• Tidak ada hasil yang ditemukan

program bedah rumah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "program bedah rumah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Hendri Fauzi 12070149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Hendri Fauzi (12070149) House Reconstruction Program (Case Study: House Reconstruction Program in Sungai Pagu, Solok Selatan), Thesis, Department of Educational Sociology STKIP PGRI West Sumatra, Padang, 2016.

Oleh:

Hendri Fauzi1, Ardi Abbas2, Inoki Ulma Tiara3

* The Sosiology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera.

** The Sosiology Staff of Sosiology Education of STKIP PGRI West Sumatera.

ABSTRACT

Good government is the government who runs the transparent government system and accountable in the administration and public services. It also includes the implementation of house reconstruction program; poor people must know the course of the implementation of house reconstruction. The purpose of this study is to identify and describe the management of house reconstruction process by the recipient.

This study used the theory of rational choice by Coleman. This study used a qualitative approach with descriptive type. The informants were 17 people by using purposive sampling mechanism. This data was collected through observation, interviews and document study, which analyzed in group. Model of the data analysis used in this study is a model of data analysis by Miles and Huberman which consists of three stages: data reduction, data display or data

presentation and conclusion.

Based on the results of this research, the management of house reconstruction ranging from pre-house reconstruction, whilst-house reconstruction and post- house reconstruction that there is a mismatch in using of the funds of house reconstruction program by the executors, the executors did not survey to the house receiver entirely so that there was discrimination in survey process, the receiver did not undertake self employment according to the executors’ instructions so it costs more to pay worker wages and there have been 3 houses which their construction still not ready yet until the researcher completed this research.

Keywords: House Reconstruction, Management

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Pembimbing I, staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3 Pembimbing II, staf pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

2

ABSTRAK

Hendri Fauzi (12070149) Program Bedah Rumah (Studi kasus) Program Bedah Rumah di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016

Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjalankan sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan dan pelayanan publik. Termasuk dalam pelaksanaan program bedah rumah, masyarakat miskin wajib mengetahui jalannya pelaksanaan bedah rumah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses pengurusan bedah rumah oleh penerima.

Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional oleh Coleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian ini sebanyak 17 orang dengan menggunakan mekanisme purposive sampling. Data ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen dengan unit analisa nya kelompok. Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: reduksi data, display data atau penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian ini adalah bahwa pengurusan bedah rumah mulai dari pra bedah rumah, proses bedah rumah dan pasca bedah rumah yaitu terdapat ketidaksesuaian penggunaan dana program bedah rumah oleh pelaksana, pelaksana tidak melakukan peninjauan ke seluruh rumah penerima sehingga ada diskriminasi dalam proses peninjauan, penerima tidak melakukan kerja swadaya sesuai dengan petunjuk dari pelaksana sehingga memakan biaya lebih untuk membayar upah tukang dan masih terdapat 3 unit rumah yang belum siap pembangunannya sampai saat peneliti selesai melakukan penelitian.

Kata kunci: Bedah rumah, Pengurusan

PENDAHULUAN

Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang menjalankan sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan dan pelayanan publik.

Pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Surjadi, 2009:

7). Pemerintah dalam mengambil kebijakan harus memiliki unsur akuntabilitas yang tinggi.

Menurut Surjadi (2009: 65) akuntabilitas adalah penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat

dipertanggung jawabankan baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain unsur akuntabilitas yang diperlukan dalam mengambil kebijakan, unsur transparansi juga diperlukan dalam mengambil kebijakan. Transparansi berarti keterbukaan adalah “bahwa prosedur, tatacara, persyaratan, satuan kerja atau pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara

(5)

terbuka agar mudah diketahui dan difahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta (Santosa, 2012: 64). Prinsip transparansi dalam kebijakan pemerintah mempunyai peranan penting untuk terbangunnya pelayanan publik yang berkualitas. Transparansi dan akuntabilitas sangat perlu dalam suatu pemerintahan. Konsep tranparansi dalam pelayanan menunjuk pada suatu keadaan dimana segala aspek dari proses penyelenggaraan bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh para pengguna pelayanan dan stakeholder yang membutuhkan, termasuk bagi masyarakat miskin. Masyarakat miskin wajib mengetahui mekanisme kebijakan pemerintah dalam rangka pemerintah membuat kebijakan bagi masyarakat miskin, jika mekanisme kebijakan pemerintah tidak berjalan pada koridornya masyarakat berhak memberikan tuntutannya, seperti yang dikemukakan oleh Indiahono dalam konsep citizen charter (2009:

161) yaitu “publik dapat memberikan tuntutan yang rasional untuk meningkatkan kepuasan publik atas pelayanan yang diberikan pemerintah”.

Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat miskin adalah program bedah rumah seperti yang telah dicantumkan dalam Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial pada pasal (19) adalah “penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan,” lebih spesifik dicantumkan pada pasal (21) pada poin (f) yaitu “penyediaan akses pelayanan perumahan dan permukiman.” Tampak secara jelas, bahwa pemerintah wajib menyediakan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin yaitu salah satunya melalui program bedah rumah yang diprakarsai oleh Kementerian Sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang belum mempunyai rumah layak huni. Rata- rata rumah yang dimiliki masyarakat miskin adalah rumah yang jauh dari kategori sehat dan tentram karena rata-rata rumah tersebut berdiri di lingkungan yang kumuh. Menurut Daryanto (2008: 61), “suatu bangunan, misalnya tempat

tinggal harus memenuhi syarat untuk kesehatan, kesenangan, dan ketentraman”.

Salah satu Kabupaten yang menjalankan program bedah rumah pada tahun 2012 adalah Kabupaten Solok Selatan. Pemerintah daerah Kabupaten Solok Selatan telah melaksanakan program bedah rumah ini, pada tahun 2012 sudah ada beberapa rumah yang telah dilakukan bedah rumah yaitu sebanyak 45 rumah yang telah direhab, pemerintah Kabupaten Solok Selatan menganggarkan Rp 450 juta di APBD 2012 untuk merehab 45 unit rumah, sedangkan usulan rehab rumah yang di ajukan kepada pemerintah pusat sebanyak 120 unit rumah. Data Dinas Sosial Solok Selatan, ada 1911 rumah yang tidak layak huni. Kecamatan KPGD (Koto Parik Gadang Diateh) ada 353 rumah tak layak huni, Sungai Pagu 214 rumah, Pauh Duo 159 rumah, Sangir 364 rumah, Sangir Jujuan 298 rumah, Sangir Batang Hari 321 rumah dan Sangir Balai Janggo 202 rumah. Dari jumlah tersebut sudah 145 unit rumah yang tidak layak huni telah dibedah, kriteria rumah yang dibedah yaitu rumah yang berlantaikan tanah, papan, atap rumbio atau sesuatu yang membahayakan penghuninya seperti ilalang sehingga tidak layak huni (Haluan, 2012, http://www.Solselkab.go.id diakses 5 Februari 2016).

Program bedah rumah yang diprakarsai oleh Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan ini dilaksanakan oleh TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan). Menurut Permensos No. 13 pasal (1) adalah Tenaga kesejahteraan sosial masyarakat yang selanjutnya disingkat TKSK adalah seorang yang diberi tugas, fungsi dan kewenangan oleh Kementerian sosial dan atau dinas atau instansi sosial provinsi, dinas atau instansi sosial kabupaten atau kota selama jangka waktu tertentu melaksanakan dan atau membantu penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan wilayah penugasan kecamatan.

TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan), merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Sosial untuk Kecamatan yang ada di Kabupaten Solok Selatan. Pada tahun 2015 ada 140 rumah yang di ajukan kepada pusat tetapi yang disahkan hanya 40 rumah, untuk itu agar Dinas Sosial mampu membagi bantuan program bedah rumah ini sesuai dengan yang

(6)

4

menerimanya. Berikut Kecamatan yang mendapatkan bantuan bedah rumah.

