• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2021

N/A
N/A
yasmine

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2021 "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Case Report Session

PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2021

Oleh:

Ayudita Silvia Hasibuan 2040312117

Preseptor:

dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya serta kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan case report session yang berjudul “Program Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2022”. Shalawat dan salam penulis ucapkan untuk junjungan nabi besar kita yakninya Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.

Ida Rahmah Burhan, MARS selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahawa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 1 Maret 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Metode Penulisan 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Keluarga Berencana 3

2.1.1 Defisi Keluarga Berencana 3

2.1.2 Tujuan Program KB 3

2.1.3 Ruang Lingkup Program KB 3

2.1.4 Program Layanan KB 4

2.1.5 Alur Pelayanan KB 4

2.2 Kontrasepsi 6

2.2.1 Definisi 6

2.2.2 Jenis Kontrasepsi 6

2.3 Kontrasepsi Mantap 8

2.3.1 Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) 8

2.3.2 Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP) 10

BAB 3 ANALISIS SITUASI 13

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Pauh 13

3.2 Keadaan Geografis 22

3.3 Kondisi Demografi 14

3.4 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi 15

3.5 Ketenagaan 16

3.6 Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan 17

3.7 Program Keluarga Berencana 18

3.8 Pencapaian Program Keluarga Berencana 18

BAB 4 PEMBAHASAN 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 22

5.1 Kesimpulan 22

(4)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Puskesmas Pauh 14

Grafik 3.2 KB Pasca Salin Tahun 2021 18

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Puskesmas Pauh Tahun 2021 14

Tabel 3.2 Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan 15 Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2021

Tabel 3.3 Daftar SDMK Puskesmas Pauh Tahun 202115 16

Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan Puskesmas Pauh 2021 17

Tabel 3.5 Jumlah Akseptor Baru Puskesmas Pauh Tahun 2021 18

Tabel 3.6 Metode Kontrasepsi Berdasarkan Kelurahan Tahun 2021 19

Tabel 3.7 Tabel Cakupan Peserta KB Baru Tahun 2021 19

Tabel 3.8 Tabel Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2021 19

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.1 Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 361,6%, sedangkan Amerika Latin dan Karibia naik dari 66,7% menjadi 67,0%.2

Di negara-negara berkembang diperkirakan terdapat 225.000 perempuan ingin menunda atau menghentikan kesuburan tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi.2

Kependudukan merupakan masalah yang sedah dihadapi oleh negara kita yaitu Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk di Indonesia tahun 2015 sebesar 1,49% dimna kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 4.5 juta jiwa. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk.2,3

Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan KB termasuk dalam manfaat pelayanan promotif dan preventif. Manfaat pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi. Berbagai macam Kontrasepsi diantaranya: Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan, kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita, kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida, kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant), kontrasepsi dengan AKDR, kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).4,5

(7)

Melalui makalah ini, yang akan lebih dibahas mengenai Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Pauh tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Pauh ? Bagaimana Penggunaan Kontrasepsi Mantap (Kontap) di Puskesmas Pauh?

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai ProgramKeluarga Berencana (KB)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Pauh 2. Mengetahui Penggunaan Kontrasepsi Mantap (Kontap) di PuskesmasPauh 1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2021, dan diskusi dengan pemegang Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Pauh.

(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan.5

2.1.2 Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.6,7

2.1.3 Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut : a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan 2.1.4 Program Pelayanan KB

Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukungpercepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:

1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan

2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil

mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janinselama kehamilan, persalinan dan nifas

(9)

3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorangperempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB, meliputi pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.8

Mengacu pada Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa. Sementara Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.6,7

2.1.5 Alur Pelayanan KB

Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskemas dan jejaring pelayanan kesehatan mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu kepesertaan BPJS (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapatK/I/KB.2 Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih pelayanan KB yang dikehendaki. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metodesi khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan perlu persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien tidak setuju perlu diberikan konseling ulang. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali dengan membawa KI/KB atau kartu kunjungan.8

(10)

Gambar 2.1 Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2.2 Kontrasepsi 2.2.1 Definisi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau menentang, sedangkan konsepsi berarti bertemunya sel telur yang matang dan sel sperma sehingga menyebabkan terjadinya kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma sehingga tidak terjadi kehamilan.1,2

(11)

2.2.2 Jenis Kontrasepsi

Secara umum terdapat tiga metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, yaitu kontrasepsi hormonal, mekanis, dan kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat-obatan.

a. Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.9

b. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metodekontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida.9

c. Kotrasepsi Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuanmencegah kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulatdan licin kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh.3,4 Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis, dll).

Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.3 Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. AKDR yang mengandung hormoneProgesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert.9

(12)

d. Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi.9

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan vasektomi ialah pada kedua vasdeferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.2 Metoda dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secarasukarela dalam rangka keluarga berencana.3

Tubektomi / Metode Operasi Wanita (MOW)

Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.3,4,10 Keuntungan tubektomi ialah :

a. Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang- ulang b. Efektivitas hampir 100%

c. Tidak mempengaruhi libido seksualis d. Tidak mempengaruhi produksi ASI

e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

f. Berkurangnya risiko mengalami kanker indung telur g. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

(13)

Kerugiannya adalah tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.3

Indikasi dilakukannya tubektomi :

a. Penghentian fertilitas atas indikasi medic b. Kontrasepsi permanen

Syarat-syarat tubektomi : a. Syarat sukarela b. Syarat bahagia c. Syarat medik

Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.11

Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.11

Keterbatasan:

a. Perlu pertimbangan yang matang sebelum dilakukan karena bersifatpermanen kecuali bila dilakukan rekanalisasi.

b. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam beberapa hari setelah tindakan.

c. Dilakukan oleh dokter terlatih/kompeten (dokter umum untuk minilap,dokter spesialis ginekologi dan dokter bedah untuk proses laparoskop).

d. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk hepatitisB, HIV dan AIDS

(14)

Kapan Tubektomi dilakukan:11

a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil.

b. Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus mentruasi.

c. Pasca persalinan : Hanya dilakukan cara minilap dalam waktu 2 hariatau setelah 6 minggu atau 12 minggu.

Pasca keguguran :

a. Triwulan I : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada buki infeksipanggul (minilap atau laparoskopi)

b. Triwulan II : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi panggul (minilap).

Kriteria peserta Tubektomi:

a. Yakin telah mempunyai jumlah anak sesuai dengan harapan keluarga.

b. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

c. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

d. Pasca persalinan dan pasca keguguran. Wajib menandatangani informed concent.

Ibu yang tidak diperbolehkan melakukan Tubektomi:

a. Hamil positif (sudah terdeteksi atau dicurigai).

b. Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya.

c. Ada infeksi sistemik atau penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Disease/PID)

d. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk menambah anak di masa depan.

e. Tidak ada informed concent

Vasektomi / Metode Operasi Pria (MOP)

Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional.2,12

(15)

Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi.5 ”Vasektomi, selain aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan libido seks.” Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau ketidak jantanan.13,14

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan

dahulu.14

Keuntungan vasektomi :13

a. Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental b. Tidak mengganggu libido seksualitas

c. Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit

d. Efektif, karena tingkat kegagalannya kecil dan merupakan metode kontrasepsiyang permanen

e. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas (kesakitan) Kontraindikasi Vasektomi15

a. Infeksi kulit lokal, misalnya scabies b. Infeksi traktus genitalia

c. Kelaianan skrotum dan sekitarnya

i. Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum ii. Hydricele besar (penumpukan cairan)

iii. Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.

iv. Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum v. Luka parut bekas operasi hernia

(16)

Kerugian Vaseektomi15

a. Diperlukan suatu tindakan operatif minor, dan harus menunggu sampai sel mani menjadi negatif

b. Kadang - kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.

c. Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.

d. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.

Indikasi Vasektomi

MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.15

(17)

BAB 3

ANALISIS SITUASI 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Pauh

Puskesmas Pauh didirikan pada bulan Juli Tahun 1986, masih berupa PUSTU pada saat itu dengan wilayah kerja 13 Kelurahan. Pada Tahun 2004 terjadi perubahan wilayah di Kota Padang, termasuk wilayah kerja Puskesmas Pauh, menjadi 9 Kelurahan hingga saat ini, dan dari PUSTU berubah menjadi Puskesmas Pauh. Kategori Puskesmas berdasarkan Karakteristik Wilayah dan Kemampuan Pelayanan Puskesmas : Puskesmas Perkotaan Rawat Inap, Kode Registrasi 1011134 (KMK No. 9853 Tahun 2020).15

3.2 Keadaan Geografis

Puskesmas Pauh terletak di Jalan Irigasi Pasar Baru Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh, berjarak sekitar ± 8 Km dari pusat kota sebelah timur Kota Padang.

