PERSEPSI MASYARAKAT ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR TERHADAP HIBURAN MUSIK DANGDUT KOPLO
Erizal Barnawi
Disusun Oleh:
Aldi Wahyu Rahmadan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3 Tujuan Penelitian...4
a. Tujuan Umum...4
b. Tujuan Khusus...4
1.4 Manfaat Penelitian...4
a. Manfaat Teoritis...4
b. Manfaat Praktis...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Penelitian Yang Relevan...5
a. Persepsi Masyarakat Terhadap Pertunjukan Dangdut Organ Tunggal...5
b. Musik Dangdut di Kalangan Remaja Kota Semarang...5
c. Musik Dangdut Koplo di Grup Bhaladika Semarang Dalam Konteks Perubahan Sosial Budaya...6
2.2 Kajian Teori...7
a. Persepsi...7
b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi...8
c. Seni Musik...9
d. Musik Dangdut Koplo...10
2.3 Kerangka Berfikir...12
BAB III METODELOGI PENELITIAN...14
3.1 Jenis Penelitian...14
3.2 Sumber Data...14
3.3 Instrumen Penelitian...14
3.4 Teknik Pengolahan Data...15
DAFTAR PUSTAKA...16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya.
Kekayaan ini dikarenakan keanekaragaman yang ada di Indonesia atau yang biasa disebut dengan negara multikultur. Pluralisme budaya yang saat ini lebih terkenal dengan sebutan “multikulturalisme” merupakan sebuah kumpulan ideology yang mendapat perhatian besar dari para teoritis yang ada di Amerika Serikat. Menurut Bandem (2003) dalam jurnal milik Wihayati & Bharoto (2021) Hal ini dikarenakan oleh kompleksanya permasalahan yang harus dibahas, mulai dari kebijakan imigrasi, resolusi konflik, hukum internasional, hingga penelitian arkeologi, penciptakaan seni, serta kebijakan di bidang pendidikan (Wihayati, W., & Bharoto, M.H., 2021)
Budaya merupakan sebuah pola yang berasal dari asumsi dasar yakni keyakinan serta harapan yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu dari sebuah organisasi serta selanjutnya menjadi acuan dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan adaptasi keluar dan integrasi dari dalam serta disebabkan oleh fungsi yang berjalan dengan baik.
Sejarah dari berkembangnya musik telah ada sejak jaman nenek moyang. Musik sering digunakan untuk menjadi pengiring acara keagamaan atau kebudayaan seperti upacara adat tertentu. Musik yang ada di Indonesia mempunyai jenis yang sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyaknya kebudayaan yang ada. Selain berkembang berdasarkan budaya masing-masing daerah, musik di Indonesia juga memiliki banyak gaya dan corak yang muncul karna pengaruh internasional seperti jazz, pop, rock, dangdut, serta keroncong.
Beragamnya musik yang ada di Indonesia umumnya memiliki tempatnya masing-masing, seperti musik dangdut yang sangat familiar ada di kehidupan masyarakat di pedesaan. Dangdut dinilai memiliki nilai yang ekonomis di kalangan masyarakat karena umumnya hanya menggunakan
satu alat musik elektronika yakni organ. Dari alat ini sudah dapat memainkan bermacam-macam musik tergantung dari keinginan pemain atau penonton.
Musik dangdut merupakan aliran musik yang merupakan gabungan dari musik Indonesia, Malaysia, Gambus, dan musik India. Pembawaan musik dangdut memiliki ciri khas yakni penyanyi akan membawakan lagu dengan cengkok. Selain cengkoknya, gaya nada dan juga liriknya adalah hal-hal yang terjadi di kehidupan masyarakat sehari-hari sehingga mudah diingat oleh masyarakat.