Tabel 1

Data Jumlah Rumah Bantuan Bedah Rumah di Kabupaten Solok Selatan

No Kecamatan Jumlah Rumah

1 Sungai Pagu 10

2 KPGD 10

3 Pauah Duo 6

4 Sangir Induk 6

5 Sangir Balai Janggo 4 6 Sangir Batang Hari 3

7 Sangir Jujuan 1

Sumber: Data Primer 2016

Dalam hal ini petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan bedah rumah di Kabupaten Solok Selatan yaitu mengusulkan dengan syarat yang menerima bedah rumah ini sesuai dengan kriteria yaitu diantaranya : 1) rumah tidak permanen dan dalam kondisi rusak, 2) dinding dan atap terbuat dari bahan yang mudah rusak atau lapuk seperti papan yang sudah lapuk, gedek atau bambu yang dianyam, 3) dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan penghuninya, 4) lantai rumah dan kamar dari tanah atau semen atau pelur tapi dalam kondisi rusak, 5) rumah yang memiliki atau tidak memiliki fasilitas kamar ataupun MCK yang tidak layak, tidak berfentilasi, 6) memiliki surat yang sah atas kepemilikannya serta tidak dalam sengketa, 7) adanya dukungan masyarakat setempat atau pihak-pihak lain untuk melaksanakan proses bedah rumah sampai dengan selesai secara bersama-sama.

Dan memiliki persyaratan sebagai berikut :1) rumah yang akan dibedah dalam keadaan rusak, tidak sehat dan tidak layak huni, 2) memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK), 3) penghasilan ± 500.000,00 kebawah, 4) surat hibah tanah (tidak ditanah sengketa), 5) pelaksanaan bedah rumah selesai 1 bulan setelah pencairan dana bantuan Kementerian Sosial adalah yang menaungi program bedah rumah ini dengan visi yang mengandung arti bahwa pembangunan bidang kesehatan sosial yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang masuk kedalam kategori PMKS menjadi berkesejahteraan sosial pada

tahun 2014. Kondisi ini merupakan tujuan yang realistis yang dapat dicapai selama periode lima tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Kondisi dimaksud sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya. Agar visi ini berjalan sesuai dengan tujuannya maka Kementeria Sosial menetapkan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksebilitas perlindungan sosial untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan kesejahteraan sosial bagi PMKS;

2. Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS;

3. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan, dan jaminan sebagai metode penanggulangan kemisikinan;

4. Meningkatkan dan melestarikan nilai- nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial untuk menjamin keberlanjutan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

5. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial dalam perlindungan, jaminan, pemeberdayaan, rehabilitasi, dan penanggulangan kemiskinan;

6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Bantuan program bedah rumah ini tidak diberikan dalam wujud uang tunai tetapi melainkan dalam wujud bahan bangunan seperti batako, pasir, semen, kayu, atap dan lain-lain.

Salah satu Kecamatan yang melaksanakan program bedah rumah adalah Kecamatan Sungai Pagu. Kecamatan Sungai Pagu mendapatkan bantuan program bedah rumah sebanyak 10 rumah yang tersebar di beberapa Nagari. Berikut nama-nama penerima

(7)

bantuan program bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu.