Wilayah kerja Puskesmas Pauh membentang pada 00 58’ Lintang Selatan, 1000 21’ 11’

Bujur Timur, ketinggian 10 - 1.600 m dari permukaan laut dan terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 % dataran tinggi, curah hujan ± 384.88 mm/tahun, temperatur antara 280 - 310 C. Jumlah kelurahan sebanyak 9 Kelurahan yang terbagi menjadi 52 RW dan 176 RT dengan luas wilayah ± 146,29 km2, adapun batas wilayah wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :15

a. Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok

b. Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Padang Timur dan KecamatanKuranji c. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Koto Tangah

d. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuk Kilangan danKecamatan Lubuk Begalung

(18)

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 202115 3.3 Keadaan Demografis

Peningkatan jumlah penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang tidak merata serta pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak kepada peningkatan pelayanan kesehatan dan kondisi kesehatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data kependudukan sebagai berikut:15

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Puskesmas Pauh Tahun 202115

No Kelurahan Penduduk RW RT

1 Pisang 9.224 7 23

2 Binuang Kampung Dalam 6.307 5 18

3 Piai Tangah 4.026 4 12

4 Cupak Tangah 10.058 6 21

5 Kapalo Koto 9.267 4 15

6 Koto Luar 8.318 6 25

7 Lambung Bukit 3.575 4 13

8 Limau Manis Selatan 10.990 8 31

9 Limau Manis 8.100 8 18

Jumlah 69.863 52 176

*Sumber : Lokmin Bulanan Pertama 2022

Pada tabel diatas, didapatkan bahwa kelurahan Limau Manis Selatan merupakan kelurahan dengan penduduk paling banyak dibanding kelurahan lain.

(19)

Tabel 3.2 Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 202115

No Kelurahan Luas Penduduk

1 Pisang 3,99 9.224

2 Binuang Kp. Dalam 2,97 6.307

3 Piai Tangah 4,97 4.026

4 Cupak Tangah 2,99 10.056

5 Kapalo Koto 35,83 9.267

6 Koto Luar 18,92 8.318

7 Lambung Bukit 38.80 3.575

8 Limau Manis Selatan 12,96 10.990

9 Limau Manis 24,86 8.100

Jumlah 146,29 69.863

Luas wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah 146,29km2, didiami oleh 69.863 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 146,29 jiwa/Km2. Didapatkan hasil bahwa kelurahan Cupak Tangah merupakan kelurahan paling padat penduduk dibanding dengan kelurahan lain. Berbeda dengan kelurahan Limau Manis Selatan yang walaupun dengan jumlah penduduk paling tinggi, akan tetapi wilayah nya sangat luas, sehingga tidak padat penduduk.

3.4 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan. Potensi keninik mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi panutan dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha dan lain lain.15

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak- kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan. Sistem

(20)

caranya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama peran serta masyarakat.15

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikatakan bervariasi mulai dari petani ± 35 % , dengan kemampuan terbatas sampai ke kelompok mampu dan mapan. Swasta 25 % , PNS 17 % , ABRI ± 5 %, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup besar yaitu 18 % dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh.15

3.5 Ketenagaan

Tersedianya SDMK yang bermutu dapat menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk itu perencanaan kebutuhan SDMK yang mengawali aspek manajemen SDMK secara keseluruhan harus disusun sebagai acuan dalam menentukan pengadaan yang meliputi pendidikan dan pelatihan SDMK, pendayagunaan SDMK, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan pembinaan serta pengawasan mutu SDMK.15

