NAMA : MUH RIZKY PRATAMA NIM : 044873339
1. Asas Nasional Aktif:
Dasar Hukum: Asas ini memiliki dasar hukum yang terdapat dalam pasal-pasal KUHP yang mendorong negara untuk melaksanakan pembinaan terhadap warganya, misalnya Pasal 1 ayat (1) KUHP yang menyatakan bahwa hukum pidana Indonesia berlaku bagi siapa saja yang melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia.
Contoh: Misalnya, dalam kasus tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh warga negara asing terhadap warga negara Indonesia di dalam wilayah Indonesia, maka asas ini mendorong negara untuk menindak pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Kesimpulan: Asas Nasional Aktif menekankan bahwa negara harus aktif dalam melindungi warga negaranya dari tindak pidana, baik yang dilakukan oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing di wilayah Indonesia.
Asas Nasional Pasif:
Dasar Hukum: Dasar hukum asas ini terdapat dalam hukum internasional, di mana negara hanya berhak menuntut pelanggaran hukum pidana yang dilakukan di wilayahnya atau terhadap kepentingan negaranya.
Contoh: Jika seorang warga negara Indonesia melakukan tindak pidana di luar wilayah Indonesia, maka pemerintah Indonesia hanya dapat menuntutnya jika ada perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan negara di mana pelanggaran tersebut terjadi.
Kesimpulan: Asas Nasional Pasif menekankan bahwa negara hanya berhak menuntut pelanggaran hukum pidana yang dilakukan di wilayahnya atau terhadap kepentingan negaranya, namun tidak terlalu aktif dalam mengejar pelaku di luar wilayahnya.
2. Kasus Kagura: Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di Indonesia. Dasar hukumnya terdapat dalam KUHP Pasal 243 yang menyatakan bahwa barang siapa membuat atau menyimpan dengan maksud memakai atau menjual yang diketahui atau patut diduga palsu atau yang dengan surat, gambar atau tanda lainnya dipalsukan, dihukum penjara paling lama 15 tahun.
3. Kasus Badang: Badang dapat dipidana berdasarkan teori "res nullius", di mana uang palsu tersebut adalah barang milik negara yang tidak memiliki pemilik sah. Dalam hal ini, Badang dapat dipandang sebagai penyebar uang palsu, sehingga dapat dipidana berdasarkan Pasal 243 KUHP tentang penyalahgunaan uang palsu.