Berjalannya waktu menjadikan musik dangdut berkembang menjadi banyak jenis yakni dangdut koplo, dangdut kause, dangdut rock-dut, pop dangdut, dan congdut. Hadirnya berbagai jenis music dangdut ini merupakan bentuk dari perpaduan musik lokal khas indonesia dengan musik film India dan Malaysia, serta rock barat. Perpaduan gaya ini kemudian semakin berkembang menjadi banyak jenis seperti saat ini.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh SSI (Skala Survei Indonesia) mengenai jenis musik yang peling disukai masyarakat Indonesia tahun 2022, menunjukan hasil survey dangdut merupakan jenis music yang paling disukai masyarakat Indonesia dengan persentase sebanyak 58,1%. Survey SSI ini juga menunjukkan bahwa peminat terbesar dari music dangdut adalah paling tinggi dari masyarakay yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi sekolah dasar (SD) yakni sebanyak 67,3%. Apabila diurutkan, pecinta dangdut berdasarkan pendidikan adalah belum/taman SD sebanyak 67,3%, taman SMP 62,8%, taman SMA 45,8%
dan Perguruan Tinggi 28,1% (Vika A.D, 2022).
Berdasarkan data dari Skala Survei Indonesia (SSI) di atas, dapat diketahui bahwasannya music dangdut merupakan musik yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa adanya sekat status sosial.
Salah satu jenis dangdut yang popular diperdengarkan adalah dangdut koplo. Music koplo atau dangdut koplo merupakan sebuah aliran dalam dangdut yang memiliki ciri khas yakni irama yang cepat dari
gendang. Apabila music dangdut umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan identik dengan vocal yang bercengkok, dangdut jenis koplo lebih banyak menggunakan bahasa derah atau campuran antara bahasa Indonesia dan daerah serta tempo musik yang lebih cepat.
Berdasarkan nformasi dari beberapa informan yang penulis temui, bahwa kehadiran musik dangdut koplo secara umum dibuktikan dari banyaknya orang yang menjadikan jenis musik ini menjadi hiburan di acara-acara tertentu seperti pernikahan.
Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur merupakan salah satu wilayah yang aktif memperdengarkan jenis musik dangdut koplo di acara- acara masyarakat seperti pernikahan, kelahiran bayi, khitanan, reuuni, dan lain sebagainya. Beberapa grub musik yang sering menjadi pengiring di acara-acara masyarakat Astomulyo adalah Pratiwi Musik, Wisnu Musik, Dirgo Musik, Fajar Musik, SK Musik, Alwada dan Kirana 2000. Selain grub musik yang populer dipanggil untuk memeriahkan acara, ada pula beberapa biduanita yang peling sering tampil yaitu Novitasari, Maya, Ika, Difa, Thiya, dan yang menjadi biduan paling favorit adalah Mawar Kusuma yang merupakan alumni peserta Bintang Pantura yang biasa bernyanyi dengan grub musik Kirana 2000 atau biasa juga menjadi biduan panggilan sebagai pemeriah acara.
Masyarakat yang memiliki acara atau hajat biasanya akan dianggap memiliki acara yang berhasil jika menggunakan grub musik dan biduan yang terkenal. Selain itu, acara yang di dalamnya terdapat pertujukan dangdut koplo pasti akan banyak didatangi oleh tamu atau penonton.
Selain itu, di lokasi ini tiap kali ada pertunjukan dangdut koplo pasti akan dihadiri oleh banyak penonton yang tidak hanya sekedar menyaksikan secara pasif, namun juga ikut aktif berpartisipasi untuk menyumbang lagu, berjoget, bahkan beberapa member saweran atau uang tip untuk biduan. Hal ini menjadikan penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana persepsi masyarakat Astomulyo Kecamatan Punggur terhadap musik dangdut koplo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengambil rumusan masalah mengenai “Bagaimana persepsi masyarkat Astomulyo Kecamatan Punggur terhadap musik dangdut koplo?”
1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsiikan persepsi masyarakat terhadap musik dangdut koplo di Kampung Astomulyo Kecamatan Punggur.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui musik dangdut koplo
2) Mengetahui kehidupan bermasyarakat di Kampung Astomulyo
1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan mengenai makna pentingnya musik dalam kehidupan masyarakat di Kampung Astomulyo khususnya.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, manaat dari penelitian ini adalah untuk memebrikan informasi kepada masyarakat atau pembaca mengenai music dangdut koplo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Yang Relevan
Peneliti menggunakan acuan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan guna memperbanyak teori yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian yang sedang dikerjakan. Di bawah ini peneliti memaparkan penelitian yang mempunyai kesamaan metode penelitian dengan penelitian penulis.
