• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK "

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK

Oleh:

JUNAIDAH NPM 1803020001

Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1443 H/ 2022 M

(2)

ii

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

JUNAIDAH NPM 1803020001

Pembimbing : Fadhil Hardiansyah, M.Pd

Program Studi : Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1443 H/ 2022 M

(3)

iii NOTA DINAS Nomor : -

Lampiran : 1 (satu) Berkas

Hal : Permohonan Munaqosyah Kepada Yth.

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Metro

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Setelah kami adakan pemeriksaan dan bimbingan seperlunya, maka proposal yang telah di susun oleh :

Nama mahasiswa : Junaidah

NPM : 1803020001

Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam

Yang berjudul : Upaya Badan Penasihatan Pembinaan dan Peletarian Perkawinan dalam Meminimalisir Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kecamatan Sekampung Udik

Sudah kami setujui dapat diajukan untuk dimunaqosyahkan, demikian harapan kami dan atas penerimaannya, kami ucapkan terima kasih.

Wasalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

Mengetahui Metro,...April 2022

Ketua Jurusan, Pembimbing,

Hamdi Abdul Karim, M.Pd.I Fadhil Hardiansyah, M.Pd NIP. 19870208 201503 1 002 NIP. 19860623 201903 1 006

(4)

iv

PERSETUJUAN

Judul : UPAYA BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN

PELESTARIAN PERKAWINAN DALAM MEMINIMALISIR

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI

KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK Nama : Junaidah

NPM : 1803020001

Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah

MENYETUJUI

Untuk munaqosyahkan dalam sidang munaqosyah jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.

Metro, April 2022 Pembimbing,

Fadhil Hardiansyah, M.Pd NIP. 19860623 201903 1 006

(5)

v

PENGESAHAN SKRIPSI Nomor: ...

Skripsi dengan judul : Upaya Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam Meminimalisir Faktor-Faktor Penyebab Perceraian di Kecamatan Sekampung Udik , disusun oleh: Junaidah, NPM 1803020001, Program Studi: Bimbingan Penyuluhan Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah pada hari/tanggal : Senin / 30 Mei 2022 di ruang Sidang FUAD.

TIM PENGUJI :

Ketua Sidang : Fadhil Hardiansyah, M.Pd (...) Penguji I : Hemlan Elhany, M.Ag (...) Penguji II : Hamdi Abdul Karim, S.IQ., M.Pd.I (...) Sekretaris : Zunaidi Nur, M.Ag (...)

Mengetahui Dekan,

Dr. Hj. Akla, M.Pd NIP. 19691008 200003 2 005

(6)

vi OLEH:

JUNAIDAH

Pasangan suami istri akan berhadapan dengan berbagai permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya. Beberapa pasangan suami istri akan melewati berbagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut namun pasangan yang tidak menemukan cara untuk berdamai akan memilih untuk mengakhiri hubungan ini dengan bercerai. Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) memiliki peran penting terhadap pasangan suami istri yang ingin sekali bercerai, yaitu berupa pemberian nasihat khusus dan pembinaan kepada pasangan suami istri yang akan bercerai sehingga mengurungkan niatnya untuk bercerai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini sumber primer berupa hasil wawancara dengan Kepala BP4 KUA Kecamatan Sekampung Udik, anggota-anggota BP4 KUA Kecamatan Sekampung Udik, orang yang bercerai dan orang yang memiliki masalah rumah tangga namun tidak sampai bercerai. Sedangkan sumber data sekunder data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Peneliti mendapatkan informasi melalui dokumen maupun arsip yang berkaitan dengan upaya BP4 dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik adalah mendengarkan permasalahan dari suami dan istri yang bersangkutan. Upaya selanjutnya BP4 akan menghadirkan anggota keluarga dari pasangan yang nasihatnya akan di dengarkan oleh pasangan tersebut dan BP4 juga menghadirkan tokoh masyarakat untuk membantu BP4 dalam mendamaikan pasangan yang akan bercerai. Sedangkan upaya untuk meminimalisir perceraian tahap pencegahan dilakukan dengan bimbingan kursus calon pengantin (suscatin) dan kajian-kajian keagamaan seperti pengajian majelis ta’lim. Adapun yang menjadi penghambat BP4 dalam melaksanakan tugasnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang peran dan tugas BP4. Sehingga masih sangat sedikit pasangan suami istri yang akan bercerai meminta bantuan kepada BP4.

(7)

vii

Nama : Junaidah

Npm : 1803020001

Program Studi : Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Metro, 27 April 2022 Yang menyatakan,

Junaidah 1803020001

(8)

viii



























Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah

Maha mendengar lagi Maha melihat.

(Q.S An-Nisa : 58)

(9)

ix

1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Hasanudin dan Ibu Hasiyah) yang selalu mencurahkan kasih sayang serta mendoakan untuk keberhasilan peneliti.

2. Keluarga besar peneliti yang selalu mendukung dan mendo’akan peneliti untuk segera menyelesaikan studi.

3. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

4. Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung sebagai tempat peneliti menempuh pendidikan yang akhirnya bisa mengantarkan peneliti menuju pintu gerbang keberhasilan.

(10)

x

menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ushuluddin Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Upaya dalam penyelesaian Skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dr. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag, PIA selaku Rektor IAIN Metro, Ibu Dr.

Hj. Akla, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Bapak Hamdi Abdul Karim, S.I.Q, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Bapak Fadhil Hardiansyah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini dan Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama peneliti menempuh pendidikan.

Kritik dan saran demi perbaikan penulisan Skripsi ini sangat penulis harapkan dan akan diterima dengan kelapangan dada dan hingga akhirnya semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi Jurusan maupun Fakultas.

