• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEEDINGS - Repository UM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROCEEDINGS - Repository UM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROCEEDINGS

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA

Eva Dwi Kurniawan

Universitas Teknologi Yogyakarta

[email protected]

Abstract: The declaration of the Independent Learning curriculum emphasizes the collaborative aspect of many parties. It takes a lot of experience and freedom in learning in order to create mental qualities that are global in scale but still grounded in local values. Implementation of the learning curriculum can be seen in literary works. The novel Cinta di Dalam Gelas by Andrea Hirata has a similar pattern to the concept of the independent learning curriculum. This research focuses on the formulation of the problem of how the implementation of the independent learning curriculum is in the novel Cinta di Dalam Gelas by Andrea Hirata. The method used in this study uses the semiological theory proposed by Roland Barthes. The findings obtained are in the form of the implementation of a learning curriculum that refers to 1) freedom of learning, 2) collaboration, 3) being global, and 4) synergizing with the industrial world.

Keywords: Implementation, independent learning curriculum, and semiology Roland Barthes.

P E NDAHULUAN

Kurikulum merupakan pijakan dalam perencanaan pendidikan, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Perencanan yang baik dan matang akan memberikan hasil maksimal pada proses belajar mengajar. Ghafar (2010: 149) menyampaikan bahwa strategi perencana a n y a n g baik dapat meminimalisasi kegagalan. Dalam dunia pendidikan, perencanaan k u r i k u l u m y a n g matang dapat memberikan harapaan berupa lulusan yang berkualitas.

Selama ini, sistem pendidikan di Indonesia banyak disorot. Di antaranya, sebagaimana yang disampaikan oleh Yamin & Maisah (2012: 129), yang memanda n g p e n d i d i k a n kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan meme c a h k an masalah hidup, dan tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Ha l semacam itu dapat disebabkan oleh keberadaan sistem pendidikan selama ini yang hanya berfokus pada aktivitas menghafal daripada berpikir praktis, analitis dan tahan ba n t i n g . Dampak yang kemudian ditimbulkan adalah adanya lulusan anak anak di d i k , j u g a m a h a s i w a , menjadi sosok yang tidak dapat cepat beradaptasi terhadap kebutuhan atau tuntutan global.

Hasil yang dapat dilihat adalah munculnya angka pengangguran bagi l u l u s a n s e k o l a h . I n i adalah masalah yang sudah lama muncul dan selalu dicari solusi yang efektif dan tepat.

Melihat persoalan semacam itu, maka mucul konsep kurikulum merdeka belajar.

Kehadiran kurikulum merdeka belajar-kampus merdeka, bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaia n n ya ( T a n p a p e n u l i s , 2020: 3). Diharapkan, dengan adanya kurikulum merdeka belajar yang juga memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk bebas memilih bentuk belajarnya, b a i k m e l a l u i m a g a n g , penelitian, pengabdian, wirausaha, kemanusian, proyek mandiri, pertukaran m a h a s i s w a d a n mengajar, maka lulusan dari lembaga pendidikan dapat menjawab tantangan akan maraknya kekurangan skil dan keterampilan para lulusan sekolah, terutama di tingkat sarjana.

Merdeka belajar sangat memperhatikan pendidikan dalam upaya pembentukan karakter agar menjadi modal kuat menuju masa depan (Arifin, 2022: 281).

(2)

205

PROCEEDINGS

Abstraksi dari implementasi merdeka belajar terdapat di dal a m k a r y a s a s t r a . H a l ini karena karya sastra dapat menjadi rekaman atas kejadian sosial masyar a k a t . A p a y a n g terjadi di dalam masyarakat, dapat tersajikan di dalam karya sast r a . D a m o n o ( 2 0 2 0 : 3 5 ) bahkan menyebutkan bahwa pada awal perkembangan sastra, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sosial, dan dianggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Salah satu karya yang mengabstraksikan kurikulum merdeka belajar-kampus merdeka, terdapat pada novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

Dalam karya tersebut terdapat hal-hal yang menyerupai konsep di dalam kuri k u l u m m e r d e k a belajar. Penelitian ini akan menganalisis tentang konsep merdeka di dalam novel C i n t a d i Dalam Gelas karya Andrea Hirata. Pendekatan yang digunaka n mengguna k an t e o r i s e m i o t i k a Roland Barthes.