Tabel 2

Data Penerima Bantuan Program Bedah Rumah di Kecamatan Sungai Pagu Tahun

2015

No Nama Nagari

1 Julpriadi Pasir Talang 2 Firdaus Koto Baru 3 Emri Firdaus Koto Baru 4 Hasnah Sako Pasir Talang 5 Samsul Basri Sako Pasir Talang 6 Ibrahim Pasar Muaralabuh 7 Abdul Mutalib Pasar Muaralabuh 8 Bulkari Pasar Muaralabuh 9 Yulinar Sako utara P. Talang 10 Saprianto Sako utara P. Talang Sumber: Data Primer 2016

Bantuan program bedah rumah di Kabupaten Solok Selatan tidak diberikan dalam wujud uang tunai melainkan dalam bentuk bahan bangunan seperti atap, semen, batako, pasir dan lain-lain. Disinilah terjadi kejanggalannya karena setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal dengan para penerima program bedah rumah tanggal 11 Februari 2016, penerima program bedah rumah mengungkapkan yang selama ini mereka rasakan yaitu tentang harga dari masing-masing bahan bangunan yang didistribusikan kepada penerima program bedah rumah tidak sesuai dengan harga bahan bangunan di pasaran seperti harga atap satu kodi di toko bangunan Rp 800.000,00 tetapi oleh Dinas Sosial harganya menjadi Rp 850.000,00, batako yang harga di pasaran hanya Rp 1.500,00, oleh Dinas Sosial menjadi Rp.

2000,00.

Selain itu bahan bangunan yang didistribusikan juga tidak lengkap dan tidak merata seperti dari 10 rumah hasil observasi, ada beberapa rumah yang tidak mendapatkan pintu, jendela, kaca padahal sebelumnya Dinas Sosial ketentuannya ada pintu, kaca, dan jendela tersebut dan ada juga dari salah satu penerima tidak mendapatkan pasir, sedangkan penerima yang lain mendapatkan pasir.

Diduga proses pengurusan program bedah rumah dilakukan dengan menjalani beberapa tahapan seperti :a) sumber informasi yang didapatkan oleh penerima program bedah

rumah,tentang pelaksanaan program bedah rumah,b) persyaratan yang dibutuhkan untuk mengajukan permohonan bedah rumah, c) proses pengurusan para penerima bantuan bedah rumah, d) pencairan dana bedah rumah, e) proses pembangunan bedah rumah ini dikerjakan secara swadaya. Namun dari observasi awal diketahui bahwa ada permasalahan seperti dari proses pengurusan sampai proses pencairan dana berjalan secara tidak transparan dan akuntabilitas, terlihat pada tidak adanya rincian dana yang diberikan oleh pelaksana program bedah rumah kepada penerima dan pelaksana bedah rumah, dan juga tidak meninjau keseluruh rumah penerima yang mendapat program bedah rumah proses pembangunan rumah tersebut. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi proses pengurusan program bedah rumah oleh penerima.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena dianggap mampu menggambarkan suatu kenyataan atau fenomena yang ada di lapangan dan bisa menjelaskan masalah yang akan diteliti secara mendalam. Tipe penelitian yang digunakan tipe penelitian deskriptif yaitu laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2010:11). Informan penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, maksud Pemilihan informan secara purposive adalah menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi (Afrizal,2014:140).

Orang yang menjadi informan penelitian ini adalah: 1) Pelaksana program bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, 2) Perangkat Walinagari dan kepala Jorong para penerima program bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, 3) Penerima program bedah rumah di

(8)

6

Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan.

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Alasan penulis memilih lokasi ini karena Kecamatan Sungai Pagu salah satu Kecamatan yang banyak melaksanakan program bedah rumah yaitu 10 uni rumah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi dan Proses Bedah Rumah program bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu pada tahun 2015 tersebar di 5 Nagari yaitu Sako utara Pasir Talang, Sako Pasir Talang, Pasar Muara Labuh, Koto Baru, Pasir Talang. Penerima program bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu sebanyak 10 kepala keluarga dari 10 rumah yang memperoleh bantuan bedah rumah merupakan masyarakat yang tergolong miskin ditemukan dari 10 penerima tersebut 2 penerima yang tidak memiliki suami sehingga sangat layak mendapatkan bantuan bedah rumah.

Penerima program bedah rumah mendapatkan informasi bantuan bedah rumah yaitu dari Wali Nagari dan Jorong yang melakukan pendataan untuk menentukan yang layak mendapatkan bedah rumah meski nantinya seleksi finalnya adalah oleh pelaksana dalam hal ini adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) yang merupakan perpanjangan tangan Dinas Sosial untuk Kecamatan.

