• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHIOLITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN

NYAMAN : KECEMASAN

Myta Riska Pratami

1

, Noerma Shovie Rizqiea

2

1

Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2

Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Bronchiolitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh virus Respiratory Syncytial Virus (RSV).

Anak penderita Bronchiolitis mengalami kecemasan selama hospitalisasi dikarenakan merasa asing dengan lingkungan baru, berhadapan dengan orang baru yang belum dikenal, dan perubahan pola hidup dari biasanya. Kecemasan dapat berdampak pada proses perawatan akibat anak tidak kooperatif. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan bronchiolitis dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman : kecemasan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus.

Subjek studi kasus adalah satu orang pasien anak usia 6 tahun dengan bronchiolitis yang mengalami kecemasan di RSUD Karanganyar. Metode pengambilan data menggunakan observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchiolitis dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman : kecemasan dengan masalah keperawatan ansietas (D.0080).

Implementasi yang diberikan adalah tindakan keperawatan terapi bermain jigsaw puzzle sekali sehari selama 4 hari berturut-turut dengan durasi 15-20 menit pada setiap sesinya. Didapatkan hasil pada saat pemberian terapi bermain jigsaw puzzle terdapat penurunan kecemasan yang diukur menggunakan Spence Children Anxiety Scale (SCAS) dari skala kecemasan 50 (kecemasan sedang) menjadi 20 (kecemasan ringan). Rekomendasi tindakan terapi bermain jigsaw puzzle dilakukan pada pasien anak dengan bronchiolitis yang mengalami kecemasan.

Kesimpulan tindakan terapi bermain jigsaw puzzle terbukti efektif digunakan untuk mengurangi kecemasan pada anak.

Kata kunci : Hospitalisasi, Anak Usia Prasekolah, Kecemasan, SCAS, Terapi Bermain Jigsaw Puzzle

Referensi : 40 (2012-2021)

(2)

2

Nursing Study Program Of Diploma 3 Programs Faculty Of Health Sciences University Of Kusuma Husada Surakarta 2022

PEDIATRIC NURSING CARE ON BRONCHIOLITIS PATIENT IN FULFILLMENT OF SAFE AND COMFORTABLE NEEDS: ANXIETY

Myta Riska Pratami

1

, Noerma Shovie Rizqiea

2

1)

Student of Nursing Study Program of Diploma 3 Programs, University of Kusuma Husada Surakarta

2)

Lecturer of Nursing Study Program of Undergraduate Programs, University of Kusuma Husada Surakarta

Email: [email protected] ABSTRACT

Bronchiolitis is an infection that attacks the lower respiratory tract caused by the Respiratory Syncytial Virus (RSV). Children with bronchiolitis experience anxiety during hospitalization because they are unfamiliar with the new environment, meeting new people, and changing lifestyles. Anxiety has an impact on the treatment process due to uncooperative children. The objective of the study was to determine the description of nursing care for children with Bronchiolitis in meeting the needs of safe and comfortable: anxiety.

The type of research was descriptive with a case study approach. The subject was a 6-year-old pediatric Bronchiolitis patient with anxiety at the Karanganyar Public Hospital. The data collection method used observation, interviews, documentation studies, physical examination, and the Spence Children's Anxiety Scale (SCAS) as a measuring tool. The case study illustrated nursing care management for Bronchiolitis children in accomplishing safety and comfort needs with anxiety nursing problems (D.0080). The nursing action of playing jigsaw puzzle therapy was implemented once a day for four consecutive days in 15-20 minutes per session. The therapy could reduce anxiety from an anxiety scale of 50 (moderate) to 20 (mild). Recommendation: jigsaw puzzle therapy could be performed in bronchiolitis patients with anxiety. Conclusion:

Jigsaw puzzle therapy could reduce children's anxiety.

Keywords : Hospitalization, Preschool-Age Children, Anxiety, SCAS, Jigsaw Puzzle Play Therapy.

References : 40 (2012-2021).

