• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS TANAMAN NILAM (PogestemoncablinBenth) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA BONE-BONE KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGPROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "PRODUKTIVITAS TANAMAN NILAM (PogestemoncablinBenth) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA BONE-BONE KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGPROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Produktivitas tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) di hutan rakyat di Desa Bone-Bone, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Produktivitas Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) di Hutan Rakyat Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang dibimbing oleh Hikmah dan Muhammad Daud.

Latar Belakang

Minyak nilam merupakan salah satu hasil perkebunan yang terkenal di Desa Bone-Bone, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Selain kopi Arabika, tanaman nilam menjadi komoditas andalan masyarakat Desa Bone-Bone. Tanaman nilam di. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi tanaman nilam, produktivitas tanaman nilam, minyak nilam dan rendemen minyak nilam (Pogestemon cablin Benth) di hutan rakyat di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

Rumusan Masalah

Ketiga daerah ini dinilai menghasilkan minyak nilam berkualitas karena tumbuh di daerah yang tidak banyak terkena polusi udara. Hasil minyak nilam ini dipasarkan ke luar negeri. Desa Bone-bone yang letaknya diatas permukaan laut 1500 m/dpl telah ditetapkan peraturan desa (Perdes) no. 1 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Tujuan Penelitan

Manfaat Penelitian

Hutan Rakyat

6 Manfaat pembangunan hutan kemasyarakatan adalah peningkatan pendapatan petani pedesaan terutama pada lahan kritis, peningkatan pengelolaan air dan lingkungan pada lahan masyarakat, pemanfaatan lahan tidak produktif secara optimal untuk pertanian musiman dan tahunan, serta peningkatan produktivitas lahan kritis atau lahan yang tidak produktif. produktif secara optimal dan berkelanjutan.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

7 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan memanfaatkan dan membudidayakan hasil hutan bukan kayu tanpa merusak lingkungan hidup dan tanpa mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 13 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Tanaman nilam merupakan tanaman perdu yang tingginya dapat mencapai lebih dari 1 meter. Akar tanaman nilam merupakan akar serabut yang bersifat aromatik dan tumbuh di dalam tanah. Akar sekunder tanaman nilam dewasa memanjang sekitar 20-30 cm di bawah permukaan tanah. permukaan tanah Tanaman nilam yang berasal dari perbanyakan vegetatif (stek) biasanya mempunyai akar serabut yang lebih kuat agar dapat berdiri tegak dan kuat (Firmanto, 2009). Sistem percabangan tanaman nilam bertingkat mengelilingi batang, biasanya 3 – 5 cabang per tingkat dan banyak cabang. Tinggi tanaman nilam bisa mencapai lebih dari 1 meter dengan radius cabang kurang lebih 60 cm jika tanaman sudah berumur 6 bulan. Daun tanaman nilam berbentuk lonjong hingga elips dan menyerupai hati. Ukuran daun ini sekitar 5-10 cm.

Tanaman nilam jarang berbunga, kalaupun ditanam diperkirakan belum akan berbuah karena kandungan minyak atsirinya berkurang. Bunga tanaman nilam tumbuh di ujung tangkai, bergerombol dan mempunyai ciri khas warna ungu kemerahan, panjang batang bunga antara 2-8 cm dan diameter antara 1-15 cm dengan mahkota berbentuk tabung berukuran 8 cm. berukuran mm. dengan pisau dan dua kepala putik. Buah atau bijinya berbentuk polong berjumlah 4 dan berukuran kecil. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penting penghasil minyak atsiri, menyumbang lebih dari 50% devisa negara terhadap total ekspor minyak atsiri Indonesia.

Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies, yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hortensis dan Pogostemon heyneanus.

Minyak Nilam

Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran senyawa kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta berbagai senyawa kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S), ( Bulan, 2004 ) ). Secara umum komponen kimia minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen dan turunannya yang mudah menguap dan diperoleh dari tumbuhan melalui penyulingan uap yang mengandung oksigen yang disebut terpen atau terpenoid. Terpen adalah senyawa hidrogen tak jenuh dan satuan terkecil molekulnya disebut isoprena (Guenther, 1987). Tanaman nilam menghasilkan minyak nilam melalui proses penyulingan dan termasuk dalam salah satu jenis minyak atsiri yang dibutuhkan masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sulit menguap dibandingkan minyak atsiri lainnya.