Konsep semiologi menurut Roland Barthes (2007: 3) adalah sebuah petualangan y a n g dimainkan ke dalam tiga momen, yakni keterpesonaan, ilmu, dan teks. Ketiga elemen tersebut menjadi dasar atas keberadaan semiologi. Hal terpenting d a l a m k a j i a n t e r h a d a p teks adalah kemampuan yang dapat membawa orang untuk mengembara ke mana pun (Barthes, 2007: 3). Ini menunjukkan bahwa semiologi menjadi sebuah alat ata u p i s a u a n a l i s i s y a n g dapat membedah teks dan memberikan ruang -ruang kemungkinan terhadap pemaknaannya yang akan terjadi kemudian. Dengan demikian, semiologi dapat disebut sebuah analisis yang meninggalkan cara-cara struktural.

Praktik analisis teks yang dikemukakan oleh Roland Barthes berangkat dari analisis terhadap mitos. Mitos merupakan sebuah kelanjutan dari praktik bahasa. At a u d e n g a n k a t a lain, sebagaimana yang dikatakan Barthes (2004: 295) bahasa membutuhkan ko n d i s i - ko n di s i khusus untuk menjadi mitos.

M E TODE

Metode penelitian ini menggunakan analisis deskripti f. Teori kajian yang digunakan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teknik yang digunakan yakni baca catat. Nove l dibaca secara keseluruhan dan dicatat diksi -diksi dan atau kalimat yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diangkat dalam peneltian ini. Objek formal dalam penelitian ini adalah novel Andrea Hirata dengan judul Cinta di Dalam Gelas, terbitan Bentang Pustaka, cetakan kedelapan tahun 2016. Objek formal dalam penelit i a n i n i a d a l a h implementasi kurikulum belajar.

H A SIL D AN P EMBAHASAN

Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Maryamah yang berhasil menjuarai lomba catur. Salah satu sosok yang dikalahkan oleh Maryamah adalah mantan suaminya yang bernama Matarom. Banyak hambatan yang dihadapi oleh Maryamah dalam mengikuti pertandingan catur. Hambatan p e r t a m a a d a l a h mengenenai pengetahuan Maryamah tentang permainan catur. Maryamah pada mulanya tidak mengetahui aturan bermain catur, sehingga memerlukan waktu untuk belajar dengan g i a t d a n tekun. Hambatan kedua adalah pesoalan budaya. Maryamah sebagai sosok perempuan, mendapatkan pertentangan budaya. Pasalnya, di lingkungan Maryamah, perempuan yang bermain catur dianggap sebagai hal yang tabu dan menggelikan.

Perempuan yang bermain catur dianggap sebagai sosok yang hanya mengantarkan kekalahan dihadapan pemain catur laki-laki. Selain itu, muncul anggapan ba h w a p e r m a i n a n catur adalah pertandingan logika atau otak, sementara perempuan d i a n g g a p s e b a g a i s o s o k yang kurang berlogika dan tidak berotak. Muncul bias gender dalam persoa l a n b e l a j a r d a n bertanding catur. Namun, segala hambatan tersebut dapat diatasi. Maryamah berhasil menjadi juara dalam pertandingan catur. Keberhasilannya itu tidak dapat lepas dar i p e r a n banyak pihak.

(3)

PROCEEDINGS

Peran banyak pihak dapat dimaknai sebagai sebuah kerjasama a t a u k o l a b o r a s i y a n g baik. Sementara kolaborasi, merupakan sebuah unsur penting di dalam konsep merdeka belajar. Dengan demikian, pengalaman keberhasilan Maryamah dapat dikatakan sebagai implementasi dari kurikulum merdeka belajar. Implementasi tersebut bukan sekadar pada kolaborasi yang baik, melainkan juga adanya kebebasan untuk belajar. Hal ini ditandai dari diperbolehkannya Maryamah untuk mengikuti pertandingan catur. Maryamah sebagai perempuan yang awalnya ditabukan untuk belajar dan bertanding catur, pada akhirnya mendapatkan ruang untuk belajar dan mengikuti perlombangan catur. Mulanya, perempuan dianggap sebagai sosok yang tidak pintar, bukan kelas pekerja kantoran dan karenanya dianggap melawan tabu, lebih-lebih ketika di kampung Maryamah, masih belum ditemukan perempuan yang bermain catur.

“Haiya, rumah tangga gulung tikar, bikin ni gila, ya, Mah? Ni pikir main catur macam main halma?” berbunyi Giok Nio.

“Aku akan belajar. Pasti bisa.”