(3)

3 PENDAHULUAN

Bronchiolitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernafasan bawah akut dengan terjadinya inflamasi pada saluran bronkiolus. Penyebab terjadinya penyakit ini adalah virus Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Rahmayanti, 2020). Bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak dikarenakan pada usia tersebut mereka memiliki hidung dan bronkiolus yang mudah terhambat dibandingkan dengan orang dewasa (Junawanto dkk, 2016). Anak dengan usia pra sekolah aktivitasnya meningkat yang sering kali menyebabkan kelelahan sehingga berbagai penyakit dapat menyerang kapan saja, akibat daya tahan tubuh yang lemah anak harus menjalani rawat inap (Dini dkk, 2019). Pada kasus ini menimbulkan tingkat perawatan di rumah sakit, morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi (Wijaya, 2014). Pada masa ini anak terkadang mengalami pengalaman yang traumatis. Lingkungan rumah sakit adalah penyebab stress bagi anak dan orang tua, baik seperti gedung, alat dan bau yang khas dan petugas kesehatan (Dini dkk, 2019).

Pada tahun 2020 prevalensi kasus bronkiolitis meningkat sehingga menjadi penyebab penyakit tersering dengan tingkat kematian dari tingkat ke 6

menjadi tingkat ke 3. Jumlah kasus bronkiolitis di Amerika Serikat sering terjadi kasus bronkiolitis akibat kurang tercukupinya pemberian ASI dan makanan yang seimbang sehingga menimbulkan resiko terkena bronkiolitis (Junawanto dkk, 2016). Di Indonesia sendiri memiliki angka kejadian tertinggi karena infeksi saluran pernapasan pada tahun 2018 sebesar 9,3% (Kemenkes RI, 2018).

Hospitalisasi merupakan suatu keadaan yang terjadi pada anak saat dirawat di rumah sakit. Pada anak usia pra sekolah yang menjalani hospitalisasi akan berusaha beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit sehingga akan menimbulkan stressor bagi anak maupun orang tua. (Apriani & Made, 2021).

Dampak dari hospitalisasi khususnya bagi pasien anak dengan usia pra sekolah diantaranya kecemasan, merasa asing dengan lingkungan baru, berhadapan dengan orang baru yang belum dikenal, perubahan pola hidup dari biasanya serta harus mendapat tindakan keperawatan yang dapat menimbulkan nyeri atau rasa sakit (Nurfatimah, 2019).

Kecemasan merupakan respon seseorang terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan biasanya dialami oleh sebagian besar orang dalam kehidupan sehari harinya. Anak usia

(4)

4

prasekolah mengalami kecemasan perpisahan karena harus berpisah dengan lingkungan yang dirasakannya, maka pada anak berpengaruh pada kebutuhan amannya (Yati, 2017).

Kebutuhan aman dan nyaman (safety) berupa kebutuhan rasa keamanan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan ketakutan (Muhibin dan Marfuatun, 2020). Anak usia pra sekolah yang mengalami kecemasan cenderung tidak nyaman baik dengan apa yang ada pada dirinya atau ketika bersosialisasi, maka anak harus terpenuhi kebutuhan aman dan nyamannya (A’zam dkk, 2020).

Seorang perawat harus memahami bahwa semua tindakan keperawatan anak harus berpusat pada keluarga (family center care) untuk mencegah terjadinya trauma (atraumatic care).

Atraumatic care merupakan tindakan teraputik yang bertujuan untuk mengurangi stres yang diderita oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan (Usman, 2020).

Beberapa tindakan telah direkomendasikan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi, namun saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakini paling efektif yaitu dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak memiliki kesempatan untuk memainkan perasaan dan permasalahannya, anak

merasa menjadi orang yang paling penting, dapat mengatur situasi dan dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif untuk anak yang mengalami kecemasan, sehingga rasa aman nyamannya terpenuhi (Rohmah, 2018). Jenis permainan yang dipilih untuk anak usia pra sekolah yang banyak menggunakan kemampuan motorik (skill play) (Yulianto, 2021).

Contoh permainan pada anak usia pra sekolah antara lain, mewarnai gambar, menggambar, membangun teka teki dan menyusun puzzle (Dini dkk, 2019).

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat dalam rangka menangani masalah kecemasan pada anak akibat hospitalisasi adalah terapi bermain jigsaw puzzle. Terapi ini sangat mudah dan efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yaitu 3-6 tahun (Dini dkk, 2019).

