• Tidak ada hasil yang ditemukan

AMAN DAN NYAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "AMAN DAN NYAMAN "

Copied!
224
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penatalaksanaan pasien meningioma dengan terapi farmakologi dengan kortikosteroid dan pembedahan, sedangkan terapi non farmakologi yang dapat diberikan pada pasien meningioma untuk mengurangi nyeri, salah satunya adalah relaksasi otot progresif yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan secara tidak langsung menghilangkan nyeri ( Sholehati & Rustina, 2015). Menurut Setyoada & Kushariyada (2011), relaksasi otot progresif merupakan terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh perawat dalam proses pemberian asuhan keperawatan dan dapat dilakukan oleh pasien yang mengalami sakit kepala, gangguan tidur, stress, cemas, leher dan punggung atas. otot. rasa sakit dan turun, dan. Relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang menggabungkan latihan pernapasan dalam dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Kustanti & Widodo, 2008 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Prinsip yang mendasari relaksasi otot progresif dalam pendekatan pikiran tubuh adalah segala sesuatu yang melemaskan otot dan pikiran kita. Meregangkan dan mengendurkan setiap kelompok otot secara bersamaan menghasilkan relaksasi otot progresif di seluruh tubuh, yang menenangkan pikiran dengan meregangkan setiap kelompok otot selama lima detik dan memusatkan perhatian. Setelah dilakukan relaksasi otot progresif (ROP) selama  15 menit sehari sekali selama 3 hari terjadi penurunan nyeri, dimana pasien mengalami penurunan nyeri, jumlah responden nyeri kepala ringan sebanyak 18 orang, nyeri sedang sebanyak 17 orang. , dan 1 orang dengan nyeri hebat.

Hasil yang diperoleh dari Progressive Muscle Relaxation (ROP) lebih efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien meningioma dengan sakit kepala. Moewardi Surakarta menyampaikan bahwa penerapan teknik relaksasi otot progresif belum diterapkan oleh perawat di ruangan untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien meningioma, sehingga fenomena tersebut menarik penulis untuk menyusun “Makalah Ilmiah tentang Manajemen Asuhan Keperawatan Pasien Meningioma di RS. Memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman (nyeri) dengan memberikan relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri kepala pasien di ruang Flamboyan 10 RS Dr.

Rumusan Masalah

Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat di poliklinik penyakit dalam, Dr.

Tujuan Penulisan

Manfaat Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

TinjaunTeori

  • Konsep Meningioma
  • Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Meningioma
  • Konsep Nyeri
  • Konsep Relaksasi Otot Progresif

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

METODOLOGI STUDI KASUS

  • Rancangan Studi Kasus
  • Subjek Studi Kasus
  • Fokus Studi Kasus
  • Definisi Operasional
  • Tempat dan Waktu Pengambilan Studi Kasus
  • Pengumpulan Data
  • Penyajian Data
  • Etika Studi Kasus

Apakah hal ini dapat mengurangi sakit kepala pada pasien meningioma diukur selama tiga hari pengobatan sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif. Pukul 45 WIB menganjurkan pemantauan nyeri secara mandiri, respon subyektif : pasien mengatakan bila timbul nyeri maka akan menerapkan relaksasi otot progresif yang dipelajari, respon obyektif : pasien nampaknya menerima anjuran perawat dengan baik. Pada bab ini penulis membahas tentang pemberian terapi relaksasi otot progresif pada Ny.

Perencanaan terapi pemberian relaksasi otot progresif yang dilakukan pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut dapat menurunkan nyeri kepala. Nah dari beberapa teknik non farmakologi untuk meredakan nyeri, salah satunya adalah teknik relaksasi otot progresif yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri. Setelah pasien mengetahui bahwa relaksasi otot progresif dapat mengurangi sakit kepala, maka pasien akan diajarkan teknik relaksasi otot progresif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikrima Rahmansari (2015) teknik non farmakologi diantaranya relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri kepala pada RSUD Dr. Edukasi pasien bahwa teknik non-farmakologis dapat mengurangi sakit kepala, termasuk relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif yang dilakukan selama 30 menit akan menurunkan sekresi CRH (corticotropin-releasing hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone) di hipotalamus.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikrima Rahmansari (2015) relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri kepala pada RSUD Dr. Masalah nyeri kronis pada pasien belum teratasi karena relaksasi otot progresif tidak menghilangkan sakit kepala, namun teknik ini mengurangi sakit kepala pada pasien. Perencanaan: Lanjutkan intervensi keperawatan setiap hari, identifikasi nyeri pasien (P,Q,R,S,T), berikan terapi relaksasi otot progresif, rekomendasikan.

