• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil perkembangan karakter peserta didik

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "profil perkembangan karakter peserta didik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PERKEMBANGAN KARAKTER PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA DI SLB HIKMAH MIFTAHUL JANNAH

KELURAHAN BATU GADANG KOTA PADANG

ARTIKEL

Oleh:

VIVI ANGGRAINI NPM: 12060039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

PROFIL PERKEMBANGAN KARAKTER PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA DI SLB HIKMAH MIFTAHUL JANNAH

KELURAHAN BATU GADANG KOTA PADANG

Oleh:

Vivi Anggraini*

Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons**

Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

This research is motivated by the phenomenon that the researchers found in their field tunagrahita learners whose character is not good. The purpose of this study describes the development of learners retarded character of the shape of characters: 1) if the character that comes from the heart, 2) Characters are sourced from processing kinestetika 3) if the character that comes from feeling and intention.

This research is a quantitative research, the population in this study were students with intellectual challenges in SLB Lessons Miftahul Jannah numbering 42 people, taking the sample using total sampling technique. The data source of this research is primary data and secondary data.Instrumen this study was a questionnaire and the data processed by a percentage formula.

This research reveals the general profile of learners retarded character development in SLB Lessons Miftahul Jannah Stone Tower of Padang village, located on the criteria quite well.

Judging from each of the variables: 1) The development of the character of learners tunagrahita sourced from if the heart is in the criteria fairly well, 2) Development of characters learners tunagrahita sourced from processing kinestetika currently on the criteria fairly well, 3) Development of characters learners tunagrahita that comes from feeling and intention if the criteria are pretty good. Based on these findings the authors suggest to students with intellectual challenges in order to learn to fix the characters become better both from the aspect of character that comes from the heart though, the characters are derived from processing kinestetika or if the character that comes from feeling and intention.

Keywords: character development of students tunagrahita PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan segala potensi yang ada dalam diri manusia dapat tumbuh dan berkembang. Pada hakikatnya, manusia ketika dilahirkan telah dibekali oleh Tuhan dengan beberapa potensi yang mungkin dapat berkembang jika diberikan wadah dan layanan yang tepat bagi tumbuh kembangnya.

Dalam Pasal 5 Undang–undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional menyatakan, bahwa setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, yang diantaranya adalah peserta didik tunagrahita. Demikian pula Pasal 8 ayat 1 dari Undang–undang yang sama menyebutkan, bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan mental berhak

memperoleh pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan.

Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus untuk anak–anak berkelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk peserta didik tunagrahita secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya.

Bagaimanapun, sebagai warga negara peserta didik tunagrahita memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Peserta didik tunagrahita dalam kehidupannya memiliki hambatan dalam perkembangan kognitif (jauh di bawah rata–

rata anak pada umumnya) dan hambatan

(3)

dalam perilaku adaptif. Akibat dari kondisi seperti itu, peserta didik tunagrahita mengalami kesulitan belajar secara akademik (bahasa dan aritmatika atau matematika) dan kesulitan dalam hubungan interpersonal, kesulitan dalam mengurus diri, konflik, dan frustasi, belum mendapat perhatian yang memadai. Sebagian dari masalah–masalah itu merupakan bidang garapan bimbingan konseling, yang secara faktual belum dilakukan secara sistematik, terencana dan berkesinambungan.

Problematika pendidikan bagi peserta didik tunagrahita adalah peserta didik tunagrahita sulit dalam mengembangkan karakter yang ada dalam dirinya seperti dalam mengurus diri mereka sendiri dan tidak bisa bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Karakter menurut Prayitno (2011) adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan prilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.Dengan demikian kata karakter merupakan kualitas kepribadian baik yang terberi (given) maupun yang. didapat melalui proses belajar (outcomelearning) yaitu sifat-sifat kejiwaan, watak, tabiat, akhlak, budi pekerti seseorang sebagai pembentuk jati dirinya yang unik/khas dalam fitrahnya sebagai makhluk individual sekaligus merupakan kapasitas batin (inner capacity) yang memampukan individu berperilaku terpuji, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam hubungannya dengan diri sendiri (interpersonal) dengan sesama, dengan alam dan dengan Tuhan.

Menurut Mulyasa (2011:235),

Karakter adalah nilai-nilai yang unik- unik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan

terenjawantahkan dalan

prilaku.Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa dan karsa seseorang atau kelompok orang.Karakter merupakan cirri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa karakter adalah dimensi hati, pikir, raga atau kenestetik serta rasa dan karsa. Karakter tersebut dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Guru bimbingan dan konseling merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bagi peserta didik tunagrahita secara totalitas di lingkungan sekolah.

Bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk dapat membantu individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupan sekolah agar tercapai kesejahteraan hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT.

Rumitnya masalah yang dialami oleh peserta didik tunagrahita, program pendidikan bagi mereka perlu didukung oleh program bimbingan konseling yang sistimatis dan sesuai dengan perkembangan peserta didik, agar peserta didik tunagrahita dapat berkembang secara optimal dan hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat. Program bimbingan dan konseling bagi peserta didik tunagrahita seharusnya lebih diarahkan untuk mengembangkan motivasi belajarnya secara maksimal, dan mengembangkan kemampuan kemandirian yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari–hari.