“Mustahil. Catur itu mainan otak. Mainan orang pintar, orang kantoran. Lagi pula, mana pernah perempuan main catur di kampung ini?”

(Hirata, 2016: 46).

Belenggu yang mengengkang perempuan untuk mendapatkan hak memilih dan belajar pengetahuan tentang catur, pada akhirnya dapat disingkirkan. Maryamah telah membuat jeja k sejarah tentang kebebasan belajar yang tidak hanya didominasi oleh laki-la k i , m e l a i n k a n juga harus dimiliki oleh perempuan. Belajar adalah hak setiap manusia, bukan hak pada sebagian gender tertentu. Maryamah menekankan arti pentingnya belajar. Bahwa belajar, adalah sebuah kebebasan yang dapat dimiliki oleh laki -laki maupun p e r e m p u a n . K e b e b a s a n itulah yang menciptakan eksistensi diri sebagai manusia. Maryamah menjadi manusia b e b a s . Manusia bebas adalah tujuan dari kesadaran atas eksistensi manusia sebagai dirinya sendiri (Kurniawan, 2022: 79). Kebebasan manusia bagi Maryamah adalah kebebasan be l a j a r . Belajar bukanlah sebuah hak yang hanya laki-laki yang boleh memperolehnya, perem p u a n p u n demikian. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan bermain catur. Baik laki -laki dan pere m p u a n , boleh belajar dan bermain catur.

Hal lain jika dikaitkan dengan kurikulum merdeka belajar, terdapat pada internasionalisasi yang dapat dilihat relasinya dengan ku rikulum merdeka belajar, a d a l a h mengenai kolaborasi dan tindakan glokal (global lokal). Kolaborasi dalam kurikulum merdeka belajar merupakan bentuk kerjasama antar lintas disiplin. H a l i n i d i l i h a t d a r i cara pandang filosofis yang pada tataran praktisnya ti dak hanya dapat diselesaikan h a n y a dengan satu disiplin ilmu, atau hanya berpijak pada satu subjek semata. Diperlukan kerjasama yang baik atau saling bersinergi dalam menghadapi berbag a i p e r s o a l a n. D e n g a n cara demikian, maka setiap masalah akan mudah untuk diselesaikan.

Nilai-nilai kolaborasi inilah yang terdapat di dalam novel Cinta di D a l a m G e l a s . Yamin (2013: 33) mengatakan bahwa pembelajaran kolaboratif mengac u p a d a m e t o d o l o g i d a n lingkungan tempat peserta didik melakukan tugas umum, dan bertanggung jaw a b a n t a r a y a n g satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab yang ditampilkan dalam Cinta di Dalam Gelas ditunjukkan dari teman-teman Maryamah yang membantunya dalam pertandingan catur. Terdapat Detektik M Nur yang dianggap sebagai seorang spionase tingkat tinggi. Terdapat pula preman cebol, lelaki pesepeda, hingga hal di luar manusia, yakni seekor merpati yang cerdik. Kesemua teman itu memiliki peran masing-masing dan bertanggung jawab terhadap perannya sehingga berhasil membawa Maryamah mencapai keberhasilan. Selain i t u , t e r d a p a t juga orang asing dari luar negeri yang juga ikut mengajari Maryamah bermain catur.

Kolaborasi yang kuat baik di tingkat daerah maupun luar negeri menjadikan cerita C i n t a k u di Dalam Gelas sebagai sebuah representasi dari implemantasi kurikulum merdeka belajar.

(4)

207

PROCEEDINGS

Mitoha tidak tahu bahwa seorang grand master internasional perempuan adalah arsitek kemenangannya itu. Dia tak mengerti bahwa kami bekerja dengan sains:

Teknologi informasi—internet, sosiologi, referensi Buku Besar Pemin u m K o p i, d a n ilmu statistik Lintang. Ia tak paham, bahwa kegiatan spionase tingkat tinggi y a n g didukung oleh Detektif Swasta M. Nur, Preman Cebol, seekor burung merpati yang cerdik, dan seorang lelaki norak yang mampu berdepeda 70 kilometer per jam, berada di balik semua itu. Sehingga, kami paham betul kemampuan setiap lawan, bahkan kami tahu berapa jumlah istrinya. Ia juga tak mengerti apa yang dilakukan seorang perempuan yang teraniaya dan memutuskan untuk membalas. Dari s e m u a i t u d a p a t l a h kukatakan bahwa Maryamah takkan semudah itu dikalahkan. (Hirata, 2016: 273—274).