Metro, 27 April 2022 Penulis

Junaidah 1803020001

(11)

xi

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

HALAMAN KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Penelitian Relevan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) .. 12

1. Pengertian BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) ... 12

2. Dasar BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) ... 12

3. Tujuan BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) ... 14

(12)

xii

B. Perceraian ... 16

1. Pengertian Perceraian ... 16

2. Rukun dan Syarat Perceraian... 17

3. Bentuk-Bentuk Perceraian ... 18

4. Penyebab Putusnya Perkawinan ... 19

5. Perceraian Dalam Islam ... 20

6. Faktor Penyebab Perceraian ... 23

7. Dampak Perceraian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26

B. Sumber Data ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Lokasi Penelitian ... 32

1. Kondisi Geografis Kecamatan Sekampung Udik ... 32

2. Struktur Organisasi Kecamatan Sekampung Udk ... 33

3. Sejarah Berdirinya KUA Kecamatan Sekampung Udik ... 34

4. Lokasi dan Gedung Kantor ... 35

5. Visi dan Misi KUA Kecamatan Sekampung Udik ... 35

6. Daftar Nama Pegawai KUA Kecamatan Sekampung Udik ... 36

7. Sruktur Organisasi KUA Kecamatan Sekampung Udik ... 37

8. Struktur Organiasai Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) ... 38

(13)

xiii BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

(15)

xv

Gambar 3 Struktur BP4 Kecamatan Sekampung Udik ... 39

(16)

xvi Lampiran 1 : Penunjuk Pembimbing Skripsi Lampiran 2 : Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian Lampiran 3 : Izin Pra Survey

Lampiran 4 : Balasan Pra Survey Lampiran 5 : APD

Lampiran 6 : Daftar Materi Penasihatan Perceraian Lampiran 7 : Outline

Lampiran 8 : Izin Research Lampiran 9 : Surat Tugas Lampiran 10 : Balasan Research

Lampiran 11 : Surat Keterangan Bebas Pustaka Lampiran 12 : Surat Keterangan Turnitin

Lampiran 13 : Formulir Konsultasi Bimbingan Proposal dan Skripsi Lampiran 14 : Lampiran Foto

Lampiran 15 : Riwayat Hidup

(17)

1

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat sakral dan memiliki tujuan yang sakral pula dengan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan agama.1 Perkawinan bukan hanya satu jalan yang sangat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga sebagai satu jalan memperluas tali silaturahmi. Kehidupan seseorang akan menjadi tidak sempurna jika belum menikah, selain itu juga dengan perkawinan akan terciptanya rasa kasih dan sayang seperti yang tercantum pada QS. Ar-Ruum ayat 21:











































Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasannya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari sejenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir.2

Tujuan dari perkawinan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan memelihara martabatnya.3 Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 1 sudah jelas disebutkan, bahwa tujuan dari pernikahan adalah membentuk keluarga

1 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 7.

2 Q.S Ar-Ruum (30): (21)

3 Jamal Ma’mur Asmani dan Umdatul Baroroh, Fiqh Pernikahan (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2019), 6.

(18)

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Disamping tujuan pernikahan untuk membentuk keluarga bahagia tetapi juga bertujuan membentuk keluarga yang kekal. Tujuan perkawinan selain untuk membentuk keluarga yang kekal juga bertujuan meneruskan keturunan sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Furqon ayat 74:





























Artinya: Dan orang-orang yang berkata ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.4

Memahami makna ayat di atas bahwa tujuan dari perkawinan adalah membentuk suatu keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Hubungan perkawinan yang bahagia, sejahtera, damai lahir dan batin adalah dambaan bagi semua keluarga. Kebahagiaan tersebut tidak hanya bagi pasangan yang menikah, tetapi kebahagiaan dalam perkawinan juga turut dirasakan bagi keluarga besar pasangan, sahabat, hingga sanak saudara. Rasa kasih sayang dalam perkawinan ditunjukkan dengan mawaddah yang memiliki makna saling mencintai serta warahmah yaitu saling mengasihi.

Keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah serta mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan lahir dan batin dalam rumah tangga merupakan

4 Q.S al-Furqon (25): (74)

(19)

impian setiap pasangan suami istri. Membina hubungan yang rukun dan membawa keluarga untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Semua itu membutuhkan kerja sama antara suami istri untuk saling pengertian dan memahami pasangan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai pada pernikahan.

Pernikahan tidak selalu berjalan dengan baik sesuai apa yang diharapkan, dalam pernikahan tentu saja akan diiringi berbagai konflik kehidupan rumah tangga yang hikmahnya adalah untuk memperkuat tali kepercayaan dalam pernikahan. Pada suatu pernikahan suami istri akan berhadapan dengan berbagai permasalahan rumah tangga. Suami istri yang tidak mampu mengendalikan emosi dan sikapnya dalam menghadapi masalah rumah tangga maka akan menimbulkan permasalahan dalam keluarga, munculnya rasa saling tidak percaya dan perselisihan secara terus menerus.

Beberapa pasangan suami istri akan melewati berbagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut namun tidak menemukan cara untuk berdamai hingga akhirnya akan memilih untuk mengakhiri hubungan suami istri ini dengan bercerai.

Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri yang sah sehingga istri tidak lagi halal bagi suaminya.5 Putusnya perkawinan karena perceraian dapat terjadi karena talak ataupun gugatan. Talak merupakan perceraian yang terjadi karena permohonan cerai dilakukan oleh pihak suami sedangkan cerai gugat adalah permohonan cerai yang dilakukan

5 M Dahlan, Fikih Munakahat (Yogyakarta: DeePublish, 2015), 111.

(20)

oleh pihak istri. Perceraian hanya dapat dilakukan di pengadilan agama dan sebelum itu pasangan suami istri telah melalui berbagai upaya dari pengadilan agama ataupun pihak terkait untuk berdamai. Maka dalam hal ini Islam membolehkan terjadinya perceraian sebagai langkah terakhir yang dipilih setelah melalui usaha yang maksimal.

