan Pustaka
T injauan pustaka dimaksud untuk memberikan informasi yang relevan dengan tema penelitian yang akan dilakukan oleh penyusun. Beberapa penelitian yang juga membahas mengenai proses pembelajaran khususnya bagi anak antara lain:
Pertama, skripsi Durotun Nayiroh, mahasiswi jurusan pendidikan agama Islam fakultas jurusan tarbiyah
STAIN Salatiga, 2012. Dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Penyandang Tunanetra Di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga Tahun 2012 (Analisis Terhadap Metode Dan Media Pembelajaran)”. Skripsi ini terdiri atas lima bab, 116 halaman. Skripsi ini berjenis penelitian lapangan (field research), menggunakan pendekatan psikologi. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitiannya adalah faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga melibatkan dua segi, diantaranya faktor pendukung dan penghambat dari segi peserta didik penyandang tunanetra dan dari segi pengajar atau guru.
Selain faktor penghambat dari segi pengajar atau guru, dari segi peserta didik penyandang tunanetra terdapat faktor penghambat dalam proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga. Adanya kejenuhan dari peserta didik penyandang tunanetra dalam menerima materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah penyusun lebih menekankan penelitian pada Al-Qur’an Braille yang diajarkan oleh gurunya.
Kedua, skripsi Akhsanul Arifin, mahasiswi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010. Dengan judul “Manajemen Pembelajaran Agama Islam Non Formal Bagi Penyandang Tunanetra di Panti Tunanetra dan Tunarungu Wicara Distrarastra Pemalang”. Skripsi ini terdiri atas lima bab, 112 halaman. Skripsi ini berjenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan data dalam penelitian ini dilakukan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitiannya ialah pelaksanaan manajemen pembelajaran bagi anak tunanetra di Panti Tunanetra dan
Tunarungu Wicara Distrarastra Pemalang berbeda dengan pembiasaan penyandang cacat lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada keberadaan fasilitas sekolah yang tidak ada bagi penyandang cacat lainnya. Oleh karenya disusunlah suatu konsep manajemen pembelajaran agama Islam yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi para penyandang tunanentra yang berada di lingkungan panti Tunanetra dan Tunarungu Wicara Distrarastra Pemalang.
Perbedaan penelitian yang akan penyusun teliti ialah penyusun lebih menekankan pada pembelajaran Al- Qur’an Braille.
Ketiga, skripsi Miluk Azizah, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STIQ Annur, 2013. Dengan judul “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunarungu di SDLB Tegar Harapan Mlati Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini terdiri atas lima bab, 116 halaman. Skripsi ini berjenis penelitian lapangan (field research), menggunakan pendekatan psikologi. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitiannya ialah bahawa sistem pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SDL B Tegar Harapan Mlati Sleman memiliki keunikan yaitu: penggunaan metode isyarat dan metode oral sebagai pendekatan bahasa dan bicara serta adanya kecakapan guru dalam memberi motivasi sehingga dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
Perbedaan penelitian yang akan penyusun teliti ialah pada objeknya, bahwa penyusun akan meneliti anak tunanetra.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yang merupakan penelitian lapangan. dengan menggunakan metode survey yakni dengan menyebarkan angket (questionnaire). Sumber data primer didapatkan dari jawaban responden langsung dalam menjawab angket.
Pengumpulan data menggunakan angket dipilih karena cocok dengan penelitian ini. Alasannya, secara esensial penelitian kuantitatif pada dasarnya untuk menguji suatu
teori, bukan menemukan ataupun memodifikasi suatu teori tertentu. Hasil temuan jenis penelitian kuantitatif dapat dilakukan untuk menggeneralisir terhadap populasi. Karena syarat sampel dalam jenis penelitian kuantitatif representative. Selain itu angket bisa digunakan bilamana responden cukup banyak atau berkala besar dan tersebar di wilayah yang luas.
2. Pengumpulan data
Guna memperoleh data yang valid, akurat dan dapat dipercaya serta sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penyusun menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan suatu objek baik diteliti ataupun tidak diteliti secara langsung untuk memperoleh data yang dikumpulkan untuk penelitian.