a. Persepsi Masyarakat Terhadap Pertunjukan Dangdut Organ Tunggal
Penelitian dilakukan oleh Eka Titi Andaryani pada tahun 2011 menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif dengan sumber data dengan lokasi penelitian di Kota Tegal. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan masyarakat Kota Tegal ketika menonton pertunjukan musik bukan merupakan penonton yang pasif, namun penonton aktif berpartisipasi dalam pertunjukan seperti menyumbang lagu, berjoget, da lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah menurut masyarakat yKota Tegal, pertunjukan music dangdut organ tunggal merupakan pertunjukan yang mencerminkan status sosial mereka.
Individu yang telah mampu mengundang pemain organ tunggal atau penyanyi yang popular akan merasa statusnya sosial dimasyarakat meningkat.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah metode penulisan dan latar belakang dipilihnya lokasi penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah jika penelitian yang dilakukan oleh Eka (2011) membahas mengenai dangdut organ tunggal, dan penulis akan membahas tentang musik dangdut koplo.
b. Musik Dangdut di Kalangan Remaja Kota Semarang
Penelitian dilakukan oleh Wadiyo pada tahun 2004 menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah musik dangdut yang sangat popular di masyarakat ternyata hanya diapresiasi oleh kelas sosial tertentu. Remaja pecinta musik dangdut yang ada di
Semarang didominasi oleh remaja golongan bawah. Dangdut digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan ekspersi yang mengunkapkan sesuatu yang indah, baik dalam tataran apresiasi ataupun kreasi. Tiga fungsi utama yang mereka peroleh ketika mengapresiasi dan mengkreasikan music dangdut adalah mencapai kesenanagan, sebagai bentuk mengungkapkan jati diri, serta enjadi sarana yang digunakan untuk meningkatkan kebersamaan atau sebagai sarana integrative.
Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Wadiyo dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah metode penelitiannya yakni sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaan dari penelitian ini adalah penulis akan fokus membahas mengenai musik dangdut jenis koplo, sedangka penelitian terdahulu membahas mengenai musik dangdut secara general.
c. Musik Dangdut Koplo di Grup Bhaladika Semarang Dalam Konteks Perubahan Sosial Budaya
Penelitian ini dilakukan oleh Ali Romadhon pada tahun 2013 menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Sosio-Budaya Pitirim Sorokin. Hasil penelitian ini adalah munculnya musik dangdut koplo di masyarakat berhubungan dengan faktor sosialnya.
Kemunculan jenis dangdut ini adalah sebuah cerminan kehidupan dari masyarakat khususnya wilayah Pantura. Dangdut koplo sebagai cerminan dari ekspresi masyarakat dan juga menjadi saranan politik.
Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Ali Romadhon (2013) dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah jenis musik yang analisis yakni musik dangdut koplo. Perbedaan dari penelitian ini adalah penulis akan membahas mengenai persepsi masyarakat menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan peelitian terdahulu membahas mengenai perubahan sosial.
2.2 Kajian Musikal a. Persepsi
Dalam menjalankan kehidupan, masing-masing individu akan mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam menilai suatu hal.
Ketidaksamaan pendapat ini kemudian akan menimbulkan penindaklanjutan dan respon yang juga beragam. Pandangan yang beragam inilah yang dimaksud sebagai persepsi.
Definisi persepsi menurut Sarlito W. Sarwono merupakan sebuah proses kategorisasi. Guna memasukan sebuah hal kedalam organism seperti objek-objek asing ataupun peristiwa, respon dari organism tersebut yang member hubungan masukan dengan sebuah kategori atau golongan dari objek maupun peristiwa. Proses penghubungan ini merupakan proses yang aktif. Dikatakan aktif karena individu yang bersangkutan akan dengan sengaja mencari kategori apa yang tepat untuk objek tersebut, yang kemudian menjadikan individu tersebut dapat mengenal dan memberikan arti terhadap masukan atau objek tertentu. Maka dari itu, persepsi juga memiliki sifat yang inferensial atau mengambil kesimpulan (Sarlito W.