Tabel 3.3 Daftar SDMK Puskesmas Pauh Tahun 202215

JENIS TENAGA JUMLAH PNS NON PNS

DOKTER 6 5 1

DOKTER GIGI 3 3 -

APOTEKER 1 - 1

SKM 2 1 1

PERAWAT 12 10 2

PERAWAT GIGI 2 2 -

BIDAN 36 25 11

SANITARIAN 3 2 1

GIZI 5 3 2

ANALIS KES 1 1 -

(21)

REKAM MEDIS 4 3 1

ASS. APOTEKER 1 1 -

ADM/ AKUTANSI 1 - 1

SOPIR 1 1 -

CS 3 - 3

Penjaga Malam 2 - 2

Juru Masak 1 - 1

Fungsional Umum 2 2 -

3.6 Sarana Pelayanan Kesehatan

Puskesmas dan jaringannya merupakan sarana penyelenggara pelayanan kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Semakin banyak jumlah ketersediaannya maka semakin mempermudah masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sementara itu rumah bersalin, klinik, praktek dokter/dokter gigi, praktek bidan, apotek dan toko obat merupakan sarana pelayanan kesehatan swasta yang juga memberikan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.15

Tabel 3.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Pauh Tahun 202015 No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit Pemerintah 2

2 Rumah Sakit Swasta 1

3 Klinik Bersalin 2

4 Klinik Umum 2

5 Puskesmas Rawat Inap 1

6 Puskesmas Keliling 1

7 Puskesmas Pembantu 5

8 Praktek Dokter/Spesialis 3

9 Praktek Dokter Gigi 3

10 Praktek Bidan 5

11 Apotek 7

12 Toko Obat 2

Untuk menunjang pelayanan kesehatan, Puskesmas Pauh didukung oleh prasarana

(22)

3.7 Program Keluarga Berencana Puskesmas Pauh15

Tujuan : Mendukung terwujudnya Kecamatan Pauh Sehat Sasaran : Meningkatkan program keluarga berencana

Strategi : Tersedianya pelayanan KB di puskesmas, jejaring dan jaringan kesehatan Kebijakan : 1. Meningkatnya cakupan akseptor KB aktif

2. Meningkatnya penyelenggaraan KB pasca persalinan 3. Meningkatnya pendidikan KESPRO/KB di SLTA dan

Perguruan tinggi

3.8 Pencapaian Program Keluarga Berencana Puskesmas Pauh15

Peserta akseptor baru menurut kontrasepsi yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.5 Jumlah Akseptor Baru dan KB Aktif Puskesmas Pauh Tahun 202115

No BLN IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM

JLH KB BARU

JLH PUS

JLH KB AKTIF

1 Jan 3 0 0 1 125 43 20 192 7796 4734

2 Feb 4 0 0 0 98 22 14 138 7796 4745

3 Mar 2 0 0 2 111 39 40 194 13574 4762

4 Apr 1 0 0 5 66 12 6 139 13574 4745

5 Mei 3 0 0 5 101 26 6 141 13574 4804

6 Juni 14 0 0 25 82 8 6 135 13574 4831

7 Juli 1 0 0 0 55 39 21 99 13574 4831

8 Agus 1 0 0 0 32 37 19 89 13574 4836

9 Sept 7 1 0 24 50 4 0 86 13574 4840

10 Okto 2 4 0 2 67 31 21 128 14402 4850

11 Nov 18 0 0 19 96 12 0 107 14402 4857

12 Des 3 3 0 0 69 20 18 113 14402 4865

JML 59 8 0 83 952 293 171 1559 14402 4865

(23)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 4865 orang adalah peserta KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Pauh, setiap bulannya KB tidak pernah mencapai target untuk akseptor baru di Puskesmas Pauh dan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu metode suntik di bulan Januari 2021.

Tabel 3.6 Metode Kontrasepsi Berdasarkan Kelurahan Tahun 202115

NO KELURAHAN PUS IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM JML

1 Binuang 1850 41 34 1 24 336 69 22 527

2 Piai Tangah 1990 57 16 2 27 293 66 46 507 3 Cupak Tangah 1450 51 31 1 27 361 90 33 594 4 Kapalo Koto 1460 46 17 4 20 348 48 23 506 5 Lambung Bukit 1950 6 17 0 42 270 67 9 411

6 Pisang 1590 27 17 1 57 452 98 36 688

7 Limau Manis 1122 29 32 1 30 372 108 21 593

8 Koto Lua 1130 48 10 1 23 275 83 30 470

9 Limau Manis Selatan 1860 53 33 0 43 296 101 3 529 Puskesmas 14402 358 207 11 293 3003 730 223 4917 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penggunaan kontrasepsi sangat bervariasi disetiap kelurahan dimana terlihat paling sedikit menggunakan kontrasepsi mantap.

