• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PITAMEH KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

JURNAL

LUSI ANDRIANI 10060059

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2014

(2)

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PITAMEH KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

Oleh:

Lusi Andriani*

Helma**

Ahmad Zaini**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat. e-mail:lusiandriani3@gmail.com ABSTRACK

This research do through qualitative describtive approach, this approach describe of identification, fact and reality in the real life about the factor of caused by the divorce of early marriage in Pitameh Lubuk Begalung. The instrument of the researcher is used in this research is interview, tekhnique is used in processing of the datas are application, triangulation, colleaque checking/investigation from discussion, negative case analyze, member verivication, detail analyze, auditing, and analyze result naration. The results of the research are (1) The internal factors caused by the divorce of early marriage in Pitameh Lubuk Begalung Padang City are: (a) The low of education, it caused the informan comprehension level in understand about the important of sacred of marriage is also low, (b) The young age make the young couples have been not ready yet to appear many difficulties, (c) The key informan does not have mental mature in enter on life of household such as the key informan does not have perception about the purpose, the duty and their responsibility in their household, (d) The economic factor, this factor is the hardest problem divorce because there is no the preparation of economic while hold the marriage, it become dispute, (e) The emotional that has not mature yet, it caused the disputes are become, the couple cannot minimaze the emotional (2) The external factor caused by the divorce of early marriage in Pitameh Lubuk Begalung Padang City, they are: (a) The intervention of the third person it caused the broken of household like negative isues expressly or not, (b) The divorce happen cause one of the cauple leave the other like provide/include in marriage regulations.

Keyword: Factors caused by the divorce, Early marriage.

PENDAHULUAN

Pernikahan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Dalam kehidupan manusia pernikahan bukanlah bersifat sementara tetapi untuk seumur hidup.

Sayangnya tidak semua orang bisa memahami hakekat dan tujuan dari pernikahan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam berumah-tangga.

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar- benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan

mental. Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Terlepas dari masalah usia Rasulullah SAW memberikan tuntunan yang tegas kepada orang yang sudah mampu agar segera menikah, sementara kepada yang belum mampu Rasul memberi jalan keluar untuk menangguhkan pernikahan yaitu dengan melaksanakan shaum (puasa), karena shaum merupakan benteng. Ungkapan ini merupakan isyarat bahwa kita diperbolehkan menangguhkan pernikahan untuk lebih mematangkan persiapan, Nurdin (2005:86).

(3)

Nurdin (2005:89-90) menjelaskan bahwa ketentuan usia ideal menikah tidak ditetapkan oleh syari’at. Kedewasaan mental lebih diutamakan dari pada umur seseorang. Aspek kesiapan yang harus diupayakan ialah pengalaman, kemapanan mental, wawasan, pengetahuan, sosial kemasyarakatan dan agama.

Ketika seseorang membangun rumah tangga memang tidak hanya kemampuan secara seksual, namun lebih ditekankan pada kematangan mental. Karenanya, jangan tergesa- gesa untuk memasuki tahap ini. Idealnya seseorang lelaki telah mencapai usia 28 tahun dan wanita 25 tahun, agar kehidupan rumah tangga yang bahagia bisa tercapai, memiliki wawasan makna pernikahan dan memahami hak dan kewajiban suami istri, bertanggung jawab dalam menjalin keharmonisan rumah tangga, serta berbagai faktor yang mendukung tujuan nikah tersebut.

Hawari, 1996 (Hasan, 2012:6) menyatakan bahwa persiapan perkawinan pada aspek biologik usia yang ideal menurut kesehatan dan program Keluarga Berencana adalah usia antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia 25-30 bagi pria. Sanderowitz & Paxman, 1985 (Sarwono, 2011:12) menjelaskan, ditinjau dari bidang kegiatan WHO (World Health Organization) yaitu kesehatan, masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Kehamilan dalam rentang usia tersebut memang mempunyai resiko yang lebih tinggi (kesulitan waktu melahirkan, sakit/cacat/kematian bayi/ibu) dari pada kehamilan dalam usia di atasnya.

Nurdin (2005:91-92) menyatakan bahwa jika seseorang menikah dalam kondisi kurang wawasan dan pengetahuan atau belum matang jiwanya, apalagi jika hanya melihat faktor fisiknya saja dan mengenyampingkan aspek mental. Memang tidak ada salahnya memperhatikan aspek materi sepanjang kemampuan agama dan perilaku menjadi prioritas. Secara psikologis kematangan jiwa seseorang dapat membentuk kesempurnaan pribadinya dan menghapus pengaruh negatif dari

perasaan dan ego pribadinya. Dia akan lebih banyak memberi dari pada menerima, dan selalu memperhatikan orang lain dari pada kepentingan pribadinya”.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 19 November 2013 sampai 20 Januari 2014 di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung, ada beberapa pasangan yang menikah di usia dini. Meskipun tidak semua pasangan yang menikah di usia dini berakhir pada perceraian, namun terdapat dua orang yang menikah dini dan bercerai dalam masa pernikahan yang relatif singkat. Salah satu dari pasangan ini bahkan ada yang usia pernikahannya hanya berumur satu minggu.