Penyebab terjadinya perceraian tidak lepas dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi putusnya perkawinan, sehingga menjadi alasan suami maupun istri mengajukan perceraian. Perubahan sosial yang sedang terjadi di tengah masyarakat sekarang ini membuat tingkat perceraian semakin tinggi.

Peningkatan dalam kasus gugatan cerai yang dilakukan istri kepada suami juga dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi yang terus meningkat. Selain itu perselisihan yang terjadi terus menerus menjadikan suasana dalam rumah tangga tidak lagi harmonis. Saat ini sangat mudah bagi pasangan suami istri untuk melakukan perceraian sebagai solusi terakhir yang dipilih dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga. Berkaitan dengan tingginya angka perceraian yang terjadi di masyarakat maka diperlukan suatu usaha dari berbagai pihak terkait, baik dari instansi yang berwewenang hingga tokoh masyarakat untuk membantu meminimalisir terjadinya perceraian.

Lembaga dari Kementerian Agama yang memiliki fungsi dalam membimbing keluarga Indonesia menjadi keluarga yang sejahtera berlandaskan ajaran Islam adalah KUA (Kantor Urusan Agama). Di KUA juga terdapat BP4 yaitu Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. BP4 bertujuan meningkatkan kualitas perkawinan umat muslim

(21)

dan membantu menyelesaikan persoalan-persoalan rumah tangga. Upaya yang dilakukan oleh BP4 yaitu membimbing pasangan suami istri untuk berdamai ketika mengalami perselisihan dan berupaya dalam pencegahan terjadinya perceraian.

Hasil dari wawancara dengan Ibu Kartini, S.Ag selaku anggota BP4 pada saat pra survei adapun faktor-faktor yang menyebabkan pasangan suami istri memutuskan bercerai adalah orang ketiga, perselisihan yang terus- menerus, ekonomi dan perginya salah satu diantara suami atau istri ke luar negeri.6 Data yang penulis dapatkan melalui pra survei terjadi peningkatan angka perceraian pada tahun 2019 dan 2020. Berdasarkan data dari Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kecamatan Sekampung Udik pada Tahun 2019 ada 74 kasus perceraian dan angka ini meningkat pada tahun 2020 dengan 118 perceraian kemudian pada tahun 2021 terdapat 115 kasus perceraian.

Fungsi dari BP4 adalah untuk memberikan bimbingan kepada calon pengantin sebelum pernikahan memiliki peran sebagai mediator dalam mendamaikan pasangan suami istri yang berselisih. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, menjadikan alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada tahun 2021 terkait dengan ―Upaya Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan Dalam Meminimalisir Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Di Kecamatan Sekampung Udik‖.

6 Hasil Wawancara dengan Anggota BP4 Ibu Kartini, S.Ag di KUA Kecamatan Sekampung Udik, 22 Juli 2021.

(22)

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana upaya badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik pada tahun 2021?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan KUA Kecamatan Sekampung Udik dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangan berupa pemikiran atau memperkaya ilmu pengetahuan yang terkait dengan upaya BP4 dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Petugas BP4 KUA Kecamatan Sekampung Udik

Manfaat dari penelitian untuk BP4 KUA Kecamatan Sekampung Udik adalah sebagai bahan pertimbangan dalam memaksimalkan fungsi dan tujuan BP4. Dalam rangka berupaya

(23)

untuk meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

2) Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah untuk menambah pengetahuan tentang upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian, dan sebagai syarat penulis menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

3) Bagi Fakultas

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk memberi referensi kepada adik tingkat yang akan menyusun skripsi ditahun yang akan datang, dan menambah koleksi kepustakaan pada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan, ada beberapa literatur yang berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti dalam bentuk skripsi diantaranya sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah yang berjudul

“Analisis Tingkat Perceraian Akibat Perkawinan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Kota Tebing Tinggi”. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan perceraian di kota Tebing Tinggi pada tahun 2017 sampai dengan 2018. Perceraian diakibatkan oleh 3 faktor yaitu perselisihan terus

(24)

menerus, meninggalkan salah satu pihak dan faktor ekonomi. 7 Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat perceraian dari pasangan yang menikah di bawah umur maka jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dengan judul dari peneliti sama-sama meneliti tentang perceraian namun yang membedakannya penelitian milik Siti Maimunah berfokus pada analisis tingkat perceraian. Judul penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah bagaimana upaya badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian.

Kedua, penelitian dari Muhammad Fikri Adha dengan judul “Strategi Penyuluh Agama Islam Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di KUA Kecamatan Cibinong”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi penyuluh agama Islam dalam mengurangi angka perceraian di KUA Kecamatan Cibinong sudah berjalan dengan baik sebagai upaya dari penyuluh agama dalam membina keluarga di Indonesia untuk hidup harmonis berdasarkan ajaran Islam.8 Strategi penyuluh agama dalam mengurangi angka perceraian berjalan dengan lancar yang menjadi program untuk menekan dan mencegah kasus perceraian yang terus mengalami peningkatan. Pelaksanaaan program tersebut didukung dengan berbagai faktor yaitu: Tersedianya SDM yang lengkap dan setiap penyuluh agama menguasai materi yang berkaitan

7 Siti Maimunah, “Analisis Tingkat Perceraian Akibat Perkawinan di Bawah Umur di

Pengadilan Agama Kota Tebing Tinggi” (Skripsi, Medan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2019).