Sekolah luar biasa yang menjadi tempat penelitian peneliti adalah Sekolah Luar Biasa Hikmah Miftahul Jannah. Pelayanan pendidikan di sekolah ini hanya mengkhususkan pada anak tunagrahita sedang dan juga ringan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada hari Senin 7 Maret 2016 masih ditemukan peserta didik yang tidak mau membaca doa sebelum memulai pelajaran, masih ditemukan peserta didik yang tidak memiliki rasa empati dalam dirinya ia merasa cuek dengan lingkungan sekitarnya, masih ditemukan peserta didik yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya, masih ditemukan peserta didik yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti datang terlambat kesekolah, masih ditemukan peserta didik yang kurang mempunyai kepercayaan diri seperti takut untuk tampil di depan kelas atau berbicara dengan guru.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada hari Senin, 7 Maret 2016 dengan salah satu guru yang mengajar di SLB Hikmah Miftahul Jannah bahwa masih ditemukan peserta didik yang kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

(4)

memakai baju yang kotor atau tidak menyikat gigi ke sekolah, masih ditemukan peserta didik yang suka berbohong, masih ditemukan peserta didik yang tidak memiliki sikap ramah terhadap orang lain, masih ditemukan peserta didik yang tidak mau mengakui kesalahan jika ia bertengkar dengan teman bermainya, masih ditemukan peserta didik yang suka mengejek kekurangan temannya atau memanggil teman dengan sebutan yang jelek dan masih ditemukan peserta didik yang tidak mau bekerjasama dengan teman yang lainnya.

Jika kondisi seperti ini dibiarkan atau tidak segera diluruskan maka kegiatan proses pembelajaran dapat terganggu. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi penelitian dengan judul “Profil Perkembangan Karakter Peserta Didik Tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang”.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah penelitian ini adalah :

1. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari olah hati.

2. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari kinestetika.

3. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari olah rasa dan karsa.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan; “Bagaimana profil perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang?”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari olah hati.

2. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari kinestetika.

3. Perkembangan karakter peserta didik tunagrahita yang bersumber dari rasa dan karsa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2010: 8) “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi/ sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat kuantitatif/statistik”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang yang berjumlah 42 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data tentang perkembangan karakter peserta didik tunagrahita.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik tunagrahita sebanyak 42 orang dari kelas I,II,III,IV,V,VI,VII di SLB Hikmah Miftahul Jannah, sedangkan data sekunder diperoleh dari kepala sekolah serta guru mata pelajaran yang mengajar di SLB Hikmah Miftahul Jannah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Menurut Yusuf (2005:252) “kuesioner atau angket yang berarti suatu rangkaian pernyataan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (20010:43) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakter yang Bersumber dari Olah Hati

1) Beriman dan Bertaqwa

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek beriman dan bertaqwa terdapat 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori sangat baik, 5 dari 42 peserta didik (11,90%) yang termasuk kategori baik, 13 dari 42 peserta didik (30,95%) yang termasuk kategori cukup baik, 17 dari 42 peserta didik (40,48%) yang termasuk kategori kurang baik dan 5 dari 42 peserta didik (11,90%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Sikap dan perilaku beriman dan

(5)

bertaqwa merupakan sikap dan perilaku yang dekat dengan hal-hal spiritual.

Seseorang disebut beriman dan bertaqwa ketika ia merasa perlu berusaha mendekatkan dirinya dengan Tuhan , dan patuh melaksanakan ajaran agama yang di anutnya.

Untuk menumbuhkan nilai beriman dan bertaqwa ini tidak lah mudah. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik antara guru sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak yang terkait. Nilai-nilai ini dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah melalui beberapa kegiatan yang sifatnya religious. Kegiatan religious akan membawa peserta didik di sekolah pada pembiasaan berperilaku religious.

Selanjutnya, perilaku religious akan menuntun peserta didik di sekolah untuk bertindak sesuai moral dan etika.

Moral dan etika dapat di pupuk dengan kegiatan religius. Kegiatan religious yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah tersebut yang dapat dijadikan sebagai pembiasaan, di antaranya:

a) Berdoa atau bersyukur, berdoa merupakan ungkapan syukur secara langsung kepada Tuhan.

Ungkapan syukur dapat pula diwujudkan dalam relasi atau hubungan seseorang dengan sesama, yaitu dengan membangun persaudaraan tanpa dibatasi oleh suku, ras, dan golongan.

b) Melaksanakan kegiatan di mesjid.

Berbagai kegiatan di masjid sekolah dapat dijadikan pembiasaan untuk menumbuhkan perilaku religius. Kegiatan tersebut di antaranya shalat zuhur berjemaah setiap hari, sebagai tempat membaca Al-Qur’an setiap hari dan sholat Juma’at berjemaah.

c) Merayakan hari raya

keagamaannya. Untuk yang beragama Islam, momen-momen hari raya Idul Adha, Isra’ mi’raj dan idul Fitri dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan iman dan takwa.

Secara umum peserta didik memiliki karakter dari aspek beriman dan bertaqwa termasuk kategori kurang baik, bagi peserta didik karakter beriman dan bertaqwa harus dimiliki

dalam dirinya karena karakter ini ia meyakini bahwa adanya Tuhan sang maha pencipta dan ia berbuat sesuai perintah serta menjahui segala larangan nya. Selain itu peranan orang tua berperan dalam pembentukan karakter ini dengan cara memperkenalkan tentang agama seperti tata cara sholat yang baik dan benar, membaca ayat Al- Qur’an yang baik, menjalankan puasa di bulan ramadhan, bagaimana cara berbagi dengan orang yang tidak mampu serta memberikan pelajaran tentang bagaimana membaca Al Qur’an yang baik dan benar.

Selain orang tua guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter ini seperti guru mengajarkan bacaan sholat kepada peserta didik, melatih peserta didik menghafal ayat-ayat Al Qur’an sesuai dengan kemampuan mereka dan mengajarkan bagaimana cara berbuat baik dengan sesama di lingkungan sekitar. Selain itu guru BK juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter terhadap peserta didik karena guru bk dapat memberikan layanan informasi kepada peserta didik bahwa memiliki karakter beriman dan bertaqwa ini sangat penting. Karena dengan adanya karakter ini maka kita tahu hal apa saja yang disukai oleh Allah SWT dan hal apa saja yang dilarang oleh Allah.

Bidang yang tepat diberikan adalah bidang pribadi dengan fungsi BK pemahaman dan pengentasan.

