• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil perempuan minangkabau dalam novel kupu-kupu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "profil perempuan minangkabau dalam novel kupu-kupu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL KUPU-KUPU FORT DE KOCK KARYA MAYA LESTARI GF TINJAUAN

SOSIOLOGI SASTRA

JURNAL ILMIAH

NILAM SARI NPM 09080105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)
(3)
(4)

PROFIL PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL KUPU-KUPU FORT DE KOCK KARYA MAYA LESTARI GF TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Oleh

Nilam Sari 1, Lira Hayu Afdetis Mana 2, Titiek Fujita Yusandra 3 1 ) Students STKIP PGRI West Sumatra

2 ) and 3 ) Lecturer Language Study Program and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACT

Science of technology have been always progressing step by step. It course the shif values and cultural beliefs that exist in Indonesian, especially the Minangkabau culture.

Globalization course the character of its people participated shif downturn in line with the times.

The younger generation in Minangkabau was no longer concerned with customs that defined their ancestors, especially women Minangkabau. The purpose of the this study was to describe the profile of women in the novel Minangkabau Butterfly Fort De Kock works of Maya Lestari GF seen from the role and nature. The research is a qualitative research. The methode used in this research is descriptive analytical methode. The date in this study of the form words, sentences and dialogues relating to the role and nature of women that can be describe Minangkabau. In Minangkabau women in the novel profile of the Butterfly Fort De Kock works of Maya Lestari GF that includes character. Based on the analysis and discussion can be concluded in the novel Butterfly Fort De Kock still found the role and nature of the Minangkabau women as well as the role and nature have been Bundo Kanduang have been albeit in a different context, namely outside the life of the Rumah Gadang. The role of which is owned by the female characters in the novel Butterfly Fort De Kock is that, Limpapeh Rumah Nan Gadang, Hiasan dalam Nagari, and Nan Gadang Basa Batuah. If we see views of nature consists of faithful (loyality), Brave an the True, Wise, perceptive and Tolerance.

Keywords: Profile, Women, Minangkabau, Butterflies Fort De Kock

(5)

PROFIL PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL KUPU-KUPU FORT DE KOCK KARYA MAYA LESTARI GF TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Oleh

Nilam Sari 1, Lira Hayu Afdetis Mana 2, Titiek Fujita Yusandra 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengalami perekembangan tahap demi tahap. Hal itu menyebabkan bergesernya nilai-nilai keyakinan dan kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama kebudayaan Minangkabau. Globalisasi menyebabkan karakter masyarakatnya ikut megalami kemerosotan sejalan perkembangan zaman. Generasi muda di Minangkabau sudah tidak mementingkan lagi adat istiadat yang ditetapkan nenek moyang mereka, terutama kaum perempuan Minangkabau. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF yang dilihat dari peran dan sifatnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat dan dialog yang berhubungan dengan peran dan sifat perempuan Minangkabau sehingga dapat dideskripsikan profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF yang mencakup penokohannya. Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock masih ditemukan peran dan sifat perempuan Minangkabau seperti halnya peran dan sifat layaknya yang dimiliki Bundo Kanduang meski dalam konteks kehidupan yang berbeda, yakni di luar lingkungan kehidupan Rumah Gadang. Peran yang dimiliki oleh tokoh perempuan dalam novel Kupu- Kupu Fort De Kock tersebut yakni, Limpapeh Rumah Nan Gadang, Hiasan dalam Nagari, dan Nan Gadang Basa Batuah. Jika dilihat dari sifatnya terdiri atas Setia (loyal), Berani karena Benar, serta Arif Bijaksana, Tanggap dan Sabar.

Kata kunci: Profil, Perempuan, Minangkabau, Kupu-Kupu Fort De Kock

.

(6)

A. PENDAHULUAN

Perempuan di Minangkabau dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah Bundo Kanduang.

Bundo Kanduang merupakan sosok tertua atau yang dituakan oleh kaumnya yang berperan dalam bidang domestik di Rumah Gadang. Meskipun perempuan di Minangkabau dikenal dengan sebutan Bundo Kanduang, tetapi sebenarnya tidak semua perempuan Minangkabau yang bisa disebut sebagai Bundo Kanduang. Seseorang yang pantas disebut sebagai Bundo Kanduang adalah perempuan yang benar-benar mengetahui adat istiadat, agama, sopan santun, berbudi pekerti yang luhur serta mampu menjaga harga diri kaumnya.Selain itu, Bundo Kanduang juga dituntut untuk memiliki sifat kepemimpinan yakninya arif dan bijaksana. Karakter seperti Bundo Kanduang inilah yang dijadikan sebagai cerminan kaum perempuan di Minangkabau oleh masyarakat pada umumnya.