1. Cakupan peserta KB baru adalah: target 35 %

PUS yang pertama kali menggunakan kontrasepsi, pasca keguguran dan setelah melahirkan (42 hari) atau pasca istirahat kontasepsi minimal 3 bulan.

Jumlah peserta KB baru x 100 %

Jumlah PUS di wilayah

Triwulan JML KB Baru JLH PUS CPR

I 524 13574 3,86%

(24)

2. Cakupan pesera KB Aktif adalah target 75%

Peserta KB baru bulan lalu yang masih aktif memakai alokan terus menerus dalam 1 tahun, dihitung 1 kali dalam 1 tahun kalender dan ganti cara.

PUS yang dilayani yaitu KB suntik, pil, kondom ulangan pertama kali di tahun ini.

Peserta KB dengan alat kongtrasepsi MOP dan MOW.

Peserta KB dengan IUD dan implan harus dipastikan alokan terpasang dan tidak hamil.

Jumlah peserta KB aktif baru dan lama X 100 %

Jumlah PUS

Triwulan JML KB Aktif JLH PUS CPR

I 4956 13574 36,51%

II 4966 13574 36,58%

III 4926 13574 36,28%

IV 4978 14402 34,56%

Grafik KB Pasca Salin Tahun 202115

Berdasarkan hasil Grafik KB Pasca Salin tahun 2021 menunjukkan bahwa tidak ada yang mencapai target di semua kelurahan disekitar wilayah kerja Puskesmas Pauh. Terlihat KB Pasca salin paling banyak pada Kelurahan Koto Lua sebanyak 75 orang.

(25)

BAB 4 PEMBAHASAN

Puskesmas merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerja masing-masing pada satu bagian wilayah kecamatan. Dalam menyelenggarakan program kesehatan perorangan dan masyarakat, puskesmas memiliki program-program kegiatan pelayanan kesehatan. Puskesmas Pauh memiliki 5 program pokok dan program pengembangan salah satu program yaitu keluarga berencana (KB).

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan.

Program KB di Puskesmas Pauh pada tahun 2021 tidak berjalan dengan baik terlihat dari pencapaian angka akseptor KB baru, pasca salin dan peserta aktif di wilayah kerja puskesmas tidak ada yang mencapai target. Hal ini terutama disebabkan kondisi pandemi COVID-19 sehingga masyarakat takut untuk pergi ke fasilitas kesehatan.

Dibandingkan dengan kontrasepsi secara suntik, pil maupun implan, metode kontrasepsi mantap (Kontap) mempunyai peserta yang paling sedikit yaitu 207 peserta aktif pada Metode Operatif Wanita (MOW), dan 11 peserta pada Metode Operatif Pria (MOP) pada tahun 2021, hal ini disebabkan metode Kontrasepsi Mantap (Kontap) bersifat permanen sehingga banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu pertimbangan dari kedua belah pihak, oleh sebab itu orang lebih memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi lain yang lebih mudah dalam aplikasinya.

Tetapi untuk keuntungan efektivitas dari metode ini tinggi tingkat rasio efisiensi dan lamanya penggunaan kontrasepsi.

Berdasarkan pada capaian KB pasca salin menunjukkan bahwa belum tercapainya target KB pasca salin ini bisa disebabkan oleh kurangnya edukasi dari tenaga kesehatan setelah melahirkan dan ada beberapa yang sudah diberikan edukasi namun masih saja ibu tersebut tidak mau untuk melakukan kontrasepsi.

(26)

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Terdapatbeberapa metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.Metode tersebut antara lain adalah metode hormonal, mekanis, kontrasespsi tanpa menggunakan alat dan obat-obatan, dan sterilisasi.