Moewardi Surakarta dengan menerapkan hasil studi kasus pemberian relaksasi otot progresif sebagai upaya menurunkan intensitas nyeri pada pasien. Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Wijaya Kusuma RSUD DR. Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Wijaya Kusuma RSUD DR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Studi Kasus

  • Gambaran Lokasi Pengambilan Data
  • Gambaran Subjek Studi
  • Pemaparan Hasil Fokus Studi Kasus

Pengkajian Keperawatan

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien mencari pertolongan medis biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan adanya gangguan fokal seperti sakit kepala hebat, muntah, kejang dan penurunan kesadaran. Penilaian psikologis klien dengan tumor meningioma mencakup beberapa dimensi yang memungkinkan perawat memperoleh gambaran yang jelas tentang status emosional, kognitif, dan perilaku. Saat menilai pola persepsi dan citra diri, klien merasa tidak berdaya, putus asa, mudah tersinggung, dan tidak kooperatif.

Pada klien dengan tumor meningioma yang tidak menekan saraf ini, tidak terdapat kelainan pada fungsi penciuman. Adanya kelumpuhan saraf IV unilateral atau bilateral bermanifestasi sebagai tanda tumor meningioma. Pada kasus tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminal, tidak ada kelainan pada fungsi saraf tersebut; neurolemma yang mengganggu saraf ini akan mengakibatkan kelumpuhan wajah unilateral.

Sakit kepala yang berhubungan dengan meningioma disebabkan oleh traksi dan perpindahan struktur sensitif nyeri di rongga otak. Lokasi sakit kepala sangat penting karena sepertiga dari sakit kepala ini terjadi di lokasi tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat atau di atas tumor.

Diagnosa Keperawatan

Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, yang dimanifestasikan oleh ketidakmampuan mandi, berpakaian, makan, ke toilet dan merias wajah secara mandiri.

Intervensi Keperawatan

Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (misalnya TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, guide imagery, kompres panas/dingin, terapi bermain).

Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan  No  Diagnosa
Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan No Diagnosa

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

  • Pembahasan
    • Pengkajian Keperawatan
    • Diagnosa Keperawatan
    • Intervensi Keperawatan
    • Implementasi Keperawatan
    • Evaluasi Keperawatan

Latihan relaksasi otot progresif merupakan gabungan antara latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi dan relaksasi kelompok otot (Indrawati dan Andriyati, 2018). Fokus studi kasus ini adalah mendeskripsikan intensitas nyeri sebelum dan sesudah penggunaan relaksasi otot progresif untuk menurunkan intensitas nyeri kepala pada pasien meningioma. Penelitian ini menggunakan observasi nyeri numerikal rating scale (NRS) sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif untuk mengendalikan nyeri kepala pada pasien meningioma.

Edukasinya adalah menjelaskan strategi pereda nyeri dan mengajarkan teknik non farmakologi terapi relaksasi otot progresif, serta menyarankan pemantauan nyeri secara mandiri. Perencanaan : melanjutkan intervensi keperawatan, mengidentifikasi nyeri pada pasien (P, Q, R, S, T), memberikan terapi relaksasi otot progresif, menyarankan pemantauan nyeri secara mandiri, mengidentifikasi riwayat alergi obat, memantau tanda-tanda vital dan. Relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang memfokuskan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan cara mengidentifikasi otot-otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan tersebut hingga mencapai perasaan rileks (Gagliese, 2005).

Pada terapi relaksasi otot progresif, gerakan relaksasi otot progresif yang diberikan kepada pasien terdiri dari 15 fase yang dilakukan 1 kali per hari selama 3 hari selama  30 menit. Pemberian ini tidak dianjurkan dalam posisi berdiri, karena semua gerakan relaksasi otot progresif dilakukan dalam posisi setengah duduk dan berbaring. Jadi dengan relaksasi otot progresif tenang, rileks dan penuh konsentrasi (relaksasi mendalam).

