Disertasi ini membahas tentang profesionalisme guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlak mulia siswa di SD Islam Terpadu Mataram. Konsentrasi pembahasan dalam disertasi ini didasarkan pada masalah yaitu bagaimana profesionalisme guru PAI di SD Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram, bagaimana upaya peningkatan akhlak mulia peserta didik di SD Islam Terpadu? Sekolah Dasar . Bagaimana meningkatkan profesionalitas guru PAI dalam meningkatkan akhlak mulia siswa di SD Islam Terpadu Anak Sholeh.
Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan profesionalisme guru PAI di SD Islam Terpadu, Mendeskripsikan upaya peningkatan akhlak mulia siswa di SD Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram. Memperhatikan ketentuan dalam undang-undang tentang guru dan tutor, maka guru, termasuk guru pendidikan agama Islam dan pendidikan akhlak, yang menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan guru di sekolah, wajib menyelenggarakan pembelajaran secara profesional secara profesional untuk memberikan pengetahuan, membentuk sikap dan keterampilan peserta didik terkait dengan mata pelajaran fikih, mata pelajaran Aqidah-Akhlak, mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis dan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, karena mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah yang diajarkan oleh SD ke guru sekolah menengah di madrasah (MI, MTs dan MA). Selain itu, guru PAI dan Budi Pekerti dalam menjalankan tugasnya sebagai pembina akhlak atau kepribadian peserta didik pada lembaga pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar dimana peserta didik pada jenjang pendidikan dasar ini memiliki mentalitas yang masih labil ditambah dengan kurangnya Jumlah jam pembelajaran pendidikan agama juga menjadi bagian yang menuntut keseriusan guru pendidikan agama Islam dan pembinaan karakter dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah.
Upaya tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi perkembangan moral peserta didik, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan keterampilan guru Pendidikan Agama dan Akhlak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dituntut secara profesional sehingga berdampak pada masa depan. tingkat pemahaman, pola sikap siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru. Hal ini terlihat dari data observasi perilaku atau perilaku tidak terpuji siswa. Pernyataan guru pendidikan agama dan akhlak SDIT Anak Sholeh Mataram YPIT yang mengatakan bahwa “ada siswa yang mengambil uang kelas yang sebenarnya akan digunakan untuk bakti sosial, ada siswa yang sering mengambil barang (alas kaki) dari pinjam teman-teman yang dilakukan pada saat santri hendak berwudhu sebelum masuk waktu sholat zuhur, menjadi bentuk konkrit terkait.
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Untuk Pembinaan Akhlak Peserta Didik Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Yayasan Pendidikan Islam Terpadu (YPIT) Ibunu Abbas Mataram”.
Rumusan Masalah
Dan guru pendidikan agama Islam dan karakter belum mampu mencapai hasil yang maksimal dalam meningkatkan akhlak siswa. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlak siswa di SDIT Yayasan Pendidikan Islam Terpadu (YPIT) Ibnu Abbas Mataram.
Tujuan
Setting Penelitian
SD Islam Terpadu YPTI Ibnu Abbas Mataram, berdasarkan kondisi nyata dimana ada siswa yang mengambil uang sumbangan kelas yang sebenarnya akan digunakan untuk bakti sosial, dan ada siswa yang sering meminjam barang (alas kaki) milik teman tanpa izin, yaitu Selesai. ketika siswa ingin berwudhu sebelum waktu sholat ashar.
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian peneliti tentang perkembangan akhlak siswa SD Islam Terpadu YPIT Ibnu Abbas Mataram.
- Kode Etik Guru
- Kompetensi Pedagogik
- Kompetesi Kepribadian
- Kompetensi Sosial
- Kompetensi Profesional
Guru menjaga hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar untuk meningkatkan partisipasi dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Guru memahami potensi dan keragaman siswa, sehingga strategi layanan pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan keunikan masing-masing siswa; Mampu mengembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstra kurikuler untuk mewujudkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah “kemampuan pribadi yang mencerminkan kepribadian yang kokoh, stabil, dewasa, arif dan berwibawa yang menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.”16. Selain itu, ia juga harus disiplin, arif dan berwibawa serta dapat menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia. Ungkapan ketika menghadapi suatu masalah atau sekedar menjalaninya atsarnya” 19. Rahman Getteng adalah “kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, meliputi kemampuan berkomunikasi secara lisan, tertulis dan/atau isyarat; secara fungsional mengelola teknologi komunikasi dan informasi; memahami secara efektif , rekan pendidik, orang tua/wali peserta didik; bergaul santun dengan orang-orang di sekitar.
Guru adalah “tenaga kependidikan, yaitu orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan, pengajaran, bimbingan, pengasuhan dan pengelolaan. 24 Fuad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, diterjemahkan oleh Jamaluddin, LC , Begini Seharusnya Menjadi Guru, (Cet. IV; Jakarta: Darul Haq, 2011), 5. Islam mewajibkan orang tua mendidik dan membina seluruh aspek kepribadian anak, yaitu pertumbuhan jasmani, akal, ruhani, akhlak dan perilaku sosial.