Di Rumah Gadang, Bundo Kanduang tidak hanya berperan dalam urusan domestik saja. Bundo Kanduang sebagai sosok perempuan di Minangkabau juga memiliki peran istimewa dalam kegiatan musyawarah. Di dalam musyawarah, peran perempuan sangatlah penting. Perempuan memiliki hak dalam pengambilan keputusan meskipun ia bukanlah penentu akhir dalam keputusan tersebut. Hal inilah yang menjadikan perbedaan perempuan Minangkabau dengan perempuan suku lainnya di Indonesia.

Karakter perempuan Minangkabau menurut penjelasan di atas merupakan realita yang ada pada era sebelum globalisasi. Berbeda dengan masa sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengalami perekembangan tahap demi tahap. Hal itu menyebabkan bergesernya nilai-nilai keyakinan dan kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama kebudayaan Minangkabau. Globalisasi menyebabkan karakter masyarakatnya ikut megalami kemerosotan sejalan perkembangan zaman. Generasi muda di Minangkabau sudah tidak mementingkan lagi adat istiadat yang ditetapkan nenek moyang mereka, terutama kaum perempuan Minangkabau. Budi pekerti perempuan Minangkabau yang dulunya luhur, seperti peran yang mereka dapatkan sebagai limpapeh rumah gadang, hiasan dalam nagari, dan nan gadang basa batuah, serta sifat yang selalu dipakai antara lain setia (loyal), berani karena benar, serta arif, bijaksana, tanggap,dan sabar, tersebut sekarang tidak dipentingkan dan terabaikan. Perempuan di Minangkabau sekarang ini lebih mementingkan modernisasi sebagai panduan mereka dalam bersikap sehingga kebudayaan dan adat istiadat Minangkabau itu sendiri menjadi terbelakang dan terabaikan.

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah, (1) bagaimanakah profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF dilihat dari perannya?, (2) bagaimanakah profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF dilihat dari sifatnya?. Tujuan penelitian ini sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan Profil Perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF dilihat dari perannya. (2) Mendeskripsikan Profil Perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF dilihat dari sifatnya.

Novel merupakan cerita rekaan yang menampilkan tokoh dalam rangkaian peristiwa dan latar secara sistematis dengan berbagai suka dan dukanya, biasanya ditandai dengan perubahan nasib tokoh (Ramadansyah, 2012:149). Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2010: 16) menyatakan bahwa novel diartikan dengan suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai sesuatu episode. Novel dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang terkandung di dalam karya sastra. Unsur intrinsik di sini mengacu kepada unsur utama yaitu penokohan, tema, amanat, latar, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa.

Definisi profil yang terdapat dalam KBBI (2008:1104) yaitu pandangan dari samping tentang wajah orang, gambaran orang dari atau samping, atau sketsa biografis. Perempuan merupakan orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui (KBBI, 2008:1054). Definisi perempuan Minangkabau menurut Sayuti (2005:106) yaitu perempuan berasal dari kata empu yang artinya adalah padusi (perempuan) yang utama, utama dalam rumah tangga, utama pula dalam suku atau kaum, nagari dan negara.

Peran perempuan Minangkabau yaitu Limpapeh Rumah Nan Gadang dipakai sebagai kata pujian dan sanjungan terhadap seorang perempuan sulung ( tertua atau dituakan) dalam sebuah suku, yang bertugas dan berwenang sebagai pimpinan urusan dalam suatu kaum atau suku.

Tegasnya sebagai pimpinan urusan domestik dari kaum yang sesuku (Amir, 2007:51), Hiasan dalam nagari, menurut Amir (2007:51) yaitu melambangkan kaum perempuan mencerminkan keindahan, keramah-tamahan dan martabat seisi nagari, martabat wanita menentukan martabat suatu nagari, dan Nan gadang basa batuah adalah kaum perempuan di Minangkabau adalah orang besar dalam pandangan semua anggota kaumnya. Orang besar yang pantas disegani, dihormati.

(7)

Orang yang dianggap bertuah dan sakti. Orang Minang menyadari bahwa dia lahir dari perut ibunya, mereka tidak pantas mendurhakainya (Amir, 2007:51).