Pengentasan di berikan kepada peserta didik yang memiliki karakter yang kurang baik agar ia bisa merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik lagi.

2) Jujur

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek jujur terdapat 4 dari 42 peserta didik (9,52%) yang termasuk kategori sangat baik, 8 dari 42 peserta didik (19,05%) yang termasuk kategori baik, 22 dari 42 peserta didik (52,38%) yang termasuk kategori cukup baik, 5 dari 42 peserta didik (11,90%) yang termasuk kategori kurang baik dan 3 dari 42 peserta didik

92

(6)

(7,14%) termasuk kategori sangat kurang ba

Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tidak bohong, curang, ataupun mencuri. Dalam suatu percakapan pernyataan dapat betul- betul benar dan akan menjadi tidak jujur jika niatan dari pernyataan itu adalah untuk membohongi pendengarannya.

Sebaliknya, kepalsuan dapat dikatakan secara jujur jika sang pembicara sebetulnya memecayainya menjadi benar, mengasumsikan sang pembicara menolak atau menekan bukti.

Sebaliknya, kebohongan dapat didefeniskan semata-mata sebagai perilaku yang dilakukan dengan niatan untuk mengelabui atau memanipulasi kebenaran.

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.Jadi kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.

Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.

Dalam kehidupan sehari-hari dan ini merupakan bukti yang nyata kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar- lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemuliaan dan nama yang baik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek jujur termasuk kategori sudah cukup baik, walaupun sebagaian peserta didik masih memiliki karakter yang kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter jujur adalah peserta didik yang menyampaikan atau mengatakan secara benar dan akurat fakta-fakta yang terjadi.

Kejujuran ini harus di latih sejak kecil, orang tua memiliki peranan penting dalam membentuk karakter ini. Peserta didik di ajarkan agar ia tidak berbohong, mencuri, memfitnah serta ia dapat menjunjung kebenaran. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah memberikan kepercayaan kepada peserta didik jika melakukan sesuatu dan tidak memarahi

peserta didik yang membuat ia menjadi takut sehingga peserta didik tidak berbohong, jika peserta didik melakukan kesalahan maka berikan teguran yang baik terhadap peserta didik.

Selain itu wali kelas dan guru BK di sekolah juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter jujur terhadap peserta didik seperti memberikan arahan kepada peserta didik bahwa jujur adalah perbuatan yang baik dan disukai kepada Allah SWT. Layanan yang diberikan oleh guru BK adalah layanan informasi dengan bidang pribadi untuk membentuk pribadi yang lebih baik lagi serta menjalankan fungsi BK pengentasan untuk menindak lanjuti peserta didik yang memiliki karakter yang kurang baik.

3) Disiplin

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek Disiplin terdapat 1 dari 42 peserta didik (2,38%) yang termasuk kategori sangat baik, 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori baik, 26 dari 42 peserta didik (61,90%) yang termasuk kategori cukup baik, 3 dari 42 peserta didik (7,14%) yang termasuk kategori kurang baik dan 10 dari 42 peserta didik (22,81%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Kedisiplinan adalah cermin kehidupan suatu masyarakat atau bangsa.

Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Cerminan kedisiplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah- sekolah, dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh peserta didik yang kurang disiplin.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Kedisiplinan penting dimiliki peserta didik sehingga seorang guru harus mampu menumbuhkan perilaku disiplin dalam diri peserta didiknya.

Terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini,

(7)

seorang guru harus mampu melakukan hal-hal berikut.

a) Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. Setiap siswa lazimnya berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap peserta didik dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

b) Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka ada yang memiliki standar prilaku tinggi, sebaliknya ada yang mempunyai standar prilaku yang sangat rendah.

c) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Disetiap sekolah, hendaklah terdapat aturan-aturan umum, baik aturan-turan khusus maupunaturan umum. Peraturan tersebut di junjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi pelanggaran- pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau disiplin peserta didik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek disiplin termasuk kategori sudah cukup baik, meskipun masih ada beberapa peserta didik yang masih belum memiliki karakter taat aturan yang baik.

Peserta didik yang memiliki karakter yang taat aturan adalah peserta didik yang mematuhi aturan yang telah ada dan takut untuk melanggarnya.

Sebagaian peserta didik masih ada yang datang terlambat kesekolah, tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap dan juga adanya peserta didik yang masih terlambat masuk kedalam kelas setelah jam istirahat berbunyi.

Peranan orang tua dalam membentuk karakter disiplin ini adalah mengingatkan peserta didik untuk berpakaian lengkap dan juga memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada peserta didik agar ia bersemangat datang kesekolah selain itu guru juga berperan dalam pembentukan karakter ini dengan memberikan tindak tegas

kepada peserta didik yang datang terlambat sehingga peserta didik tidak mengulangi kembali kesaalahan yang sama. Guru BK juga mempunyai peranan penting seperti memberikan informasi kepada peserta didik cara mengatur waktu yang baik..

4) Taat Aturan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek jujur terdapat 1 dari 42 peserta didik (2,38%) yang termasuk kategori sangat baik, 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori baik, 26 dari 42 peserta didik (61,90%) yang termasuk kategori cukup baik, 3 dari 42 peserta didik (7,14%) yang termasuk kategori kurang baik dan 10 dari 42 peserta didik (22,81%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek taat aturan termasuk kategori sudah cukup baik, meskipun masih ada beberapa peserta didik yang masih belum memiliki karakter taat aturan yang baik.

Peserta didik yang memiliki karakter yang taat aturan adalah peserta didik yang mematuhi aturan yang telah ada dan takut untuk melanggarnya.

Sebagaian peserta didik masih ada yang datang terlambat kesekolah, tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap dan juga adanya peserta didik yang masih terlambat masuk kedalam kelas setelah jam istirahat berbunyi.