Dengan bukti analisis menunjukkan nilai penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah sebelum diberikan terapi bermain jigsaw puzzle yaitu 50 (kecemasan sedang) dan setelah diberikan terapi bermian jigsaw puzzle diperoleh 20 (kecemasan ringan) yang berarti terjadi penurunan tingkat kecemasan anak prasekolah dengan nilai 30. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengimplementasikan

(5)

5 terapi bermain untuk menurunkan

tingkat kecemasan hospitalisasi. Tujuan umum untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchiolitis dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman : kecemasan.

METODE PENELITIAN

Studi kasus yang tertuang dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui masalah asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronchiolitis dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman : Kecemasan. Subjek yang digunakan adalah seorang anak dengan Bronchiolitis. Dengan kriteria inklusi yaitu dengan pasien Bronchiolitis sedang mengalami kecemasan di RSUD Karanganyar, pada anak usia 6 tahun yang dirawat di rumah sakit, keadaan komposmentis dan kooperatif.

Fokus studi kasus ini pada anak dengan Bronchiolitis dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman : kecemasan. Salah satu yang dilakukan adalah terapi bermain jigsaw puzzle dilaksanakan selama sekali sehari selama 4 hari berturut-turut dengan durasi 15-20 menit pada setiap sesinya.

Waktu pengambilan kasus yang dilakukan selama 4 hari dengan melakukan tindakan terapi bermain

jigsaw puzzle selama 15-20 menit dalam rentang waktu tanggal 26-29 Januari 2022.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan pada anak pada usia pra sekolah adalah Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS). Skala ini terdiri dari 26 pertanyaan kecemasan dengan skala 5 kategori, skor 0 = tidak gejala, 1 = kadang-kadang mengalami gejala, 2 = jarang mengalami gejala, 3 = sering mengalami gejala, 4 = sangat sering mengalami gejala. Kecemasan diklasifikasikan menjadi empat dan lima skor sub skala, skor yang lebih tinggi menunjukkan keparahan kecemasan yang lebih besar. Kecemasan ringan jika skor <26, kecemasan sedang jika skor 26-52, kecemasan berat jika skor 53-78, dan sangat parah jika skor >78.

Kuisoner ini diberikan kepada orang tua pasien sebelum atau disebut dengan pretest dan setelah atau posttest tindakan terapi bermain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi kasus, dapat diketahui pasien mengalami kecemasan hospitalisasi berdasarkan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien selalu rewel dan menangis, cemas, pasien seperti kebingungan ketika diberi pertanyaan menjawabnya lama.

Selanjutnya untuk menunjang data

(6)

6

dilakukan pengamatan didapatkan data objektif dari pasien tidak mau menatap lawan bicaranya yang baru ditemui, tatapan matanya tajam saat bertemu dengan orang asing, pasien nampak gelisah selalu memegangi baju ibunya tidak mau ditinggal, pasien takut dan selalu mengatakan tidak mau saat akan diperiksa keadaanya, pasien seperti kebingungan ketika diberi pertanyaan oleh penulis dan hanya memandangi wajah ibunya. Dilakukan pengukuran kecemasan dengan Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS) didapatkan hasil dengan nilai 50 (kecemasan sedang).

Menurut jurnal penelitian (Siswanti, 2017) pada anak yang menjalani hospitalisasi akan merasa cemas, rewel, menangis bahkan anak bisa memberontak. Dan menurut (Hidayati dkk, 2021) anak yang bertemu dengan orang asing serta suasana lingkungan baru akan cenderung merasa tidak nyaman dan dapat memicu terjadinya kecemasan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan terapi bermain jigsaw puzzle selama 4x24 jam diharapkan masalah keperawatan ansietas pada pasien teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut : Tingkat Ansietas (L.09093) verbalisasi perilaku gelisah menurun, perilaku menurun. Intervensi yang dibuat penulis berdasarkan

diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional adalah melakukan terapi bermain (I.10346) Observasi : Identifikasi perasaan anak yang diungkapkan selama bermain, monitor tingkat kecemasan anak selama terapi. Terapeutik : menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, sediakan waktu yang cukup untuk memungkinkan sesi bermain efektif. Edukasi : jelaskan tujuan bermain bagi anak dan orang tua, jelaskan prosedur bermain kepada anak dan/atau orang tua dengan bahasa yang mudah dipahami.

