• Tidak ada hasil yang ditemukan

prodi d3 keperawatan - Repository Universitas Kusuma Husada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "prodi d3 keperawatan - Repository Universitas Kusuma Husada"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRODI D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

2020

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Cedera Kepala Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Istina Yuliani1, Mellia Silvy2, Maula Ma’ratus3

1Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2Dosen Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email penulis: yulianiistina@yahoo,com Abstrak

Cedera kepala merupakan luka di kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala bisa menimbulkan berbagai kondisi mulai dari gagar otak ringan, koma, sampai kematian.

Klasifiklasi cedera kepala dibagi menjadi 3 macam yaitu, cedera kepala ringan (GCS 14-15), cedera kepala sedang (GCS 9-13), cedera kepala berat (GCS 3-8). Tanda dan gejala cedera kepala adalah penurunan kesadaran. Pasien mengalami penurunan saturasi oksigen dan penurunan kesadaran sehingga perlu dilakukan tindakan pemberian oksigen masker sederhana dan head up 30˚. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan satu pasien sebagai obyek penelitian. Hasil penelian pada pasien cedera kepala sedang dilakukan posisi head up 30 ˚dan pemberian oksigen masker sederhana dari pasien awal masuk di IGD sampai pasien dipindahkan keruang perawatan menunjukan hasil peningkatan saturasi oksigen respiratory rate normal, hemodinamik stabil, tingkat kesadaran tidak berubah 9

Kata kunci: cedera kepala, head up 30˚, masker sederhana

(2)

PENDAHULUAN

Cedera kepala menjadi permasalahan kesehatan global karena menyebabkan kematian, disabilitas, dan defisit mental.

WHO 2016 (World Health Organization) melaporkan setiap tahun sekitar 1,2 juta orang meninggal dengan diagnosa cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas, dan jutaan lainnya terluka atau cacat. Cedera kepala merupakan penyebab kematian di usia produktif khususnya di negara berkembang (Miranda,2014). Dengan rasio 344 per 100.000 di Benua Asia. Oleh karena itu diperkirakan cedera kepala akan melampaui banyak penyakit lain sebagai penyebab utama kematian (Rosyidi,2019).

Cedera otak traumatis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika Serikat. Cedera kepala berkontribusi sekitar 30% dari semua kematian akibat kecelakaan. Setiap hari, 153 orang di Amerika Serikat meninggal karena cedera yang termasuk cedera kepala (CDC) tahun 2019. Sementara di Indonesia cedera kepala mencapai 11,9 % dari keseluruhan penduduk yang mengalami cedera setahun terakhir (Riskesdas) tahun 2018. Provinsi Jawa Tengah sendiri angka kejadian cedera kepala 10,2% dari keseluruhan cedera kepala yang terjadi di Indonesia.

Cedera kepala bisa menyebabkan manifestasi klinik yang berbeda di setiap kasus. Hal tersebut disebabkan berat ringannya cedera. Berat ringannya cedera ditentukan mekanisme pada saat cedera terjadi. Yang sering muncul pada cedera kepala diantaranya kontusio serebri, perdarahan di epidural, subdural, arachnoid, perdarahan intracranial. Untuk mengetahui berat ringannya cedera bisa dilakukan dengan pemeriksaan awal, sehingga dapat diketahui tingkat

penurunan kesadaran (Sjamsuhidajat, 2010).

Pemeriksaan awal yang dilakukan pasien dengan cedera kepala dapat menggunakan Glasgow coma scale (GCS).

Glasgow coma scale merupakan sistem penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran.

Pemeriksaan GCS meliputi perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis. GCS digunakam sebagai instrument standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma kepala. Terjadinya trauma atau cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga dapat terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan secara tepat pada pasien cedera kepala (Black & Hawks, 2009).

Pengelolaan cedera kepala yang tepat dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder.

Metode dasar dalam melakukan proteksi otak dilakukan dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat.

Terdapat banyak tindakan yang dapat dilakukan salah satunya dengan oksigen masker atau elevasi kepala 30˚ (Safrizal, Saanin, Bachtiar, 2013).

