Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2021
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN SKIZOFERNIA DENGAN HALUSINASI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
DAN KESEHATAN JIWA
1)Anggri Parwiyanti, 2) Intan Maharani S. Batubara
1)Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : [email protected]
ABSTRAK
Masalah halusinasi masih menjadi masalah skizofernia paling utama. Pemenuhan kebutuhan psikososial agar penderita skizofernia dan halusinasi dapat mengontrol dirinya sehingga mampu kembali ke lingkungan sosial. Asuhan keperawatan pada pasien halusinasi merupakan intervensi yang strategis dilakukan untuk menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien halusinasi di salah satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif.
Subjek dalam penelitian ini adalah satu pasien dengan masalah halusinasi. Salah satu terapi non farmakologis yang dapat menurunkan tanda dan gejala pada pasien halusinasi adalah senam aerobik low impact. Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur lembar observasi yang berisi tanda dan gejala dan prosedur operasional baku (POB). Tindakan senam aerobic dilakukan selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu dalam seminggu selama dua minggu. Hasil pemberian intervensi terapi senam aerobik low impact menunjukkan penurunan tanda dan gejala sebelum dilakukan terapi muncul 11 tanda dan gejala dan sesudah dilakukan terapi menjadi 2 tanda dan gejala. Hal tersebut membuktikan bahwa senam aerobic efektif dalam penurunan tanda gejala halusinasi dan direkomendasikan pada pasien yang mengalami masalah halusinasi. Diharapkan rumah sakit menerapkan senam aerobic pada pasien skizofernia dengan halusinasi.
Kata Kunci: Kesehatan mental, halusinasi, asuhan keperawatan psikososial dan
kesehatan jiwa, Senam Aerobik Low Impact
Nursing Study Program Diploma Three Faculty of Health Sciences University of Kusuma Husada Surakarta
2021
NURSING CLIENTS OF SCHIZOPHRENIC PATIENTS WITH HALLUCINATIONS IN THE FULFILLMENT OF PSYCHOSOCIAL AND
MENTAL HEALTH NEEDS
1)Anggri Parwiyanti, 2) Intan Maharani S. Batubara
1) Student of Nursing Study Program, Diploma Three, Faculty of Health Sciences, University of Kusuma Husada Surakarta
2) Lecturer of Nursing in University of Kusuma Husada Surakarta
Email : [email protected]
ABSTRACT
Hallucinations of schizophernia a critical the main problem. Fulfillment of psychosocial needs so that people with schizophrenia and hallucinations can control themselves so that they are able to return to the social environment. Mental nursing care is a strategic intervertion or treament to reduce hallucinations. This case study intended to identify nursing care for patients in a mental hospital in Central Java. The research design adopted a case study with a descriptive. The subject was one patient with hallucinations.
One of the non-pharmacological therapy that can reduce signs and symptoms in patients with hallucinations was low impact aerobic exercise. In this case study it was done using an observation sheet measuring instrument containing signs and symptoms and standard operational procedures (POB) of hallucinations. Aerobic exercise was carried out for 30 minutes with a frequency of 3 times a week for two weeks. Case study resulted from 21 patient signs and symptoms before therapy appeared 11 signs and symptoms and after therapy the signs and symptoms appeared decreased into 2 signs and symptoms. This proves that aerobic exercise is effective in reducing signs of auditory hallucinations. It is hoped that the hospital will apply aerobic exercise to schizophrenic patients with auditory hallucinations. It is hoped that the hospital will apply aerobic exercise to schizophrenic patients with hallucinations.
Keywords: Mental health, Hallucinations, Psychosocial and mental health
nursing care, Low Impact Aerobics, Nursing Care
PENDAHULUAN
Skizofernia merupakan gangguan pada fungsi otak yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku hidup seseorang. Skizofernia ditandai dengan gangguan psikososial yaitu delusi, halusinasi, gangguan bicara seperti inkoheren serta tingkah laku.
Skizofernia juga ditandai dengan kecemasan yang tidak dapat diatasi.
(Rizka, Iin, Widya, 2020).
Data WHO pada tahun 2019 menunjukkan terdapat 264 juta orang mengalami skizofernia. Berdasarkan catatan Kemenkes RI pada tahun 2019, prevalensi skizofernia tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan DI Yogyakarta dengan masing-masing prevalensi menunjukan angka 11,1% dan 10.4%
per 1000 rumah tangga, sedangkan di Jawa Tengah menempati urutan kelima terbanyak, prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0.23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional 0.17%. (Dinas Kesehatan/Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2016). Dimana halusinasi menjadi salah satu masalah terbanyak di salah satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah semenjak bulan November 2015 sampai April 2016 sebesar 75,5% dari total 6.156
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa yang menyebabkan perubahaan persepsi sensori berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman (Yusuf, Rizky, Hanik, 2015). Klien merasakan stimulus yang tidak ada. Tanda dan gejala ketika seseorang mengalami halusinasi ialah berbicara sendiri, tertawa sendiri, melihat ke satu arah, mengarahkan telinga ke arah tertentu, tidak dapat memfokuskan pikiran, diam sambil menikmati halusinasi (Keliat, 2019).