Sarwono dalam Noor, U.M., 2020).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari persepsi merupakan sebuah tanggapan atau penerimaan langsung dari sebuah serapat maupun proses seorang individu untuk mengetahui beragam hal malalui pengamatan menggunakan panca indra miliknya.
Sedangkan menurut pendapat Dakir terdapat tiga komponen penting yang ada di dalam persepsi, yakni seleksi stimulus yang muncul dari luar yang kemudian diterima oleh indra, interpretasi merupakan sebuah proses mengorganisasi informasi yang kemudian diartikan oleh seseorang, dan yang terakhir adalah reaksi yang berupa tingkah lalu melalui interprestasi.
Berdasarkan beragam pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sebuah proses yang dipakai guna melakukan pengumpulan, pengeleksian, serta pengorganisasian yang
menginterpretasi informasi yang sudah diperoleh melalui hasil stimulus rangsangan yang disampaikan ke otak. Persepsi juga disebut dengan proses kognitif yang sempurna serta dialami oleh semua individu guna memperoleh informasi untuk kemudian mempengaruhi pola piker individu tersebut.
Persepsi bukan terbentuk tanpa sebab, namun ada beberapa syarat yang harus terpenuhi supaya persepsi itu terjadi. Tiga syarat persepsi adalah:
1. Objek.
Persepsi baru akan muncul jika ada objek. Objek yang dihasilkan oleh stimulus akan sampai kepada indra yang berfungsi sebagai reseptor. Objek ini bentuknya adalah benda, kejadian, dan dapat pula tingkah laku.
2. Alat indera atau reseptor
Alat indra berupa mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit merupakan reseptor atau alat yang akan menerima stimulus.
Selain indra ada juga syaraf sensori yang akan berfungsi sebagai alat yang meneruskan stimulus untuk sampai ke otak. Ketika stimulus sampai ke otak, yang akan menjadi alat untuk member respon adalah syaraf motoris.
3. Perhatian
P0ersepsi akan muncul apabila individu menaruh pertahian pada stimulus yan ada, hal ini erupakan sebuah langkah awal untuk terciptanya persepsi.
b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses yang terdiri dari susunan elemen yang komplek yakni penginderaan, pengorganisasian, sertta interprestasi. Dari elemen-elemen yang mendukung munculnya persepsi ini, ada pula hal-hal yang dapat mempengaruhi proses persepsi terjadi pada individu.
Faktor-faktor yang memiliki pengaruh pada proses terjadinya persepsi adalah:
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tubuh individu itu sendiri yang berupa fisiologis dan psikologis.
Fisiologis dalam proses persepsi adalah penginderaan.
Penginderaan terdiri dari reseptor yang bertugas sebagai alat yang memperoleh stimulus, syaraf sensori yang bertugas sebagai alat penerus stimulus yang telah diterima reseptor ke pusat otak, dan yang terakhir adalah syaraf motoris yang bertugas sebagai alat yang mengadakan respon. Psikologis dalam proses persepsi adalah perasaan, kemampuan untuk berfikir, pengalaman, serta motivasi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal dalam proses persepsi adalah stimulus serta kondisi yang menjadi latar belakang terjadinya proses persepsi. Stimulus walau merupakan faktor eksternal tetapi bukan hanya muncul dari luat individu namun juga dapat muncul dari dalam individu itu sendiri.
3. Perhatian Perhatian
merupakan sebuah langkah awal yang menjadi persiapan untuk terjadinya persepsi. Perhatian adalah keadaan memusatkan atau berkonsentrasi kepada satu objek dari keseluruhan aktivtas dan objek yang ada di sekitar individu.
c. Seni Musik
Musik merupakan sebuah bunyi yang dapat diterima oleh individu yang memiliki banyak ragam berdasar pada sejarah, lokasi, budaya, serta selera tiap-tiap individu. Musik memiliki banyak definisi, seperti:
1. Musik merupakan sebuah bunyi yang diterima oleh indra pendengaran
2. Musik adalah sebuah karya seni yang menggabungkan beragam elemen pendukung
3. Musik adalah semua jenis suara yang dihasilkan dengan sengaja oleh seorang individu maupun kelompok
d. Musik Dangdut Koplo
Musik dangdut adalah bagian dari perkembangan budaya yang ada di Indonesia. Menurut sejarah, musik dangdut merupakan musik kalangan kelas menengah ke bawah. Penyebutan music kalangan menengah ke bawah karena music jenis ini menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional, contohnya gendang.
