1
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE SIMULASI TERHADAP PERUBAHAN KETERAMPILAN IBU DALAM PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA DI POSYANDU DESA
GEBANG
Miftahul Anisa1), Noerma Shovie Rizqiea2), Ratih Dwilestari Puji Utami3)
1) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta
2),3) Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada
Surakarta
ABSTRAK
Kejang demam merupakan peristiwa kejang yang umum terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun yang berhubungan dengan kenaikan temperatur tubuh lebih dari 38oC. Tindakan penatalaksanaan kejang demam ditentukan oleh sikap ibu dimana perilaku didasarkan oleh pengetahuan, motivasi dan keterampilan ibu. Pendidikan kesehatan menggunakan metode simulasi merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menggunakan cara yang menarik dalam memberikan informasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita di Posyandu Desa Gebang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode penelitian quasy experiment dengan rancangan penelitian yaitu pre and post test without control. Populasi penelitian berjumlah 145 reponden, teknik sampel yang digunakan adalah perposive sampling sejumlah 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan usia rata-rata responden berusia 33,75 tahun, tingkat pendidikan SMA/SMK sebanyak 32 responden (53,3%) dan pekejaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 39 responden (65%). Keterampilan ibu sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi adalah kurang terampil sebanyak 60 responden (100%), sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi adalah terampil sebanyak 55 responden (91,7%). Hasil dari uji Wilcoxon menunjukkan bahwa p-value 0,000 <0,05 dan menunjukkan bahwa tidak ada keterampilan responden yang menurun atau menetap setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi, tetapi 60 responden keterampilan meningkat. Kesimpulan Penelitian adanya pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita di Posyandu Desa Gebang.
Kata Kunci : Kejang demam, Keterampilan, Simulasi Daftar Pustaka : 30 (2014-2021)
2 NURSING STUDY PROGRAM OF UNDERGRADUATE PROGRAMS FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION USING SIMULATION METHOD ON MOTHER'S SKILLS CHANGES IN HANDLING FEBRILE SEIZURE FOR
TODDLER AT POSYANDU DESA GEBANG
Miftahul Anisa1), Noerma Shovie Rizqiea2), Ratih Dwilestari Puji Utami3)
1)Student of Nursing Study Program of Undergraduate Programs, University of Kusuma Husada surakarta
2), 3)
Lecturers of Nursing Study Program of Undergraduate Programs, University of Kusuma Husada surakarta
ABSTRACT
Febrile seizures are common convulsion in children under five (5) years with a body temperature improvement of more than 38oC. The management of febrile seizure is determined by the mother's attitude based on knowledge, motivation, and skill. Health education using the simulation method is an effort to improve skills in a fascinating manner of delivering health information. This study aimed to determine the effect of health education with the simulation method on mothers' skills changes in handling febrile seizures for toddler at the Posyandu Desa Gebang. This research adopted quantitative research with a Quasi-experiment of pre and post-test without control design. The population consisted of 145 respondents. Sixty (60) respondents a sampled by purposive sampling technique. The results obtained that the average age of the respondents was 33.75 years, 32 respondents (53.3%) had high school/vocational education levels, and 39 respondents (65%) were housewives. The mother's skills in pre-health education with the simulation method revealed 60 respondents (100%) in the less-skilled category. Post- health education with the simulation method presented 55 respondents (91.7%) in the skilled category. The results of the Wilcoxon test obtained a p-value of 0.000 <0.05. It inferred that none respondents experienced skills reduction after accepting health education through the simulation method. Sixty (60) respondents reached skills improvement. The study concluded an effect of health education with the simulation method on changes in maternal skills in handling febrile seizures for toddlers at the Posyandu Desa Gebang.
Keywords: Febrile Seizures, Skills, Simulation.
Bibliography : 30 (2014-2021).
3
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2018 kejang demam 80% terjadi di negara- negara dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO, 2018). Angka peristiwa kejang demam di Wilayah Eropa Barat serta Amerika tercatat 2- 4%
per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5 - 10% serta di Jepang 8, 8%
permasalahan tersebut 80% kejang demam sederhana (Kakalang et al., 2016).