Sifat perempuan Minangkabau yaitu setia adalah teguh hati, merasa senasib, dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi sumber dari lahirnya sifat setiakawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela, dan saling berkorban untuk sesama. Bila terjadi konflik, orang Minang terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak kepada dunsanak (Amir, 2006:108), berani karena benar yaitu adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran (Amir, 2006:112), serta arif, bijaksana, tanggap dan sabar yaitu orang yang arif bijaksana adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain, dapat mengerti apa yang tersurat maupun tersirat. Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya yang akan datang. Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pkiran yang jernih (Amir, 2006:113).

B. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Semi (1993:23) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji empiris. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Nilai-nilai yang berhubungan dengan gejala sosial yang ada seperti pada karya sastra yang melibatkan lingkungan sosial dengan pengarang yang memang berada pada lingkungan tersebut (Ratna, 2012:47).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis, deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Tidak semata-semata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2012:53). Moleong (2010:121) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan perencanaan dalam melakukan penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan dibantu dengan format pengumpulan data. Moleong (2010:280) menyatakan bahwa, analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

C. HASIL PENELITIAN

1. Peran sebagai Limpapeh Rumah gadang

Peran sebagai Limpapeh Rumah gadang ditemui pada tokoh Limpapeh (Shahira). Sesuai dengan namanya Limpapeh mencerminkan perempuan Minangkabau yang memiliki peran sebagai Limpapeh Rumah Gadang. Hal tersebut dikarenakan Limpapeh adalah sosok yang utama di perguruannya. Kehadirannya sangat penting bagi tiga perguruan tersebut. Semua harapan dalam memberantas kejahatan Singo Balang berada di pundak Limpapeh sehingga anggota perguruan Tiga Tapak Melati benar-benar membutuhkan sosoknya di perguruan tersebut. Limpapeh merupakan ujung tombak mereka dalam menegakkan kebenaran karena kemampuan dan sikap kepemmpinannya.

Tokoh yang memiliki peran sebagai Limpapeh Rumah Gadang yaitu Usi. Usi mendapatkan perlakuan istimewa dari kakaknya Gunung Batu dengan diberikan dua kamar. Di perguruan tersebut Usi lah yang mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan serta perawatan jika murid mengalami cidera dalam pertarungan melawan musuh.

2. Peran sebagai Hiasan dalam Nagari

Peran sebagai Hiasan dalam Nagari ditemui pada tokoh Limpapeh (Shahira). Limpapeh berusaha merahasiakan aib perguruannya agar tidak didengar oleh orang lain selain mereka berdua. Limpapeh merencanakan pencarian terhadap Surai secara diam-diam adalah untuk menemukan kebenaran mengenai siapa Surai. Karena, jika anggota perguruan lain mengetahuinya juga, akan berdampak buruk bagi nama baik tiga perguruan. Terlihat bahwa Limpapeh adalah sosok yang mementingkan martabat perguruannya sehingga ia dengan berani menjalankan misi tersendiri demi menjaga kehormatan perguruannya. Limpapeh bersikap ramah ketika adik

(8)

seperguruannya datang bertamu. Meski bukan bermaksud memuji kemampuan adik seperguruannya, berarti dengan sikap tersebut Limpapeh telah memperlihatkan keramah- tamahannya.

3. Peran sebagai Nan Gadang Basa Batuah

Peran sebagai Nan Gadang Basa Batuah dtemui pada tokoh Amak Bada (Malam). Malam sangat dihormati oleh Arung anak angkatnya. Sikap Arung yang selalu menghormati ibu angkatnya tersebut menjelaskan bahwa Malam menjadi sosok yang patut mendapatkan peran sebagai Gadang Basa Batuah.

4. Sifat Setia (Loyal)

Sifat setia (loyal) ditemui pada tokoh Limpapeh. Limpapeh merupakan sosok pendekar yang memiliki sifat kesetiakawanan. Kehidupan sebagai pendekar aliran ilmu putih di perguruan menjadikan Limpapeh sosok yang patut ditempatkan pada posisi sebagai pemimpin karena jiwa kepahlawanannya yang tinggi. Ia mendapat kepercayaan dari gurunya untuk memimpin teman- temannya dalam menjalan sebuah misi untuk menumpas musuh seperti Singo Balang. Selain menjadi sosok yang dipercayai oleh para guru, Limpapeh juga sosok yang suka membantu teman- temannya jika mengalami kesulitan, tetutama dalam sebuah pertarungan. Ia tidak akan membiarkan temannya dalam kesusahan, karena rasa saling membantu yang dimilikinya. Ia sosok yang mengutamakan rasa kebersamaan, saling membela serta cinta kasih terhadap sesama dan tanah airnya.