Tanpa adanya kerjasama semacam itu, maka tidak akan muncul keberhasila n M a r y a m a h dalam bertanding catur. Hal menarik untuk diperhatikan adalah bentuk kerjasama yang tida k hanya pada lintas lokal dan regional, melainkan juga pada lintas internasional. Ini dapa t menjadi pedoman dalam menciptakan keberhasilan. Bahwa bukan saja litas bidang yang menjadi rujukan kerjasama, melainkan juga pada lintas wilayah.

Namun demikian, lintas wilayah yang dima ksud, pada awalnya, sebagaimana yang dikisahkan di novel, bukan pada tataran yang konkret, seperti pada saling kunjung dan datang, melainkan melalui mediasi internet. Kehadiran internet merupakan tanda era globalisasi. Kehadiran globalisasi telah memberikan gaya hidup di kota-kota besar dan semakin menyebar memasuki wilayah yang dahulunya terisolasi (Idrus, 2009: 4 7 ) . I n t e r n e t dengan demikian menjadi penanda akan adanya era globalisasi yang k e h a d i r a n ny a d i d a l a m novel, tidak sekadar ditampilkan, melainkan j uga dimanfaatkan. Pemanfaatan ini memberikan ruang kerjasama yang lebih inovatif, yakni tidak harus pada sesuatu yang ideal, yakni yang menekankan kepada pertemuan dalam dunia nyata, melainkan dapat dilakukan dengan pertemuan di dunia maya melalui penggunaan teknologi informasi. Dengan cara demikian, maka globalitas dapat dijangkau. Seorang tokoh dari luar negeri yang menga j a r i M a r y a m a h bermain catur, tidak dilakukan melalui tatap muka langsung, melainkan melalui media chatting, yakni percakapan melalui internet. Pada kondisi semacam i n i , m a k a k o l a b o r a s i internasional pun telah terjadi.

Hal lain yang menjadi abstraksi implementasi kurikulum merdeka belajar adalah adanya sinergi atau kerjasama dengan dunia industri. Ini dapat dilihat dari konteks digelarnya pertandingan catur. Lokasi yang digunakan sebagai tempa t p e r t a n d i n ga n c a t u r untuk memperingati hari kemerdekaan, dilakukan di warung kopi. Hal ini dap a t m e m b e r i k a n makna mengenai adanya terobosan atau pemikiran yang kreatif dan ef e k t i f s e b a g a i s e b u a h unsur yang penting pula dalam kurikulum merdeka belajar. Kreatif sebab dapat memanfaatkan momen peringatan hari kemerdekaan, pertandingan catur dan bisnis minuman kopi, dan efektif sebab tidak memerlukan biaya tambahan untuk mengumpulkan orang membeli kopi. Mak a munculnya ide pertandingan catur di warung kopi adalah sebuah terobosan yang kre a t i f d a n efektif dalam kaitannya kehadiran kolaborasi di bidang industri.

Kalau ada kriteria semacam densitas warung kopi, yakni jumla h w a r u n g k o p i d a l a m ukuran wilayah tertentu, kupastikan kampung kami masuk buku rekor dunia. Pun jika ada lomba soal jarak yang sudi ditempuh orang demi segelas kopi, pemenangnya pasti pula lelaki Melayu. Saban pagi, serombongan besar pria, seperti segerombolan migrasi di Padang Masaimara, dari kampung ke kampung yang berjarak sampai 20 kilometer, berbondong-b o nd a ng ke pasar demi segelas kopi. Lalu, mereka pulang ke kampungnya masing -masing untuk bekerja. Sore mereka kembali lagi ke pasar, dan pulang lagi. Adakalanya malam nanti, pukul 9, setelah istri dan anak-anak tidur, mereka ke pasar lagi. Semuanya d e m i s e g e l a s kopi. (Andrea, 2016: 30—31).

Keberadaan warung kopi merupakan magnet kuat yang dapat membuat orang-orang berkumpul. Hal ini merupakan peluang yang dapat digunakan untuk semakin memberikan keberlangsungan bisnis minum kopi menjadi lebih bernilai. Cara yang digunakan adalah

(5)

PROCEEDINGS

dengan mengadakan pertandingan catur di warung kopi. Tanpa kreatifitas dan inovas i d a l a m memanfaatkan moment atau peristiwa, maka usaha bisnis menjaual kopi dengan membua t a c a r a pertandingan catur di warung kopi, tidak akan dapat terlaksana. N a m u n , k r e a t i v i t as d a n inovasi dalam memahami kondisi psikologi masyarakat, dan menempatkan peristiwa bersejarah, yakni kemerdekaan Republik Indonesia, maka bisnis penjualan kopi men j a d i i d e yang cemerlang. Hal ini juga merupakan tujuan dari kurikulum merdeka belajar, yakni kemampuan bisnis yang tepat dengan memperhatikan faktor-faktor lain di luar faktor produksi.