United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan kurang lebih 12 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya disebabkan kejang demam (Arifuddin, 2016). Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2019, di Indonesia demam tercantum sebagai penyebab kematian balita tertinggi ke tiga setelah diare dan pneumonia yaitu sebanyak 7,3% dan di jawa tengah sebanyak 17,4% (Dinkes Jawa Tengah, 2019; Kemenkes, 2020)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada pada tanggal 3 Desember 2021 melalui hasil wawancara didapatkan bahwa 3 dari 10 ibu yang memiliki balita pernah dirawat dirumah sakit akibat kejang demam dan 7 ibu lainnya mengatakan anaknya pernah mengalami demam tinggi.
Kejang demam merupakan peristiwa kejang yang umum terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Kejang demam berhubungan dengan kenaikan temperatur badan lebih dari 38oC pada anak, dan tidak diakibatkan oleh peradangan sistem persarafan pusat, kendala metabolisme tubuh, serta tanpa riwayat kejang sebelumnya (Laino et al., 2018). Kejang demam tidak tingkatkan resiko kematian pada anak, tetapi memunculkan akibat negatif untuk anak serta orang tua bila tidak ditangani secara tepat (Ateşoğlu et al., 2018).
Kejang demam yang terjadi pada anak dipicu oleh demam, lebih dari 90%
kejang bersifat umum, berlangsung
kurang dari 5 menit dan terjadi di awal penyakit infeksi yang menyebabkan demam. Kebanyakan ibu tidak menyadari akan bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari kejang demam bagi anak, sehingga perlu dilakukan penanganan pertama pada kejang demam (Akpan,2017).
Hasil penelitian Salehi et al., (2016) menunjukkan bahwa anak dengan kejang demam dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, kerusakan neurotransmiter, kelainan anatomis otak atau kelainan neurologis bahkan ke hyperactive impulsive (HI). Peningkatan risiko tersebut disebabkan oleh pengetahuan orang tua, dukungan keluarga, dan kemampuan dalam penanganan kejang demam pada anak yang rendah.
Hasil penelitian oleh Sajadi dan Khosravi (2017) menunjukkan bahwa dalam penanganan kejang demam lebih banyak didominasi orang tua tidak mengetahui cara penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak seperti membaringkan anak, tidak memasukkan apapun kedalam mulut, melonggarkan pakaian dan melakukan kompres hangat sehingga menyebabkan perilaku yang bisa berakibat negatif dalam penanganan anak dengan kejang demam.
Pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan cukup baik akan berpengaruh pada sikap. Pendidikan kesehatan dan peningkatan kemampuan orang tua sebagai first responder (penolong pertama) dalam penanganan kegawatdaruratan anak dengan kejang demam di rumah diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang optimal (Chiabi et al., 2018).
Tindakan penatalaksanaan kejang demam tentunya ditentukan oleh sikap ibu dimana perilaku tersebut didasarkan oleh pengetahuan, motivasi dan keterampilan ibu. Keterampilan penting dalam memberikan pertolongan pertama kejang demam balita yang membutuhkan
4 ketangkasan dan keahlian (cahya, 2014).
Keterampilan adalah perilaku yang terkait dengan tugas, yang bisa dikuasai melalui pembelajaran, dan bisa ditingkatkan melalui pelatihan dan batuan orang lain.(Nisak & Martono, 2016).
Indikator keterampilan penting yang harus dimiliki ibu sebagai first responder (penolong pertama) adalah Information seeking (INFO) yaitu besarnya usaha tambahan yang dikeluarkan untuk mengumpulkan informasi lebih banyak (Nisak & Martono, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 3 Desember 2021, di Posyandu Desa Gebang dengan mewawancarai salah satu kader posyandu balita setempat didapatkan hasil bahwa terdapat peristiwa balita mengalami kejang demam dan belum ada pendidikan kesehatan terkait penanganan kejang demam, serta melakukan wawancara pada 10 ibu balita. 3 ibu yang memiliki balita dengan riwayat kejang demam didapatlan ketika balita kejang demam 1 ibu mengatakan anaknya dipeluk atau dipangku dan diselimuti agar tenang, 2 ibu yang lain mengatkan saat anak kejang demam dibaringkan diatas kasur dan diberi air minum. Selain hasil wawancara mendalam peneliti juga melakukan wawancara secara umum pada sepuluh ibu dan hasilnya semua mengatakan belum mengetahui pertolongan pertama kejang demam pada balita di rumah, 3 ibu mengatakan ketika anaknya demam dimandikan air hangat, 2 ibu mengatakan dikompres dengan air dingin, 5 mengatakan langsung diberikan obat penurun panas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetauhi bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita di Posyandu Desa Gebang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Gebang pada 12-19 juni 2022. Rancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti berupa eksperimen semu (Quasi eksperiment) dengan pre and post test without control.
Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini, disertai kriteria inklusi yaitu Ibu yang memiliki anak dengan umur dalam kategori balita (1-5 tahun) di Desa Gebang, sehat jasmani dan rohani dan bersedia menjadi responden. Sampel dalam penelitian sebanyak 60 responden dan tidak ada yang melakukan drop out. Pendidikan kesehatan dengan metode simulasi merupakan variabel independen dan perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita merupakan variabel dependen.
Peneliti menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) keterampilan dan lembar observasi keterampilan, kategori keterampilan dalam lembar observasi dikategorikan menjadi 3 yaitu terampil (nilai 90-100) cukup terampil (nilai 61-89) kurang terampil (nilai 0-60) . Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penelitian ini dibuat dengan didasarkan pada buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan telah dilakukan uji validitas yang melibatkan pakar keperawatan anak. Lembar observasi dalam penelitian ini telah dilakukan uji relibilitas dengan menggukanan metode Metode inter-rater reliability (reliabilitas antar pengukur) yaitu Interclass Correlation Coefficients (ICC) atau pengukuran yang menggambarkan tingkat korelasi dan kesepakatan antar pengukur. Peneliti menggunakan uji Wilcoxon untuk mengenalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita. Dalam penelitian ini sudah
5
mendapatkan layak etik dengan nomor : 401/UKH.L.02/EC/III/2022.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, pendidikan dan pekerjaan (n=60)
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 33,75 tahun. Sejalan dengan penelitian Resti et al., (2020) menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden pada kategori masa dewasa awal sebesar 90,4%, pada masa dewasa awal yaitu usia 26–35 tahun dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima informasi yang diberikan. Usia yang semakin bertambah maka kemampuan menerima informasi akan semakin berkembang.
Penelitian yang dilakukan Sholikah &
Waluyo (2020) menunjukkan bahwa yang terlibat dalam penelitiannya sebagian besar ibu berusia 26 -35 tahun yaitu 60%. Menurut sulistyowati et al., (2017) Semakin cukup usia maka tingkat kematangan yang meingkat akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan dan kemampuan yang di perolehnya semakin membaik, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra & Podo, (2017)
bahwa usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, pada usia 20-35 individu akan cenderung menggunakan waktu untuk mencari informasi, sehingga kemampuan intelektual dan daya tangkap
Menurut asumsi peneliti berdasarkan usia, pada saat dilakukan penelitian didapatkan fenomena terkait daya tangkap yaitu terdapat 8 responden yang meminta kepada peneliti menjelaskan kembali materi yang telah diberikan.
Data dari 8 responden tersebut rata-rata berusia 23-27 tahun. Berdasarkan data tersebut dan fenomena yang ada di lapangan, usia dapat mempengaruhi perilaku atau keterampilan karena semakin cukup usia maka akan mempengaruhi tingkat kematangan pola pikir dan perilaku seseorang saat menerima informasi baru atau apabila semakin cukup usia maka akan semakin meminimalkan pengulangan dalam peneriamaan informasi.
Berdasarkan tingkat pendidikan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA/SMK dengan 32 responden (53,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sirait et al., (2021) menunjukkan bahwa sebagian ibu pendidikan terakhir SMA (50%).
Penelitian Sholikah & Waluyo (2020) menyebutkan bahwa sebagian besar ibu tingkat pendidikan menengah sebanyak (67%). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung agar informasi yang diperoleh dapat berpengaruh terhadap perilaku atau keterampilan. Responden yang berpendidikan tinggi dan menengah akan lebih mudah diberikan informasi dan memilih cara berpikir lebih baik (Notoatmodjo, 2014).
Menurut asumsi peneliti pendidikan berpengaruh terhadap tingkat keterampilan karena pendidikan yang semakin tinggi akan membuat seseorang lebih terbuka dalam menerima informasi, sehingga seorang ibu dengan pendidikan tinggi akan berusaha menyesuaikan diri Karakteristik Mean
(±SD)
Median (Min-Max)
Usia 33,75
(±5,742)
33,5 (±23-40) Pendidikan Frekuensi
(f)
Persentase (%)
Diploma 7 11,7%
Sarjana 7 11,7%
SD 1 1,7%
SMA/SMK 32 53,3%
SMP 13 21,7%
Pekerjaan
Guru 2 3,3%
IRT 39 65,0%
Swasta 14 23,3%
Wiraswasta 5 8,3%
Total 60 100%
6
untuk memperbaiki kesehatan diri atau lingkungan sekitar dengan pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan status pekerjaan didapatkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 39 responden (65%). Sejalan dengan penelitian Utami
& Rizqiea (2021) mayoritas ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan 68,4%. Responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki banyak waktu luang untuk menghabiskan waktu dirumah bersama anaknya dan lingkungan sekitar.
