1
Progam Studi Keperawatan Progam Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Univesitas Kusuma Husada Surakarta
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYHPOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
AMAN DAN NYAMAN : ANSIETAS
¹Sayyidatun Rokhmah, ²Titis Sensussiana
¹Mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
²Dosen D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email : [email protected]
ABSTRAK
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa. Salah satu pelaksanaan yang dapat diberikan yaitu terapi bermain puzzle. Terapi yang dilakukan dengan menggunakan puzzle seperti gambar buah, hewan, dan sayuran, terapi bermain puzzle dapat menurunkan kecemasan pada anak,meningkatkan kreatifitas pada anak dan dapat mengalihkan perhatian akibat hospitalisasi. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan demam thypoid dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman : ansietas di RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kasus. Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah satu pasien anak demam thypoid di Ruang Amarillis RSUD Gondo Suwarno Ungaran. Hasil dari pemberian terapi bermain puzzle pada pasien demam tyhpoid sebanyak 1 kali sehari dalam waktu 15 menit selama 3 hari didapatkan hasil terjadi penurunan kecemasan. Pemberian terapi bermain puzzle ini efekfif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien demam thypoid.
Kata Kunci : Terapi bermain puzzle, Kecemasan, Demam Tyhpoid
2
Nursing Diploma III Program Faculty of Health Sciences Universitas Kusuma Husada Surakarta 2022
NURSING CARE FOR A CHILD WITH TYPHOID FEVER IN MEETING THE NEED FOR SAFE AND COMFORT: ANXIETY
Sayyidatun Rokhmah¹, Titis Sensussiana²
¹ Student, Nursing Diploma III Program, Universitas Kusuma Husada Surakarta
² Advisor, Nursing Diploma III Program, Universitas Kusuma Husada Surakarta Email: [email protected]
ABSTRACT
Typhoid fever is an acute infectious disease that affects the gastrointestinal tract caused by the Salmonella thyposa bacterium. Puzzle is one of therapies that can be given to patients. The puzzle can be in the form of fruits, animals, and vegetables. Playing puzzle as a therapy can reduce anxiety, increase creativity and divert attention of children due to hospitalization. The purpose of this case study is to describe the implementation of nursing care for children with typhoid fever in meeting the need for security and comfort: anxiety at Dr. RSUD. Gondo Suwarno Ungaran
This was descriptive research using a case approach method. The subject used in this case study was a pediatric patient with typhoid fever in the Amarillis Room, Gondo Suwarno Hospital. The results of providing puzzle as therapy to typhoid fever patients 1 time a day for 15 minutes carried out in 3 days showed decrease in anxiety. This Puzzle therapy is effective in reducing anxiety levels in patients with typhoid fever.
Keywords: Playing Puzzle Therapy, Anxiety, Typhoid Fever
3 PENDAHULUAN
Demam tyhpoid ialah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa.
Demam berbahaya jika tidak segera di tangani secara baik dan benar bahkan menyebabkan kematian. Prognosis menjadi tidak apabila terdapat gambaran klini seperti demam tinggi, kesadaran menurun, dan komplikasi misalnya dehidrasi dan asidosis perforasi (Elizabeth Purba et.al).
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus tyhpoid diseluruh dunia mencapai angka antara 11 sampai 21 juta kasus dan 128.000-1.61.000 kematian setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia di perkirakan antara 800.000- 100.000 orang yang terkena penyakit demam tyhpoid sepanjang tahun. Untuk kasus demam thypoid di RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran mencapai 2.137 pasien dimana 296 pasien diantaranya pasien anak. Dan di jawa tengah kasus demam tyhpoid sebanyak 244.071. Kasus demmam tyhpoid di derita oleh anak-anak sebesar 91% Gdengan angka kematian 20.000 pertahunnya (WHO, 2018).
Prevalensi kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Di dapatkan rata-rata anak yang mengalami rawat inap dirumah sakit diseluruh Indonesia adalah 2,8% dari jumlah total 82.666 orang. Angka kesakitan pada anak usia toddler 1 tahun 8 bulan apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,14%. Anak yang dirawat dirumah
sakit akah berpengaruh pada kondisi fisik dan pskisnya.
Ansietas merupakan suatu perasaan yang berlebihan terhadap kondisi ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran atau ketakutan terhadap ancaman nyata yang dirasakan.