Berkembangnya dangdut diberbagai daerah Indonesia menjadikan jenis music ini banyak mengalami odifikasi dengan menyesuaikan budaya di daerah asing-masing. Selain karena disesuaikan dengan selera tiap daerah, dangdut juga mengalami perkembangan yang didasari oleh masuknya dangdut ke dalam area industry hiburan.
Salah satu bentuk perkembangan dari dangdut adalah aliran dangdut koplo. Koplo menjadi jenis aliran yang menggabungnya music dangdut dengan rock, etnis,dan disko. Istilah koplo sampai saat ini masih menjadi abu-abu. Apabila dilihat dari pengertian KBBI, kata koplo (kop.lo) memiliki arti dungu atau jika ditafsirkan menurut bahasa jawa, koplo memiliki arti gila atau kegilaan. Kegilaan ini merupakan ekspresi dari dicampuradukannya berbagai jenis aliran musik untuk menjadi sebuah music baru yakni koplo.
Jika ditinjau dalam konteks seni koplo mengarah pada gaya pementasan, irama gedang, dan tempo yang cepat. Dan apabila dihubungnkan dengan istilah “pil koplo” maka music ini merupakan sebuah ekspresi yang menggambarkan perasaan yang teler yang dikarenakan gaya tarian yang dianggap penikmat merupakan hal yang ajaib dan sulit untuk dipercaya (Mualana, M. F., 2020).
Dangdut koplo adalah music dangdut modern yang dimaikan oleh grub music atau yang umum disebut dengan OM (Orkes Melayu).
Pertunjukan musik ini akan dilengkapi dengan biduanita yang tidak hanya memamerkan suaranya namun juga goyangannya untuk menghibur penonton. Namun banyak pertunjukan yang menampilkan goyangan atau lirik dengan arah seksualitas dan erotis yang ditambah dengan pemakaian busana yang sangat minim.
Bukan hanya merubah music dangdut yang tadinya terdengar sopan dan anggun, koplo menjadi aliran dangdut yang lebih enerjik, bersemangat, dan tampak sebagai bentuk hura-hura. Dangdut koplo apabila dibandingkan dengan dangdut dasarnya akan memiliki kesan yang kasar serta tidak bermoral. Pemberian kesan ini dikarenakan ada beberapa penampilan lirik dan elemen lainnya yang di luar batas kesopanan apabila dilihat dari segi adat dan agama.
Terlepas dari moral yang melekat pada aliran dangdut koplo, music jenis ini sangat disukai oleh masyarakat. Music jenis ini disegani karena memiliki nada yang lebih berpower jika dibandingkan dengan dangdut biasa. Selain itu, penggunaan kata pada lirik dan slogan-slogan pendukung yang menjadi ciri khas jenis aliran ini.
Pendukung lain dari komponen dangdut koplo selain pada liriknya adalah tarian yang dibawakan oleh penyanyi. Tarian yang dibawakan dapat member kesan “meghipnotis” para penikmat pertunjukan, sehingga terbawa ke dalam ekstasi yang berlebihan.
Tarian ini digunakan sebagai pelengkap dalam pertunjukan. Bentuk tariannya biasa dibawakan oleh biduanita dengan menggunakan pakaian yang mini. Apabila sudah mulai menari atau berjoget, biasanya para penonton akan mulai memberikan saweran atau uang tips kepada penyanyi.
Pertunjukan Musik Dangdut Koplo
Intervensi Musik Dangdut Koplo
Persepsi Masyarakat Faktor Personal
Faktor Stimulus
Tanggapan Masyarakat Senang
Tidak Senang 2.3 Kerangka Berfikir
Tabel. 1 Kerangka Pikir
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai persepsi masyarakat mengenai musik dangdut yang telah dipaparkan, dapat terbaca skemanya bahwa persepsi memiliki hubungan yang erat dengan sikap seseorang untuk member tanggapan atau penilaian mengenai objek tertentu yakni musik dangdut koplo. Bentuk tanggapan dari persepsi ini adalah perasaan senang atau tidak senang.
