Menyadari betapa pentingnya hak-hak anak, maka Indonesia sebagai negara hukum mengamanatkan dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 bahwa hak-hak anak adalah sebagai berikut: Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang13, hak untuk mempunyai nama14. Penjelasan beberapa peraturan di atas sangat menunjukkan bahwa orang tualah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya hak-hak anak.
Jumlah Pengaduan Kasus Pelanggaran Hak Anak
40 Ardito Ramahan, Kompas.com, Laporan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan yang meningkat dalam 3 tahun terakhir, tersedia pada Jumat 9 Agustus 2022. 41 Ardito Ramahan, Kompas.com, Laporan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan meningkat dalam 3 tahun terakhir, diakses pada Jumat 9 Agustus 2022.
Pemenuhan Nafkah Anak
Selain itu peneliti memperoleh data sepuluh orang anak yang diberi rezeki oleh bapaknya yang rezekinya tidak mencukupi sama sekali.Data awal peneliti menunjukkan bahwa 6 orang anak yang diberi rata-rata seratus ribu rupee per bulan, 2 orang anak diberi rata-rata dua ratus ribu per bulan dan 2 orang anak diberi 300 ribu per bulan. Berdasarkan kedua data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat 20 anak yang tidak memiliki asuransi, 6 anak dengan asuransi sangat miskin dan 4 anak dengan asuransi buruk dan tidak ada satupun anak yang mendapat dukungan yang cukup dari ayahnya.
Jumlah Nafkah Yang diberikan
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian makan dan pendidikan kepada anak sangat kurang dibandingkan dengan rata-rata biaya makan dan sekolah anak setiap bulannya yang mencapai 750.000 per bulan. Jika dihitung secara persentase, orang tua hanya memenuhi persentase tertentu saja. persentase dari total kebutuhan bulanan mereka. Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan hipotesis yang menunjukkan bahwa perlindungan hukum terhadap hak penghidupan dan pendidikan anak asal Lombok Barat sangat tidak efektif.
Pemenuhan Nafkah
Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi pemenuhan hak penghidupan dan pendidikan anak korban perceraian di Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. Bagaimana alternatif solusi terhadap faktor penghambat terpenuhinya hak penghidupan dan pendidikan anak korban perceraian di Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB.
Tujuan Penelitian
Apa saja faktor penghambat terwujudnya hak penghidupan dan pendidikan anak korban perceraian di Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB? Untuk mengetahui alternatif pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan pemenuhan hak hidup dan pendidikan anak pasca perceraian di NTB.
Manfaat Penelitian
Orisinalitas
Penelitian yang dilakukan oleh Satrio Ageng Rahadi berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Perempuan Korban Eksploitasi Seksual”. Penelitian yang dilakukan oleh Salmah Novita Ishaq berjudul Perlindungan Hukum Anak Korban Kekerasan Seksual Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
Kerangka Teoritik dan Konseptual
Perlindungan hukum preventif dapat diwujudkan dengan membentuk peraturan, misalnya sebagai upaya pencegahan kekerasan dan penelantaran anak, pemerintah menerbitkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Perlindungan hukum di Indonesia diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, misalnya untuk perlindungan kerugian materil terhadap badan hukum pemerintah telah membentuk KUH Perdata, dalam KUH Perdata perlindungan tersebut diatur. Perlindungan hukum di Indonesia yang termasuk dalam undang-undang bentuknya berbeda-beda tergantung dari objek hukum yang dilindungi, misalnya perlindungan hukum terhadap konsumen, perlindungan hukum terhadap anak. Seperti contoh dibawah ini diperlihatkan kepada anak-anak tentang perlindungan anak.
Berdasarkan keterangan di atas, efektivitas hukum suatu negara diukur dalam tiga derajat. Pengertian anak Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No. 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 79 Pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No. 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Delapan tahun kemudian, pemerintah kembali mengingatkan seluruh orang tua akan kewajibannya melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan anak berhak mendapat perlindungan dari orang tua, keluarga dan masyarakat, serta negara95. Undang-undang ini dengan jelas menyatakan bahwa seseorang dapat dituntut lima tahun penjara dan denda paling banyak seratus juta.
Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang akan mengkaji secara mendalam realitas hukum yang terjadi di masyarakat100. Hasil penelitian ini akan mencerminkan bagaimana realitas hukumnya, sehingga terlihat dalam fakta hukum bagaimana sebenarnya pemenuhan hak-hak anak dilaksanakan setelah perceraian. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak korban perceraian, pasangan suami istri yang bercerai, kakek-nenek dari anak korban perceraian, informan dalam penelitian ini adalah aparatur daerah, kiai atau tokoh desa dan aparat penegak hukum di NTB dan narasumber dalam penelitian ini adalah pihak hukum. ahli di bidang hukum keluarga dan pidana.
Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang mendukung penelitian ini, data sekunder dari penelitian ini adalah data tentang lokasi penelitian dan data tentang perceraian di NTB. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, biasanya menggunakan analisis yang bertujuan untuk menemukan hubungan yang menjelaskan penyebab dari fakta sosial yang terjadi. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Jadwal Penelitian
- Kondisi Geografis
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 10 (Sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat tercatat sebanyak 685.161 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 335.111 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 350.050 jiwa. Jika melihat struktur penduduk Kabupaten Lombok Barat, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Pada tahun yang sama, wilayah Lombok Barat tercatat berjumlah 192.401 rumah tangga. Di Kabupaten Lombok Barat, data penduduk ini dijadikan bahan KPU untuk melakukan perbandingan dan sinkronisasi penyusunan daftar pemilih pemilu tahun 2019 di Kabupaten Lombok Barat. Penduduk wilayah Lombok Barat jika dilihat dari kebangsaannya dihuni oleh suku Sasak sebagai suku mayoritas, kemudian ada Samawa, Mbojo, Jawa, Sunda, Bugis dan lain-lain.
Perceraian di Kabupaten Lombok Barat
Data Perceraian di Indonesia
107 Bambang Eko Turisno dkk, Kelalaian dalam Implementasi Keputusan Penitipan Anak: Ancaman Terhadap Perlindungan Anak di Indonesia, International Journal of Criminal Justice Science Vol. 16, Edisi 2 (2021), halaman 288. Data tersebut menunjukkan angka perceraian akibat perselisihan dan pertengkaran paling tinggi dengan 279.205 kasus. Menyikapi hal tersebut, pemerintah Indonesia justru berupaya menekan angka perceraian dengan mengeluarkan berbagai peraturan, termasuk UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kumpulan Hukum Islam dan Pendidikan Pranikah109.
110 Yunitasari et al., Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Pencegahan Stunting pada Pasangan Pranikah di Bangkalan Madura, EurAsian Journal of Biosciences. Di Lombok Barat, angka perceraian masih tinggi, meski angka perceraian mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.
Data Perceraian di Lombok Barat
Implementasi Pemenuhan Hak Nafkah Dan Pendidikan Anak Korban Perceraian di Kabupaten Lombok Barat
Dalam sebuah wawancara, Arga mengaku belum pernah sekalipun menerima uang atau barang untuk menunjang makan dan minum maupun untuk pendidikan. Artinya: Aku tidak pernah diberi apa pun oleh ayahku, bahkan aku merasa tidak mempunyai ayah. Sepengetahuan kami, Syahril sampai saat ini belum pernah diberi apa-apa sehingga kini menjadi beban kakeknya.
Sejak bercerai, suami Zulhayati tidak pernah menjenguk anaknya, meski sang anak meninggal, ayahnya tidak pernah mengetahuinya. Sejak bercerai, ayah dari anak tersebut tidak pernah memberikan nafkah, apalagi biaya pendidikan, meski hanya seribu rupiah. Hulaifi mengaku tidak pernah menghidupi anaknya karena anak tersebut tinggal bersama ibunya, jika sering ke sana ia khawatir akan menimbulkan konflik dengan keluarga baru istrinya.
Faktor Penghambat Pemenuhan Hak nafkah dan Pendidikan Anak Korban Perceraian di Kabupaten
Berbeda dengan hubungan di atas, Edi Kurniawan mengatakan alasan dirinya tidak pernah menghidupi anak-anaknya adalah karena ada konflik dengan. Berbeda dengan beberapa faktor penghambat di atas, pernyataan Pak Syaoki saat dimintai keterangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan hak hidup dan pendidikan anak mengatakan bahwa salah satu kendala pemenuhan hak tersebut adalah kekecewaan laki-laki terhadap istrinya. yang berselingkuh dengan pria lain, seperti yang menimpa keluarga Baiq Zulhayati. Alternatif Solusi Mengatasi Masalah Pemenuhan Hak Penghidupan Pendidikan Anak Korban Perceraian di Kabupaten Lombok Barat.