Menurut jurnal penelitian (Ananda, 2019) perkembangan anak antara proses sosioemosional dan kognitif merupakan hal yang berkaitan, diantaranya seperti perkembangan perilaku sosial bahasa, kognitif, fisik/motorik. Perkembangan motorik dapat dikembangkan melalui aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan kreativitas anak salah satunya adalah bermain. Menurut (Hidayati, 2021) terapi bermain merupakan proses keperawatan untuk penyembuhan dengan metode bermain pada anak yang mengalami masalah emosi akibat hospitalisasi. Terapi bermain ini mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku anak, meminimalisir kecemasan anak dan mempercepat

(7)

7 proses pemulihan selama dirawat

dirumah sakit.

Untuk mengatasi kecemasan hospitalisasi penulis melakukan implementasi terapi bermain jigsaw puzzle kepada An.F sesuai jurnal penelitian (Dini dkk, 2019) yaitu selama sekali sehari selama 4 hari berturut-turut dengan durasi 15-20 menit pada setiap sesinya. Sebelum terapi bermain, penulis melakukan implementasi sebagai berikut : mengidentifikasi perasaan anak yang diungkapkan selama bermain, monitor tingkat kecemasan anak selama terapi, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, menyediakan waktu yang cukup untuk memungkinkan sesi bermain efektif, menjelaskan tujuan bermain bagi anak dan orang tua, menjelaskan prosedur bermain kepada anak dan/atau orang tua dengan bahasa yang mudah dipahami. Terapi bermain dapat menurunkan tingkat ketakutan dan kecemasan pada anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit selain itu dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan koping anak (Hidayati dkk, 2021). Respon hospitalisasi jika tidak segera diatasi dapat menimbulkan rasa cemas yang berlebih pada anak karena lingkungan yang tidak nyaman, anak menjadi tidak kooperatif dalam menjalani perawatan hal tersebut dapat menghambat proses penyembuhan

bahkan mempercepat komplikasi selama perawatan (Yustiari dkk, 2021).

Pada evaluasi penulis melakukan evaluasi berjalan (sumatif) dimana evaluasi sumatif dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami keluarga, format yang dipakai adalah format SOAP (Olfah, 2016). Evaluasi dilakukan selama 4 hari, berdasarkan hasil studi yaitu mengambil maslah ansietas berhubungan dengan krisis situasional, menunjukan penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi bermain puzzle hari ke 4.

Pada hari pertama dilakukan pengkajian Rabu, 26 Januari 2022 pukul 09.00 WIB skor pasien 50 (kecemasan sedang) pasien nampak rewel dan menangis, takut, serta gelisah ketika ada petugas kesehatan memeriksa keadaannya. Pasien mampu menyusun puzzle namun ditemani oleh ibunya dan tidak mau ditinggal. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.

Pada hari Kamis, 27 Januari 2022 pukul 11.30 WIB ibu pasien mengatakan anaknya masih malu-malu saat didatangi penulis saat diajak bermain puzzle. An.F nampak malu dan takut saat diajak berbicara oleh penulis, An.F nampak bermain tetapi masih didampingi oleh

(8)

8

ibunya. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.

Pada hari Jumat, 28 Januari 2022 pukul 10.30 WIB ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak malu saat didatangi perawat untuk diperiksa. An.F nampak bermain tetapi masih ingin didampingi oleh ibunya, An.F nampak kooperatif saat menyusun puzzle. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.