5. Sifat Berani karena Benar

Sifat berani karena benar ditemui pada tokoh Limpapeh. Limpapeh tetap memutuskan pergi melakukan misinya meskipun belum mendapat persetujuan dari gurunya. Limpapeh berani mengambil keputusan untuk pergi mencari anak Singo Balang karena hal yang ia lakukan adalah benar untuk mencegah kejahatan kerajaan ilmu hitam dengan cara menemukan anak Singo Balang.

6. Sifat Arif Bijaksana, Tanggap dan Sabar

Sifat Arif Bijaksana, Tanggap dan Sabar ditemui pada tokoh Limpapeh karena Limpapeh adalah sosok yang selalu memberikan petunjuk dan arahan terhadap tean-teman seperguruannya.

Limpapeh mampu memberikan segala analisa dan kemungkinan dalam mengambil suatu keputusan. Ketanggapannya dalam bersikap adalah andalan bagi teman-temannya dalam melaksanakan suatu misi yang penting ntuk memberantas kejahatan.

D. PEMBAHASAN

Limpapeh Rumah Nan Gadang dipakai sebagai kata pujian dan sanjungan terhadap seorang perempuan sulung ( tertua atau dituakan) dalam sebuah suku, yang bertugas dan berwenang sebagai pimpinan urusan dalam suatu kaum atau suku. Tegasnya sebagai pimpinan urusan domestik dari kaum yang sesuku. Peran sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang tersebut ditemui pada tokoh Limpapeh (Shahira) dan Usi. Hal tersebut didasarkan atas peran yang mereka dapatkan yaitu sama-sama diutamakan keberadaannya di antara orang terdekatnya. Limpapeh adalah ujung tombak bagi perguruannya karena ia merupakan murid yang memiliki kemampuan bela diri yang lebih tinggi dibandingkan teman seperguruan yang lainnya. Sedangkan Usi merupakan sosok yang diutamakan dalam kepengurusan segala keperluan di rumah perguruan kakaknya. Usi juga merupakan sosok pengganti ibu bagi murid perguruan Tiga Tapak Melati milik Gunung Batu yang tidak lain adalah kakak Usi sendiri.

Hiasan dalam Nagari melambangkan kaum perempuan mencerminkan keindahan, keramah-tamahan dan martabat seisi nagari, martabat wanita menentukan martabat suatu nagari.

Peran tersebut terdapat pada tokoh Limpapeh. Profesi Limpapeh sebagai pendekar dalam menegakkan kebenaran membuat Limpapeh menjalani kehidupan tidak selayaknya gadis biasa pada umumnya. Sifat kependekarannya membuat cerminan ia sebagai seorang gadis menjadi samar. Karena posisinya sebagai pendekar yang selalu bertarung dan berkecimpung dalam

(9)

perguruan silatnya sehingga ia memiliki kelakuan seperti laki-laki dan sifatnya yang mencerminkan perempuan menjadi terlihat minim. Namun jika dilihat dari sisi ia sebagai gadis biasa, Limpapeh adalah sosok perempuan yang cantik, menerminkan keindahan, dan juga bermartabat. Limpapeh tidak hanya memiliki keindahan berupa kecantikan dalam dirinya. Ia juga mampu menjaga martabat perguruannya. Ia termasuk dalam kategori perempuan yang memiliki peran sebagai hiasan dalam nagari. Hiasan yang dimaksud tidak hanya kecantikan yang dimiliki Limpapeh secara fisik saja, namun juga sikap dirinya yang mencerminkan keindahan dan bermartabat.

Nan Gadang Basa Batuah maksudnya yaitu kaum perempuan di Minangkabau adalah orang besar dalam pandangan semua anggota kaumnya. Orang besar yang pantas disegani, dihormati. Orang yang dianggap bertuah dan sakti. Orang Minang menyadari bahwa dia lahir dari perut ibunya, mereka tidak pantas mendurhakainya. Sosok Malam (Amak Bada) memiliki peran tersebut karena sikap yang ditunjukkan oleh anak angkatnya yaitu Arung. Arung sangat menyayangi Malam. Rasa hormat selalu ditunjukkan oleh Arung terhadap Malam. Begitupun dengan Malam, ia sangat menyayangi Arung layaknya anak kandung sendiri. Arung tidak menunjukkan sikap bahwa ia adalah anak angkat kepada Malam, malah sebaliknya. Arung berperilaku sopan terhadap Malam meski sesungguhnya Malam hanyalah ibu angkatnya. Oleh sebab itulah Malam patut disebut sebagai Nan Gadang Basa Batuah sebagaimana penjelasan di atas.