Peranan orang tua dalam membentuk karakter taat aturan ini adalah mengingatkan peserta didik untuk berpakaian lengkap dan juga memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada peserta didik agar ia bersemangat datang kesekolah selain itu guru juga berperan dalam pembentukan karakter ini dengan memberikan tindak tegas kepada peserta didik yang datang terlambat sehingga peserta didik tidak mengulangi kembali kesaalahan yang sama. Guru BK juga mempunyai peranan penting seperti memberikan informasi kepada peserta didik cara mengatur waktu yang baik.

5) Bertanggung Jawab

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari

96

(8)

perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek bertanggung jawab terdapat 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori sangat baik, 5 dari 42 peserta didik (11,90%) yang termasuk kategori baik, 12 dari 42 peserta didik (28,57%) yang termasuk kategori cukup baik, 21 dari 42 peserta didik (50,00%) yang termasuk kategori kurang baik dan 2 dari 42 peserta didik (4,76%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Mengajari peserta didik tanggung jawab adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan oleh guru manapun.

Namun, hal itu sangat penting untuk dilakukan karena pentingnya bagi seorang untuk memiliki sifat dan sikap ini dalam menjalani kehidupannya

.

Karena pentingnya sifat tanggung jawab pada diri seseorang maka sifat tersebut penting untuk ditanamkan sejak dini pada peserta didik di lingkungan sekolah. Agar guru dapat mengajari tanggung jawab secara lebih efektif dan efisien kepada peserta didiknya, guru dapat melakukan beberapa cara sebagai berikut.

a) Memberi pengertian pada peserta didik apa itu sebenarnya tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap ketika kita bersedia menerima akibat dari apa yang telah kita perbuat.

Selain itu, tanggung jawab juga merupakan sikapdimana kita harus konsekuen dengan apa yang telah dipercayakan pada kita.

b) Perlu adanya pembagian tanggung jawab peserta didik satu dengan yang lain. Batas-batas dan aturan- aturannya pun harus jelas dan tegas agar peserta didik lebih mudah diarahkan. Minsalnya, dengan adanya pembagian tugas piket membersihkan kelas. Pembagian tugas piket ini seperti telah menulis uraian sebelumnya melalui musyawarah atau rapat kelas yang dipimpin langsung oleh ketua kelas, siapa yang bertugas merapikan meja, siapa yang bertugas mengambil dan menyiapkan spidol. Hasil keputusan tersebut harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap warga kelas.

c) Mulailah memberikan pelajaran kepada peserta didik tentang rasa

tanggung jawab mulai dari hal-hal kecil, seperti usahakan peserta didik selalu membereskan kursi meja tempat ia duduk sebelum meninggalkan ruangan kelas ketika jam pelajaran selesai, atau juga dengan cara membiasakan buang sampah pada tempatnya. Jadikan ini menjadi sebuah kebiasaan.

Hal yang perlu diingat rasa tanggung jawab bukanlah faktor genetik. Jadi seorang guru jangan merasa bosan memberikan bimbingan dan arahan serta mengingatkan akan pentingnya rasa tanggung jawab pada peserta didiknya.

Selain itu memberikan contoh juga merupakan salah satu metode yang cukup baik dilakukan agar peserta didik bisa paham dan mengerti tentang tanggung jawab. Pahami betul perkembangan peserta didik, baik perkembangan fisik maupun mentalnya.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek bertanggung jawab termasuk kategori kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter bertanggung jawab adalah peserta didik yang mengetahui dan melaksanakan apa yang harus dilakukan sebagaimana diharapkan oleh orang lain. Sebagian peserta didik tunagrahita ini tidak takut mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan juga tidak mengembalikan buku pustaka yang ia pinjam. Peranan orang tua dalam membentuk karakter peserta didik dari aspek bertanggung jawab ini adalah mengamati tindakan yang dilakukan oleh peserta didik dan jika peserta didik melakukan kesalahan maka orang tua meminta peserta didik untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan.

Selain itu guru di sekolah juga berperan dalam pembentukan karakter ini dengan cara menegur peserta didik yang tidak mengerjakan tugas atau memberikan hukuman kepada peserta didik agar ia takut untuk mengulang kesalahan yang sama, dan juga guru BK dapat bekerja sama dengan guru yang mengajar di kelas untuk mengawasi peserta didik. Dalam mengentaskan permasalahan peserta didik guru BK mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dengan memberikan konseling individual dengan bidang pribadi.

99

(9)

6) Berempati

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek berempati terdapat 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori sangat baik, tidak ada satupun peserta didik yang termasuk pada kategori baik, 13 dari 42 peserta didik (30,95%) yang termasuk kategori cukup baik, 19 dari 42 peserta didik (45,74%) yang termasuk kategori kurang baik dan 8 dari 42 peserta didik (19,05%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Empati merupakan kemampuan meletakan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman tersebut.

dengan bahasa yang lain empati adalah kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang laindengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan memahami apa yang dirasakan orang lain.

Disamping itu empati bisa berarti kemampuan untuk mendeteksi perbedaan- perbedaan dalam diri orang lain dan memiliki kapasitas untuk menerima sudut pandang orang lain dengan tujuan untuk memahami keadaan emosional orang tersebut.

Empati akan membantu kita bisa cepat memishakan antara masalah dengan orannya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalahan dengan lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah. Banyak alternatif yang memungkinkan dapat diambil manakala kita dapat berempati dengan orang lain dalam menghadapi masalah.

Goleman (1997) menyatakan ada 3 karakteristik kemampuan empati yaitu:

1. Mampu menerima sudut pandang orang lain

2. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

3. Mampu mendengarkan orang lain Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek berempati termasuk kategori kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter berempati adalah peserta didik yang bertindak, berpartisipasi dan terlibat sesuatu berdasarkan empati, ikut merasakan penderitaan kesedihan yang menimpa seseorang dan sering merasa

sedih ketika melihat teman atau orang lain mendapat musibah dan menghindari sikap masa bodoh. Sebagian peserta didik tidak memiliki rasa empati kepada teman dan tidak mau membantu teman yang sedang mengalami kesulitan.