Pada hari Sabtu, 29 Januari 2022 pukul 09.00 WIB ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak dan tidak takut saat didatangi perawat. An.F nampak senang bermain menyusun puzzle, An.F dapat menyebutkan jenis jenis protein hewani pada puzzle yang telah disusun, An.F menyusun puzzle tanpa didampingi dan dibantu ibunya. Hasil kuisioner kecemasan pada anak setelah terapi bermain turun menjadi 20 (kecemasan ringan). Dari hasil diatas bahwa masalah sudah teratasi. Menurut jurnal penelitian (Fitriani dkk, 2017) bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak anak setiap hari, sehingga bermain sangat cocok digunakan sebagai terapi menurunkan kecemasan. Salah satu permainan yang dapat digunakan pada anak usia prasekolah adalah bermain menyusun puzzle selain dapat membantu perkembangan mental dan kreativitas anak, puzzle dapat memberikan efek

distraksi sehingga anak akan lebih fokus pada permainannya daripada kecemasan yang dialaminya. Hal ini didukung oleh jurnal penelitian (Handajani dkk, 2019) terapi bermain menyusun puzzle dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi anak dalam mengekspresikan dirinya.

Terapi bermain puzzle mempunyai pengaruh terhadap penurunan kecemasan pada anak usia prasekolah dan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan proses penyembuhan.

Diagram 1. Evaluasi Penurunan Tingkat Kecemasan

Pada diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi penulis dimana terapi bermain puzzle yang dilakukan selama 4 hari secara berturut turut didapatkan hasil skor An.F dihari pertama sebelum terapi bermain adalah 50 (kecemasan sedang) dan dihari keempat setelah terapi bermain adalah 20 (kecemasan ringan). Maka terapi bermain puzzle efektif untuk menurunkan kecemasan hospitalisasi pada anak.

0 10 20 30 40 50 60

Sebelum Sesudah

Tabel Kecemasan

Pelaksanaan terapi bermain

(9)

9 KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pengkajian pada An.F dengan Bronchiolits didapatkan yaitu demam, batuk, pilek, takut dan gelisah. Hasil dari pemeriksaan didapatkan suhu 38ºC, terdapat sekret dan tingkat kecemasan sedang. Ibu pasien mengatakan anaknya takut dan gelisah saat didatangi petugas kesehatan untuk diperiksa keadaannya.

Hasil pengkajian yang dilakukan maka diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama pada An.F yaittu ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan pasien merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, tampak dan sulit tidur (D.0080).

Hasil dari perencanaan yang dilakukan maka penulis melaksanakan intervensi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan ansietas pada An.F dengan tujuan dari tindakan yang dilakukan adalah setelah tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan tingkat kecemasan teratasi dengan kriteria hasil verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun, perilaku gelisah dan menurun.

Penulis melaksanakan tindakan terapi bermain jigsaw puzzle selama 4 hari berturut turut dalam 1 sesi dan 15-20 menit setiap tindakan.

Hasil evaluasi didapatkan hari pertama skor kecemasan dari 50 poin (kecemasan sedang) menurun pada hari keempat menjadi 20 poin (kecemasan ringan). Oleh karena itu terapi bermain menyusun jigsaw puzzle merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami kecemasan selama menjalani hospitalisasi.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya dibidang keperawatan anak dalam upaya pengaplikasian terapi bermain jigsaw puzzle untuk mengurangi dampak hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

A’zam, M.N, Afifah, S., Wulandari R., Dila, J.S., Hermahayu. (2020).

Kecemasan Anak Prasekolah.

Jurnal Varidika, Vol. 32, No.1 Ananda, Yunita. (2019). PENGARUH

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP

PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK INTI GUGUS TULIP III PADANG, Jurnal Keperawatan Abdurrab, No. 2 Vol. 2

Apriani, Desak Gede Y & Putri, Desak Gede, F.S. (2021). Dampak Hospitalisasi pada Anak usia prasekolah (3-6 tahun) di ruang anggrek RSUD Kabupaten Tabanan. Jurnal Kesehatan

(10)

10

Medika Udayana, Vol. 7, No. 2 Dini R D, Arena Lestari & Diny

Vellyana. (2019). The Effect of Therapy Containing Puzzle on Decreasing Anxiety of Hospitalized Children’s aged 3- 6 years. Journal Advances in Health Sciences Research, Vol.

27

Fitriani, Winda., Eka Santi., Devi R.