8 Muhammad Fikri Adha, “Strategi Penyuluh Agama Islam Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di KUA Kecamatan Cibinong” (Skripsi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2019).

(25)

dengan perkawinan ataupun keluarga sakinah. Penelitian ini berfokus pada peran penyuluh agama dalam mengatasi perceraian sedangkan yang akan diteliti oleh peneliti adalah upaya dari badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian.

Ketiga, penelitian dari Aswandi dengan judul “Peranan Penyuluh Agama Islam Dalam Mencegah dan Mengurangi Tingkat Perceraian di Kecamatan Manggala Kota Makassar di Tahun 2019-2020 M”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang berlokasi di Kecamatan Manggala kota Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tingkat perceraian di Kecamatan Manggala kota Makassar tahun 2019 sebanyak 392 perkaramengalami penurunan sebanyak 45 perkara sedangkan di tahun 2020 ada 352 perkara. Adapun peran penyuluh agama Islam dalam mencegah dan mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Manggala, selama tahun 2019-2020 M diantaranya, memberikan bimbingan keluarga sakinah, kursus calon pengantin, sosialisasi usia pernikahan, dan penguatan pengetahuan keislaman..9

Perceraian terjadi karena dinamika dalam kehidupan rumah tangga seringkali menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan perkawinan yang sesuai dengan ajaran Islam. Perceraian diperbolehkan dengan memenuhi syarat dan rukun yang sudah ditentukan dalam Islam untuk menjadi alasan bercerai. Penelitian ini dengan yang akan diteliti oleh penulis

9 Aswandi, “Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Mencegah dan Mengurangi Tingkkat perceraian di Kecamatan Manggala Kota Makassar di Tahun 2019-2020 M” (Skripsi, Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2022.

(26)

sama-sama berkaitan tentang perceraian namun yang membedakan adalah penelitian ini berfokus pada peranan penyuluh agama Islam namun judul peneliti adalah upaya badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian

Keempat, penelitian Gasmin “Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Mengatasi Perceraian di Desa Lamooso Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan”. Hasil penelitian ini bahwa perceraian senantiasa terjadi di desa Lamooso merupakan hal yang sudah tidak tabu lagi sebab dalam kurun wantu setahun telah banyak laporan gugatan perceraian di KUA. Penyuluh agama di desa Lamooso adalah dengan memberikan dakwah dalam pendekatan budaya kepada masyarakat. 10 Adapun yang membedakan penelitian ini dengan yang akan diteliti yaitu peneliti akan meneliti upaya badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian sedangkan penelitian relevan ini berfokus pada peranan penyuluh agama dalam mengatasi perceraian.

Kelima, penelitian Khaerudin “Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Menanggulangi Perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas penyuluh agama Islam di Kecamatan Plered merpakan kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat sejahtera yang dilakkan sesuai pogramnya. Disamping itu berbagai faktor terjadi perceraian

10 Gasmin, “Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Mengatasi Perceraian di Desa Lamoosso Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan” (Skripsi, Kendari, IAIN Kendari, 2018).

(27)

yaitu faktor ekonomi, adanya orang ketiga, komunikasi KDRT hingga pernikahan usia dini. 11 Adapun yang membedakan penelitian ini dengan yang akan diteliti oleh peneliti adalah upaya dari BP4. Meskipun penelitian ini sama-sama mengarahkan fokusnya pada perceraian tetapi peneliti mengkaji penelitian tentang upaya dari BP4 dalam meminimalisir faktor- faktor terjadinya perceraian sedangkan penelitian milik Khaerudin berfokus peranan penyuluh agama dalam menanggulangi perceraian.

11 Khaerudin, “Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Menanggulangi Perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon” (Skripsi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2021).

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

1. Pengertian BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

BP4 adalah singkatan dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. BP4 merupakan suatu lembaga yang didirikan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dalam rangka untuk mendapatkan bantuan dan menunjang sebagian tugas Kementerian Agama dalam bidang penasihatan perkawinan.

BP4 telah mendapat keputusan resmi dari pemerintah dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. VIII Tahun 1961 yang menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasihatan perkawinan jika terjadi perselisihan rumah tangga.1 Selain itu fungsi BP4 juga bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan rumah tangga bahagia, sejahtera dan kekal berdasarkan ajaran Islam.

2. Dasar BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

Pembentukan BP4 dilandasi dengan dasar hukum Undang-Undang dan ada juga ayat Al-Qur’an yang menjelaskan peran juru pendamai dalam

1 Abdul Halim Taili, ―Implementasi Tugas dan Fungsi Badan Pensihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di Kabupaten Gowa,‖ Jurnal Al-Qadau 6 (2019): 137.

(29)

perselisihan rumah tangga. Adapun dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut:

Ayat Al-Qur’an yang melandasi BP4 sebagai pihak ketiga yang berperan menjadi juru pendamai antara suami istri yang berselisih terdapat dalam surat An-Nisa ayat 35:















































Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.2

Pada ayat tersebut, dapat dipahami bahwa apabila terjadi perselisihan dalam kehidupan rumah tangga diperlukan hakam untuk membantu kedua belah pihak yang berselisih. Hakam yang dimaksud pada ayat tersebut adalah juru pendamai. Dengan demikian BP4 berperan sebagai juru pendamai untuk membantu pasangan suami istri yang sedang berselisih dan mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka.