Persepsi adalah sebuah tanggapan atau pendapat yang merupakan hasil dari intervensi yang telah objek dapatkan yang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor personal yang ada dalam dirinya dan faktor stimulus yang berasal dari luar dirinya yang kemudian akan memberikan dampak terhadap sikap serta minat seseorang terhadap suatu hal yang mana dalam penelitian ini adalah musik dangdut koplo.
Persepsi merupakan hasil dari sebuah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima indra sehingga stimulus tersebut dapat dimengerti dan member pengarug tingkah laku objek yang menerimanya.
Dalam penelitian ini, persepsi yang dimaksud adalah mengenai hiburan dangdut koplo yang diselenggaran di Kampung Astomulyo Kecamatan Punggur. Penulis akan mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat, apakah mereka senang atau tidak, dan hal apa yang menjadi faktor mereka menyukai hiburan musik dangdut koplo.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis deskriptif kualitatif.
Pembahasan masalah dilaksanakan dengan cara membuat gambaran serta menguraikan keadaan yang terjadi pada objek penelitian. Sifat kualitatif mengarah kepada mutu dari kompleksnya uraian serta pembahasannya, yang berhubungan dengan persepsi masyarakat di Kampung Astomulyo terhadap music dangdut koplo.
3.2 Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data utama yakni keterangan lisan langsung dari informan yang kemudian dicatatn menggunakan catatan yang tertulis dan menggunakan perekaman.
b. Sumber data berupa tempat atau peristiwa akan diambil dengan menggunakan pemotretan yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri atau bantuan orang lain.
Sumber data tertulis adalah sumber tambahan yang diambil dari buku, penelitian skripsi, karya ilmiah, jurnal, dan lainnya sebagai bahan penunjang dan pelengkap dalam penelitian.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a. Studi pustaka dari beragam sumber tertulis dan dokumen audio visual b. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung yang dilakukan oleh peneliti.
c. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara yang menggunakan teknik bebas terpimpin, yakni ketika peneliti member pertanyaan, informan bebas untuk menyampaikan pendapatnya.
d. Dokumentasi juga digunakan dalam penelitian ini. Bentuk dokumentasi yang akan dilakukan adalah mengambil foto saat kegiatan dilakukan untuk digunakan sebagai bahan pertanggung jawaban bahwasannya peneliti telah melakukan pengambilan data.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Data diolah dengan melewati beberapa tahapan, yakni reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang menghubungan semua data mulai dari sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data di dalam bentuk sejajar gua membangun wawasan umum yakni analisis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Andaryani, E. T. (2011). Persepsi Masyarakat terhadap Pertunjukan Musik Dangdut Organ Tunggal. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 11(2).
Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Maulana, M. F. (2020). Dangdut Koplo: Tubuh, Seksualitas, dan Arena
Kekuasaan Perempuan. Muqoddima Jurnal Pemikiran Dan Riset Sosiologi, 1(2), 197-210.
Noor, U. M. (2020). Persepsi Penerapan Wajib Militer Guna Meningkatkan Pendidikan Bela Negara. Widya Yuridika: Jurnal Hukum, 3(1), 61-70.
Vika, A. D. (2022). Survei: Jenis Musik Paling Disukai Masyarakat Indonesia.
Diakses pada 01 April 2023 melalui:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/10/survei-dangdut-jenis- musik-paling-disukai-masyarakat-indonesia
Wadiyo, W. (2004). Musik Dangdut Di Kalangan Remaja Kota Semarang (Dangdut Music of Adolescent Society in Semarsmg City). Harmonia Journal of Arts Research and Education, 5(3), 65501.
Wibowo, B. T. (2012). Persepsi masyarakat terhadap penyajian musik organ tunggal di desa Keloran Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wiharyanti, T. R., Florentinus, T. S., & Utomo, U. (2020). Aesthetic Response of Audiences’ Behavior of Dangdut Koplo Music Performance. Harmonia:
Journal of Arts Research And Education, 20(2), 205-212
Wihayati, W., & Bharoto, M. H. (2021). PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI MUSIK DANGDUT DALAM KAMPANYE POLITIK DI KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON. Journal Signal, 9(1), 108-119.