1. Pra Bedah Rumah

Program bedah rumah merupakan kebijakan pemerintah bagi masyarakat miskin dalam rangka memberikan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin, Kabupaten Solok Selatan salah satu yang mendapatkan bantuan bedah.

Solok Selatan mendapatkan bantuan bedah rumah pada tahun 2015 yaitu 40 rumah yang tersebar di 7 Kecamatan, salah satunya Kecamatan Sungai Pagu. Kecamatan Sungai Pagu mendapatkan bantuan bedah rumah yaitu 10 rumah.

Adapun rangkaian-rangkaian tahapan yang harus dilewati, mulai dari mensurvey kelapangan oleh pelaksana. Pelaksana

memberikan informasi kepada Nagari dan Nagari memberikan informasi bedah rumah kepada Jorong untuk mencari keluarga yang termasuk dalam kategori miskin dan yang memiliki rumah yang tidak layak huni, selanjutnya Nagari dan Jorong melaporkan kepada pelaksana tentang masyarakat yang layak mendapatkan bedah rumah setelah itu pelaksana melakukan proses peninjauan bersama Jorong ataupun Walinagari kelapangan untuk menentukan yang akan mendapatkan bantuan bedah rumah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

1.1 Masyarakat yang berhak mendapatkan bedah rumah

Dalam menentukan masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan bedah rumah ada pihak- pihak yang memiliki wewenang dalam menentukannya, seperti TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) Walinagari dan Jorong. Dalam hal ini TKSK adalah sebagai pelaksana yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan program bedah rumah sedangkan Walinagari dan Jorong adalah orang yang ditunjuk oleh TKSK sebagai fasilitator untuk turun kelapangan dalam proses pendataan yang berhak mendapatkan bantuan bedah rumah.

Masyarakat yang berhak menerima bantuan bedah rumah ini adalah masyarakat yang miskin terutama masyarakat miskin yang memiliki anggota keluarga yang banyak menghuni rumah tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang memperoleh bantuan bedah rumah ini memang masyarakat yang miskin dan tidak memiliki rumah yang layak huni.

1.2 Penerima Program Bedah Rumah di Kecamatan Sungai Pagu

Di Kecamatan Sungai Pagu penerima program bedah rumah tersebar di 5 Kenagarian yaitu Nagari Pasir Talang, Nagari Koto Baru, Nagari Sako Pasir Talang, Nagari Pasar Muara Labuh dan Nagari Sako utara Pasir Talang.

Yang memperoleh bantuan bedah rumah adalah masyarakat yang masuk dalam kategori miskin dengan ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Dinas Sosial. Hasil observasi menunjukkan bahwa yang menerima bantuan bedah rumah ini memang masyarakat yang

(9)

berada dalam kategori miskin yang tidak memiliki rumah tidak layak huni.

1.3 Jumlah Bantuan

Bantuan bedah rumah ini berjumlah Rp.

10.000.000,00, bantuan ini diberikan dalam bentuk bahan bangunan yang langsung didistribusikan kepada penerima bantuan bedah rumah. Penerima bantuan bedah rumah merasa senang sehingga muncul perencanaan bedah rumah oleh penerima yaitu membedah atau merehab rumah secara keseluruhan dalam bentuk bangunan permanen atau pun semi permanen.