METODE

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu 1 pasien yang mengalami cedera kepala dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan posisi head up 30 ˚ di ruang IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fokus studi dalam studi kasus ini adalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien cedera kepala.

(3)

Pengambilan kasus pada Karya Tulis Ilmiah di ruang IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tangga 17-22 Februari 2020. Lama waktu yang digunakan satu pasien yaitu sejak pasien masuk rumah sakit sampai dipindahkan. Metode yang digunakan,wawancara,observasi,pemeriksa an fisik, studi dokumentasi.

HASIL

Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, pasien bernama Tn. M, usia 47 tahun.

RR: 28X/menit, terdapat penggunaan otot bantu napas, Spo2 awal : 86%, napas dangkal dan cepat. Circulation: Tekanan darah 110/ 60 mmHg, nadi : 64x/ menit, CRT > 3 detik, akral dingin, warna kulit pucat. Disability: tingkat kesadaran pada saat pasien datang delirium dengan GCS E2 M4 V3 ukuran pupil tidak sama kanan 7 mm kiri 2 mm, reflek terhadap cahaya kanan: – kiri: +. Exposure : terdapat edema pada maat kanan, hidung, pipi sebelah kanan, tulang mastoid kanan, terdapat luka robek di kepala dengan diameter 2x2 cm tekanan darah : 110/60 mmHg, heart rate:

61 x/menit, irama teratur, kekuatan : lemah, respirasi : 28x/ menit irama: tidak teratur, dangkal, cepat, suhu 36, 5˚C keadaan umum: lemah, kesadaran:

delirium dengan GCS E2V4M3 Spo2:

86%

Berdasarkan data fokus tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan faktor resiko cedera kepala ditandai dengan penurunan GCS, E2 M4 V3 pupil anisokor reflek terhadap cahaya ka/ki -/+. Oleh karena itu penulis menegakan diagnosa risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) dibuktikan dengan faktor risiko cedera kepala.

Diagnosa yang utama yang ditegakkan penulis yaitu risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) dibuktikan dengan faktor risiko cedera kepala, tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai setelah tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan masalah risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) dibuktikan dengan faktor risiko cedera kepala dapat teratasi dengan kriteria hasil: tingkat kesadaran meningkat, reaksi pupil sedang, komunikasi meningkat.

Intervensi yang dilakukan berdasarkan Standard Intervensi Keperawatan Indonesia antara lain: monitor TTV, beri posisi 30 ˚ kepala pasien, monitor batuk dan reflek muntah, monitor tingkat kesadaran, monitor status pernpasan, monitor tingkat orientasi

Tabel 1. Saturasi Oksigen Aspek yang

dinilai

Hari/ Tanggal Pre Post

SPo2 18 Februari

2020

86% 98%

PEMBAHASAN

Dilakukan pemasangan oksigen masker sederhana 8 liter per menit dan head up 30˚

pada jam 14.30. Didapatkan hasil pada 30 menit pertama S : -, O: Pasien memejamkan mata dan menitihkan air mata, tekanan darah : 120/80 mmHg, heart rate : 88, respiratory rate : 24 kali per menit, Spo2: 94%, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, suhu: 36, 5˚C, GCS: 9.

30 menit kedua didapatkan hasil S : -, O:

Pasien memejamkan mata, tekanan darah : 120/80 mmHg, heart rate : 90, respiratory rate : 22 kali per menit, Spo2: 94%, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, suhu: 36, 5˚C, GCS: 9. 30 menit ketiga didapatkan hasil S : -, O: Pasien memejamkan mata,

(4)

tekanan darah : 110/70 mmHg, heart rate : 87, respiratory rate : 22 kali per menit, Spo2: 96%, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, suhu: 36, 5˚C, GCS: 9 Evaluasi 30 menit ke empat didapatkan hasil S : -, O: Pasien memejamkan mata, tekanan darah : 112/78 mmHg, heart rate : 99, respiratory rate : 22 kali per menit, Spo2: 98%, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, suhu: 36, 5˚C, GCS: 9.