Informan ini menikah saat ia berumur 16 tahun, dan sudah tidak lagi bersekolah. Pernikahan ini dilakukan saat orang tua terbelenggu masalah ekonomi. Orang tua terpaksa menikahkan anak gadisnya dengan tujuan agar dapat mengurangi beban keluarga maka mereka akan terlepas dari tanggung jawab untuk membiayai atau memenuhi kebutuhan hidupnya. Pernikahan tersebut dilakukan karena rasa hormat seorang anak pada orang tua, dan anak tidak dapat memahami tujuan dari pernikahan yang sebenarnya.

Pasangan berikutnya, menjalani pernikahan lebih dari tiga tahun. Informan ini menikah pada usia 14 tahun dan hanya mengecap pendidikan hingga kelas VI Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang masyarakat setempat yang peneliti lakukan pada hari Jum’at tanggal 31 Januari 2014 menyatakan bahwa informan berpersepsi menikah adalah mudah, dengan tidak adanya pengetahuan tentang pernikahan. Meskipun batas umur perkawinan telah ditentukan, orang tua ini terpaksa memalsukan umur anaknya. Hal tersebut dikarenakan umur anak perempuannya belum cukup untuk menjalani pernikahan sesuai dengan ketentuan Undang-undang perkawinan di Indonesia.

Usia perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri. Dua orang informan kunci yang peneliti amati dalam penelitian ini adalah istri

(4)

dari pasangan yang bercerai pada pernikahan dini. Setelah terjadinya perceraian, informan terlihat tidak terbebani dengan perceraian yang sedang ia alami seperti; berkumpul bersama teman-teman, tertawa bersama dan bahkan informan tidak terlihat seperti perempuan yang sudah menikah. Itulah sebabnya peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tentang

“Faktor Penyebab Perceraian Pernikahan Dini di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang”.

Adapun fokus masalahnya adalah: a) Faktor internal penyebab perceraian pernikahan dini yang terjadi di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. b) Faktor eksternal penyebab perceraian pernikahan dini yang terjadi di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang.

Berdasarkan fokus penelitian di atas, peneliti dapat merumuskan masalahnya yaitu ” Apa saja faktor penyebab perceraian pernikahan dini di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang?”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang : a) Faktor internal penyebab perceraian pernikahan dini yang terjadi di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. b) Faktor eksternal penyebab perceraian pernikahan dini yang terjadi di Kelurahan Pitameh di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif Menurut Yusuf (2007: 83) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengetahui fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan secara detail. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 29 Juli-31 Juli 2014 di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang dan yang menjadi informan penelitian adalah istri dari pasangan yang menikah dini berjumlah 2 orang informan tambahan yang berjumalah 3 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan teknik analisis data yang digunakan

ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, auditing, dan narasi hasil analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor Internal Penyebab Perceraian Pernikahan Dini di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang a. Pendidikan

Pendidikan yang rendah mengakibatkan tingkat pemahaman informan dalam memahami penting dan sakralnya sebuah pernikahan juga rendah

b. Usia

Usia yang masih muda membuat pasangan muda belum siap menghadapi berbagai kesulitan,

c. Kematangan Mental

Informan kunci tidak memiliki kematangan mental dalam menjalankan kehidupan berumah tangga seperti, tidak adanya wawasan informan kunci tentang tujuan, kewajiban dan tanggung jawab mereka dalam hidup berumah tangga, d. Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan permasalahan perceraian paling berat karena tidak adanya persiapan ekonomi saat melangsungkan pernikahan membuat pasangan tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga terjadi pertengkaran,

e. Emosi

Emosi yang belum matang menyebabkan terjadinya pertengkaran karena tidak mampu dalam meminimalisir emosi karena usia yang masih sangat muda

2. Faktor Eksternal Penyebab Perceraian Pernikahan Dini di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang a. Pihak Ketiga

Campur tangan pihak ketiga dapat menyebabkan keretakan rumah tangga dalam bentuk issue-issue negatif yang disampaikan secara sengaja atau tidak, b. Salah satu pihak meninggalkan pihak

lain.

(5)

Perceraian terjadi karena salah satu pihak meninggalkan pihak laintanpa ada alasan yang sah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi remaja hendaknya lebih memahami dampak dari pernikahan usia muda sehingga diharapkan remaja mempunyai pandangan dan wawasan yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan yang bersifat positif.

2. Kepada pasangan usia dini yang mengalami masalah dalam rumah tangga, hendaknya diselesaikan baik-baik atau minta tolong dan saran pada orang yang lebih tahu dan berpengalaman.

3. Orang tua yang memiliki anak menikah usia dini sebaiknya memberi arahan yang bermanfaat sehingga dapat meminimalisir terjadinya masalah.

4. Bagi pihak Kelurahan sebaiknya memberi pelatihan kepada remaja yang putus sekolah dengan mengikuti berbagai pelatihan dan keterampilan.

5. Peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan penelitian ini sabagai pedoman dan urgensi dalam mengembangkan pembahasan tentang faktor penyebab perceraian pernikahan dini.

KEPUSTAKAAN

Hasan, Marwisni. 2012. Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang: UNP.

Nurdin, Subhan. 2005. Kado Pernikahan.

Bandung: Mujahid.

Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja.

Jakarta. Rajawali Pers.

Undang-undang Pokok Perkawinan. 2006.

Jakarta: Sinar Grafika.

Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

1. Faktor yang melatarbelakangi tingginya pernikahan dini di Kecamatan Silo. Tingginya angka pernikahan dini di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ternyata dipengaruhi oleh

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Faktor-Faktor Lemahnya Minat Mahasiswa Terhadap Sastra dan Budaya di