Dasar BP4 juga terdapat pada surat Luqman ayat 17 yang berbunyi:





































2 QS. An-Nisa (4): 35

(30)

Artinya: Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.3

Pada ayat tersebut dengan jelas memerintahkan manusia untuk senantiasa berbuat baik dan mencegah manusia yang lainnya dalam perbuatan yang buruk hal ini sesuai dengan peran dari BP4 yaitu membantu pasangan suami istri yang berselisih dan melaksanakan tujuan dari BP4 yaitu mempertinggi mutu perkawinan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah berdasarkan ajaran Islam.

3. Tujuan BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

Tujuan dibentuknya BP4 untuk mempertinggi mutu perkawinan dalam mencapai keluarga sakinah berdasarkan ajaran Islam. Adapun tujuan-tujuan lain dibentuknya BP4 terdapat pada Pasal 5 Keputusan Musyawarah Nasional BP4 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas perkawinan dan kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

b. Menurunkan angka perceraian dengan meningkatkan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui kegiatan konseling keluarga, mediasi dan advokasi.

c. Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.

d. Memberikan penyuluhan tentang peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan keluarga.

e. Mengembangkan jaringan kemitraan dengan instansi/lembaga yang memiliki misi dan tujuan yang sama.4

3 QS. Luqman (31): 17.

4 Tulus, Fadilah Ahmad dkk, Buku Panduan Konseling Untuk Konselor BP4 Perseektif Kesetaraan , (Jakarta: Rahima, 2012): 19

(31)

4. Tugas BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sebagai organisasi profesional dari Kementerian Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah berlandaskan agama Islam BP4 memiliki fungsi sebagaimana tercantum dalam AD/ART BP4 yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan bimbingan, penyuluhan, penasihatan dan konsultasi atau konseling mengenai hal-hal yang berkaitan dengan nikah, talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat.

b. Memberikan bantuan berupa mediasi kepada pihak yang diperkara di pengadilan agama.

c. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan dan perselisihan rumah tangga di pengadilan agama.

d. Mengurangi angka perselisihan, perceraian, hingga permasalahan poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan yang tidak tercatat secara resmi.

e. Menyelenggarakan kursus pra nikah kepada calon pengantin, pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga.5

5. Peranan BP4 (Badan penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)

BP4 dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya untuk mewujudkan keluarga Indonesia yang sakinah berlandaskan ajaran Islam memiliki upaya yang bisa dilakukan. peranan BP4 itu diantaranya: Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama, memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan yang berkaitan dengan perselisihan rumah tangga, berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan membentuk keluarga sakinah,

5 BP4 Pusat, AD/RT Hasil Musyawarah Nasional BP4 XV/2014 (Jakarta: BP4 Pusat, 2014), Pasal 6, 6–7.

(32)

memberikan bimbingan, penyuluhan, penasihatan, dan konsultasi/

konseling yang berkaitan dengan nikah, talak dan rujuk.

Menyelenggarakan bimbingan perkawinan kepada remaja dan calon pengantin, pembinaan ataupun penyuluhan yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga sakinah.6

B. Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Perceraian berasal dari kata ―cerai‖ yang dalam Bahasa Arab disebut dengan “al-Ithlaq” berarti melepas dan membiarkan.7 Secara istilah, talak berarti melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.8 Sedangkan definisi talak menurut Abu Zakaria Al- Anshari yaitu melepas tali akad nikah dengan menggunakan kata talak dan semacamnya.9 Selain itu pendapat lain tentang makna talak juga dikemukakan oleh ulama Maliki yang menerangkan talak adalah sifat hukum yang menyebabkan gugurnya kehalalan seseorang untuk berhubungan suami istri.10

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan perceraian adalah berakhirnya suatu ikatan perkawinan antara suami dan istri sehingga seorang istri tidak lagi halal bagi suaminya.

6 BP4 Pusat, Keputusan MUNAS BP4 ke XVI (Jakarta: BP4 Pusat, 2019), 2.

7 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fikih as-Sunnah untuk Wanita (Jakarta: al-I’tisham Cahaya Umat, 2007), 755.

8 Sudirman, Pisah Demi Sakinah (Jember: Pustaka Radja, 2018), 10.

9 Budi Abdullah dan Beni Ahmad, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 203.

10 Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Gama Media, 2017), 104.

(33)

Perceraian terjadi akibat faktor-faktor tertentu yang tidak bisa diatasi lagi dan apabila perkawinan diteruskan akan menimbulkan kemudharatan bagi pasangan suami istri.

Putusnya perkawinan karena perceraian dapat terjadi karena talak ataupun gugatan. Talak merupakan perceraian yang terjadi karena permohonan cerai dilakukan oleh pihak suami dan cerai gugat adalah permohonan cerai yang dilakukan oleh pihak istri. 11 Pengajuan perceraian melalui gugatan ataupun cerai karena talak akan dilakukan usaha perdamaian terlebih dahulu di Pengadilan Agama. Apabila pasangan tersebut tidak mungkin lagi didamaikan dan telah memiliki cukup bukti sebagai alasan yang jelas untuk melakukan perceraian, maka Pengadilan Agama dapat menjatuhkan putusannya untuk mengabulkan permohonan perceraian.

2. Rukun dan Syarat Perceraian

Perceraian dipilih pasangan suami istri sebagai cara terakhir untuk menyelesaikan masalah rumah tangganya. Perceraian yang dilakukan oleh pasangan suami istri, tidak bisa dilakukan tanpa adanya aturan. Proses perceraian dalam Islam, tidak lepas dari unsur-unsur yang harus memenuhi rukun dan syarat perceraian, adapun rukun perceraian itu diantaranya:

a. Suami yang mentalak istrinya merupakan seseorang yang telah dewasa dan sehat akalnya serta mengucapkan kata talak untuk istrinya

11 Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 24–26.