Kondisi ini yang dialami secara subjektif dan di komunikasikan dalam hubungan internasional. Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak dan bahkan menyebabkan kematian (Saputro, 2017).
Ansietas juga ditandai dengan gejala mayor yaitu merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi dan sulit berkonsentrasi (SDKI, 2017).
Menurut (Tety, 2020) penekanan pada sistem imun selain menghambat proses penyembuhan juga menyebabkan watktu perawatan lebih lama dan bahkan mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan sehingga memerlukan peran perawat dalam menimimalkan kecemasan tersebut.
Anak yang mengalami demam tyhpoid akibat hospitalisasi akan menimbulkan kecemasan dan stress dimana hal itu diakibatkan karena adanya perpisahan, kehilangan control, ketakutan mengenai kesakitan pada tubuh (Kili, 2017). Bermain merupakan kegiatan yang dilakukam dengan mempergunakan alat, memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun
4 mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2016).
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang mememiliki alasan berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman traumatik dan penuh dengan stress. Perasaan yang muncul yaitu cemas, sedih, takut dan merasa bersalah (Wulandari & Ernawati, 2016).
Pada anak hospitalisasi yang belum diberikan terapi bermain bisa saja anak mengalami kecemasan dimana hal itu diakibatkan karena adanya perpisahan, kehilangan control, ketakutan mengenai kesakitan pada tubuh dimana kondidi tersebut belum dialami sebelumnya yang akan menimbulkan kecemasan dan gangguan perkembangan (Setiawati, 2019).
Salah satu rencana keperawatan atau intervensi yang dilakukan adalah secara mandiri oleh perawat dalam rangka mengenai masalah kecemasan anak akibat hospitalisasi adalah terapi bermain puzzle. Anak dengan usia toddler bermain puzzle 2-4 keping, anak dengan usia 2 tahun menggunakan puzzle 5-6 keping, serta anak usia 3 tahun menggunakan puzzle 7-8 keping (Saputro & Fazrin, 2017).
Dengan bukti analisis menunjukkan nilai rata- rata tingkat kecemasan pada anak usia toddler sebelum diberikan terapi bermain puzzle sebesar 50 (kecemasan sedang) dan setelah dilakukan terapi bermain puzzle diperoleh
nilai rata-rata 26 (kecemasan sedang) yang berarti terjadi penurunan tingkat kecemasan anak usia toddler dengan nilai rata-rata 16 (kecemasan ringan).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengimplementasikan terapi bermain untuk menurukan tingkat kecemasan hospitalisasi dengan pengelolaan “Asuhan Keperawatn Pada Anak Dengan Demam Tyhpoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman : Ansietas”.
METODE PENELITIAN
Studi kasus ini untuk yang tertuang dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menegtahui masalah asuhan keperawatan pada anak demam tyhpoid dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman : ansietas.
Subjek yang digunakan adalah seorang anak demam tyhpoid. Dengan kriteria inklusi yaitu pasien dengan Demam Tyhpoid sedang mengalami kecemasan di RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran, pada anak usia 1-3 tahun yang dirawat dirumah sakit, keadaan komposmentis dan pasien kooperatif.
Fokus pada studi kasus ini pada anak dengan demam tyhpoid dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman : ansietas, salah satu dilakukan menggunakan terapi bermain puzzle, terapi tersebut dilaksanakan selama 15 menit dalam 3 kali selama 3 hari berturut-turut. Waktu pengambilan kasus yang dilakukan selama 3 hari perawatan dengan melakukan tindakan terapi bermain puzzle selama 15 menit dalam rentang waktu 17 Januari 2022- 29 Januari 2022.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus, dapat diketahui pasien mengalami kecemasan hospitalisasi berdasarkan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya rewel, menangis, merasa bingung dengan lingkungan barunya, merasa khawatir ketika di dekati petugas kesehatan, sulit berkosentrasi saat diajak berinteraksi. Selanjutnya untuk menunjang data dilakukan pengamatan didapatkan data objektif pasien tampak tegang dan gelisah, pasien tampak pucat, tidak mau menatap lawan bicaranya saat di temui, pasien tidak mau lepas dari gendongan ibuya dan tidak mau ditemui. Selanjutnya dilakukan pengukuran kecemasan dengan SCAS didapatkan hasil dengan skor 50 dengan intepretasi kecemasan sedang. Menurut jurnal penelitian (Susanti, 2017) kecemasan sedang pada anak menunjukkan tanda dan gejala mulai dari berkeringat, menangis dan pola tidur berubah.