Peranan orang tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter ini dengan mengajarkan dan memberikan pemahaman kepada peserta didik anak tentang kepedulian terhadap lingkungan.

Karena dengan berempati ini dapat membuat hubungan menjadi lebih dekat dengan orang lain.

Selain itu peranan guru BK di sekolah juga berperan penting dalam pembentukan karakter ini seperti meminta siswa untuk mengumpulkan uang jika salah satu teman mengalami musibah dan juga memberikan layanan informasi kepada peserta didik bagaimana cara menumbuhkan rasa empati kepada lingkungan dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam bidang sosial.

7) Berani

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek berempati terdapat 2 dari 42 peserta didik (4,76%) yang termasuk kategori sangat baik, tidak ada satupun peserta didik yang termasuk pada kategori baik, 8 dari 42 peserta didik (19.05%) yang termasuk kategori cukup baik, 27 dari 42 peserta didik (64,29%) yang termasuk kategori kurang baik dan 5 dari 42 peserta didik (11,90%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek berani termasuk kategori kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter berani ini berarti peserta didik yangtetap teguh memegang kebenaran, tidak peduli tekanan negatif, tidak takut gagal, tidak takut menyuarakan suara hati, berani berbuat karena merasa benar.

Sebagian peserta didik takut untuk mengemukakan pendapat ketika proses belajar dan juga takut menegur teman yang melakukan kesalahan. Peranan orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter ini seperti mengajarkan peserta didik untuk mandiri dan memberikan motivasi atau dukungan

102

(10)

kepada peserta didik jika melakukan sesuatu.

Selain itu guru BK di sekolah juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter ini dengan cara meminta siswa untuk tampil didepan kelas, mengajak peserta didik untuk mengikuti lomba dan juga meminta peserta didik mengeluarkan pendapat ketika proses belajar sehingga dapat menimbulkan keberanian dalam dirinya.

Selain itu guru BK juga dapat memberikan layanan informasi kepada peserta didik bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri dengan memberikan pemahaman dalam bidang pribadi.

b. Karakter yang Bersumber dari Olah Kinestetika

1) Bersih dan Sehat

Bersih dan sehat adalah bersih jiwa dan raga serta memelihara kebersihan di lingkungan sekitar.

Setiap peserta didik harus memiliki karakter ini dalam dirinya. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek bersih dan sehat terdapat 1 dari 42 peserta didik (2,38%) yang termasuk kategori sangat baik, 5 dari 42 peserta didik (11,90%) termasuk kategori baik, 24 dari 42 peserta didik (57,14%) yang termasuk kategori cukup baik, 7 dari 42 peserta didik (16,67%) yang termasuk kategori kurang baik dan 5 dari 42 peserta didik (11,90%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Bersih dan sehat adalah kesinambungan kesehatan personal. Ini merupakan aktifitas individu, keluarga atau masyarakat, dengan niat memajukan atau menguatkan keasadaran tentang kesehatan, mencegah atau mengobati penyakit.

Gaya hidup sehat termasuk seluruh keputusan kesehatan yang dibuat orang (baik individu atau kelompok) untuk diri mereka atau keluarga mereka tetap mendapatkan kebugaran fisik dan mental. Gaya hidup dan sehat berarti berolah raga untuk melanggengkan kebugaran fisik dan kesehatan mental.

Ia juga berarti makan yang baik, mengobati diri, memperhatikan

kesehatan dengan baik dan menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan seperti merokok dan menggunakan narkoba.

Gaya hidup sehat juga berarti memerhatikan penyakit-penyakit ringan, memperhitungkan kondisi jangka panjang, atau mengamati kesehatnnya sendiri.

Dukungan gaya hidup sehat mempunyai nilai yang penting dan sangat dipertimbangkan di negara- negara berkembang dengan adanya sistem layanan kesehatan. Tetapi ia juga mempunyai peran yang esensial di Negara-negara maju di mana rakyatnya menjadi lebih sadar tentang kesehatan mereka dan mempunyai peran lebih besar dalam kehati hatian atas diri mereka.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek bersih dan sehat termasuk kategori cukup baik meskipun sebagian dari peserta didik masih memiliki karakter yang kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter yang bersih dan sehat adalah peserta didik yang memiliki bersih jiwa dan raga serta memelihara kebersihan di lingkungan sekitar.

Peserta didik di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang kurang memperhatikan kebersihan baik dirinya maupun lingkungan sekitarnya seperti tidak menngosok gigi kesekolah dan tidak membersihkan lingkungan sekolah yang kotor. Peranan orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter peserta didik dengan cara mengingatkan peserta didik untuk berpakaian bersih dan rapi kesekolah, mengajarkan pentingnya kebersihan bagi peserta didik.

Selain itu guru di sekolah juga berperan dalam pembentukan karakter peserta didik dengan cara mengajak peserta didik untuk bekerjasama dalam membersihkan lingkungan sekolah yang kotor dan juga memberikan informasi kepada peserta didik bahaya bagi kesehatan jika tidak memelihara kebersihkan. Guru BK juga dapat memberikan layanan informasi untuk pada bidang pribadi dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik pentinya hidup bersih.