(34)

dalam keadaan yang sadar dan tidak dalam keadaan terdesak atau terpaksa.

b. Perempuan yang ditalak ialah istrinya atau orang yang secara hukum masih terikat perkawinan dengan suami yang memberikan talak.

c. Sighat atau ucapan cerai yang disampaikan menggunakan lafaz talak atau semacamnya yang memiliki makna sebagai ucapan pemutus hubungan perkawinan.12

Islam juga telah menetapkan beberapa batasan dan sejumlah syarat untuk melakukan perceraian yaitu:

a. Individu yang akan bercerai itu harus orang yang telah baligh dan berakal.

b. Ucapan yang menyatakan talak menggunakan kata-kata yang jelas dengan mengucap kata talak dan sebagainya.

c. Tujuan dari bercerai itu memang murni dengan adanya alasan-alasan yang jelas dan muncul dari dalam diri tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

d. Jumlah bilangan talak adalah tiga kali, sehingga apabila seorang istri telah diberikan talak sebanyak tiga kali oleh suaminya maka terputuslah hubungan perkawinan keduanya.

e. Adanya saksi, menurut ulama fiqih bahwa kesaksian wajib ada dalam proses terjadinya talak.13

3. Bentuk-Bentuk Perceraian

Perceraian yang merupakan putusnya hubungan antara suami dan istri ini terdiri dari beberapa bentuk perceraian diantaranya yaitu:

a. Talak adalah perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami kepada istri dengan mengucap kata talak dan semacamnya.

b. Khulu’ permohonan cerai yang diminta oleh istri kepada suaminya dengan memberikan pengganti atau membayar denda berupa uang.

c. Fasakh adalah pembatalan perkawinan karena tidak memungkinkan bagi suami dan istri untuk melanjutkan perkawinan akibat adanya kecacatan dalam perkawinan. Perceraian jenis ini disahkan oleh hakim di pengadilan agama.

d. Zhihar adalah seorang suami menceraikan istrinya dengan kata-kata atau ungkapan khusus.

12 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2013), 114.

13 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga (Jakarta: Amzah, 2012), 133–134.

(35)

e. Li’an merupakan sumpah dari suami yang di dalamnya terdapat pernyataan bersedia menerima hukuman Allah, hal ini terjadi apabila suami menuduh istri berbuat zina.14

4. Penyebab Putusnya Perkawinan

Perceraian tidak boleh dilakukan tanpa alasan yang jelas dan sah baik itu menurut agama maupun menurut hukum perundang-undangan.

Penyebab putusnya perkawinan secara umum terjadi karena ada beberapa kemungkinan yaitu:

a. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah sendiri melalui matinya salah seorang suami atau istri.

b. Putusnya perkawinan atas kehendak suami (talak).

c. Putusnya perkawinan atas kehendak istri (khulu’).

d. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga (fasakh).15

Pasangan suami istri memilih untuk bercerai dikarenakan beberapa alasan yang tidak bisa diatasi lagi sehingga memilih untuk memutuskan hubungan perkawinan. Alasan perceraian yang akan dipertimbangkan oleh hakim di Pengadilan Agama seperti yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada pasal 39 yaitu:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, penjudi dan sebagainya sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain, salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban- kewajibannya sebagai suami istri.

14 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, 130-139.

15 Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, 114.

(36)

e. Antara suami istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.16

Alasan-alasan tersebut yang nantinya akan diuji oleh majelis hakim dalam agenda pembuktian di persidangan. Pemutusan perkawinan melalui perceraian hanya dapat dilakukan oleh pengadilan agama tetapi sebelumnya sudah melalui beberapa cara untuk mendamaikan pasangan suami istri untuk mencegah terjadinya perceraian. Ketentuan hukum perkawinan mengatur perceraian untuk dilakukan di depan sidang pengadilan.17

5. Perceraian Dalam Islam

Hubungan pernikahan yang sejahtera, bahagia lahir dan batin adalah impian setiap pasangan. Namun apabila hubungan pernikahan itu tidak bisa untuk dipertahankan dan jika diteruskan akan menghadapi kemudharatan, maka Islam membuka pintu terjadinya perceraian.

Perceraian itu tidak boleh dilakukan tanpa alasan yang kuat dan sah. Islam mengizinkan terjadinya perceraian dengan cara yang baik (ihsan). Suami yang akan menceraikan istrinya hendaklah memiliki ketetapan hati untuk bercerai seperti yang tercantum dalam Q.S Al- Baqarah ayat 227 yang berbunyi:

















16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 39

17 Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan (Aceh: Unimal Press, 2016), 87.

(37)

Artinya: Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetehui.18

Pada ayat tersebut dapat diketahui apabila seorang suami berketetapan hati tanpa keraguan akan menceraikan istrinya maka wajib bagi suami tersebut mengambil keputusan yang pasti yaitu cerai. Maka sungguh Allah Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan dan talak akan dianggap sah apabila diucapkan dengan jelas tanpa paksaan dari pihak lain.

Istri diperbolehkan mengajukan gugatan cerai kepada suami apabila khawatir akan nusyuznya seperti yang tercantum dalam Q.S an- Nisa’ ayat 128 yang berbunyi:





























































Artinya: Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki dirimu (dari nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.19

Berdasarkan ayat tersebut apabila istri khawatir suaminya akan melakukan nusyuz yaitu sikap kebencian suami terhadap istri akibat sikap buruk yang dimiliki suami, atau karena suami menginginkan perempuan yang lebih muda dari istrinya sehingga suami melupakan kewajibannya

18 Q.S Al-Baqarah (2) : 227

19 QS. An-Nisa (4): 128

(38)

terhadap istri, suami yang tidak memenuhi nafkah lahir dan batin untuk istrinya ataupun istri khawatir suaminya akan melakukan tindakan yang menyebabkan putusnya ikatan perkawinan antara keduanya. Kedua pasangan tersebut dapat mengadakan musyawarah untuk mencapai perdamaian sebagai usaha awal dalam mencegah perceraian.