Metode tersebut penyusun gunakan untuk mengamati sebatas mana peranan guru mengaji dalam menyampaikan pelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak
tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasih yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.
Dengan wawancara maka penyusun akan mengetahui secara langsung tentang informan dalam menginterprestasikan situai dan fenomena, dimana hal itu tidak dapat digunakan melalui observasi.
Metode tersebut penyusun gunakan untuk memperoleh data tentang cara metode guru pengajar mengaji dalam menyampaikan pelajaran baca tulis Al- Qur’an pada anak tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian
kemudian diteliti secara intens sehingga dapat mendukung masalah suatu kejadian dan dapat menambah kepercayaan.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumentatif : visi misi, sejarah berdiri, letak geografis, dan lain-lain.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Lebih lanjut dinyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.7 Menurut Yatim Riyanto “ hipotesis dilihat dari kategori rumusnya dibagi menjadi dua”.8 Hipotesa adalah pernyataan singkat yang disimpulkan dari kerangka teori atau tinjauan pustaka dan merupakan
7 Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, ( Surabaya: SIC, 1996), hal. 13
8 Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, hal. 13
jawaban sementara dari masalah yang dihadapi, yang harus dibuktikan kebenarannya.9 :
1. Hipotesis Nihil (Ho) adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel X (korelasi Al-Qur’an Braille) dan variabel Y (Prestasi Baca Tulis Qur’an pada anak Tunanetra) terdapat hubungan yang signifikan. Adapun dugaan sementaranya sebagai mana berikut:
Ha: Terdapat hubungan/korelasi yang signifikan antara Pengaruh Al-Qur’an Braille terhadap prestasi baca tulis Al-Qur’an pada anak tunanetra.
9 Huzaemah T.Yanggo, MA dan dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2011), hal. 16
Ho: Tidak terdapat hubungan atau korelasi yang signifikan antara pengaruh Al-Qur’an Braille terhadap
prestasi baca tulis Al-Qur’an pada anak tunanetra.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan memahami proposal skripsi ini maka penulis akan membagi sistematika penulisan ini menjadi lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan
Yang meliputi sejumlah pembahasan, yaitu: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hipotesa Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab ini merupakan kerangka dasar dalam penulisan skripsi ini.
BAB II Kerangka Teori
Pembahasan: Pengertian Braille, Sejarah Al-Qur’an Braille di Indonesia, Penerbitan Al-Qur’an Pertaman di Indonesia, Bentuk Rumus Tulisan Al-Qur’an Braille, Pengertian Pembelajaraan, Pengertian Prestasi, Baca Tulis Al-Qur’an, Tajwid, Dasar-dasar Ilmu Tajwid, Materi Ilmu Tajwid, Tempo Bacaan, Metode Pengajaran Al-Quran pada Anak
Tunanetra, Metode Ceramah, Metode Drill, Metode Sorongan, Metode Bandongan, Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab, Alat peraga dalam Pembelajaran Al-Qur’an, Jenis-jenis Alat Peraga dalam Pembelajaran Al-Qur’an untuk Anak Tunanetra, Fungsi-fungsi Alat Peraga bagi Tunanetra, Tunanetra. Pengertian Anak Tunanetra, Klasifikasi Anak Tunanetra, Penyebab-penyebab Kebutaan, Karakteristik Anak Tunanetra.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini meliputi sejumlah pembahasan yaitu: Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data.
BAB IV Hasil Penelitian
Berisi tentang Gambaran Umum Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin, Sejarah singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi. Deskripsi Data, Analisis Data, dan Interprestasi Data.
BAB V Penutup
Memuat Kesimpulan dan Saran-saran.