105

(11)

2) Sportif

Sportif adalah menghargai dan mentaati aturan main, dapat menerima kemenangan dan kekalahan apa adanya secara positif. Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek sportif terdapat 1 dari 42 peserta didik (2,38%) yang termasuk kategori sangat baik, 11 dari 42 peserta didik (26,19%) termasuk kategori baik, 6dari 42 peserta didik (14,29%) yang termasuk kategori cukup baik, 21 dari 42 peserta didik (50,00%) yang termasuk kategori kurang baik dan 3 dari 42 peserta didik (7,14%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Makna sportif, support dan kejujuran sport asalnya berarti olah raga. Tapi pada peristilahan sekarang ini sportilitas sebagai bentuk berikutnya dari kata sport itu mengalami perubahan arti menjadi kejujuran. Transformasi makna tersebut adalah sebagai buah dari hakikat olah raga untuk mencapai sehat. Sehat memiliki kedekatan arti dengan kejujuran. Arti jujur di sini bukan berarti jujur yang polos. Tapi jujur yang sebenarnya, yang memegang kaidah kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Support asalnya bermakna dukungan dan sokongan. Kedua duanya mengarah pada cara-cara yang sehat. Kemudian pada defenisi kekinian, support menjadi padanan dari kata kejujuran. Jujur menempatkan sesuatu konteks yang seharusnya. Kalau demikian, suatu hubungan yang melibatkan diri dengan orang lain dikatakan benar, apabila menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, sikap hidup sehat dan menyokong keduanya.

Salah satu contoh kegiatan yang dapat ditawarkan kepada anak didik yang akan menguji kejujuran mereka adalah acara tukar kado. Acara tukar kado adalah sebua kegiatan yang akan sangat mungkin peserta melakukan kecurangan, tetapi di sisi lain, justru menjadi sebuah peluang yang akan memperlihatkan bagaimana karakter anak.

Bagaimana cara mensportifkan anak.

Tindakan sportif akan selalu dibenarkan dimana saja. Sikap mental ini perlu terus di pupuk dan dikembangkan dalam rangka mencetak generasi muda masa depan yang benar-benar bisa di unggulkan. Usaha

mengingatkan anak didik bisa dikemas dalam bentuk kegiatan saling menghargai.

3) Bersahabat

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek bersahabat tidak ada satupun peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat baik, 4 dari 42 peserta didik (9,52%) termasuk kategori baik, 15 dari 42 peserta didik (35,71%) yang termasuk kategori cukup baik, 12 dari 42 peserta didik (28,57%) yang termasuk kategori kurang baik dan 11 dari 42 peserta didik (26,19%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Dalam menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik diperlukan adanya bentuk keteladanan dan pembiasaan. Secara psikologis perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran, dipengaruhi dari apa yang mereka ingat dan meniru apa yang mereka lihat. Sifat peserta didik yang suka meniru sehingga perlu adanya keteladanan dari seorang guru. Guru hendaknya memberi contoh yang baik kepada peserta didiknya.

Maksud memberi contoh bukan sekedar menjelaskan, melainkan perilaku guru harus mencerminkan sikap-sikap yang baik.

Hal sederhana yang dapat dilakukan guru dalam hal ini minsalnya dengan membiasakan untuk menyapa atau mengucapkan salam (bagi yang beragama Islam) ketika bertemu dengan peserta didik. Hal ini membuat peserta didik akan terbiasa dengan sikap bersahabat/

komunikatif guru-guru mereka, dan selanjutnya menjadikan guru-guru mereka sebagi contoh atau model bagi mereka dalam bersikap dan berprilaku.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek bersahabat termasuk kategori cukup baik.

Peserta didik yang memiliki karakter bersahabat ini adalah peserta didik yang memperlihatkan rasa senang berbicara bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

Sebagian peserta didik masih sulit bergaul lebih dengan teman baru mereka lebih suka menyendiri dan juga berteman secara kelompok.

1

108

(12)

Peranan orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter ini seperti memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa kita hidup dilingkungan ini saling membutuhkan dan berbuat baik dengan semua orang. selain itu guru juga dapat membentuk karakter peserta didik seperti memberikan informasi kepada peserta didik bagaimana cara berteman yang menyenangkan dan memberikan pemahaman bahwa persahabatan itu sangat penting bagi peserta didik.

c. Perkembangan Karakter Peserta Didik Tunagrahita yang Bersumber dari Olah Rasa dan Karsa

1) Kemanusiaan

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek kemanusiaan 3 darai 42 peserta didik (7,14%) termasuk dalam kategori sangat baik, 24 dari 42 peserta didik (57,14%) termasuk kategori baik, tidak ada satupun peserta didik termasuk dalam kategori cukup baik, 15 dari 42 peserta didik (35,71%) yang termasuk kategori kurang baik dan tidak ada satupun peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat kurang baik.

Menurut Art-Ong Jumsai dan Na- Ayudha (2008) berpendapat prinsip dasar dalam pembelajaran Nilai-nilai Kemanusiaan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kemanusiaan adalah bagian integral dari semua mata pelajaran dan semua kegiatan disekolah dan di rumah.

2. Lima nilai kemanusiaan yaitu kebenaran, kebijakan, kedamaian, kasih saying dan tanpa kekerasan merupakan satu kesatuan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika satu nilai hilang maka semua nilai yang lain akan hilang.

3. Nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa diajarkan, mereka harus dibangkitkan dari dalam diri siswa.

Transformasi seorang tidak bisa terjadi hanya melalui pelajaran, tetapi dapat dicapai melalui upaya- upaya membangkitkan kesadaran diri, yaitu bila nilai-nilai itu muncul dari dalam siswa.

4. Pada kehidupan nyata, segala sesuatu saling berkaitan. Oleh

karena itu pengalaman belajar yang baik adalah pendekatan terpadu.

Dalam hidup kita sehari-hari, kita tidak hanya memiliki satu nilai sepanjang hari.

5. Pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan secara terpadu memberi siswa kemampuan untuk memecahkan masalah dari berbagai perspektif dengan memberikan beragam pengalaman yang saling berkaitan.

6. Pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan secara terpadu membuka wawasan akan dunia yang lebih luas bagi guru dan siswa membuat proses belajar menjadi jauh lebih menarik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek kemanusiaan termasuk kategori baik. Peserta didik yang memiliki karakter kemanusiaan adalah peserta didik yang sering menolong atau orang lain yang mengalami musibah dan menghindari sikap sewenang-wenang terhadap orang lain. Sebagian peserta didik tidak peduli dengan teman yang lain dan membiarkan teman yang memiliki kekurangan di olok- olokan oleh teman yang lain.

Peran orang tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter ini seperti memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa tidak boleh mencela kekurangan orang lain dan ikut membantu teman yang sedang mengalami kesulitan.

Guru di sekolah juga dapat membantu membentuk karakter pesera didik dengan cara membiasakan peserta didik membantu teman yang sedang mengalami musibah dan mengajak peserta didik berkunjung kerumah teman yang sedang sakit.

2) Sikap Hormat

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek sikap hormat terdapat 3 dari 42 peserta didik (7,14%) yang termasuk kategori sangat baik, 8 dari 42 peserta didik (19,05%) termasuk kategori baik, 16 dari 42 peserta didik (38,10%) yang termasuk kategori cukup baik, 6 dari 42 peserta didik (14,29%) yang termasuk kategori kurang baik dan 9 dari 42 peserta didik (21,42%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Sikap hormat adalah suatu sikap saling menghormati satu sama lain lebih muda, hormat kepada yang tua, menyayangi yang lebih muda. Sikap

111

112

(13)

hormat tidak akan lepas dari rasa menyayangi satu sama lain karena tanpa adanya rasa hormat, takan tumbuh rasa saling menyayangi yang ada hanyalah selalu menganggap kecil atau remeh orang lain.

Contoh dari sikap hormat itu sendiri adalah menghargai satu sama lain pada saat kita dimasyarakat kita harus mengayomi yang tua lindungi yang muda, yang muda melindungi yang kecil.

Manfaat menghormati orang lain : 1. Orang lain lebih termotivasi untuk

menjadi lebih baik

2. Orang lain akan lebih mau dekat dengan kita

3. Orang tersebut nantinya juga akan lebih mudah menghargai orang lain pula, sebab mereka sudah menerimanya dari kita.

Manfaat lain dari mengormati orang lain yaitu :

a. Saling membutuhkan

Ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan sendiri dengan baik. Guru membutuhkan murid, penulis membutuhkan pembaca. Tentu saja kondisi ini berlaku pula sebaliknya, jadi intinya kita semua saling membutuhkan.

b. Saling menguntungkan

Salain saling membutuhkan, ternyata kita semua juga bisa saling menguntungkan. Kita merasa beruntung karena bisa berbagi dengan orang lain. Kita mendapat pemasukan uang dan mendapat kepuasan karena ada orang lain yang mau menggunakan hasil karya kita. Orang lain juga merasa diuntungkan dengan keberadaan kita karena mereka bisa mendapatkan apa yang mereka perlukan dari kita.

c. Saling mengisi

Tidak ada satu orang pun yang benar-benar serupa dengan orang lain.

Anak kembar sekalipun memiliki perbedaan. Kita memiliki perbedaan dalam kepribadian, talenta, kemampuan, gaya hidup, kebiasaan, dan kebutuhan. Namun perbedaan inilah yang membuat hidup menjadi lebih kaya, bervariasi, dan menyenangkan karena kita saling mengisi.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek sikap hormat termasuk kategori cukup baik.

Sikap hormat adalah bersikap dan

berprilaku menghargai diri sendiri dan orang lain dan menghindari sikap meremehkan hasil usaha orang lain dan pendapat orang lain.

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek sikap hormat terdapat 3 dari 42 peserta didik (7,14%) yang termasuk kategori sangat baik, 8 dari 42 peserta didik (19,05%) termasuk kategori baik, 16 dari 42 peserta didik (38,10%) yang termasuk kategori cukup baik, 6 dari 42 peserta didik (14,29%) yang termasuk kategori kurang baik dan 9 dari 42 peserta didik (21,42%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek sikap hormat termasuk kategori cukup baik.

Sikap hormat adalah bersikap dan berprilaku menghargai diri sendiri dan orang lain dan menghindari sikap meremehkan hasil usaha orang lain dan pendapat orang lain.

3) Gotong Royong

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek gotong royong tidak ada satupun peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat baik, 3 dari 42 peserta didik (7,14%) termasuk kategori baik, 10 dari 42 peserta didik (23,81%) yang termasuk kategori cukup baik, 12 dari 42 peserta didik (28,57%) yang termasuk kategori kurang baik dan 17 dari 42 peserta didik (40,48%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Salain mempercepat dalam melakukan suatu pekerjaan / tujuan gotong royong memiliki banyak manfaat.

Manfaat yang dapat diambil dari budaya masyarakat Indonesia diantaranya adalah:

a. Menumbuhkan rasa solidaritas

Jika kebudayaan gotong royong tetap terjaga dalam kehidupan bermasyarakat tentunya solidaritas antar warga akan sulit terjalin dengan baik.

b. Menumbuhkan sikap kebersamaan Dalam suatu lingkungan tentunya harus terjalin kerukunan antar penghuninya. Dengan adanya

114

(14)

gotong royong kita sering kali berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar sehingga akan

menumbuhkan sikap dan

kebersamaan.

c. Meringankan beban pekerjaan Sewaktu saya kecil dulu gotong royong menjadi hal yang sering dilakukan oleh penduduk desa baik dalam pembuatan rumah, jembatan, dll. Dengan pengerjaan yang dilakukan orang banyak tentu pekerjaan akan lebih cepat terselesaikan dan lebih ringan mengerjakannya.

Contoh gotong royong di sekolah : 1. Membersihkan lingkungan kelas

dan lingkungan sekolah.