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah “proses penyiapan generasi muda untuk memenuhi peran, menanamkan ilmu dan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan fungsi manusia untuk berbuat kebaikan di dunia dan hasilnya di akhirat nanti”. Oleh karena itu, Pendidikan Islam mempersiapkan manusia untuk hidup dalam damai dan perang, serta mempersiapkan mereka menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan keburukannya, manis dan pahitnya. Sementara itu, John Dewey mendefinisikan “pendidikan sebagai suatu proses pembentukan dasar yang sifatnya fundamental berkenaan dengan daya pikir (intelektual), maupun daya rasa (emosional) manusia”34.
Selain itu, Omar Muhammad Al-Thoumy al-Syaibani menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha mengubah perilaku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam semesta”. Kata “santri” berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang menurut Ali “kata santri diartikan sebagai orang yang ingin memperoleh ilmu, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia. di dunia dan akhirat dengan belajar dengan tekun”37. Menurut Lughat, akhlak” diartikan sebagai tabiat, tabiat, tingkah laku atau tabiat seorang siswa yang dilahirkan menurut kebiasaannya”39.
Metode Penelitian
- Profil Lokasi Penelitian
- Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Pembinaan Akhlak Peserta didik ketika melaksanakan
- Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Pembinaan Akhlak Peserta didik ketika melaksanakan
- Upaya guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Mengatasi Kendala ketika Melaksankan Keterampilan Membuka
- Kesimpulan
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif karena dilihat dari permasalahan yang ada, diperlukan hasil dari profesionalisme guru PAI untuk meningkatkan moral siswa itu sendiri, sehingga lebih produktif. Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik ketika melaksanakan Pembinaan Akhlak Peserta Didik pada saat pelaksanaan keterampilan membuka pembelajaran. Karena pernyataan guru PAI dan Karakteristik “benar bahwa di dalam kelas masih ada 2-3 siswa yang tidak berdoa dengan penuh atau berdoa hanya dengan setengah hati”54 ada siswa yang tidak mendaftar dan tidak memberikan informasi sehingga guru tidak dapat atau kesulitan untuk mengetahui karakteristik siswa dengan baik.
Keterbatasan Guru Pendidikan Agama Islam Karakter dan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Siswa Dalam Melaksanakan Pembinaan Akhlak Siswa Dalam Pementasan Pembelajaran Performance Skills. Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dan Karakter dalam Penerapan Metode Kegiatan Pembelajaran untuk Pembinaan Akhlak Peserta Didik. Guru sebagai pendidik perlu mengetahui berbagai metode pembelajaran agar dapat menyesuaikan metode tersebut dengan keadaan siswa.
Hambatan guru pendidikan agama Islam dan karakter dalam penerapan media dalam kegiatan pembelajaran untuk pembinaan akhlak peserta didik. Siswa sangat senang ketika ada materi yang berhubungan dengan video, karena mereka dapat melihat dan mendengarkan (audio visual) melalui media yang akan ditampilkan oleh guru PAI dan Budi Pekerti66. Berdasarkan wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa keterbatasan guru pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter dalam menerapkan metode dalam kegiatan pembelajaran adalah: ketersediaan alat peraga atau media yang tidak siap atau terbatas jumlahnya, dan kurangnya dan variasi metode yang disampaikan guru kepada siswa agar menimbulkan kejenuhan peserta didik dalam pembelajaran.
Hambatan guru pendidikan agama Islam dan karakteristik dalam menerapkan jenis alat evaluasi untuk kegiatan pembelajaran untuk pengembangan moral siswa. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Akhlak Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan Keterampilan Pembukaan Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran Keterampilan Pembukaan Bagi Pembinaan Akhlak Peserta Didik SDIT YPIT Ibnu Abbas Mataram. Dalam upaya guru mengatasi kendala masih ada 2 sampai 4 siswa yang tidak ikut salat.
Adanya pertanyaan dari siswa yang kurang komunikatif juga menjadi kendala, oleh karena itu upaya mengembalikan tujuan materi pembelajaran yang akan disampaikan dan guru juga dapat melihat kembali tujuan pembelajaran dalam RPP. oleh guru PAI dan Budi Pekerti” salah satu siswa tidak menanyakan tentang pembelajaran melainkan menanyakan tentang tanggal berapa Pak Upaya guru Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Akhlak untuk mengatasi kendala saat Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan atau kegiatan inti untuk pembinaan akhlak siswa di SDIT YPIT Ibnu Abbas Mataram dilaksanakan, terkait dengan: a.Berdasarkan wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa upaya mengatasi kendala penerapan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran, guru PAI dan etik meminta bantuan ketua kelas dan wakil ketua kelas untuk aktif mengontrol siswa lain.
Guru PAI dan Budi Pekerti sangat memperhatikan sikap siswa dikarenakan sikap, sebagaimana pernyataan guru PAI dan Budi Pekerti “keterbatasan guru yang memahami evaluasi berdasarkan kurikulum 13, sekolah diharapkan dapat memberikan pelatihan hidup sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan guru dalam pendidikan".94. Faktor-faktor yang menjadi penghambat profesionalisme guru PAI dan karakteristik dalam meningkatkan akhlak peserta didik di Yayasan Pendidikan Islam Terpadu (YPIT) Mataram terdiri dari hambatan pelaksanaan keterampilan membuka pelajaran yang tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna, keterampilan dalam penerapan media pembelajaran dan jenis alat evaluasi yang belum maksimal diterapkan.
Saran-Saran