Menurut Solikah & Waluyo (2020) lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan pekerjaan akan membuat seseorang berinteraksi dengan banyak lingkungan sehingga dapat bertukar informasi dan menambah pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Menurut asumsi peneliti berdasarkan fenomena pekerjaan responden dalam penelitian ini yaitu IRT, Guru, Swastas dan wiraswasta nilai tertinggi rata-rata didapatkan oleh responden dengan pekerjaan IRT dapat disimpulkan bahea pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan cara banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan berbagi pengalaman.
Tabel 2. Keterampilan Ibu Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi (n=60)
Keterampilan Frekuensi (f)
Persentase (%)
Terampil 0 0,00%
Cukup
Terampil 0 0,00%
Kurang
Terampil 60 100%
Total 60 100
Berdasarkan Tabel 2 hasil penelitian menunjukkan keterampilan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode sumulasi adalah kurang terampil yaitu sebanyak 60 responden (100%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kundre & Mulyadi, (2018) menunjukkan keterampilan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah kurang terampil sebanyak (73,3%).
Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari pekerjaan tersebut. (Sekarini et al., 2021). Tinggi rendahnya tingkat keterampilan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman dan motivasi sehingga responden terkadang responden tidak mempunyai gambaran yang nyata untuk menangani suatu kejadian (Bella et al., 2019).
Menurut asumsi peneliti dalam hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesahatan dengan metode simulasi, kurangnya keterampilan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan, motivasi untuk mencari informasi, kurangnya pengalaman dan belum adanya informasi terkait penanganan kejang demam yang terjadi pada anak sehingga responden belum memiliki keterampilan saat dihadapkan dengan masalah tersebut.
Tabel 3. Keterampilan Responden Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Metode Simulasi (n=60)
Keterampilan Frekuensi (f)
Persentase (%)
Terampil 55 91,7%
Cukup
Terampil 5 8,3%
Kurang
Terampil 0 0,00%
Total 60 100
7
Berdasarkan Tabel 3 hasil Penelitian didapatkan keterampilan reponden sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi adalah terampil dengan 55 responden (91,7%) dan cukup terampil 5 responden (8,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kundre & Mulyadi (2018) menjelaskan setelah diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi keterampilan meningkat dengan kategori terampil (100%).
Menurut (Notoatmodjo, 2014) pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran agar seseorang mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.
Keterampilan merupakan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik, untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis dalam situasi tertentu (Kundre &
Mulyadi, 2018).
Metode pembelajaran simulasi adalah merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena dunia nyata (Wahyuni & Baroroh, 2015).
Simulasi merupakan bentuk metode pembelajaran praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan dan dapat merangsang aktif mengamati, mempraktikan ketrampilan dalam membuat keputusan, menyelesai-kan masalah serta mengembangkan kemampuan interaksi antar individu (Ristanto, 2019).
Menurut asumsi peneliti dalam hasil penelitian sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi keterampilan meningkat dipengaruhi oleh metode pendidikan kesehatan yang diberikan dengan menyajikan gambaran keadaan sebenarnya maka hal tersebut meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karena responden responden dapat belajar dan bermain peran dalam pendidikan kesehatan tersebut.
Tabel 4. Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi Terhadap Perubahan Keterampilan Ibu Dalam Penanganan Kejang Demam Pada Balita di Posyandu Desa Gebang (n=60)
Median (Minimum- Maksimum)
Nilai p- Value Pre test 30 (0-50)
0,000 Post test 100 (80-100)
Uji Wilcoxon,tidak ada subjek keterampilan menurun atau tetap, dan 60 meningkat.
Berdasarkan Tabel 4 hasil dari uji Wilcoxon dapat disimpulkan P value adalah 0,000. Hal ini berarti nilai p<0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita di posyandu desa Gebang. Sejalan dengan hasil penelitian Ramadhanti, (2017) yang menjelaskan terdapat perbedaan keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode simulasi. didukung juga oleh hasil penelitian Ristanto, (2019) menjelaskan bahwa metode simulasi dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan luka terbuka.