2. Mengecat pagar sekolah

3. Membersihkan dan menanam tanaman di taman sekolah

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek gotong royong termasuk kategori sangat kurang baik. Gotong royong adalah tindakan dan sikap mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama.

Peranan orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter ini dengan cara memberikan sebuah tugas rumah dengan berbagi tugas bersama keluarga, seperti membersihkan perkarangan rumah dengan saudara. Selain itu guru di sekolah juga bisa membentuk karaktek peserta didik dengan cara mengadakan gotong royong bersama-sama di kelas. Guru BK dapat memberikan layanan informasi kepada peserta didik pentingnya gotong royong bersama-sama di sekolah dengan bidang sosial fungsi pemahaman.

4) Kerja Keras

Gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang dari aspek kerja keras 4 dari 42 peserta didik (9,52%) termasuk dalam kategori sangat baik, 1 dari 42 peserta didik (2,38%) termasuk kategori baik, 13 dari 42 peserta didik (30,95%) yang termasuk kategori cukup baik, 13 dari 42 peserta didik (30,95%) yang termasuk kategori kurang baik dan 11 dari 42 peserta didik (26,19%) termasuk kategori sangat kurang baik.

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kerja keras juga dapat didefenisikan semangat pantang menyerang diikuti keyakinan yang kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-citanya. Banyak penelitian yang mengungkapkan salah satu kunci keberhasilan seseorang adalah kerja keras.

Sikap pantang menyerah, dan berani mencoba lagi, dan lagi. Sebaliknya, penyebab kegagalan seseorang biasanya karena mereka menginginkan atau memimpikan sesuatu, namun tidak memiliki semangat dan tekad yang kuat ungtuk menggapai imoiannya.

Seorang pekerja keras biasanya memiliki sikap kegigihan yang kuat untuk melakukan upaya dan usaha keras agar bisa menggiringnya untuk meraih cita-cita.

Hal ini mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras dan belajar lebih giat lagi dan tidak membuat orang takut untuk mencoba, meskipun pernah mengalami kegagalan.

Secara umum perkembangan karakter peserta didik tunagrahita dari aspek kerja keras termasuk kategori kurang baik. Peserta didik yang memiliki karakter kerja keras adalah peserta didik yang sering membantu pekerjaan orang tua di rumah, guru, teman, dan yang lainnya, berupaya belajar mandiri dan berkelompok, bisa mengerjakan tugas rumah dan sekolah. Sebagian peserta didik yang tidak mau membantu ibunya di rumah dan juga tidak mau membersihkan perkarangan sekolah bersama teman.

Peranan orang tua dapat membantu peserta didik dalam membentuk karakter kerja keras ini dengan memberikan tugas rumah sesuai dengan kemampuan peserta didik seperti membersihkan kamarnya sendiri dan juga meminta anak mencuci pakaian nya sendiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Miftahul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang secara keseluruhan sudah cukup baik. Dengan uraian sebagai berikut :

1. Karakter yang Bersumber dari Olah Hati

Perkembangan karakter yang bersumber dari olah hati peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Mifathul Jannah Keluarahan

(15)

Batu Gadang Kota Padang secara keseluruhan berada pada kategori cukup baik 76,19%.

2. Karakter yang Bersumber dari Olah Kinestetika

Perkembangan karakter yang bersumber dari olah kinestetika peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Mifathul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang secara keseluruhan berada pada kategori cukup baik 73,81%.

3. Karakter yang Bersumber dari Olah Rasa dan Karsa

Perkembangan karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa peserta didik tunagrahita di SLB Hikmah Mifathul Jannah Kelurahan Batu Gadang Kota Padang secara keseluruhan berada pada kategori cukup baik

66,67%.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, saran peneliti adalah kepada:

1. Peserta didik tunagrahita, agar peserta didik meningkatkan perkembangan karakter yang telah ia miliki dalam dirinya.

2. Guru BK, agar dapat membantu peserta didik tunagrahita meningkatkan karakter yang ada dalam dirinya dan untuk menyusun program yang akan diberikan kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

3. Wali kelas, sebagai bahan masukan kerja sama dengan guru BK dalam pembentukan karakter peserta didik dan dalam proses belajar mengajar.

4. Kepala sekolah, sebagai bahan masukan dalam menyusun program dan kebijakan sekolah dengan cara ikut serta dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

5. Peneliti selanjutnya, dapat sebagai sumber informasi dan bisa melakukan penelitian mengenai masalah ini dari variabel yang berbeda.

6. Orang Tua, ikut serta dalam mengembangkan karakter anaknya dan bekerjasama dengan guru di sekolah.

7. Pengelola program studi, Sebagai tambahan bacaan di perpustakaan STKIP PGRI Sumatra Barat dan sebagai tambahan literatur dalam makalah anak berkebutuhan khusus.

KEPUSTAKAAN

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembentukan Nilai Karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004.

Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta .

Amri, Sofyan, dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Karaya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

Apriyanto, Nunung. 2014. Seluk Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta:

Javalitera.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling & psikoterapi. Bandung:

Refika Aditama.

Denin, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Desmita. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psipedagogik Anak Bekelainan.

Jakarta: Bumi Arkara.

Kemis. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Bandung Luxima Metro Media.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011.

Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mahmud. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandun: Pustaka Setia.

Mirza Iskandar, 2005. Motivasi Kecerdasan Spritual, Bandung: Wahana Karya Grafika.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Panitia Sertifikasi Guru, Pendidikan Luar Biasa, 2012. Padang: Kemendikbud Riduwan.2006. Belajar Mudah untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta.

Retno Listyarti. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan kreatif. Jakarta: Erlangga.

Sumekar, Ganda. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press.

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: alfabeta.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

121

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik tunagrahita SLB Negeri Semarang ini tentunya memiliki sifat, karakter yang berbeda-beda, sehingga disini guru memiliki tantangan tersendiri untuk memilih cara