Target peserta akseptor baru, peserta KB salin dan Kb aktif pada tahun 2021 tidak tercapai terlihat bahwa target setiap bulannya yaitu 100 dan semua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh tidak ada yang mencapai target. Metode kontrasepsi yang paling banyak di gunakan yaitu kontrasepsi secara suntik dan pemakaian yang paling sedikit yaitu pada kontrasepsi Mantap (Kontap).

5.2 Saran

1. Membuat kerjasama lintas sektor program yaitu dengan bagian KIA KB dan promosi kesehatan.

2. Melakukan promosi mengenai berbagai macam metode kontrasepsi khususnya metode Kontrasepsi Mantap (Kontap).

3. Pelaporan capaian KB oleh bidan dan klinik Puskesmas Pauh harus lebih dioptimalkan dengan pengetikan di laptop/computer sehingga data capaian KB di wilayah kerja Puskesmas Pauh lebih akurat, karena sampai sekarang pencatatan dan pelaporan masih dengan metode tulis tangan sehingga kurang efisien.

4. Meningkatkan program penyuluhan dan edukasi KB pasca salin di Puskesmas Pauh.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yanty RD. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sndi Husada. Lampung. 2019:1(10);121-2 2. World Health Organization. Medical eligibility criteria for contraceptive use. Fifth

edition : February 2015

3. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007

4. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.

5. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-25.Volume 1. Jakarta;

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2018

6. Ardiana I, Sekarpuri AD, Yudhistira. Peran bkkbn di balik gerakan penanggulangan Stunting. Jurnal Keluarga. Edisi kesatu. 2018.

7. Sulistyawati, A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.2013.

8. Menteri Kesehatan. Permenkes no. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. 2014.

9. World Health Organization (WHO). 2018. Planning Family or Contraseption.

10. Hidayati, N. A., Armini, N. K. A., & Kusumaningrum, T. The Correlation Analysis of Perceived Usefulness, Barriers, and Self Efficacy with the Selection of Tubectomy in Married Women of Childbearing Age. Journal of Computational and Theoretical Nanoscience, 17(7), 2999-3004. 2020

11. Averbach, S. H., Ermias, Y., Jeng, G., Curtis, K. M., Whiteman, M. K., Berry- Bibee, E., ... & Jatlaoui, T. C. (2020). Expulsion of intrauterine devices after postpartum placement by timing of placement, delivery type, and IUD type: a systematic review and meta-analysis. AJOG-American Journal of Obstetrics and Gynecology.

12. Patel, J., & Wachs, B. H. . Male Permanent Contraception: Vasectomy. In The Handbook of Contraception pp. 255-272. Humana, Cham. 2020

(28)

14. Halpern, J. A., Zumpf, K. B., Keeter, M. K., Tatem, A. J., Kahn, B. E., Bennett, N.

E. dan Brannigan, R. E. National Characteristics of Surgeons Performing

Vasectomy: Increasing Specialization and a Persistent Gender Gap. Urology. 2020 15. Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2021. Padang: Puskesmas Pauh; 2021.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas  Pelayanan Kesehatan
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2021 15 3.3 Keadaan Demografis
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Puskesmas Pauh Tahun 2021 15
Tabel 3.2 Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk  Menurut Kelurahan Tahun 2021 15
+6

Referensi

Dokumen terkait

berencana Puskesmas Kartasura, akseptor KB banyak yang menggunakan alat.. kontrasepsi hormonal dibandingkan menggunakan alat

untuk ber-KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. Untuk mengetahui hubungan Sosial budaya dalam keikutsertaan suami

Populasi penelitian adalah akseptor implan dan suntik di wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang datang ke Puskesmas Borobudur dipilih dengan metode

KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara

Menurut peneliti ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor KB di Wilayah kerja Puskesmas Rantau Tijang Kabupaten Tanggamus

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan tekanan darah pada akseptor KB suntik di wilayah kerja Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada Perbedaan Kecukupan ASI antara Akseptor KB Suntik Kombinasi dengan KB Suntik Progestin yang signifikan

Kesimpulan: Pelaksanaan Konseling KB Pada Akseptor KB IUD di Puskesmas Karang Taliwang menunjukkan, Pelaksanaan Konseling KB responden dikategorikan efektif yaitu