(2017). TERAPI BERMAIN

PUZZLE TERHADAP

PENURUNAN TINGKAT

KECEMASAN PADA

ANAK USIA

PRASEKOLAH (3-6

TAHUN) YANG

MENJALANI

KEMOTERAPI DI RUANG HEMATOLOGI

ONKOLOGI ANAK, Jurnal Dunia Keperawatan, Vol. 5, No. 2 Hal 65-74

Handajani, D. O., Nourma Yunita., Erni Maulidatif. (2019). Apakah Ada Pengaruh Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi Di Rs Bhakti Rahayu Surabaya?, Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol. 7, No. 3

Hidayati, Nur. O., Ajeng Andini. S., Ikeu Nurhidayah. (2021).

Efektifitas Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak yang Menjalani Hospitalisasi. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 9 No. 1 Junawanto, I. Goutama, IL. Sylvani.

(2016). Diagnosis dan

Penanganan Terkini

Bronkiolitis pada Anak. CDK, 43(6) : 427-429

Kementerian Kesehatan RI. (2018).

Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.

Muhibbin & Marfuatun. (2020). Urgensi Teori Kebutuhan Maslow Dalam Mengatasi Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 15, No. 2 Nurfatimah, N. (2019). Peran Serta

Orang Tua dan Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia 3- 6 Tahun di Ruang Anak RSUD Poso. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), Vol. 2 No. 2, 77

Olfah, Y., & Ghofur, A. (2016).

Dokumentasi Keperawatan.

Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rahmayanti. (2020). Diagnosis, Tatalaksana dan Prognosis Bronkhiolitis pada Anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, Vol. 3, No. 3

Rohmah, N. (2018). Terapi Bermain.

Jember : LPPM Universitas Muhammadiyah Jember.

Siswanti, H. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah yang Dirawat di RSI Hadirin Kabupaten Jepara Tahun 2017, Jurnal Keperawatan, No. 8 Hal 84-88

Usman Lisdiyanti. (2020). Pelaksanaan Atraumatic Care di rumah sakit.

Jambura Health And Sport Journal, Vol. 2, No. 1, Hal. 7-11 Wijaya, Surya. (2014). Pedoman Diagnosis Bronkiolitis Akut.

JMKI, Volume. 2, No. 2

Yati, Mimi., Sri Wahyuni., Dewi Sari Pratiwi., Islaeli. (2017).

THE EFFECT OF

STORYTELLING IN A

PLAY THERAPY ON

ANXIETY LEVEL IN PRE-

SCHOOL CHILDREN

DURING

HOSPITALIZATION IN

THE GENERAL HOSPITAL

(11)

11

OF BUTON, Public Health

of Indonesia.

August;3(3):96-101

Yulianto Andri., Idayanti., Senja Atika S. (2021). BERMAIN

(PUZZLE) TERHADAP

KECEMASAN ANAK USIA

PRASEKOLAH YANG

MENGALAMI

HOSPITALISASI, Jurnal Wacana Kesehatan, Vol. 6, No.

1 Hal 39-52

Yustiari, Ni Wayan., Ni Made A. S., Ni Komang P. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Perilaku Kecemasan Anak Usia Prasekolah pada Saat Hospitalisasi di Ruang Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana, Jurnal Citra Keperawatan, Vol.

9, No.2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi relaksasi nafas dalam selama tiga hari berturut – turut selama 15 menit pada pasien dengan

Evaluasi Hasil penelitian menunjukkan tindakan keperawatan yang dilakukan selama empat hari mampu menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dimana di hari keempat klien

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah asma yang dilakukan tindakan terapi meniup balon selama 10

Hasil penelitian didapatkan setelah dilakukan penerapan terapi bermain puzzle didapatkan hasil bahwa terapi bermain puzzle dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak yang sedang

Dari hasil observasi didapatkan bahwa senam aerobik low impact efektif menurunkan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan sebelum dilakukan yaitu 11 dari 21 tanda

Pukul 09.00 WIB memberikan terapi nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah massage pada kaki menggunakan essensial lavender, didapatkan data subjektif: pasien pasien mengatakan

8 KESIMPULAN Asuhan keperawatan pada anak dengan demam thypoid dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman: kecemasan dengan masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis

Terapi bermain puzzle efektif untuk menurunkan kecemasan pra operasi pada anak usia 3-6 tahun di ruang bedah anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi