Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, atas izin-Nya kami telah menyelesaikan MEDIA PENELITIAN MEDIA UNTUK PROMOSI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEHAT (R&D LEVEL III: LIMITED FIELD TRIALS). Hasil survei SDKI 2017 tentang bentuk media sosial yang lebih disukai remaja untuk mengakses informasi kesehatan menunjukkan bahwa media elektronik lebih menarik dan lebih sering dipilih sebagai media promosi kesehatan, khususnya di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam menghadapi perilaku reproduksi pada remaja perlu adanya pengembangan media elektronik untuk promosi kesehatan reproduksi.
Penggunaan teknik wawancara terstruktur secara kualitatif terhadap opini media promosi KRR sebagai alat intervensi. Analisis data kuantitatif dengan menggunakan Paired T-test menganalisis pengaruh pemberian media promosi KRR sebelum dan sesudah intervensi baik terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku KRR pada remaja di tiga sekolah (SMA di Kota Yogyakarta). Analisis data kualitatif mengenai pandangan pengguna terhadap kelayakan media promosi KRR, digunakan sebagai alat intervensi, perlu tambahan materi atau sesuatu yang menjadi masukan untuk kajian media promosi KRR yang tepat.
Hal ini menunjukkan bahwa media elektronik lebih diminati dan dipilih sebagai media promosi kesehatan khususnya di bidang kesehatan. Penelitian R&D ada empat tingkatan, karena media promosi kesehatan sudah memiliki produk, sehingga hanya memerlukan penelitian dan pengujian produk yang sudah ada, maka akan dilakukan pengujian R&D media promosi kesehatan tingkat III (pemeriksaan dan pengujian produk yang sudah ada).
Permasalahan
Namun pada penelitian ini masih dilakukan uji coba terbatas pada penelitian dan pengembangan yaitu uji coba dilakukan di 3 sekolah dengan 30 mata pelajaran di setiap sekolah.
Tujuan Penelitian
Urgensi Penelitian
Kontribusi terhadap IPTEKS dan SUSBUD
Luaran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Remaja
- Tumbuh kembang remaja
- Perilaku seksual remaja
- Risiko perilaku seksual
- Perilaku seksual yang tidak sehat
- Peran sosial dan media terhadap perilaku seksual remaja
Perilaku seksual adalah perilaku yang didasari oleh dorongan atau kegiatan seksual untuk mendapatkan kenikmatan dari alat kelamin melalui berbagai perilaku yang merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan sekitarnya.Perilaku seksual sangat luas sifatnya, mulai dari berpakaian, berkencan, merayu, menggoda hingga aktivitas dan hubungan seksual (PKBI, 2007). Poltekes (2010) menjelaskan bahwa perilaku seksual adalah setiap perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Minimnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan remaja terkait masalah seksual dapat memperkuat munculnya penyimpangan seksual.
Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya begitu kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma-norma kelompok sebaya. Keterampilan kognitif sosial yang berkaitan dengan pengambilan keputusan memberikan pemahaman tentang perilaku seksual remaja Remaja yang mampu membuat keputusan yang tepat. berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, ia dapat menunjukkan perilaku seksual yang lebih sehat. f) Iman. Harga diri yang tinggi pada remaja berfungsi sebagai mediator pengetahuan, harapan, dan perbandingan diri dengan teman sebaya yang dapat mempengaruhi perilaku seksual.
Semakin banyak pengalaman mendengar, melihat, mengalami hubungan seksual, maka semakin kuat rangsangan yang dapat mendorong perilaku seksual, misalnya: media massa (film, internet, gambar atau majalah), obrolan teman/pacar tentang pengalaman seksual, melihat orang – orang yang pacaran atau HUS (hubungan seksual). Pengertian perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab sejalan dengan kesehatan secara umum adalah menyeluruh secara fisik, psikis, sosial dan ekonomi, sehingga jika sudah siap untuk melangsungkan perkawinan maka harus siap dalam hal :
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Tehnik Sampling dan Subjek Penelitian
Instrumen Penelitian
Tehnik Pengumpulan Data
Analisis Data Penelitian
Fishbone Diagram
Distribusi frekuensi responden berdasarkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok remaja SMA “X” sebelum dan sesudah intervensi dengan media audiovisual. Distribusi frekuensi responden berdasarkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok remaja SMA “Y” sebelum dan sesudah intervensi dengan media audio visual. Hasil uji Wilcoxon Pengaruh media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada kelompok karang taruna.
Hasil Uji Wilcoxon Pengaruh media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada kelompok remaja SMA “X”. Hasil Paired T-test Pengaruh media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada kelompok remaja SMA “Y”. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebelum dan sesudah intervensi media audiovisual.
Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian intervensi media audiovisual terhadap kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMA. Penyelesaian tahap penelitian penyuluhan media R&D level 3 kesehatan reproduksi remaja sebagai media promosi kesehatan yang dikembangkan. EFEKTIVITAS MEDIA KONSELING AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TERHADAP PERILAKU BERISIKO PADA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA.
Pengaruh penyuluhan media audio visual dalam meningkatkan sikap remaja pada organisasi kepemudaan tentang perilaku berisiko dalam kesehatan reproduksi remaja. Perbandingan sikap remaja di sekolah A, sekolah B dan remaja di organisasi kepemudaan tentang perilaku berisiko dalam kesehatan reproduksi remaja. Pemberian penyuluhan dengan media audio visual berpengaruh terhadap peningkatan sikap tentang perilaku berisiko bagi kesehatan reproduksi remaja di sekolah A.
Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media audiovisual terhadap peningkatan sikap perilaku berisiko kesehatan reproduksi remaja di sekolah B. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media audiovisual terhadap peningkatan sikap perilaku berisiko kesehatan reproduksi remaja di sekolah C. Terdapat perbedaan rata-rata sikap pemberian penyuluhan dengan media audiovisual terhadap perilaku sekolah dan kesehatan reproduksi sekolah berisiko, terhadap peningkatan perilaku sekolah terhadap kesehatan reproduksi dan sekolah. sekolah C.
Tidak terdapat perbedaan bermakna sikap pemberian nasihat menggunakan media audiovisual terhadap peningkatan sikap perilaku berisiko kesehatan reproduksi remaja di sekolah A dan sekolah B. Terdapat perbedaan rerata sikap pemberian nasihat menggunakan media audiovisual terhadap peningkatan sikap terhadap perilaku berisiko kesehatan reproduksi remaja di sekolah A dan sekolah C pada kesehatan reproduksi remaja di sekolah B dan sekolah.
Pengembangan media pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai media promosi kesehatan memiliki beberapa komponen yaitu:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Efektivitas Media Pengembangan KRR
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sehingga pengembangan media edukasi kesehatan reproduksi remaja sebagai media promosi kesehatan telah tervalidasi secara internal dan dimungkinkan berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media dan validasi pengguna.
Saran
Pengaruh penyuluhan media audiovisual terhadap peningkatan sikap remaja di sekolah A tentang perilaku berisiko pada kesehatan reproduksi remaja Sikap remaja terhadap media penyuluhan audiovisual tentang perilaku berisiko pada kesehatan reproduksi remaja mengalami perubahan dari sebelum dilakukan intervensi yaitu 100,97 menjadi 100,97, kemudian setelah intervensi meningkat 420. s sebelum dan sesudah intervensi berupa penyuluhan dengan media audiovisual. Pengaruh penyuluhan media audiovisual terhadap peningkatan sikap remaja di sekolah B tentang perilaku berisiko pada kesehatan reproduksi remaja Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap remaja terhadap media penyuluhan audiovisual tentang perilaku berisiko pada kesehatan reproduksi remaja mengalami perubahan dari sebelum dilakukan intervensi yang berarti 109.010 menjadi 109.010. peningkatan sikap sebelum dan sesudah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dengan media audiovisual. Informasi yang diperoleh dari penelitian sebelumnya memaparkan responden pada informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap remaja terhadap media penyuluhan audiovisual tentang perilaku berisiko bagi kesehatan reproduksi remaja mengalami perubahan dari sebelum intervensi yaitu 90,27, kemudian setelah intervensi yaitu 103,43 yang artinya sikap meningkat sebelum dan sesudah intervensi berupa penyuluhan dengan media audiovisual. Program PIK-R (Pusat Bimbingan Informasi Kepemudaan) belum tersedia di Sekolah A dan Sekolah B, sehingga responden di Sekolah A dan Sekolah B belum rutin terpapar informasi kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai keefektifan media penyuluhan audiovisual dalam meningkatkan sikap perilaku berisiko pada kesehatan reproduksi remaja dapat disimpulkan.
Diharapkan pihak sekolah dapat mengadakan program PIK-R (Pusat Informasi dan Bimbingan Remaja) untuk memberikan informasi kepada siswa tentang kesehatan reproduksi remaja. Sekolah dapat bekerja sama dengan GGD secara berkala untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Kesimpulan: Pengembangan media penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebagai media promosi kesehatan telah tervalidasi secara internal dan layak digunakan berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media dan validasi pengguna.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan pengembangan media pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, khususnya dalam mempromosikan perilaku seksual yang sehat. Selanjutnya peneliti masuk ke tahap uji coba internal pada penelitian dan pengembangan media video kesehatan reproduksi remaja yang melibatkan validasi pakar dan tiga pengguna. Hasil akhir uji validasi pada ahli materi mencapai persentase 96,3% dengan kategori “sangat baik” dan layak tanpa revisi Penilaian kelayakan media video terhadap kesehatan reproduksi remaja oleh ahli media.
Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan ahli media dapat disimpulkan bahwa media video kesehatan reproduksi remaja sangat cocok digunakan sebagai media promosi kesehatan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah media video kesehatan reproduksi remaja layak digunakan sebagai media promosi kesehatan remaja, hal ini sejalan dengan pernyataan Gunantoro Endro (2015) bahwa media yang cocok untuk perkembangan remaja adalah media yang mengandung banyak unsur baik gambar, animasi, suara, video dan lain-lain yang tidak umum dilihat menurut Mohamad Ali karena: (20) identik dengan berimajinasi dan memiliki rasa ingin mencoba atau rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap hal baru, dan penelitian oleh Astrid Ifwani Khoirina ( 20 19), bahwa perkembangan media video. Pengembangan media penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebagai media promosi kesehatan telah tervalidasi secara internal dan layak berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media dan validasi pengguna.
Menggunakan media promosi kesehatan reproduksi remaja yang tervalidasi secara internal dalam merancang kegiatan promosi kesehatan kesehatan reproduksi remaja. Judul penelitian tersebut pada ayat (1) di atas adalah: “MEDIA PROMOSI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGETAHUAN.
Anggaran Biaya
Jadwal Penelitian