23 BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Al-Qur’an Braille
1. Pengertian Braille
Braille dalam Kamus Psikologi artinya alat untuk memungkinkan orang buta membaca dan menulis, di mana suatu abjad dipakai yang terdiri dari berbagai susunan huruf timbul, dalam kerangka enam titik, tersusun dalam tiga baris1. Braille (Braille), ialah satu sistem penyajian bunyi dan angka dengan bantuan titik- titik timbul, agar bisa dibaca oleh orang buta.2
Sedangkan dalam Kamus Kata Serapan yang ditulis oleh Surawan Martinus ialah “(Braille berasal dari nama seorang Louis Braille nama orang Prancis (1809- 1852) yang menciptakan sistem tulisan untuk orang tunanetra) berupa titik-titik timbul maksimal 6 titik, dengan kombinasi letak bervariasi, pada kertas untuk
1 James Drever, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 43
2 J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet, 14
dibaca dengan cara diraba dengan ujung jari-jari tengah”.3
Jadi dapat kita ketahui bahwa Braille merupakan teknik cara belajar orang buta, agar mereka juga dapat belajar baca tulis, seperti layaknya orang biasa.
2. Sejarah Al-Qur’an Braille
Adanya huruf Arab Braille tidak bisa terlepas dari pada adanya huruf Braille latin yang merupakan sumber utamanya. Hal ini dikarenakan antara kedua tulisan itu mempunyai bentuk yang sama yaitu berupa kode titik- titik yang kemudian dirumuskan berdasarkan letak titik untuk menentukan sesuatu huruf atau tanda baca lainnya, meskipun antara kedua tulisan ini masing-masing timbul dimasa yang jauh berlainan. Kalau tulisan Braille latin timbul pada pertengahan abad ke - 19 M, sedangkan huruf Arab Braille timbul dalam masing-masing masa yang saling berjauhan.
Pemunculan huruf Arab Braille atau Al-Qur'an Braille dimulai dari Pakistan serta beberapa negara Arab
3 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet, 2
tertentu, dalam bentuk konsep-konsep yang masih harus disempurnakan yang kemudian timbul rumusan huruf Arab Braille melalui suatu Konferensi Internasional pada tahun 1950 yang diselenggarakan oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Hal ini terwujud dalam bentuk penerbitan Al-Qur'an Braille yang selanjutnya disebarluaskan ke negara-negara lain, di antaranya ke Indonesia.
Naskah Al-Qur'an Braille masuk ke Indonesia sekitar tahun 1954, hasil terbitan Yordania pada tahun 1951 dan dibawa oleh almarhum Prof. Mahmud Syalthuth serta diterima oleh LPBI Wyata Guna Bandung yang pada waktu itu merupakan satu-satunya proyek perpustakaan Braille yang terbesar di Indonesia dan berada langsung dibawah naungan Departemen Sosial.
Walaupun begitu pada saat itu belum dapat dianggap sebagai permulaan timbulnya pemahaman dalam penulisan Al-Qur'an Braille di Indonesia.
Dengan pertimbangan bahwa Bandung tidak merupakan satu-satunya pusat kegiatan tunanetra, Departemen Sosial RI mengambil langkah untuk mengambil sebagian kitab Al-Qur'an Braille itu pada
tahun 1956 kemudian naskah tersebut dibawa ke Yogyakarta, oleh karena Yogyakarta pada waktu itu dapat dianggap pula sebagai salah satu kota yang cukup banyak memiliki kegiatan tunanetra. Dengan kejadian tersebut, maka tahun 1956 dapat pula dianggap sebagai saat permulaan penyebaran Al-Qur'an Braille di Indonesia.
Naskah yang dibawa yaitu berupa naskah Al- Qur'an Majid jilid VI terbitan Yordania berisi tentang surat Al-Ankabut sampai dengan akhir surat Az- Zumar.
Dengan kehadiran naskah yang berharga itulah, maka tulisan Arab Braille timbul di Indonesia dan dari sumber pertama ini pulalah tunanetra mulai mengenal tulisan baru berupa huruf-huruf Arab Braille yang sebelumnya belum pernah terimpikan.4
Kemudian Al-Qur’an Braille tersebut baru bisa dibaca pada tahun 1964 oleh seorang juru tik Braille Depsos Yogyakarta Supardi Abdi Somad. Setelah itu Yayasan Tunanetra Islam (Yaketunis), menuliskan secara manual. Sebelum akhirnya bekerja sama dengan
4 Http://makfufinonline.blogspot.com/2012/05/sejarah-singkat-al- quran-braille.html . Diakses pada 15 Mei 2015 Pukul 14.00 Wib.