Ayat al-Qur’an tentang perceraian juga terdapat dalam surat Al- Baqarah ayat 229:































































































Artinya: Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami) dapat menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka itulah orang-orang zalim.20

Ayat tersebut menjelaskan apabila suami istri khawatir tidak dapat menjalankan kewajibannya sesuai hukum Allah maka tidak dosa bagi keduanya memilih untuk berpisah. Namun sebelum itu harus melalui tahap dimana suami istri tersebut bertemu dengan juru pendamai

20 QS. Al-Baqarah (2): 229

(39)

atau orang ketiga terlebih dahulu untuk mendamaikan pasangan suami istri yang berselisih tersebut. Akan tetapi dalam pertemuan itu tidak membuahkan hasil untuk mendapatkan solusi. Apabila pernikahan tetap dilanjutkan namun hanya akan mendapatkan dosa bagi suami dan istri dalam keadaan seperti ini perceraian boleh dilakukan seperti pada ayat tersebut.

6. Faktor Penyebab Perceraian

Pada dasarnya faktor penyebab pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai memiliki alasan yang berbeda-beda. Adapun faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah masalah ekonomi. Tingkat kebutuhan ekonomi sekarang ini memaksa kedua pasangan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.21 Seringkali pendapatan hasil kerja membuat pasangan suami istri berselisih, terlebih lagi jika suami tidak memiliki pekerjaan sedangkan ada banyak sekali kebutuhan keluarga yang harus terpenuhi. Akibat dari faktor ekonomi akan menimbulkan masalah baru dengan terjadinya perselisihan secara terus menerus. Munculnya berbagai konflik dan perselisihan yang berkepanjangan akan berakibat buruk bagi kelangsungan hubungan pernikahan. Salah satu faktor pasangan memilih untuk bercerai adalah terjadi perselisihan terus menerus dan tidak menemukan cara untuk berdamai.

21 Maimun dan Mohammad Thoha, Perceraian dalam Bingkai Relasi Suami Istri (Jawa Timur: Duta Media Publishing, 2018), 48.

(40)

Faktor penyebab perceraian juga berasal dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terus menerus terjadi akan menjadi penyebab terjadinya perceraian.22 Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pihak suami melakukan kekerasan fisik mulai dari memukul, menjambak, menendang dan sebagainya. Akibat dari menghadapi pasangan yang sering melakukan kekerasan ini menjadikan pihak istri terluka baik fisik dan mental hingga menimbulkan trauma yang menjadi alasan bagi istri untuk mengajukan gugatan perceraian.

7. Dampak Perceraian

Pasangan suami istri yang memutuskan untuk bercerai setelah melalui berbagai macam upaya untuk memperbaiki hubungannya ini bukanlah akhir dari penyelesaiannya masalah. Maka dari itu perceraian dilakukan harus dengan alasan yang jelas dan pertimbangan yang baik.

Akibat dari perceraian berpengaruh pada psikologis anak yang membuat mereka kehilangan cinta dari kedua orang tuanya sehingga membuat salah satu sebab aspek perkembangan anak terhambat. Anak yang sedang dalam masa perkembangnya sangat membutuhkan kedua orangtuanya sebagai guru pertama yang memberikan kasih sayang dan cinta di rumah.

Akibat dari tidak harmonisnya rumah tangga seperti pertengkaran antara

22 Nini Anggraini, Dwiyanti Hanandhini, dan Wahyu Pramono, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Dan Perceraian Dalam Keluarga (Padang: Erka CV Rumahkayu Pustaka Utama, 2019), 3–7.

(41)

Ibu dan Ayah akan berpengaruh pada kesehatan mental anak sehingga bisa menyebabkan trauma dan gangguan psikologis lainnya pada anak.23

Masalah baru yang akan muncul akibat perceraian yaitu perebutan harta perkawinan. Pemisahan harta suami istri setelah perceraian harus memberikan hak yang sama bagi istri maupun suami untuk mengatur hartanya sesuai dengan kebijaksanaannya masing- masing.24 Untuk menghindari perselisihan yang berkaitan dengan harta bersama suami istri selama pernikahan disarankan adanya pihak ketiga dalam mengurus pembagian harta bersama, hal ini bertujuan untuk membagi harta secara adil sehingga tidak memberatkan salah satu pihak.

23 Jamaluddin dan Nanda Amelia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, 1 ed. (Aceh: Unimal Press, 2016), 115–116.

24 Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga, III (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 68.

(42)

26 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang secara langsung mengadakan pengamatan di lapangan. Peneliti harus mengetahui kondisi serta situasi di lapangan untuk memperoleh informasi dalam menjawab persoalan tentang penelitian sehingga bersifat akurat dan pasti.1 Dari pengertian tersebut maka penelitian lapangan adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti suatu permasalahan yang terjadi langsung di lingkungan masyarakat untuk memperoleh informasi secara langsung, akurat dan pasti yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu, pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara dan dokumentasi).2

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.3 Pada penelitian ini, peneliti berupaya untuk menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat terhadap data dan temuan-temuan terhadap gejala atau keadaan masyarakat tertentu dan bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui upaya badan penasihatan

1 Conny R Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo, 2010), 9.

2Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2017), 9.

3Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 75.