KESIMPULAN

Berdasarkan data diatas setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan dilakukan posisi head up 30 ˚dan pemberian oksigen masker sederhana dari pasien awal masuk di IGD sampai pasien dipindahkan keruang perawatan menunjukan hasil peningkatan saturasi oksigen respiratory rate normal, hemodinamik stabil, tingkat kesadaran tidak berubah 9. Karena tujuan utama dari penangan pada pasien cedera kepala adalah mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder.

SARAN

Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah secara langsung mengamati lebih dekat perkembangan status kesehatan pasien:

Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di kampus Universitas Kusuma Husada Surakarta Prodi D-III Keperawatan khususnya pada

keperawatan gawat darurat terutama pada pembelajaran tentang asuhan keperawatan gawat darurat.

Bagi Rumah sakit :Diharapkan rumah sakit dapat memberikan penangan gawat darurat yang lebih cepat dan tepat kepada pasien-pasien yang mengalami kegawat daruratan.

Bagi Perawat: Diharapkan bagi perawat- perawat yang berada di Instalasi Gawat Darurat yang melakukan tindakan keperawatan darurat bisa lebih memperhatikan dan menekankan perawatan secara tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi. (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jakarta: EGC

Arifin dan Ajid Risdianto. (2013). Cedera Kepala. Jakarta : Sagung Seto

Black.J.M & Hawks. J. H. (2009).

Medical-Surgical Nursing : Clinical Management For Positive Outcome.

(7 th edition), St Louis, Elsivier Saunders.

Burnner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2 Jakarta:

EGC

Fadhillah. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

(5)

Fadhillah. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

Fadhillah. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

Gumilang. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Empat Hanley dan Belfus. (2012). Panduan Belajar keperawatan Emergensi.

Diterjemahkan oleh: Hartono, Andri.

Jakarta: EGC

Huda Nuh. (2015). Efektifitas Elevasi Kepala 30˚ Dalam Meningkatkan Perfusi Serebral Pada Pasien Trepanasi di Rumah Sakit Mitra Surabaya. Vol 1 pp 1137-1144

Miranda.,(2014) Gambaran Hasil CT Scan Truma Kepala di BLU RSUP Prof.

Dr. Kondou Manado Periode 2012- 2013

Munuz Venturelli et al. Trial. (2015).

Head Position in Stroke Trial (Headpost) sittng-up us lying flat postioning of patient with acute stroke : study protocol for cluer randomisted controlled trial. DOI 10.1186/S13063- 015-0767. Biomed Centarl .Search.proquest.com

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan Nanda NIC NOC.

Yogyakarta: Nuha Medika

Muttaqin Arif . (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Karanganyar:

Salemba Medika

Notoatmojo, S. (2012). Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta Padila. (2012). Buku Ajar: Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta: Nuha Medika

Pertami Sumirah Budi, Sulastyawati &

Putut Amani. (2017). Effect Of 30°

Head-Up Position On Intracranial Pressure Change In Patients With Head Injury In

Surgical Ward Of General Hospital Of Dr. R. Soedarsono Pasuruan. Vol 3 Ed 3 pp. 89-95

Rendy M Clevo dan TH Margareth.

(2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.

Yogyakarta: Nuha Medika

Rosyidi Rohadi Muhammad et all (2019) Toward Zero Mortality In Acute Epidural Hematoma: A Review In 268 Case Problems And Challenges In Developing Country Vol .17 No. 12- 18

Safrizal, Saanin, & Bahtiar.(2013) Hubungan Oxygen Delivery Dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unand/RSUP Dr.

M. Jamil Padang

Saryonno dan Anggriyana Tri Widianti.

(2010). Kebutuhan Dasar Manusia.

Yogyakarta: Nuha Media

Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik

Penulisan Riset

Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu

Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC

Smettzer, Suzanne C. (2014).

Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Suddarth Ed 12. Jakarta: EGC

(6)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V. Wiratna. (2014) . Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah dipahami . Yogyakarta:

Pustaka Baru Press

Suwandewi Alit., (2017). Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Sedang di RSUD. Vol 1 No. 1 Ulya Ikhada dkk. (2017). Buku Ajar

Keperawatan Gawat Darurat Truama.

Surakarta: Salemba Empat

Referensi

Dokumen terkait

Mobile cloud applications move the computing power and data storage away from mobile phones and into the cloud, bringing applications and mobile computing to not just Smartphone users