Menurutnya, hal ini sangat efektif karena setelah dilakukan evaluasi terhadap empat pasangan yang meminta solusi atas permasalahan tersebut, terdapat 3 pasangan yang menyatakan bahwa suaminya mengikuti apa yang tertuang dalam perjanjian. Solusi berbeda ditawarkan KUA Batulayar, beliau menyatakan bahwa sebenarnya kewajiban nafkah melekat pada ayah, baik masih menikah atau bercerai, namun sebagian besar ayah sekarang tidak memperhatikan hal tersebut, menurutnya, ada dulunya. menjadi keresahan keluarga, karena ibu dari anak tersebut tidak mengizinkan bapaknya menjadi wali karena bapaknya tidak pernah menghidupi anaknya sejak mereka berpisah hingga saat ini. Bertentangan dengan pendapat di atas, Zainuddin, Kepala Dusun Penimbung Selatan, menyatakan bahwa permasalahan kelangsungan hidup ini akan teratasi jika masyarakat memiliki tertib administrasi, artinya setiap perceraian yang terjadi harus segera dilaporkan kepada bupati. penting karena manajer distrik tidak bisa berbuat apa-apa jika dia tidak tahu apa-apa.
Pembahasan
Data Pemenuhan Hak Nafkah Anak Korban Perceraian Dari 76 pasangan yang menjadi sampel terdapat 126
Pemnuhan Nafkah Oleh Orang Tua
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 45% anak yang tidak diberi nafkah oleh ayahnya dan 55% yang diberi nafkah, namun angka tersebut masih belum menunjukkan apakah mereka diberi nafkah dengan cukup atau kurang. . Angka tersebut sungguh mencengangkan, dimana 45% anak korban perceraian tidak mendapat dukungan sama sekali dari ayahnya. Bagi anak yang diberi makan bukan berarti makanan yang diberikan cukup, dibawah ini akan dilanjutkan dengan jumlah makanan yang diberikan oleh ayah kepada anak korban perceraian.
Mengacu pada diagram di atas, grafik pemenuhan penghidupan menunjukkan bahwa pemenuhan penghidupan pada kisaran 350.000 lebih tinggi dibandingkan dengan pemenuhan penghidupan pada kisaran 100.000.
Besaran Nafkah
Prosentase Pemenuhan Nafkah
Data Pemenuhan Biaya Pendidikan
Pemenuhan Nafkah Anak Korban Perceraian
Berdasarkan data yang dikumpulkan, peneliti menemukan bahwa dari 126 anak korban perceraian di wilayah Kabupaten Lombok Barat yang menjadi sampel penelitian, ditemukan hanya 33 anak yang dibiayai oleh sekolah, dengan rincian 18 anak yang menjadi korban perceraian. diberikan biaya masuk dan 15 anak yang menerima biaya bangunan. Berdasarkan data tersebut, terdapat 93 anak yang pendidikannya tidak didanai.
Pemenuhan Biaya Pendidikan
Faktor Penghambat Pemenuhan Hak Nafkah dan Pendidikan anak Korban Perceraian
Pemenuhan Hak Pendidikan
Saolusi Alternatif Terhadap Faktor Penghambat Pemenuhan Hak nafkah dan pendidikan anak korban
Pendekatan keagamaan sangat diperlukan, apabila seseorang mempunyai kesadaran bahwa menafkahi anak merupakan suatu kewajiban yang akan menjadi tanggung jawabnya di akhirat nanti, maka kita yakin tidak akan ada seorang pun yang melalaikan kewajibannya.
PENUTUP
SARAN
Adam Swift, Ouers se Regte, Kindergodsdiens: 'n Familial Relationship Goods Approach, Journal of Practical Ethics Volume 8, Issue 2020. Bambang Eko Turisno Dkk, Negligence in Implementing Child Custody Decisions: A Threat to Child Protection in Indonesia, International Journal of Crim Justice Science Vol 16 Uitgawe 2 (2021),. Cynthia Price Cohen, Susan Kilbourne, "Jurisprudence of the Committee on the Rights of the Child: A Guide for Research and Analysis", Michigan Journal Of International Law, Volume 19 Issue 3 1998,.
Pandangan Hakim Frangky Suleman tentang Kelalaian Pemeliharaan Anak Pasca Perceraian di Pengadilan Agama Tondano, Al-mujtahid: Jurnal Hukum Keluarga Islam vol. Isnawati Rais, Dampak pandemi COVID-19 terhadap angka perceraian di kalangan umat Islam Indonesia, Jurnal Islam dan Masyarakat Muslim Indonesia Vol. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lihat juga, Shelina Bhamani dkk, Homeschooling di Masa COVID: Pengalaman Orang Tua, Jurnal Pendidikan dan Perkembangan Pendidikan.