(43)

pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

B. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang memberikan data secara langsung kepada pengumpul data.4 Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu: Kepala KUA Sekampung Udik selaku Kepala BP4 Bapak Feri Prastiana, S.Ag, Anggota BP4 Ibu Kartini S.Ag, dan Pegawai KUA lainnya yang memberikan informasi dalam penelitian ini melalui wawancara. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.5 Peneliti mendapatkan informasi melalui dokumen maupun arsip yang berkaitan dengan upaya BP4 dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data, adapun teknik pengumpulan data itu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu, pewawancara sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan narasumber sebagai orang yang memberikan

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), 224.

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 225.

(44)

jawaban atas pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara berlangsung.6

Pada penelitian ini yang akan diwawancarai oleh peneliti diantaranya yaitu: Kepala KUA Kecamatan Sekampung Udik selaku Kepala BP4 Bapak Feri Prastiana, S.Ag, Anggota BP4 Ibu Kartini S.Ag, dan Pegawai KUA lainnya. Peneliti menggunakan metode wawancara ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di KUA Kecamatan Sekampung Udik melalui narasumber yang terpercaya untuk mendukung peneliti menemukan jawaban atas pertanyaan pada penelitian. Pada penelitian ini sumber lain yang akan peneliti wawancarai yaitu Ibu Anggun dan Ibu Nurhayati merupakan dua orang warga yang resmi bercerai dan Bapak Sudirman merupakan warga yang mengalami maslah rumah tangga namun tidak sampai bercerai , wawancara ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perceraian yang mereka alami.

2. Observasi

Penelitian ini menggunakan metode observasi sebagai alat pengumpul data. Observasi berarti mengumpulkan data secara langsung dari lapangan. Data yang di observasi dapat berupa gambaran sikap, perilaku, tindakan dan keseluruhan interaksi antar manusia.7

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 186.

7 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), 112.

(45)

Metode observasi dilakukan bertujuan untuk mendukung jawaban pada pertanyaan penelitian dan peneliti akan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh BP4 dalam rangka berupaya meminimalisir faktor penyebab perceraian dan mendeskripsikan keadaan yang terjadi di lapangan berdasarkan fakta yang terjadi dalam hasil penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data penelitian yang bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip, foto, jurnal kegiatan dan sebagainya. 8 Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian dokumen seperti sejarah KUA Sekampung Udik, Struktur organisasi BP4 KUA Sekampung Udik, Visi dan Misi KUA serta data pendukung lainnya.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik pengolahan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi adalah suatu cara mendapatkan data dengan menggunakan metode ganda. Teknik yang digunakan peneliti pada triangulasi menggunakan

8 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 33.

(46)

teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.9

Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber yang berarti untuk mendapatkan data dan informasi dari sumber berbeda namun menggunakan teknik yang sama. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data berkaitan dengan upaya Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengumpulkan dan menyusun data dari hasil penelitian melalui wawancara, catatan di lapangan dan dokumentasi.

Analisis data kuliatatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan secara berulang-ulang sampai data yang diperoleh dianggap kredibel dan akurat.

Analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah- langkah analisis data menurut pandangan Miles dan Huberman, yaitu:10 1. Reduksi data dilakukan dengan proses merangkum, memilih dan

memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting. Dengan demikian data yang diperoleh akan memberikan gambaran yang lebih jelas

9 Bachtiar S Basri, ―Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan, 1, 10 (2010): 56.

10 Cosmas Gatot Haryono, Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi (Jawa Barat:

CV Jejak, 2020), 108–109.

(47)

berkaitan dengan upaya BP4 dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian.

2. Penyajian data yaitu hasil data yang terkumpul melalui wawancara, observasi dan dokumentasi diuraikan dalam bentuk kalimat menjadi suatu paragraf. Sehingga dalam penelitian ini data yang disajikan adalah data yang berkaitan dengan upaya BP4 dalam meminimalisir faktor- faktor penyebab perceraian. Penyajian data ini dilakukan dengan menyusun informasi dan data secara rapi.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan setelah penulis melakukan verifikasi terhadap data-data yang sudah diperoleh dan disajikan. Tahapan ini bertujuan untuk menarik suatu makna dari data- data yang dikumpulkan sehingga dapat memberikan jawaban atas upaya BP4 dalam meminimalisir faktor-faktor penyebab perceraian di Kecamatan Sekampung Udik.

(48)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Setting Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Kecamatan Sekampung Udik

Kecamatan Sekampung Udik merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata 50 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan adalah 1.698,85 . Berdasarkan kondisi geografisnya, Kecamatan Sekampung Udik memiliki batas-batas: sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Margatiga, Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marga Sekampung, Timur berbatasan dengan Kecamatan Bandar Sribawono dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sekampung Udik tidak memiliki pulau namun terdapat lima sungai utama, yaitu sungai Way Sekampung, Way Tulung Buyut, Way Kandis, Way Kenali dan Way Batu Keting.1

Sampai dengan tahun 2019,Kecamatan Sekampung Udik terdiri dari 15 Desa, 110 Dusun dan 394 RT. Seluruh desa di Kecamatan ini berstatus pedesaan. Seluruh perangkat desa di Kecamatan Sekampung Udik berjumlah 260 orang yang terdiri dari 15 kepala desa, 15 sekretaris desa, 90 bendahara, dan 110 kepala dusun serta 465 pegawai desa lainnya.

1 BPS Lampung Timur, “Kecamatan Sekampung Udik Dalam Angka”, Lampung Timur 2020, 7.

Gambar

Tabel 2   Data Perceraian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah; pertama, mengenai faktor penyebab terjadinya perceraian karena suami istri yang melakukan cerai maka ada faktor permasalahan yang menyebabkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab putus sekolah Desa Bumi Restu Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara adalah faktor Intern dari remaja tersebut yaitu