Larut dalam alkohol. Minyaknya bisa dicampur dengan minyak esensial lainnya. Minyak nilam terdiri dari campuran senyawa terpene dengan alkohol, aldehida dan ester yang memberikan bau khas, misalnya alkohol nilam. Patchouli alkohol merupakan senyawa penentu aroma minyak nilam dan merupakan komponen terbesar yaitu Ki. Norpachulenol, yang ditemukan dalam jumlah kecil, memberi aroma pada minyak nilam. Alkohol nilam merupakan alkohol seskuiterpen yang dapat diisolasi dari minyak nilam, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik lainnya, memiliki titik didih 140 °C pada tekanan 8 mHg. Kristal yang dihasilkan memiliki sifat titik leleh 56oC. Industri minyak nilam memanfaatkannya sebagai bahan fiksatif yang hingga saat ini belum dapat digantikan oleh minyak lain.

Minyak nilam terdiri daripada komponen dengan takat didih yang tinggi dan oleh itu sangat baik digunakan sebagai pengikat dalam industri minyak wangi dan boleh membentuk aroma yang harmoni. Pengikat ialah sebatian yang mempunyai kapasiti penyejatan yang lebih rendah atau titik wap yang lebih tinggi daripada pewangi supaya kadar penyejatan wangian dapat dikurangkan atau dihalang. Penambahan bahan pengikat dalam minyak wangi bertujuan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penyejatan wangian terlalu cepat supaya aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama (Subroto, 2007).

Produktivitas

Kedua, produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental yang selalu berusaha dan berpandangan bahwa kualitas hidup hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik. Ketiga, produktivitas merupakan interaksi yang timbul secara harmonis dari tiga faktor esensial yaitu investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta manajemen tenaga kerja, sedangkan Hani Handoko (1984) mengatakan produktivitas adalah perbandingan input terhadap output suatu sistem produksi.

Kerangka Pikir

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Metode Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara terhadap responden di Desa Bone-bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang terlibat langsung dalam proses produktivitas tanaman nilam. Data sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari laporan kantor desa dan kecamatan, serta dari instansi terkait Dinas Kehutanan dan pusat statistik untuk memperoleh informasi seperti data sosial ekonomi penduduk dan kondisi umum lokasi.

Analisis Data

Metode Sensus merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara mendata seluruh petani yang memanfaatkan tanaman nilam untuk diolah menjadi minyak nilam. 21 PNSP: Produksi tanaman nilam Sekali panen (kg/satu kali panen) Fp: Frekuensi panen selama setahun (kali per tahun) b. PtN: Produktivitas tanaman nilam (kg/ha per tahun) PN: Produksi tanaman nilam (kg per . tahun).

PMNSP: Produksi minyak nilam Satu kali panen (kg/satu kali panen) Fp: Frekuensi panen selama setahun (kali per tahun) d.

Sejarah Desa

Letak dan Luas Wilayah

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pepandungan - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Latimojong - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Luwu - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kendenan 4.4. Desa Bone-Bone merupakan salah satu dari 15 desa yang ada di Kecamatan Baraka, 18 km sebelah timur ibu kota Kabupaten Baraka. Desa Bone-Bone memiliki luas wilayah ±19.165 km². Iklim Desa Bone-Bone sama seperti desa-desa lain di Indonesia yang memiliki musim kemarau dan musim hujan. Hal ini berdampak langsung terhadap pola tanam di Desa Bone-Bone, Kecamatan Baraka.

Jumlah penduduk yang besar akan menjadi kekuatan/potensi pembangunan apabila mempunyai keterampilan sumber daya manusia. Komposisi rasio antara laki-laki dan perempuan hampir sama, dan pertumbuhan penduduk tahunan yang tidak stabil di satu sisi menjadi beban bagi pembangunan, karena ruang produktivitas masyarakat semakin berkurang, apalagi jika tidak dibarengi dengan pembangunan. peningkatan pendidikan. yang dapat menciptakan lapangan kerja. Tumbuhnya angkatan kerja yang memasuki dunia kerja, dimana angkatan kerja yang mencari pekerjaan tidak dapat terserap dalam kesempatan kerja yang tersedia, terutama dalam konteks hubungan kerja (bekerja di sektor publik atau di sektor swasta/perusahaan), karena kapasitas penyerapan sektor-sektor tersebut. Hal ini sangat terbatas sehingga sebagai “katup pengaman” harus mampu dikembangkan sebagai potensi atau peluang kerja yang terbuka lebar melalui wirausaha/wirausaha (sektor ekonomi informal).