Sifat perempuan Minangkabau dalam penelitian ini terdiri atas setia (loyal), berani karena benar, serta arif bijaksana, tanggap dan Sabar. Ketiga sifat tersebut dimiliki oleh tokoh Limpapeh.

Dari hasil deskripsi tokoh pada penelitian ini terlihat jelas bahwa Limpapeh memang patut isebut sebagai pemeran segala sifat-sifat perempuan yang ada tersebut. limpapeh selalu setia terhadap perguruannya dengan berupaya menutupi aib perguruannya dan menemukan kebenaran yang ada.

Limpapeh juga setia terhadap tanah airnya dengan selalu bersikap membebaskan tanah airnya dari pengaruh kejahatan yang dilakukan Singo Balang musuhnya. Di dalam pertarungan Limpapeh menunjukan rasa kebersamaan dan menyayangi anggota perguruan lainnya dengan tidak membiarkan teman-temannya kesulitan dalam bertarung menghadapi musuh.

Limpapeh juga menerapkan sikap berani karena benar. Limpapeh berani melakukan sebuah misi meskipun tanpa persetujuan dari gurunya. Namun, keberanian tersebut bukan tanpa alasan. Limpapeh merasa tindakan yang ia lakukan benar yaitu demi membasmi kejahatan sehingga ia bertindak meskipun tanpa persetujuan gurunya. Limpapeh juga memiliki sifat arif bijaksana, tanggap, dan sabar. Limpapeh adalah sosok yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Segala kesulitan yang dialami oleh anggota perguruan dapat ditanggulangi oleh Limpapeh karena kebijaksanaan yang ia miliki. Setiap tindakan yang dilakukan Limpapeh selalu dituruti oleh anggota perguruannya. Limpapeh sangat dipercayai oleh teman-temannya dalam mengambil keputusan dan ia juga tanggap dalam menghadapi segala permasalahan yang ada.

E. KESIMPULAN

Novel KKFDK karya Maya Lestari GF memperlihatkan bahwa profil perempuan Minangkabau yang dilihat dari perannya yaitu perempuan yang masih memiliki peran sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang, Hiasan dalam Nagari, dan Nan Gadang Basa Batuah, meskipun dalam konteks kehidupan yang berbeda, yakni di luar kehidupan Rumah Gadang sebagaimana yang di jalani Bundo Kanduang. Sedangkan, profil perempuan Minangkabau dalam novel KKFDK yang dilihat dari sifatnya yaitu Setia (Loyal), Berani Karena Benar, serta Arif, Bijaksana, Tanggap, dan Sabar masih tertanam dalam kepribadian tokoh perempuan dalam novel ini.

Kehidupan sebagai pendekar dalam dunia persilatan telah membentuk pribadi mereka memiliki sifat kepemimpinan tersebut.

(10)

F. IMPLIKASI: PROFIL PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak terlepas dari pembahasan mengenai novel. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA pada kelas XI semester satu dengan Standar Kompetensi (SK) 7 yaitu “memahami berbagai hikayat novel Indonesia/novel terjemahan,” Kompetensi Dasar (KD) 7.2 “menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.”

Dalam pembelajaran Apresiasi Sastra di sekolah, indikator yang perlu dicapai yaitu (a) guru menjelaskan cara menganalisis profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF, (b) melalui novel ini guru dapat membantu siswa untuk memperluas pikiran, memperdalam daya tangkap, dan mengembangkan kreatifitas tiap-tiap siswa, sehingga berguna untuk memperbaiki perilaku dan kehidupan yang baik, (c) siswa mampu memahami pesan yang terdapat dalam novel Kupu-Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF, (d) siswa terampil dalam menghubungkan masalah yang ditemukan dalam novel ke dalam realitas kehidupan sehari-hari.

G. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang profil perempuan Minangkabau dalam novel Kupu- Kupu Fort De Kock karya Maya Lestari GF, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini. Pertama, pembaca dapat memberikan penilaian terhadap sebuah karya sastra dengan persepsi dan interpretasi masing-masing. Kedua, bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia bisa menjadikan penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan minat baca pada siswa sehingga siswa dapat memahami berbagai karakter manusia dari berbagai sisi kehidupan. Ketiga, peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap novel ini dengan aspek yang berbeda atau aspek yang sama dengan novel yang berbeda.

H. DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.S. 2006. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minangkabau. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Amir, M.S. 2007. Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Dian Aksara Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the study investigated the extent to which teacher support systems explained quality of pedagogical practices in public secondary schools in Uganda since Government and