• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Persiapan dan Restorasi Gigi Secara Adhesif

N/A
N/A
rabiyatul adawiyah

Academic year: 2025

Membagikan "Prinsip Persiapan dan Restorasi Gigi Secara Adhesif"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

3M PRINSIP PREPARASI RESTORASI ADHESIVE PRINCIPLES OF TOOTH PREPARATION

1. Preservation of tooth structure.

Preparasi gigi harus konservatif; jumlah struktur gigi yang dihilangkan harus minimal. Pengambilan struktur gigi yang berlebihan memiliki banyak efek berbahaya. Reduksi yang berlebihan menyebabkan hipersensitivitas termal, peradangan pulpa dan nekrosis dapat terjadi akibat mendekatnya ke pulpa gigi.

2. Retention and resistance form.

Retensi: adalah kemampuan dari preparasi untuk menahan restorasi mahkota dari pencabutan sepanjang jalur insersinya. Memiliki perlekatan yang kuat agar tidak mudah lepas. Resistensi: adalah kemampuan dari preparasi untuk menahan lepasnya restorasi oleh gaya yang diarahkan secara miring atau horizontal ke restorasi. Menahan beban kunyah.

3. Structural durability of the restoration.

Preparasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan ketahanan struktural untuk restorasi, yaitu restorasi mahkota harus cukup kaku untuk tidak melenturkan, melubangi (logam) atau bahkan patah (plastik).

Agar restorasi menjadi kaku, diperlukan bulk, jadi untuk memberikan cukup bulk pada restorasi mahkota, struktur gigi yang cukup harus dikeluarkan dari gigi yang dipreparasi untuk menciptakan ruang yang cukup.

Dengan demikian, restorasi dapat menahan gaya oklusi, mencegah lubang aus pada emas, dan memungkinkan pembuatan kontur dan ukiran restorasi yang tepat.

4. Preservation of periodontium.

Margin preparasi harus di supragingival. Margin subgingiva dari restorasi yang disemen telah diidentifikasi sebagai faktor utama dalam penyakit periodontal terutama ketika sampai pada perlekatan epitel.

5. Marginal integrity.

Restorasi dapat bertahan dalam lingkungan biologis rongga mulut hanya jika margin disesuaikan dengan garis akhir cavosurface dari preparasi. Konfigurasi garis akhir preparasi menentukan bentuk dan sebagian besar bahan restoratif di margin restorasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi adaptasi marginal dan tingkat dudukan restorasi.

3M BAHAN GIC

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Meskipun GIC tampak seperti bahan yang serbaguna, GIC juga memiliki keterbatasan dalam penggunaannya. Indikasi dari pemakaian GIC adalah sebagai berikut (Garg dan Garg, 2017; Sakaguchi, Ferracane, dan Powers, 2019):

a. Restorasi kelas I, III, dan V yang berukuran kecil.

b. Restorasi kasus abrasi atau erosi.

с. Restorasi kelas I sampai kelas IV pada gigi desidui.

d. Sebagai luting agent atau bahan sementasi dari restorasi indirek, veneer, dan alat ortodontik cekat.

e. Sebagai bahan restorasi preventif.

f. Sebagai bahan dalam atraumatic restorative treatment (ART)

g. Sebagai liner dan basis dibawah bahan restorasi lainnya seperti resin komposit.

Sedangkan kontraindikasi dari pemakaian GIC dapat dijabarkan sebagai berikut (Garg dan Garg, 2017;

Sakaguchi, Ferracane, dan Powers, 2019):

a. Restorasi pada area gigi yang mengalami beban kunyah tinggi atau stress bearing area.

b. Menggantikan cusp dan insisal gigi.

с. Pada pasien dengan xerostomia.

d. Pada pasien dengan kebiasaan buruk bernafas melalui mulut.

e. Restorasi pada area yang memerlukan estetik baik.

B. TAHAPAN

Manipulasi Glass-Ionomer Cement

(2)

1) Proses manipulasi atau pencampuran bahan GIC harus dilakukan dalam suhu ruangan selama 40-60 detik diatas glass slab yang dingin dan kering, atau paper pad yang dilapisi plastik dengan bantuan spatula plastik yang datar dan kaku.