1.4 Sumber Informasi

Program bedah rumah merupakan sebuah kebijakan untuk masyarakat miskin bertujuan untuk memberikan rumah yang layak huni kepada masyarakat miskin. Dalam melaksanakan bedah rumah ini pemberian informasi sangat penting. Pemberian informasi yang baik akan memperlancar proses pengurusan oleh masyarakat sebaliknya pemeberian informasi yang buruk akan memperlambat proses pengurusan oleh masyarkat penerima bedah rumah. Pemeberian informasi bedah rumah ini dilakukan secara berjenjang dari atas kebawah, yang mana penyebaran informasi dimulai dari Dinas Sosial lalu disampaikan ke Nagari dan Nagari menyebarkan ke Jorong. Yang melakukan peninjauan kelapangan adalah TKSK dan Walinagari. Masyarakat penerima bantuan bedah rumah ini setelah mengetahui informasi bedah rumah, masyarakat penerima langsung mengurus persyaratannya, setelah persyaratan telah dilengkapi maka penerima bantuan bedah rumah masuk pada proses menunggu disahkan dan cairnya dana bantuan bedah rumah. Disini terjadi durasi waktu yang lama masyarakat menunggu dana bantuan bedah rumah di cairkan.

2.Proses Bedah Rumah

Setelah penerima dan jumlah bantuan bedah rumah telah diketahui, maka masuk pada proses bedah rumah yang mana masyarakat penerima telah diketahui. Selanjutnya pelaksana

menetapkan rumah yang akan dibedah sesuai dengan jatah Kecamatan Sungai Pagu pada tahun 2015, selanjutnya proses pencairan dana oleh pelaksana dan pelaksana mendistribusikan bahan bangunan kepada masyarakat penerima bedah rumah, selanjutnya proses pembangunan oleh penerima bedah rumah.Itulah serngkaian alur dari proses bedah rumah di Kecamatan Sungai Pagu.

2.1 Melengkapi Persyaratan

Salah satu pengurusan yang dilakukan penerima untuk mendapatkan bantuan bedah rumah adalah melengkapi persyaratan.

Persyaratan merupakan faktor penting dalam mengurus bedah rumah, persyaratan ditentukan oleh pihak pelaksana yang harus dapat dipenuhi oleh penerima. Penerima tidak merasa dibebani oleh pelaksana dalam melengkapi persyaratan.

Penerima mengugkapkan mengurus persyaratannya tidak susah karena hampir sama dengan mengurus persyaratan bantuan-bantuan lainnya.

2.2 Proses Pencairan Dana

Setelah persyaratan telah dipenuhi oleh penerima, maka masuk pada proses pencairan dana. Proses pencairan dana merupakan proses dimana yang berperan adalah pelaksana, pelaksana harus mencairkan dana dan mempergunakan dana dengan semestinya.

Berdasarkan penelitian lapangan ditemukan ketidak transparan pelaksana dalam mengelola dan bedah rumah terlihat dari tidak adanya rincian dana yang diberikan oleh pelaksana kepada penerima dan jumlah bantuan tersebut sudah tidak mencukupi lagi yang seharusnya Rp.

10.000.000,00. Sehingga setelah ditelusuri maka hasilnya dana bantuan kurang dari Rp.

10.000.000,00 melainkan hanya Rp.

8.636.000,00. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi penyimpangan dalam pencairan dana oleh pihak pelaksana sehingga sangat melanggar aturan yang ada.

2.3 Proses Pembangunan Bedah Rumah Pada proses pembangunan ini pada awal sekali yaitu proses pendistribusian bahan bangunan pada saat pendistribusian bahan

(10)

8

bangunan oleh pelaksana dilakukan secara bertahap. Proses pembangunan pada program bedah rumah oleh Dinas Sosial dilakukan secara swadaya dengan waktu kerja selama 1 bulan kerja. Pelaksana melakukan peninjauan kelapangan pada saat pembangunan berlangsung sampai proses pembangunan selesai tetapi kenyataannya tidak seluruh rumah yang memperoleh bantuan yang pelaksana tinjau melainkan hanya sebagian dan sebagiannya lagi tidak pernah ditinjau. Pada proses pembangunan dikerjakan secara swadaya tetapi fakta dilapangan pembangunan dilakukan dengan menggunakan tukang sehingga membebani penerima bedah rumah karena penerima adalah masyarakat yang tergolong miskin.