Hasil Penelitian Suliha (2017), menyatakan metode simulasi dapat meminimalkan hingga menghindari verbalisasi karena peserta dirangsang untuk mengamati, sehingga membuat proses penerimaan informasi menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami, lebih menarik, menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat dilakukan sendiri atau redemonstrasi.
Penelitian lain oleh Badrah &
handayani, (2020) menyatakan bahwa penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran terbukti efektif dalam pendidikan keperawatan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rianti (2017) bahwa metode simulasi efektif dalam peningkatan keterampilan, karena
8 metode ini digunakan dengan cara tiruan,
sehingga konsep atau inti pembelajaran dapat dengan mudah dipahami.
Pembelajaran menggunakan metode simulasi dapat merangsang peserta untuk aktif mengamati, mempraktikan ketrampilan dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah.
Penggunaan metode simulasi juga memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapkan berbagai prinsip, teori serta meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor (Ristanto, 2019).
Menurut asumsi peneliti dari penjelasan diatas bahwa memberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode simulasi atau memberikan gambaran keadaan seperti fenomena nyata membuat ibu mudah memahami, lebih tertarik dan dapat langsung mencoba atau redemonstrasi seolah kejadian tersebut benar benar nyata terjadi.
KESIMPULAN
Hasil dari Hasil dari uji Wilcoxon menunjukkan bahwa P value adalah 0,000. Hal ini berarti nilai p<0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap perubahan keterampilan ibu dalam penanganan kejang demam pada balita di Posyandu Desa Gebang.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi orang tua khususnya ibu tentang pentingnya keterampilan untuk melakukan pertolongan pertama kejang demam pada balita. Bagi keperawatan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi masyarakat tentang pentingnya penanganan kejang demam pada anak sebelum dibawa ke rumah sakit. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang pertolongan pertama pada balita yang mengalami kejang demam dengan
menggunakan metode pendidikan kesehatan atau jenis penelitian yang berbeda dan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar atau bahan pendukung bagi penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akpan, Dr. echy, D. M. (2017).
Knowledge of febrile convulsion among mothers attending the paediatric clinic of university of Uyo teaching hospital, Nigeria.
Pediatric Review: International Journal of Pediatric Research,
4(7), 474–480.
https://doi.org/10.17511/ijpr.2017.i 07.07
Arifuddin, A. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam.
Jurnal Kesehatan Tadulako, 2(2), 61.
Ateşoğlu, M., İnce, T., Lüleci, D., Ergör, A., & Aydın, A. (2018). Prevalence of Febrile Seizures in School-Aged Children: A Community Based Survey in İzmir, Turkey. The Journal of Pediatric Research,
5(4), 208–213.
https://doi.org/10.4274/jpr.29290 Badrah, D., & Handayani, H. (2020).
Efektivitas Penggunaan Virtual Simulasi Dalam Pendidikan Keperawatan: Literature Reviewefektivitas Penggunaan Virtual Simulasi Dalam Pendidikan Keperawatan: Literature Review.
Journal of Chemical Information and Modeling, 21(1), 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.tmaid.202 0.101607%0A
Bella, A., Tarigan, B. R., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Elisabeth, S.
(2019). Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pertolongan Pertama Pada Balita Tersedak Di Desa Tuntungan II Tahun 2019 Tersedak Di Desa Tuntungan Ii. Skripsi, 22–
81.
9
Cahya, A. kandhi. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap Keterampilan Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta. Skripsi, 1–10.
Chiabi, A., Nguefack, S., Monkam, R. T., Enoh, J., Dongmo, F. N., Bilo’o, L.
L., & Mbonda, E. (2018). Practices of mothers towards infant seizures in Yaounde, Cameroon. The Journal of Medical Research, 4(2), 102–105.
https://doi.org/10.31254/jmr.2018.
4210
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(2019). Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 3511351(24), 61.
Kakalang, J. P., Masloman, N., &
Manoppo, J. I. C. (2016). Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Jurnal E- Clinic (ECl) Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016, 4(2), 1–6.
Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia. In Short Textbook of Preventive and Social Medicine.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11 257_5
Kundre, R., & Mulyadi. (2018).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Pertolongan Pertama Pada Siswa Yang Mengalami Sinkop Di Sma 7 Manado. Jurnal Keperawatan, 6(2), 9–10.
Laino, D., Mencaroni, E., & Esposito, S.