Dan menurut (Utami, 2017) menyebutkan anak yang mengalami kecemasan, anak menjadi gelisah, takut jauh dari orang tua dan rewel. Penyebab kecemasan pada anak adalah cemas terhadap petugas medis atau rasa cemas karena berada di lingkungan yang baru.
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu melakukan terapi bermain puzzle. Setelah dilakukan terapi keperawatan terapi bermain puzzle selama 3x24 jam diharapkan masalah keperawatan ansietas pada pasien teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut: Tingkat ansietas (L.0903) verbalisasi perilaku gelisan menurun, perilaku tegang menurun. Intervensi yang dibuat penulis berdasarkan diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan
krisis situsional adalah melakukan terapi bermain (I.10346). Observasi : monitor respon anak terhadap terapi, monitor tingkat kecemasan anak selama bermain. Terapeutik : menyediakan peralatan bermain puzzle yang aman, sesuai kreatif, tepa guna, peralatan yang dapat mendorong eskpresi pengetahuan &
perasaan anak, Edukasi : menjelaskan tujuan dan prosedur terapi bermain bagi anak dan orang tua. Menurut (Cahyaningsih, 2016) perkembangan bertambanhnya kemapmpuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Menurut (Saputro & Fazrin, 2017) terapi bermain adalah suatu kegiatan anak- anak yang dilakukan berdasarkan keinginan sendiri untuk menghindari kecemasan dan mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan bermain anak dapat menimgkatkan daya pikir anak untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan mental anak.
Untuk mengatasi kecemasan hospitalisasi penulis melakukan implementasi terapi bermain puzzle sesuai jurnal penelitian (Wiliam, 2016) yaitu selama 3 hari berturut- turut, 1 kali sesi dengan durasi 15 menit.
Sebelum dilakukan terapi bermain penulis melakuksn implementasi sebagi berikut : monitor respon anak terhadap terapi, monitor tingkat kecemasan anak selama bermain, menyediakan peralatan bermain yang aman sesuai kreatif, tepa guna, peralatan yang merangsang perkembangan anak, yang mendorong ekspresi pengetahuan dan perasaan
6 anak, menjelaskan tujuan dan terapi bermain bagi anak & orang tua, jelaskan prosedur terapi bermain puzzle kepada anak dan orang tua dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Terapi bermain dapat dilakukan untuk proses penyembuhan dan membantu anak untuk meminimalisir kesulitannya dan meraih fungsi perkembangan potensi anak secara optimal dalam bidanhg fisik, intelektual, emosi dan moral melalui aktivitas yang menyenangkan berupa permainan.
Apabila terapi bermain ini tidak segera dilakukan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan anak selama dirumah sakit.
Pada evaluasi, penulis melakukan evaluasi berjalan (sumatif) dimana evaluasi sumatif dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan beriorentasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format SOP (Olfah, 2016). Evaluasi dilakukan selama 3 hari. Berdasarkan hasil studi yaitu mengambil masalah ansietas berhungan dengan krisis situsional ditandai dengan pasien tampak tegang dan gelisah, menunjukkan penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi bermain puzzle ke 3. Pada hari pertama dilakukan pengkajian Selasa, 18 januari 2022 pukul 10.00 wib skor pasien 50 (kecemasan sedang) pasien tampak pucat, pasien tidak mau menatap lawan bicara, pasien takut denganpetugas atau perawat yang datang, ibu pasien mengatakan anaknya mau bermain tetapi didampingi oleh ibunya, tidak mau ditinggal, dan anaknya masih merasa tegang dan gelisah. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.
Pada hari Rabu, 19 Januari 2022 pukul 13.00 wib pasien tampak anaknya masih sedikit takut dengan petugas atau perawat yang datang dengan skor kecemasan 26 (kecemasan sedang) anak sudah mau menatap lawan bicaranya meskipun sebentar dan kooperatif.
Dari hasil daiatas disimpukan bahwa masalah belum teratasi.
Pada hari Kamis, 20 Januari 2022 pukul 13.00 wib skor kecemasan pasien menjadi 16 (kecemasan ringan) diukur menggunkan SCAS, pasien sudah nampak tidak takut dengan petugas atu perawat yang datang, pasien masih sedikit gelisah. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi. Menurut (Oktiawati, 207) tujuan terapi dapat mengurangi rasa takut, mengurangi kecemasan, mengembangkan kognitif dan bertujuan untuk mengurangi respon fisiologis seperti peningkatan nadi.