2) Powder dan liquid dikeluarkan dan diletakan diatas glass slab sesuai dengan rasio yang ditentukan pabrik. Glass slab juga dapat berfungsi untuk menghambat reaksi dan memperpanjang waktu kerja.

3) Untuk mencampurkan bahan, bagi powder menjadi dua porsi yang sama. Campurkan porsi pertama dengan liquid selama 20 detik, kemudian tambahkan porsi sisanya dan campur kembali selama 20 detik dengan gerakan melipat. Pencampuran GIC harus diselesaikan dalam waktu 40-60 detik dan dilakukan secara cepat.

4) Waktu kerja dari GIC adalah 60-90 detik. Tanda berakhirnya waktu kerja adalah hilangnya kilapan pada permukaan GIC, setelah ini reaksi setting sudah dimulai.

5) Bahan GIC yang sudah dicampur harus digunakan sebelum kilapannya menghilang, jika demikian, GIC tidak akan merekat dengan baik pada permukaan gigi.

6) Untuk bahan restorasi, bahan GIC harus diambil dengan spatula dalam satu kesatuan dan tidak merekat dengan instrumen

7) Untuk bahan sementasi, GIC harus memiliki konsistensi tertentu, dimana saat diangkat dari glass slab, GIC akan membentuk string sepanjang 1 inci.

8) Bahan GIC yang telah dimanipulasi kemudian diaplikasikan pada kavitas gigi yang telah dipreparasi dengan sedikit overfill.

9) Setelah diaplikasikan, GIC kemudian dikondensasi dengan plastic instrument dan dikontur sesuai permukaan gigi, lalu ditutupi dengan matriks plastik selama 5 menit untuk melindungi bahan supaya tidak menyerap atau kehilangan air selama proses setting.

10) Permukaan GIC kemudian dilapisi varnish atau petrolium jelly.

11) GIC dapat dipoles setelah setting sempurna.

12) Pada prosedur sementasi, GIC diaplikasikan dengan plastic instrument ke prostetik yang akan dipasang. Semen berlebih dapat dibuang setelah setting.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Ø Kelebihan

• Adhesi/Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula dengan email dan dentin

• Dapat melepaskan fluoride sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut,

• Tidak iritasi

• Mempunyai sifat biokompatibilitas yaitu mempunyai efek biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa

• Daya larut yang rendah

• Translucent atau tembus cahaya

• Perlekatan bahan secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan enamel

• Mempunyai sifat anti bakteri terutama terhadap koloni streptococcus Ø Kekurangan

• Mudah terpengaruh oleh air

• Mudah terjadi dehidrasi

• Kurang kuat melekat pada porselein dan emas murni

• Manipulasi dan teknik memasukkan ke dalam cavitas cukup sulit 5.

Mudah berubah bentuk 3M BAHAN KOMPOSIT

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI Ø Indikasi

Secara umum, indikasi penggunaan resin komposit adalah sebagai berikut:

1. Pada kavitas kecil sampai sedang untuk gigi posterior dengan tekanan kunyah yang kecil

(3)

2. Semua restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang

3. Restorasi resin komposit umumnya digunakan untuk klas II, III, IV, V, dan VI, dan untuk klas I yang tahan terhadap tekanan oklusal dan mengutamakan fungsi estetik

4. Pasak atau core build up 5. Prosedur perbaikan estetika:

a. Partial veneers b. Full veneers

c. Modifikasi kontur gigi d. Penutupan diastema

6. Semen untuk restorasi indirect 7. Restorasi sementara

8. Periodontal splinting

9. Sebagai usaha preventif dari restorasi resin.

B. TAHAPAN

1. Pemberian Liner/ Basis 2. Tahap etsa asam

a. Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).

b. Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.

3) Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.

c. Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.

d. Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga permukaan tampak putih buram.

3. Tahap bonding

Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada permukaan yang telah di etsa .Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.

4. Tumpatan Resin Komposit.

Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavitas oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama.

Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.

5. Tahap finishing dan polishing komposit

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Ø Kelebihan

1. Lebih baik dari segi estetik

2. Mempunyai konduktivitas thermal yang rendah 3. Dapat dilakukan dalam sekali kunjungan 4. Warna resin komposit sewarna dengan gigi 5. Tidak menimbulkan korosi

Ø Kekurangan

1. Tidak mempunyai kemampuan menutup celah seperti pada amalgam 2. Tidak dapat mengeluarkan fluor

(4)

3. Resiko lepas tambalan

4. Dapat berubah saat pemakaian jangka panjang dan biaya nya relatif mahal

5. Sensitif teknik cukup tinggi

3M FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN RESTORASI ADHESIVE

• Keahlian teknis/dokter gigi

Keahlian teknis/dokter gigi, apakah teknisi memiliki keahlian untuk menggunakan bahan restorasi/tidak.

Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor keahlian doktergigi berpengaruh pada usia pakai suatu restorasi, preparasi jaringan gigi, pembuatan kontur restorasi, dan adanya overhanging akan menyebabkan kegagalan dari restorasi. Begitu cepatnya perkembangan bahan restorasi dengan berbagai modifikasi harus selalu diikuti oleh dokter gigi agar dapat menggunakan bahan restorasi dengan baik. Selain itu keberhasilan suatu perawatan restorasi untuk dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama di dalam rongga mulut ditentukan oleh desain preparasi

kavitas yang mempunyai prinsip preparasi.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan bahan restorasi Kesuksesan restorasi untuk penggunaan klinik yang lama dapat dibagi dalam tiga grup kategori yaitu pasien, klinisi/dokter gigi dan bahan

restorasi yang dapat dilihat dalam gambar

Karakteristik pasien sebagai faktor yang berperan penting dalam usia pakai restorasi. Kerjasama yang baik dari pasien selama prosedur perawatan meliputi kontrol saliva, kejelasan akses ruang operasi akan membantu dalam preparasi gigi dan peletakan bahan restorasi. Besar ukuran restorasi, faktor makanan/diet, kegiatan preventif pasien dan kebiasan buruk pasien seperti bruksisma atau sering menggigit es batu juga penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan frekuensi karies dan status oral hygiene yang buruk menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan pemilihan perawatan

Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor keahlian dokter gigi berpengaruh pada usia pakai suatu restorasi, preparasi jaringan gigi, pembuatan kontur restorasi, dan adanya over hanging akan menyebabkan kegagalan dari restorasi. Begitu cepatnya perkembangan bahan restorasi dengan berbagai modifikasi harus selalu diikuti oleh dokter gigi agar dapat menggunakan bahan restorasi dengan baik.

Faktor bahan restorasi, misalnya perubahan kecil pada saat manipulasi dapat menyebabkan perbedaan yang besar dalam kualitas dan tampilan suatu restorasi. Keadaan ini dikenal dengan sensitivitas teknik saat manipulasi. Sensitivitas teknik saat manipulasi akan memberi variasi dalam sifat fisik, mekanik, karakteristik penanganan dan tampilan hasil restorasi. Sensitivitas teknik ini dapat terjadi pada laboratorium dental yang dikerjakan oleh tekniker terutama saat proses pembuatan metal core dan mahkota porselen terutama terjadi setelah dilakukan proses sementasi pada gigi. Pada penggunaan amalgam dapat terjadi pada saat waktu pencampuran dan kecepatan yang dipakai serta kontaminasi akan menyebabkan berkurangnya kekuatan restorasi. Penggunaan gigi geligi saat berfungsi juga berpengaruh secara individual seperti abrasi oleh makanan, kebiasaan buruk seperti bruksisma, sikat gigi, dan faktor lain. Tantangan bagi para peneliti adalah menghasilkan bahan restorasi yang tahan seperti pada email gigi. Bila bahan restorasi lebih keras dari jaringan gigi seperti porselen dan base metal maka secara cepat akan terjadi keausan email pada gigi lawan.

Protokol penyinaran yang kurang baik juga akan mengakibatkan terjadinya pengerutan polimerisasi dan stres kontraksi. Kedalaman penyinaran (depth of cure) berkaitan dengan ketebalan bahan yang diaplikasikan ke dalam kavitas. Peningkatan ketebalan bahan restorasi memerlukan penyerapan foton cahaya yang lebih banyak.

Teknik pengaplikasian inkremental perlu dilakukan untuk mengurangi kebocoran mikro dengan melakukan penyinaran setiap 2 mm lapisan resin komposit Tentunya hal tersebut akan membuat prosedur perawatan menjadi lebih lama, meningkatkan risiko kontaminasi saliva, dan terjebaknya gelembung udara pada tiap lapis resin komposit.

Referensi

Dokumen terkait