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan strategi pelaksanaan I-IV secara teratur dan klien dapat memanfaatkan obat dengan baik sehingga tidak mengalami putus
obat. (Muhammad Nur, 2020).
Penanganan pasien dengan halusinasi bertujuan agar pasien mampu mengontrol halusinasinya. Penanganan pada pasien ini meliputi pemberian obat, tindakan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan serta tindakan nonfamakologis lainnya (Damayanti, 2014).
Salah satu terapi non farmakologis adalah senam aerobic low impact.
Senam low impact merupakan senam dengan irama lambat, gerakannya hanya berupa jalan, hentakan-hentakan ringan dan tidak ada loncatan. Senam aerobik ini dapat dilakukan oleh siapapun baik itu pemula, lansia maupun penderita obesitas. (Haryanto & Noor, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi, Jumaini, dan Yesi (2015) menyatakan bahwa senam aerobic selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu mampu meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan nutrisi otak, menjaga fungsi otak, dan mengurangi stress.
Setelah diberikan intervensi dengan senam aerobik low impact dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu berturut-turut, terjadi penurunan nilai sehingga menunjukan adanya penurunan skor halusinasi.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada klien halusinasi secara lebih dalam dan mengkaji lebih dalam pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tanda dan gejala dari klien skizofernia dengan halusinasi.
METODE PENELITIAN
Dalam studi kasus ini dilakukan disalah satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah. Fokus studi dalam penelitian ini adalah satu klien yang menderita skizofernia dengan halusinasi dalam pemenuhan kebutuhan psikososial dan kesehatan jiwa. Waktu pemberian dilakukan selama 3 hari secara berturut-
turut untuk minggu berikutnya juga diberikan secara berturut-turut, hari dan jarak pemberian terapi antara minggu pertama dan minggu kedua disesuaikan dengan kondisi klien. Pemberian tindakan disesuaikan dengan POB (Prosedur Operasional Baku) senam aerobik low impact.
HASIL
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Februari 2021 di salah satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah. Data diperoleh bahwa keluhan utama pasien sehingga dibawa ke Rumah Sakit adalah pasien sering mendengarkan suara yang tidak ada wujudnya.
b. Faktor Presipitasi
Klien dalam kurun waktu 6 bulan terakhir mengalami riwayat putus obat dan tidak kontrol dengan rutin. Dalam kegiatan sosial klien tidak pernah berkumpul dengan masyarakat sekitar karena tangan klien diikat.
c. Faktor Predisposisi
Klien sudah pernah dirawata di rumah sakit jiwa pada bulan Juni dikarenakan klien sering mengamuk dan membanting barang yang ada di rumah.
Pengobatan pasien kurang berhasil dikarenakan pasien tidak teratur minum obat sehingga menyebabkan pasien kambuh. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan sekitar 5 tahun yang lalu karena suaminya meninggal dan 3 tahun yang lalu anaknya meninggal.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan melihat penurunan tanda dan gejala pada lembar observasi, peneliti
menegakkan diagnosa keperawatan yaitu halusinasi. Selain halusinasi terdapat diagnosa keperawatan yang muncul yaitu isolasi sosial. Pada pohon masalah dijelaskan yang menjadi core problem adalah halusinasi. Causa yang muncul yaitu isolasi sosial, sedangkan pada effect adalah risiko perilaku kekerasaan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi standar untuk halusinasi adalah strategi pelaksanaan berdasarkan standar asuhan keperawatan menurut Keliat, (2019) berupa SP 1-4. Strategi pelaksanaan1 yaitu mengidentifikasi halusinasi dan menghardik, strategi pelaksanaan 2 yaitu patuh minum obat dengan 8 prinsip benar obat, strategi pelaksanaan 3 yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, strategi pelaksanaan 4 yaitu kegiatan terjadwal. Strategi pelaksanaan 1-4 dilakukan dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit, modifikasi intervensi diberikan berdasarkan jurnal utama yaitu efektivitas senam aerobik low impact terhadap penurunan skor halusinasi. Terapi senam aerobik low impact dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua minggu dengan durasi waktu kurang lebih 30 menit.