Dengan ini menurut (Fitriani, 2017) bahwa terapi bermain puzzle dapat membantu perkembangan psikososial pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil evaluasi penulis dimana terapi bermain puzzle yang dilakukan selama 3 hari di dapatkan hasil skor hari pertama 50 (kecemasan sedang), hari kedua 26 (kecemasan sedang), dan hari ketiga 16 (kecemasan ringan). Maka terapi bermain puzzle efektif untuk menurunkan kecemasan hospitalisasi pada anak. Terapi puzzle bisa mengurangi kecemasan dengan cara pengalihan menggunakan puzzle melibatkan anak untuk menyusun puzzle sehingga anak tidak merasa cemas.
7 KESIMPULAN
Hasil pengkajian didapatkan data yaitu pasien mengeluh demam, muntah saat minum, dan nafsu makan menurun. Hasil dari pemeriksaan suhu 38,4°C, tingkat kecemasan sedang. Ibu pasien mengatakan anaknya selalu rewel, menangis,merasa bingung dengan lingkungan barunya, merasa khawatir ketika didekati petugas kesehatan, sulit berkomstrasi saat diajak berinterkasi, pasien juga tampak tegang dan gelisah.
Dari data pengkajian didapatkan prioritas diagnosa keperawatan yang pertama hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130), diagnosa yang kedua ansietas b.d krisis situsional d.d pasien tampak tegang dan gelisah (D.0080), dan diagnosa ketiga resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d nafsu makan menuruun dan muntah (D.0032).
Diagnosa prioritas adalah Ansietas berhubunga dengan tingkat kecemasan (D.0080), Tujuam dari tindakan yang dilakukan adalah setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat kecemasan teratasi dengan kriteria hasil perilaku tegang dan gekisah menurun.
Penulis menekankan terapi bermain puzzle sela 3 hari berturut turut dalam 1 kali sehari selama 15 menit setiap tindakan.
Hasil evaluasi didapatkan hari pertama skor kecemasa 50 (kecemasan sedang) menurun di hari ketiga menjadi 16 (kecemasan ringan). Oleh karena itu terapi bermain puzzle merupakan sakah satu cara efektif untuk menurunkan kecemasan yang dapat dilakukan
pada anak yang mengalami kecemasan hospitalisasi.
SARAN 1. Bagi perawat
Diharapakm para perawat khusunya di RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran dapat mengaplikasikan terapi bermain, baik permainan puzzle atau permainan lainnya untuk anak yang dirawat agar mencegah dan menurunkan tingkat kecemasan anak selama dirumah sakit.
2. Bagi rumah sakit
Diharapakan rumah sakit khusunya RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran dapat memberikan pelayanan kesehataan yang optimal dan mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan pasien dan keluarga pasien untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan bagi kesehatan pasien
3. Bagi institute pendidikan
Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagi sumber ilmu pengetahuan dalam keperawatan terutama dalam tindakan keperawatan terapi bermain puzzle untuk mengatasi kecemasan hospitalisasi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, W, 2017. Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak Jurnal ilmu keperawatan fakultas kedokteran Universitas
8 Lambung Mangkurat. Diakses 2 Januari 2019 (16.30)
https://novopsych.com/assesments/depression- anxiety-stress-scales-long-form-dass- 42/. Diakses pada tanggal 15 Juli 2018 Oktiawati, A. & Julianti, E. 2019. Buku Ajar
Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak. Jakarta:Trans Info Media Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan
tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi dengan penerapan terapi bermain. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1) : 9-12.
Elisabeth Purba, I., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., Kandun, N. (2016).
Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: Tantangan dan Peluang.
Media Penelit. Dan Pengemb. Kesehat.
26, 99–108.
doi:10.22435/mpk.v26i2.5447.99-108 Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. (2016).
Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : TIM
Olfah, (2016) Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Susanti, H.(2017) Alat Ukur Kecemasan.
Jakarta: Info media
Setiawati, Sekar Sulis 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pada Pasien Anak Di RS PKU Muhhamadiyah Yogyakarta. Skripsi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Wulandari , D., & Erawati, M. (2016). Buku
Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Utami, 2017. Kecemasan Pada Anak Gava Media Yogyakarta
Wiliam, 2016 Asuhan Keperawatan Anak : Erlangga