Tabel 1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di dalam Novel Cinta di Dalam Gelas Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea

Hirata jika dibuatkan tabel, dapat dikemukakan di bawah ini.

No. U n sur K urikulum M erdeka B elajar I m plemntasi d alam N ovel

1. Bebas belajar Maryamah sebagai perempuan mendapatka n h a k y a n g sama untuk belajar dan bertanding catur. Bela j a r dan bertanding catur tidak hanya dila k u k a n o l e h laki-laki.

2. Kolaborasi Teman-teman Maryamah betanggung jawab dengan perannya masing-masing membantu Maryamah memenangkan pertandingan catur.

3. Internasionalisasi Terdapat tokoh internasiona, guru Mar y a m a h y a n g mengajari Maryamah bermain catur lewat chatting. 4. Kerjasama industri Pertandingan catur di warung kopi adalah

kolaborasi indutsri yang kreatif dan efektif.

K E SIMPULAN D AN A TAU S ARAN

Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata mengandung abstraksi terhadap kurikulum merdeka belajar. Di antara astraksi tersebut, adalah adanya kebebasan be l a j a r , kolaborasi, bersifat global, dan bersinergi dengan dunia industri. Kebebasan belajar terdapat pada kebebasan untuk bermain catur yang tidak membatasi jenis kelamin. Ma r y a m a h yang berjenis kelamin pada akhirnya diperbolehkan untuk belajar, dan bertanding catur.

Bentuk kolaborasi ditunjukkan dari kerjasama yang dilakukan oleh rekan -rekan Maryamah ketika menyiapkan pertandingan catur. Berbagi bidang yang dimilik i , d i k e r a h k a n untuk membantu Maryamah. Alhasil, ini memberikan kesuksesan kepada Maryam a h y a n g m e n a n g bertanding catur melawan mantan suaminya, Matarom. Kerjasama internasional p u n t e r l i h a t dari kehadiran seorang atlet internasional yang membimbing Maryamah menjadi seorang juar a catur. Begitu juga dengan sinergi dengan dunia industri. Dijadikannya warung kopi sebagai tempat ajang lomba catur adalah bentuk yang inisiatif dalam meningkatkan bisnis jual kopi. Keempat bentuk itu adalah sebuah abtaraksi dari implemantasi kurikulum merdeka belajar.

D A FTAR P USTAKA

Arifin. 2022. Kurikulum dan Implementasi Pembelajaran di Masa Pandemi covid-19: Tantangan dan Peluang Menuju Program Merdeka Belajar. Jurnal Education adn Development , V o l 10 No 1, pp 279—284, Jan 2020.

(6)

209

PROCEEDINGS

Barthes, Roland. 2004. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa. Diterjemahkan ol e h I k r a m u l l a h Mahyuddin. Yogyakarta: Jalasutra. 2007. Petualangan Semiologi. Wening Udasmoro (Editor). Yogakarta: Pustaka Pelajar.

Damono, Sapardi Djoko. 2020. Sosiologi Sastra. Jakarta: Gramedia.

Kurniawan, Eva Dwi. 2022. Eksistensi Hasrat Seksual Jean Paul Sarte dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak. Basastra Vo. 11 No1. pp 78—92.

https://doi.org/10.24114/bss.v11i1.33530

Tanpa penulis. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Ja k ar t a: D i r j e n D i k t i Kemdikbud RI.

Ghafar, Mohamad Najib Abdul. 2010. Pembangunan Organisasi Pendidikan. Johor: UTM Press.

Hirata, Andrea. 2016. Cinta di Dalam Gelas. Cetakan kedelapan. Yogyakarta: Bentang.

Idrus, Ali. 2009. Manajemen Pendidikan Global: Visi, Aksi & Adaptasi. Jakarta: Referensi.

Yamin, Martinis & Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta: Referensi.

Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Referensi

Dokumen terkait

Data penelitian ini adalah novel Ayah karya Andrea Hirata, dengan masalah sosial yang meliputi kemiskinan, disorganisasi keluarga, konflik sosial, masalah generasi muda dalam