Departemen Agama (Depag) untuk memproduksinya besar-besaran pada tahun 1973.5
3. Penerbitan Al-Qur’an Pertama di Indonesia
Tahun 1965 Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam) mulai menerbitkan Al-Qur’an Braille untuk kepentingan sendiri dan diberikan kepada tunanetra yang membutuhkan. Kemudian pada tahun 1973, Yaketunis mendapatkan bantuan mesin ketik (electrik machine corporation) dari Departemen Agama Republik Indonesia. Di tahun 1975-1977 Yaketunis menerbitkan Al-Qur’an Braille setiap tahunnya kurang lebih 250 set Al-Qur’an yang anggarannya dibantu dari Proyek Pelita.
Yayasan Raudhatul Makfufin Jakarta, adalah penerbit Al-Qur’an Braille dengan komputerisasi yang pertama di Indonesia pada tahun 1999. Dan ini merupakan Al-Qur’an terbaik di Indonesia saat ini.6 4. Bentuk Rumus Tulisan Al-Qur’an Braille
5 Abbas Sukardi, Hasil Wawancara, Selaku Anggota Pembuatan Al-Qur’an Braille, Jakarta, 6 Mei 2015
6 Ade Ismail, Hasil Wawancara, Kepala Pengurus Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin. Tangerang, 14 Mei 2015
Bentuk rumus Al-Qur’an Braille tidak beda dengan rumus Braille latin. Huruf Arab Braille terdiri dari 6 titik yang dibaca dari kiri ke kanan dan ditulis dengan reglet dari kanan ke kiri. Dengan demikian cara memberi nomor urut titik-titiknya sama dengan Braille latin.
Bentuk positif (membaca) 1 00 4
2 00 5 3 00 6
Bentuk negatif (menulis dengan reglet) 4 00 1
5 00 2 6 00 3
Sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini:
(Gambar diambil dari “ Kertas pemakaian rumus Braille Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang
Selatan.) Keterangan:
Adapun cara orang tunanetra membacanya yakni dengan merabakan ujung jari tangan kanan, sedangkan ujung jari kirinya tetap pada permulaan baris supaya jangan ada jajaran yang tidak terjangkau.7
B. Pembelajaran dan Prestasi Baca Tulis Al-Qur’an 1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Hamzah B. Uno, “Adalah upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa”8. Ahmad Munji dan Lilik Nur Kholidah menyatakan “dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama setidaknya terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh.
Ketiga komponen tersebut adalah: 1). Kondisi
7 Sapto Wibowo, Hasil Wawancara, Guru Al-Qur’an Braille di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin, Tangerang 14 Mei 2015
8 Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. III, hal.5
Pembelajaran. 2). Metode Pembelajaran dan 3). Hasil Pembelajaran”.9
Sebagaimana Firman Allah dalam (Q.S Al-Qamar : 17)
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”.
Adapun penjelasan dari ketiga komponen tersebut ialah sebagai berikut:
1. Kondisi pembelajaran. Kondisi ini adalah faktor penting yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil pembelajaran Al-Qur’an. Seorang muslim dituntut mampu mengkondisikan pembelajaran dengan baik, sebab cakupan bidang studi ini tidak hanya pada persoalan kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik.
2. Metode pembelajaran. Bagi guru kecermatan dalam memilih metode, disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak didik menjadi sangat penting. Ketika mengajarkan bacaan Al-Qur’an Braille. Misalnya, guru atau ustadzah hendaknya memiliki cara atau
9 Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika
Aditama,2009), hal.19
metode yang memungkinkan dapat memberikan contoh dan motivasi sebanyak mungkin kepada anak didik.
3. Hasil Pembelajaran. Hasil pembelajaran agama Islam mencakup semua dampak yang dapat dijadikan indikator apakah nilai-nilai yang diajarkan telah dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh anak didik.10
Jadi dari hasil penjelasan diatas bahwa pembelajaran ialah suatu usaha yang dilakukan seorang pendidik, agar peserta didik terdorong ingin belajar.
2. Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda “Pretatie”
yang memiliki pengertian apa yang telah diciptakan dan suatu hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.11
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ialah “hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dilaksanakan, dan diciptakan, yang menyenangkan hati yang diraih dengan keuletan
10 Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal.19
11 Habeyb, Kamus Populer, ( Jakarta: Center, 1979), hal. 2897
kerja, baik secara individu maupun kelompok di bidang bagian tertentu”.12
Sebagaimana beberapa pendapat para ahli, yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru tentang hakikat prestasi siswa yakni:
1) W.J.S. Poerwadarmito berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).
2) Mas’ud Khasan Abdul Qahar berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.
3) Harun Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan belajar kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.13
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan sebuah usaha yang dapat membahagiakan hati, karena usaha yang diingikan telah tercapai dengan hasil yang memuaskan dan dengan
12 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal.21
13 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, hal. 19
adanya prestasi akan terlihat kesungguhan seseorang dalam mengikuti pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar (baca tulis)
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tetapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan dibawah kemampuannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dra Rostiyan, N,K. “Adapun faktor-faktor tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor ini juga terwujud sebagai kebutuhan dari anak.14
14 Rostiyan N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet 3, hal.151
faktor internal yakni meliputi : Kondisi jasmani dan aspek psikologi, yang penjelasannya sebagai berikut :
1) Kondisi jasmani
“Kondisi jasmani yang sehat berbeda pengaruhnya dengan kondisi jasmani yang tidak sehat bagi kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yng bergizi serta memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan. Yang termasuk dalam faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya”.15
2) Aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan kondisi psikologis siswa yang terdiri dari :
a. Intelegensi atau kecerdasan
“Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor yang besar perannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya mengikuti program
15 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 57
pendidikan. Pada umumnya orang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang ataupun rendah”.16
b. Sikap siswa
“Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, baik secara positif atau negatif”.17
c. Minat
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap aktifitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran, akan mempelajarinya dengan sungguh- sungguh.
M. Dalyono mengatakan bahwa “minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi,
16 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010)
17 Mahmud, Psikologi Pendidikan, hal. 94
sebaliknya prestasi belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah”.18 d. Motivasi
Siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan mudah diarahkan untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Dalam proses pembelajaran motivasi berarti “seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai”.19
2. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak seperti kebiasaan rumah, udara yang panas, lingkungan masyarakat dan sebagainya”.20 Menurut Mahmud dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan faktor eksternal meliputi:
a. Lingkungan sosial meliputi: Lingkungan sosial disekolah (guru, temen sekelas, dan para staf atministrasi). Lingkungan sosial siswa (masyarakat, tetangga, teman sepermainan), lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua, dan keluarga
18 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 190
19 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2013), Cet 1, hal. 29
20 Rostiyan N.K, Masalah-masalah ilmu keguruan, hal. 151
siswa itu sendiri seperti didikan orang tua kondisi ekonomi keluarga, kasih sayang dan perhatian keluarga.
b. Kondisi budaya yang dapat mendorong semangat belajar siswa seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi yang berkembang dilingkungan siswa.
c. Lingkungan fisik, seperti gedung sekolah, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, rumah tempat tinggal siswa, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan keberhasilan siswa.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan disekitar tempat tinggal siswa.21
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun dapat kita ambil secara garis besarnya bahwa faktor internal dan ekstrenal sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
4. Baca Tulis Al-Qur’an
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata
“baca” sama dengan kata “eja” merupakan kata dasar dari membaca yang memiliki pengertian melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
21 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 10
atau hanya dalam hati) atau dalam pengertian lainnya yaitu mengeja/ melafalkan apa yang tertulis.22
Adapun kata membaca dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari baca yang artinya huruf, tulisan dan lain sebagainya. Kata baca kemudian diawali dengan kata mem dan diawali dengan kata baca yang artinya melihat serta memahai isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Membaca dapat juga berarti mengeja atau melafalkan yang tertulis.23
Sedangkan kata “tulis” merupakan kata dasar dari menulis mempunyai arti membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya) yang menghasilkan sesuatu.24
Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an”
dalam arti demikian sebagai berikut dalam ayat 17-18 (Q.S. Al-Qiyamah) :
22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) Cet 1, hal. 109.
23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet 4, hal. 109
24 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, hal. 1497.