Hasil evaluasi setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada pasien meningioma dengan diagnosa keperawatan nyeri kronik b.d. infiltrasi tumor (D.0078) yang dilakukan selama 4 hari menunjukkan penurunan tingkat nyeri pada pasien. Diharapkan hal ini menjadi masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan pada pasien meningioma dalam pemberian terapi non farmakologi yaitu relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri kronik pada pasien. Diharapkan mampu menambah pengetahuan pasien meningioma dengan keluhan sakit kepala tentang cara mengendalikan nyeri dan menerapkan terapi non farmakologi yaitu relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri secara mandiri.

Gambar 2. 1 Skala Analog Visual (VAS)
Gambar 2. 1 Skala Analog Visual (VAS)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Penelitian PQRST memperoleh hasil P = penyebab sakit kepala yang muncul ketika pasien bekerja terlalu keras, Q = kualitas nyeri yang terasa seperti pukulan benda tumpul, R =. S tampak memegang bagian belakang kepala bagian kanan berusaha melindungi bagian belakang kepalanya, meringis kesakitan dan menahan sakit kepala, tampak gelisah akibat munculnya sakit kepala tersebut, tampak fokus pada dirinya sendiri. Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus Ny.S adalah nyeri kronik (D.0078) berhubungan dengan infiltrasi tumor, dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, pasien memegang kepala, pasien meringis kesakitan, pasien tampak gelisah, pasien tampak fokus pada dirinya sendiri, pola tidur sebelum sakit 7 jam, sedangkan saat sakit mengalami penurunan kebutuhan tidur menjadi 4 jam.

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien harus mengatasi masalah nyeri kronis yang berhubungan dengan infiltrasi tumor, antara lain: Rencana pertama adalah manajemen nyeri (I.08238) dan rencana kedua adalah pemberian analgesik (I.08243). Rencana keperawatan manajemen nyeri yang pertama (I.08238) meliputi observasi yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, jumlah, intensitas, skala nyeri. Rencana keperawatan kedua pemberian analgesik (I.08243) meliputi observasi, identifikasi riwayat alergi, pemantauan tanda vital sebelum dan sesudah.

Pelaksanaan asuhan keperawatan selama empat hari penatalaksanaan sudah sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun penulis. Skor yang diperoleh pada hari keempat, Minggu tanggal 22 Februari 2020 pukul 14.00 WIB yaitu Subjektif : keluhan pasien berkurang, pasien mengatakan nyeri menurun dari skala 5 menjadi 3. Tujuan : meringis, sikap protektif, gelisah, diri sendiri -fokus mulai menurun, pasien tampak lebih rileks, nyaman dan aman, pola tidur malam 6 jam.

Penilaian : masalah nyeri pasien tidak teratasi, keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, cemas, sulit tidur, berkurangnya fokus pada diri sendiri.

SARAN

  • Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
  • Bagi Institusi Pendidikan
  • Bagi Pasien
  • Bagi Peneliti Selanjutnya

Tersedia di: http://www.abta.org/brain-tumor-information/types-of-tumors/meningioma.html [Diakses 11 November 2019]. Pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi di RS Dustira Cimahi. Pemberdayaan lansia melalui kegiatan relaksasi otot progresif untuk menurunkan nyeri kepala dan tekanan darah di Panti Jompo Pangesti Desa Kalirejo Kec.

Manajemen nyeri pasca operasi: pedoman praktik klinis dari American Society of Pain, American Society of Regional Anesthesia and Pain Medicine, dan Committee on Regional Anesthesia, Komite Eksekutif, dan Dewan Direksi American Society of Anesthesiologists. Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes tipe 2 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Potter, P.A., Perry, A.G., 2005, Dasar Pengajaran Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek, Edisi 4, Volume 2, Tafsir: Renata Komalasari, dkk, EGC, Jakarta.

Pengaruh terapi relaksasi autogenous terhadap tingkat nyeri akut pada pasien nyeri perut IGD RS.

Gambar

Tabel 2.1 klasifikasi meningioma menurut WHO, 2017
Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan  No  Diagnosa
Gambar 2. 1 Skala Analog Visual (VAS)
Gambar 2.3 Skala Face Pain Rating Scale
+7

Referensi

Dokumen terkait

xii PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021 HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN MOTIVASI