(2018). Management of pediatric febrile seizures. International Journal of Environmental Research and Public Health, 15(10).
https://doi.org/10.3390/ijerph1510
2232
Nisak, F., & Martono, S. (2016).
Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Konsep Diri Dan Karakteristik Pribadi Terhadap Kinerja Staf Pada Smk N Se Kota Pekalongan. Economic Education Analysis Journal, 3(5), 838–848.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.
php/eea
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan perilaku kesehatan.
Rineka Cipta.
Pelealu, A. A. A., Palendeng, O. E. L., &
Kallo, V. (2019). Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam Pada Anak Balita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu. Jurnal Keperawatan, 7(2), 1–5.
https://doi.org/10.35790/jkp.v7i2.2 4451
Putra, A. W. S., & Podo, Y. (2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor. Urecol 6th, 305–314.
Ramadhanti, P. (2017). Perbandingan Pendidikan Kesehatan Metode Audiovisual Dan Simulasi Terhadap Keterampilan Siswa Melakukan Pertolongan Pertama Pada Korban Pingsan. Jurnal Kepe.
Resti, H. E., Indriati, G., & Arneliwati, A.
(2020). Gambaran Penanganan Pertama Kejang Demam Yang Dilakukan Ibu Pada Balita. Jurnal Ners Indonesia, 10(2), 238.
https://doi.org/10.31258/jni.10.2.2 38-248
Rianti, R. (2017). Efektifitas Metode Simulasi terhadap Keterampilan Menyimak Cerita dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
10 Kelas V MI Jamiatul Khaerat
Malengkeri Kota Makassar.
http://repository.uin- alauddin.ac.id/14345/
Ristanto, R. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Ketrampilan Dokter Kecil Pada Penanganan Luka Terbuka. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, 5(2).
https://doi.org/10.36053/mesencep halon.v5i2.109
Salehi, B., Yousefichaijan, P., Safi- Arian, S., Ebrahimi, S., Mohammadbeigi, A., & Salehi, M.
(2016). The effect of simple febrile seizure on Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in children. International Journal of Pediatrics, 4(7), 2043–2049.
https://doi.org/10.22038/ijp.2016.6 927
Sekarini, N. N. A. D., Aswitami, N. G. A.
P., & Pratiwi, P. I. (2021). Kelas Online Ibu Balita Untuk Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Dalam Mendeteksi Dan Menstimulasi Perkembangan Balita Pada Masa Covid-19. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 8(3), 191.
https://doi.org/10.23887/paud.v8i3.
34367
Sholikah, N., & Waluyo, joko. (2020).
Pemanfaatan Booklet Untuk Meningkatkan Keterampilan Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Balita Utilization of Booklets To Improve The Skills of Handling Fabrile Seizures Emergency in Infants.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 18(1).
Sirait, I., Tampubolon, L., Siallagan, A., Pane, J., & Telaumbanua, T.
(2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan Kejang
Demam Anak Rentang Usia 1-5 Tahun di Desa Tengah Kecamatan Pancur Batu Tahun 2020. Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science, 9(1), 72–78.
https://doi.org/10.21776/ub.jik.202 1.009.01.9
Solikah, N. siti, & Waluyo, J. S. (2020).
Pemanfaatan Booklet Untuk Meningkatkan Keterampilan Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Balita Utilization of Booklets To Improve The Skills of Handling Fabrile Seizures Emergency in Infants.
Profesional Islam, 18(1).
jurnals.itspku.ac.id
Suliha, U. (2017). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. ECG.
Sulistyowati, A., Putra, K. W. R., &
Umami, R. (2017). Tentang Perawatan Payudara Selama Hamil Di. 6(2), 40–43.
Utami, R. D. P., & Rizqiea, N. S. (2021).
Pengaruh Edukasi Flyer Terhadap Pengetahuan Ibu Mengenai Penanganan Kejang Demam Di Posyandu Balita Kenanga Dusun Sanggarahan Karanganyar. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 12(01), 131–137.
https://www.jurnalmadanimedika.a c.id/index.php/JMM/article/downlo ad/150/104
Wahyuni, D., & Baroroh, K. (2015).
Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Ekonomika Mikro. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 9(1), 102–122.
https://doi.org/10.21831/jep.v9i1.4 155
WHO, W. H. O. (2018). Monitoring Health For The SDGs Sustainable development goals. In Advanced Optical Materials (Vol. 10, Issue 1). World Health Organitation.