Iklim

Kondisi Masyarakat

Terdapat sarana dan prasarana jalan berupa jalan raya (jalan beton) yaitu Poros yang menghubungkan Desa Bone-Bone dan Kendenan. Sarana dan prasarana sosial yang ada adalah: Sarana pendidikan berupa 2 buah sekolah, dan sarana kesehatan berupa 1 buah Pustu tetap dan 1 buah Posyandu, serta 2 buah masjid.

Penduduk

Tingkat Pendidikan

28 Berdasarkan tabel 3, tingkat pendidikan masyarakat di desa Bone-Bone tergolong tinggi karena jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak bersekolah.

Mata Pencaharian

29 tanaman padi ini disebut “pulu’ Mandoti” dan merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang. Selain menjadi petani, masyarakat di Desa Bone-Bone juga berprofesi sebagai pedagang dan PNS, walaupun jumlahnya masih sangat sedikit.

Kepemilikan Ternak

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa Desa Bone-Bone terdiri dari tiga desa, diantara ketiga desa tersebut, desa yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Dusun Buntu Billa, kemudian Dusun Bungin-Bungin, dan yang terkecil adalah Dusun Pendokesan yang mempunyai hampir separuh jumlah penduduk. penduduk Dusun Buntu Billa berdasarkan jumlah kelompok umur.

Tabel 6.Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/Lingkungan
Tabel 6.Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/Lingkungan

Identitas Responden

Umur Responden

Tingkat Pendidikan Responden

Luas lahan tidak menjamin banyaknya minyak nilam yang diperoleh petani nilam, namun bergantung pada perawatan dan pemurnian yang tepat.

Produksi Tanaman Nilam

Berdasarkan tabel 10 di atas terlihat bahwa responden dengan produksi tertinggi adalah Herman dengan produksi 870 kg sekali panen. Total produksi tanaman nilam dalam sekali panen sebanyak 5.590 kg dengan rata-rata 430 kg sekali panen. Berdasarkan Tabel 12 terlihat produksi minyak nilam di Desa Bone-bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang berkisar antara 4,8–.

Berdasarkan tabel 13 terlihat responden dengan produktivitas tertinggi adalah Suadi dengan produktivitas 114,28 kg/ha/tahun, dengan luas lahan 0,21 ha. Luas lahan tidak menjamin besarnya produksi yang akan diperoleh, semua tergantung dari cara perawatan tanaman nilam tersebut, jika tanaman tersebut dirawat dengan baik maka akan menghasilkan produksi yang baik pula. Responden yang memperoleh hasil produktivitas minyak nilam terendah adalah Amiruddin dengan produktivitas 48,43 kg/Ha/tahun, dengan luas lahan 0,32 Ha.

Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan kualitas minyak nilam, antara lain genetika (spesies), kultivar, lingkungan, panen dan pasca panen.

Tabel 10. Produksi Tanaman Nilam  No
Tabel 10. Produksi Tanaman Nilam No

Kesimpulan

Saran

Stagnasi pengembangan minyak atsiri Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar “Kewirausahaan Minyak Atsiri Hutan Indonesia”. Fakultas Kehutanan Ipb Darmaga Bogor, 23 Mei 2000.

Gambar

Gambar  1.Kerangka  Pikir  Penelitian  ProduktivitasTanaman  Nilam  (Pogestemon  cabin  Benth)  Pada  Hutan  Rakyat  di  Desa  Bone-bone  Kecamatan  Baraka Kabupaten Enrekang
Tabel 1. Sarana / Prasarana Desa
Tabel 3. Tingkat Pendidikan
Tabel 4. Mata Pencaharian
+7

Referensi

Garis besar