4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada penelitian dilakukan selama 7 hari berupa pemberian SP I-IV yang dilakukan bersamaan dengan terapi senam aerobik liw impact. Selama pemberian tindakan terdapat penurunan tanda dan gejala halusinasi dari sebelum diberikan tindakan tanda dan gejala yang muncul yaitu 11 dan pada hari terakhir pemberian tindakan tanda dan gejala yang muncul 2.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada diagnosa keperawatan halusinasi adalah bahwa pemberian SP I-IV dan terapi senam aerobik
low impact efektik dilakukan. Dari hasil observasi didapatkan bahwa senam aerobik low impact efektif menurunkan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan sebelum dilakukan yaitu 11 dari 21 tanda dan gejala halusinasi dan pada hari ketujuh pemberian terapi senam aerobik low impact tanda dan gejala halusinasi yang muncul yaitu 2 dari 21 tanda dan gejala halusinasi.
PEMBAHASAAN
Hasil pengkajian didapatkan alasan masuk klien adalah klien sering terlihat mondar-mandir, bingung, sering melamun, sering terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri dan sulit untuk menerima masukan dari orang lain. Pengkajian dilakukan dengan wawancara terhadap klien, perawat, observasi selama perawatan, dan catatan medis pasien. Hasil pengakajian selama berinteraksi didapatkan data subjektif pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang menyebut dirinya pelacur dan pencuri, pasien juga mendengar suara yang menyuruhnya untuk telanjang. Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi dan faktor presipitasi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah yang dibangkitkan oleh individu untuk mnegtasi stress yang diperoleh dari klien maupun keluarga yang meliputi faktor perkembangan, sosialkultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
Dari hasil pengkajian tersebut peneliti melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan dengan data subjektif pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang menyebut dirinya pelacur dan pencuri, pasien juga mendengar suara yang menyuruhnya untuk telanjang. Suara itu muncul
ketika pasien melamun dan sendiri.
Pasien mengatakan ketika suara muncul tidak bisa tidur. Pasien mengatakan suara itu muncul sewaktu-waktu dan terdengar lebih dari 2x dalam sehari. Pasien mengatakan ketika suara muncul pasien berdoa dan menutup telinga.
Data objektif didapatkan pasien terlihat bicara sendiri, tertawa sendiri, melamun, mondar-mandir, tremor dan gelisah saat dilakukan wawancara dan lesu karna kurang tidur.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah ditegakan oleh penulis maka penulis merumuskan rencana keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan menurut Keliat, (2019) berupa SP I-IV, diberikan juga intervensi berdasarkan jurnal utama yaitu efektivitas senam aerobik low impact terhadap penurunan skor halusinasi. Pemberian SP I-IV dan terapi senam aerobik low impact bertujuan untuk mengontrol halusinasi pada klien. Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada jurnal utama menyatakan bahwa olahraga senam aerobic selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu mampu meningkatkan ukuran hipotalamus dan peningkatan kemampuan short-term memory pada penderita skizofrenia dan halusinasi.
Pada penelitian ini diberikan implementasi keperawatan selama 7 hari. Implementasi hari pertama strategi pelaksanaan 1 menghardik , implementasi hari kedua senam aerobik low impact dan strategi pelaksanaan 2 pemberian obat, implementasi hari ketiga senam aerobik low impact dan strategi pelaksanaan 3 bercakap-cakap dengan orang lain, implementasi hari keempat senam aerobik low impact dan strategi pelaksanaan 4
waktu luang dengan menulis di buku diary. Implementasi hari kelima senam aerobik low impact, implementasi hari keenam senam aerobik low impact, implementasi hari ketujuh senam aerobik low impact. Pemberian implementasi disesuaikan dengan kondisi klien.
Tanda dan gejala halusinasi berkurang pada hari pertama terdapat 11 tanda dan gejala yang muncul pada hari ketujuh terdapat 2 tanda dan gejala yang muncul. Hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh pemberian terapi senam aerobik low impact pada kelompok eksperimen terhadap skor halusinasi dengan p value (0,05). Nerotransmiter yang berperan dalam halusinasi salah satunya adalah dopamin.
Ketidakseimbangan dopamin pada jalur mesolimbik berkontribusi terhadap terjadinya halusinasi.
Dopamin penting dalam berespon terhadap stress dan banyak berhubungan dengan sistem limbik (Stuart & Laraia, 2005). Beberapa penelitian telah dilakukan mengatasi masalah halusinasi tanpa menggunakan obat-obatan seperti terapi aktivitas kelompok, terapi musik, untuk menyeimbangkan neurotransmiter pada pasien halusinasi salah satu cara adalah dengan melakukan aktivitas fisik senam aerobik low impact secara teratur (Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan, Suarnatha, &
Ketut, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa senam aerobik low impact efetif diberikan bagi penderita skizofernia yang mengalami halusinasi.
Evaluasi pada diagnosa halusinasi dengan data subjektif pasien mengatakan senam membuat badanya tidak kaku, pasien mengatakan senam membuat pikirannya rileks. Data objektif pasien tampak rileks, pasien
menikmati senam dan melakukan gerakan senam dengan baik. Analisa halusinasi pendengaran masih ada.
Planning anjurkan pasien untuk melakukan menghardik 2x sehari, anjurkan pasien minum obat secara teratur dan menerapkan 8 prinsip benar obat 2x sehari, anjurkan pasien untuk sering melakukan bercakap-cakap dengan orang lain, anjurkan pasien untuk melakukan menulis untuk mengisi waktu luang, anjurkan pasien untuk selalu mengikuti senam aerobik low impact. Pemberian terapi senam aerobik low impact yang dilakukan selama 6 kali sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan terjadi perubahan perilaku yang dapat dilihat dari sebelum dan sesudah diberikan terapi senam aerobik low impact.
Gambar 1. Diagram efektivitas penurunan tanda dan gejala halusinasi pada Februari 2021
Dari hasil observasi didapatkan bahwa senam aerobik low impact efektif untuk penurunan tanda dan gejala dibuktikan dengan pada hari sebelum pemberian terapi senam aerobik low impact tanda dan gejala halusinasi yang muncul yaitu 11 dari 21 tanda dan gejala halusinasi dan pada hari ketujuh pemberian terapi senam aerobik low impact tanda dan gejala halusinasi yang muncul yaitu 2 dari 21 tanda dan gejala halusinasi
02 46 8 1012
Diagram Efektivitas Penurunan Tanda dan Gejala Halusinasi Pada Februari 2021
yaitu melamun, menyediri dan mendengarkan suara tidak ada wujudnya.
KESIMPULAN
Pemberian terapi senam aerobik low impact yang dilakukan selama 6 kali efektif menurunkan tanda gan gejala halusinasi, dilihat dari sebelum dan sesudah diberikan terapi senam aerobik low impact dengan hasil dari 21 tanda gejala pasien sebelum dilakukan terapi muncul 11 tanda dan gejala dan sesudah dilakukan terapi tanda dan gejala yang muncul menurun menjadi 2 tanda dan gejala.
SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit mampu menjadikan tindakan non farmakologi terapi senam aerobik low impact sebagai prosedur operasional baku (POB) 2. Bagi Perawat
Perawat Dapat meningkatkan mutu pelayanan sebagai acuan tindakan asuhan keperawatan dan pengoptimalan tindakan non farmakologi pada pasien
3. Bagi Institusi Pendidikan
Mampu melakukan update ilmu dan expret sharing dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar maksimal dengan keterbaharuan referensi evidance base dalam perputaskan institusi pendidikan untuk pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran.
4. Bagi Pasien
Diharapkan tindakan non farmakologi terapi senam aerobik low impact ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mengurangi tanda dan gejala serta kekambuhan pada pasien dengan halusinasi pendengaran.
5. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menjadikan tindakan non farmakologis terapi senam aerobik low impact sebagai aplikasi penelitian untuk menambah wawasan ilmy pada tindakan asuhan keperawatan secara optimal dirumah sakit khususnya pada pasien dengan halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akmad, H.I., Handoyo, & Setiono.
(2011). Pengaruh Terapi Senam Aerobic Low Impact Terhadap Skor Agression Self-control pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasaan di Ruang Sakura RSUD Banyumas: Banyumas Damaiyanti., & Iskandar. (2014).
Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.
Gordon, A. (2010). Growing Gray Matter. New York: Sussex Publisher Haryanto & Noor, 2012 Kemenkes RI, (2019), Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2018.
Muhammad Vandestra, I. M. (2017).
Kitab Hadist Shaih Muslim Ultimate. Dragon Promedia.
Rikesdas. (2018). Badan Peneitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Safira Dwi Yuli. Jumaini., & Yesi Hasneli. (2015). Efektivitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Penurunan Skor Halusinasi. JOM Vol.2 No.2.
Ilmu Keperawatan Universitas Riau
Word Health Organization. Firmly Committed the Principles Set Out in the Preambel to the Constitution. [cited 2019 Nov 20].
Available from: www.who.int Yusuf. Rizky Fitriyasari PK., & Hanik
Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba Medika