3.Pasca Bedah Rumah

Setelah proses pembangunan bedah rumah telah selesai dan rumah tersebut telah layak huni, tentunya rumah tersebut sangat bermanfaat bagi penerima tersebut karena telah memiliki rumah yang layak huni. Tetapi berdasarkan hasil penelitian lapangan menyatakan, penerima masih memiliki keluh kesah karena pada saat pembangunan kerja swadaya tidak terjadi sehingga memakai tukang yang tentunya memakan biaya banyak.

Ditemukan ada pendistribusian bahan bangunan yang memiliki kualitas buruk dan juga ditemukan 3 rumah yang belum siap huni, karena 2 rumah terkena banjir bandang sehingga bahan bangunan hanyut dan 1 rumah belum siap pembangunan karena kekurangan dana.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sungai Pagu, ternyata memang terjadi permasalahan dalam proses pengurusan bedah rumah oleh penerima mulai dari tahapan pra bedah rumah, proses bedah rumah serta pasca bedah rumah.

Adapun pada tahapan pra bedah rumah mengalami masalah pada saat jumlah bantuan yaitu seharusnya bantuan tersebut berjumlah sebesar Rp. 10.000.000,00 tetapi fakta dilapangan kurang dari Rp. 10.000.000,00, pada

tahapan proses bedah rumah mengalami masalah pada saat proses pencairan dana dan proses pembangunan seharusnya pencairan dana tersebut harus ada rincian dana pada saat beli bahan bangunan oleh pelaksana tetapi kenyataanya tidak ada rincian dananya, sehingga terjadi ketidaktransparan dalam pelaksanaanya dana yang seharusnya Rp. 10.000.000,00 tetapi setelah dihitung-hitung ternyata kurang dari Rp.

10.000.000,00 dan pada proses pembangunan tidak ada peninjauan oleh pelaksana ke seluruh rumah penerima sehingga ada diskriminasi dalam proses peninjauan, dan unsur akuntabilitas atau pertanggung jawabanya sebagai pelaksana tidak terpenuhi, seharusnya pembangunan dilakukan secara swadaya tetapi fakta dilapangan pembangunannya memakai tukang sehingga tentunya membebani masyarakat penerima bedah rumah yang notabene adalam masyarakat miskin dan pada pasca bedah rumah juga mengalami masalah yaitu dari 10 rumah yang dibedah ditemukan 3 rumah yang belum siap pembangunannya sehingga mereka masih tinggal di rumah lamanya.

Saran

Setelah melihat permasalahan yang terjadi di lapangan, maka peneliti menyarankan:

1. Kepada pihak pelaksana agar memperbaiki cara pelaksanaan program bedah rumah. Hendaknya pelaksana memberikan kenyamanan kepada para penerima. Sehingga suatu program tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dari program tersebut 2. Kepada pihak pelaksana untuk lebih

memiliki rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan program bedah rumah selanjutnya.

3. Kepada pihak pelaksana untuk transaparan dalam segala urusan proses program bedah rumah. Agar tidak berdampak negatif pada proses pengurusan oleh penerima.

(11)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Afrizal. 2014. Pengantar Metode Penelitian Kualitatis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.

Jogjakarta: Gava Media.

Miles, Matthew dan A. Michael Hurberman.

1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy. 2010. Metode Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Santosa, Pandji. 2012. AdministrasiI Publik Teori dan Aplikasi Good Governance.

Bandung: PT Refika Aditama.

Suharto. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Bandung.

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. PT Refika Aditama.

INTERNET

Haluan, 2012, http://www.Solsel.kab.go.id diakses 5 Februari 2016.

Andri_humas, 2014,

http://www.Intelresos.Kemensos.go.id diakses 26 April 2016

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan Numpang Kartu Keluarga Pada gambar 20 di atas adalah pelayanan numpang Kartu Tanda Penduduk, terdiri dari : jenis permohonan, no KK lama, NIK kepala keluarga lama, nama